Showing posts with label #GesiWindiTalk. Show all posts
Showing posts with label #GesiWindiTalk. Show all posts

Suami Nyebelin

Thursday, June 1, 2017



Halo ibu-ibu dimanapun kalian berada.

Kalian pernah sebel ngga sama kelakuan suami. Sebel level males ngomong sama blio sampe level sebel dan pengen nyanyi lagu Betharia Sonata " Pulangkan saajaaaa aku pada ibuku atau ayahku, uwo uwo uwo "

Kalau saya?

Pernah banget 

Adaaa aja gitu hal yang menyebalkan dari suami yang pas saat kejadian bikin pengen teriak di kuping dia, tapi ya sebel-sebel gitu tetep cinta sih, aku lemah.

Mungkin kalian juga mengalaminya. apa sajakah itu?

Baca Punya Mereka Juga Ya :

Gesi



TIDAK PEKA

Ada satu hal yang saya sadari tentang kenyataan dalam pernikahan dan mungkin kalian juga menyadarinya. 

Ternyata, segala hal yang terjadi , prinsip atau kondisi apapun yang berlaku umum saat sebelum menikah, maka setelah menikah menjadi kebalikannya, literally, bukan cuma slogan, tapi nyata dan terjadi hampir di seluruh pernikahan.


Dulu sebelum menikah, posisi perempuan itu ada di atas angin. Okelah bukan di atas angin tapi di atas pria. Mau ngambek ya ngambek aja, mau marah ya marah aja, males nerima telfon ya tinggal matiin, males ketemu ya tinggal bilang ngga ada saat didatengin, pokoke bargaining positionnya setingkat lebih tinggilah dibanding si pria.

Karena ntar pasti ujung-ujungnya si pria minta maaf, kalau masih cinta ya.

Karena pasti toh ntar tetep nyoba nelfon balik sejam kemudian.

Ini saya ngomong yang berlaku umum, bukan untuk special case. 

Yang pasti saat sebelum menikah, pria itu bisa menekan egonya sampai ke titik dasar, sekali lagi if he loves her . 

Namun setelah menikah, sedikit banyak keadaan berbalik. Pokoke mereka tuh ya kadang jadi makhluk yang paling menyebalkan.

Entahlah, setelah menikah kok rasanya perempuan itu lebih banyak ngalahnya, lebih besar pengertiannya, lebih mudah memaafkan. Ngga bisa lagi ngambek-ngambek ngga penting, karena suami kadang ya ngga seheboh dulu mau minta maaf. Boro-boro, kadang merasa salah aja ngga. Kita udah sewot seharian, eh dia lempeng kayak ngga terjadi apa-apa, kitanya malah jadi gondok setengah mati.


Pernah dengar kan kalimat ini.

 " Setelah menikah, perempuan selalu berharap suaminya berubah, sebaliknya laki-laki berharap istrinya tidak pernah berubah"

Ini maksudnya, perempuan tuh selalu berharap setelah menikah, suaminya itu yang dulu kekanak-kanakan bisa berubah lebih wise, lebih mature, lebih segalanya lah, Sedangkan laki-laki pengen istrinya ga berubah, tetap langsing, awet muda, singset selalu, wahahahah, maumu.

Nah, menurut saya kalimat itu justru terbalik. 

Harusnya " Setelah menikah, perempuan selalu berharap suaminya ngga berubah, tetep aja kayak jaman sebelum nikah dulu, suka manjain, salah ngga salah pokoknya minta maaf, penyabar, dan mau melakukan everything untuk kita". 

Kan gitu kan ya sebelum menikah. Makanya kita ((KITA)), saya sih maksudnya suka kan mengulang-ngulang kata " KAMU BERUBAH UDAH NGGA KAYAK DULU LAGI"

Huhuhu bagian ini sungguh paling sering bikin saya dan suami diem-dieman seharian. 


Kadang saya heran, muka udah nyureng-nyureng, nada suara udah ketus, tetap aja ngga peka kalau saya lagi marah, lagi ngambek, pengennya disayang-sayang, dibujuk-bujuk, eh dia lempeng tetep nonton bola kayak biasa, lempeng tetep sok ngajak kita ngomong, ngajak becanda. Bikin sebel.

Masa ya mereka ini para suami ngga ngerti, bahwa kalau udah level istri cerewet tiba-tiba jadi pendiem, maka itu alarm bahwa ada yang salah, ada yang bikin dia kesal, maka harusnya ya hai para suami, " TANYA DONG, TANYA ISTRINYA KENAPA", bukannya malah dicuekin.

( Baca : Istri Cerewet )

Aduh sungguhlah saya tak mengerti otak pria, kok bisa ngga sensitif sama sekali, huuuft. Aku kesel kalau diginiin.


SOLUSI :

Akhirnya berdasar pengalaman bertahun-tahun, saya jadi mengerti memang yang namanya pria itu sepertinya ngga bisa menagkap hal-hal berupa kode, atau isyarat. Mereka adalah makhluk yang tidak bisa membaca tanda-tanda, mereka makhluk permukaan, alias harus terang benderang jelas terpampang dilihat dan jelas clear dikatakan baru ngeh.

Makanya ya, kalau saya lagi bete sama suami, sekarang saya ngga main kode-kode, langsung aja ngomong " Mas aku tuh lagi marah sama kamu karena lalalalalala"

Kadang walau udah dibilangin begini masih aja ngga peka, tetep merasa mungkin " Ah paling ntar baik sendiri", maka saya akan tetap mengingatkan dia " Mas aku masih marah lo sama kamu, kenapa kamu ngga minta maaf sama aku" kemudian nangis , LOL.

Apakah ini berhasil?

Biasanya berhasil.

Tau ngga sih, kenapa perlu mengkomunikasikan perasaan kita ke pasangan?

Mungkin kelihatan lebay, " Ih apaan sih, masa aku minta-minta supaya suami minta maaf, gengsi dong"

Perasaan negatif yang ditumpuk terus menerus akan membuat bibit-bibit ketidaksukaan dengan pasangan. Kalau ngga dikomunikasikan dan kita merasa bahwa perasaan kita diabaikan, maka jangan heran suatu saat akan meledak berupa pengungkitan-pengungkitan kesalahan di masa lampau.

Makanya ya perempuan itu butuh apology yang tersurat, permintaan maaf yang dikatakan, bukan sekedar gestur.

Jadi, para suami, tolong yah tolong, kalau istrinya lagi marah, ngambek, even karena hal yang mungkin di mata kalian terlihat remeh, tolong kembali menjadi sosok seperti sebelum menikah dulu, yang suka meminta maaf, karena saat kamu minta maaf, istri tuh merasa kalau perasaannya dihargai, merasa bahwa suaminya sayang sama dia.


LUPA

Hal menyebalkan kedua yang paling sering dilakukan suami adalah, mereka sering lupa.

Iya, pria itu makhluk yang paling pelupa di dunia.

Mereka lupa kalau istrinya ini adalah dulu putri kesayangan di keluarga, mereka lupa kalau istrinya ini sebelum menikah dulu adalah gadis yang suka dipuji.



Iya, jadi terkadang suami tuh mikirnya istri itu adalah ibu dari anak-anaknya sekaligus merangkap jadi ibunya dia juga.

Makanya mereka tuh mikirnya kalau kita ingin pastilah wanita yang dewasa, yang bisa menyelesaikan segalanya sendiri. Masalah anak, masalah keuangan, masalah urusan rumah, semuanya dikira kita bisa handle.

Walaupun kita bisa melakukannya, alangkah senangnya kalau suami ikut turun tangan, ikut andil.


Suami-suami seperti ini memang bukan suami yang tidak pengertian, mungkin saja ia malah suami yang sangat mempercayai istrinya. Tapi mungkin mereka perlu disadarkan bahwa istri itu pengennya dia itu care. Ikut peduli atas apapun yang terjadi di rumah, minimal nanyalah.

Pulang ke rumah, kan ga ada salahnya nanya istri 

" Dek tadi anak-anak gimana"

Ini sungguhlah pertanyaan basa-basi tapi bisa bikin istri bahagia.

" Dek, uang belanja yang mas kasih, cukup ngga"

" Dek, rencana uang sekolah anak gimana yah, kita bikin planning apa?'

Pertanyaan seperti ini membuat istri tahu, bahwa dia ngga sendiri mikirin semua.


Kalau ada yang bilang istri adalah manager keluarga, maka harus diingat bahwa suami adalah kepalanya. ya masak semua diserahin ke istri.

Jadi para suami, tolong yah tolong jangan sampai lupa kalau istrimu itu di depan anak mungkin ia bersikap sebagai wonder woman, super mom, tapi di depanmu, dia tetap ingin diperlakukan ya seperti gadis yang dulu kau lamar bertahun-tahun yang lalu.

Yang buka botol aqua aja kadang minta tolong dirimu, walau di rumah emaknya ngangkat galon aja sanggup.




Iya, dia masih perempuan yang sama yang masih ingin diperlakukan seperti kala gadis dulu.

Jangan lupa puji dia saat pakai baju merah dan wajahnya terlihat cerah, atau saat pakai baju hitam dan ia terlihat langsing. Puji...puji... puji kami.



SOLUSI :

Jika suamimu lupa, jangan segan ingatkan dia. Mungkin dia memang lupa atau pura-pura lupa, Bilang ke doi, kalau kita pengen dipuji, kalau kita pengen dia nanya kondisi kita, nanya perasaan kita, kalau kita pengen dikasi kado, lol




Hmm apa lagi yaa.

Kalau bagi saya, dua hal itu sih yang paling bikin saya sebel sama mas Teguh. Dua hal yang kelihatan sepele tapi beneran kalau pas doi melakukannya saya tuh sebel banget, sebel level maleslah lihat dia. 

Saya sadar sih sebenernya yang namanya karakter orang itu ga bisa diubah. Kayak saya yang memang karakternya suka ngomong blak-blakan ketemu sama Mas Teguh yang karakternya tertutup, maka memang harus ada usaha dari kedua belah pihak biar bisa ketemu.


Usaha itu ngga bisa tunggu-tungguan. Harus ada yang mau dengan sukarela memulai.

Sebenernya di dalam hati pengen sih sebodo amat " Enak aja masa aku terus yang usaha buat buka percakapan, masa aku terus yang harus mikirin gimana biar tetap mesra", tapi kemudian saya mikir, lha kan yang karakternya suka ngomong memang saya, yang karakternya blak-blakan kan saya, bagi saya mungkin ngomong " Mas aku mau disayang dong" itu biasa aja, bagi masteg mungkin mau mengungkapkan sayang dengan kata-kata butuh waktu sampai Roro Jonggrang nikah sama Jaka Tarub dulu kali (plis ini ga usah ditelusuri ceritanya, saya asal nulis aja kok), makanya di banyak kesempatan, ya udah saya ngalah, ngomel-ngomel dah, sambil mengungkapkan apa yang saya mau, apa yang saya rasakan.

Menikah memang ngga mudah ya bu ibu. Saya merasakan benar bahwa menyatukan dua karakter yang sama aja masih akan banyak terjadi perselisihan, apalagi yang jelas-jelas beda. makanya KOMUNIKASI dan PENGERTIAN mutlak harus dibangun tanpa pernah merasa bosan.

Gagal, coba lagi, gagal coba lagi.

Dia nyebelin, kesel sih, tapi jangan lupa bahwa kalau kita sebelnya kelamaan tanpa berusaha mengkomunikasikan apa yang kita rasakan, maka kita sendiri yang rugi. 

Dia nyebelin sih,tapi jangan lupa juga akan kebaikan-kebaikannya.

Dia mungkin ga pintar bilang i love you dengan gamblang tapi dengan dia selalu menjaga kesetiaan dan kepercayanmu, mungkin itu cara ia mengungkapkan kata i love you.

Kembali lagi, saat suami lagi nyebelin, komunikasikan dan tetap ingat kebaikan-kebaikannya #ngomongsamacermin

Karena menikah itu memang harus diperjuangkan.

Kalian apa nih yang paling bisa bikin kalian sebel ke pasangan, sama ngga kayak saya?


Mau baca soal pernikahan lainnya, klik label Marriage ya 







8 Persiapan Menjelang Puasa dan Lebaran

Thursday, May 25, 2017



Waaa waaaaa lebaran sebentar lagi....

Yaelah sis, puasa aja belum, udah mikirin lebaran ajah, xixixi.

#GesiWindiTalk minggu ini kita mau bahas hal-hal apa aja nih yang udah rame dibicarain menjelang puasa dan lebaran.

Baca punya Gesi :


Ngga cuma temlen fesbuk lho, di Tivi juga udah mulai rame iklan sirup, biskuit, sampai iklan sarung. Pokoke menjelang ramadhan rasanya semua orang jadi banyak persiapan, dan banyak yang direncanain.

Kalau saya pribadi , ada beberapa hal yang memang selalu jadi rutinitas yang saya pikirin dan persiapkan menjelang ramadhan.

1. Waktu

Ah elaaaah, sok iye banget. kok persiapan waktu sih menjelang ramadhan?

Iyaaa, soalnya saat ramadhan semua jadwal itu harus disesuaikan. Karena waktu ngantor aja berubah lho. Yang biasanya masuk jam 07.30 sekarang dipercepat jadi 07.15, trus waktu istirahat juga dipercepat setengah jam, karena kan ngga ada makan siang, dengan adanya pemotongan waktu tersebut, maka jam pulang kantor jadi lebih cepat, yang biasanya 16.30 sudah boleh pulang sekarang maju jadi 15.45 wib, Yippiiiiie.

Btw tau ngga sih, itu penyesuaian waktu kerja menurut pengalaman saya bertahun-tahun, cuma di seminggu pertama doang berlaku. Setelah itu ritme kerja jadi biasa, eh pulangnya jadi tetep ke jam kantor biasa T__________T.

( Baca : Puasa Dari Masa Ke Masa )

Jadi, karena ada perubahan jam kerja, dan harus memikirkan waktu sahur, jadwal berbuka dan waktu tarawih makanya saya harus ngeset jadwal harian menyesuaikan itu semua.

2. Persiapan Isi Kulkas

Yoi, sebagai ibu bekerja yang hidupnya sangatlah bergantung pada si emba di rumah, maka saya harus mempermudah segalanya biar roda kehidupan di keluarga tetap berjalan stabil.

Salah satunya dengan persiapan makanan selama puasa ntar.

Jadi saya bakal belanja banyak dan nyetok makanan di kulkas yang bisa diolah secara gampang buat sahur.

Misalnya, ayam goreng lengkuas, bikin bakso (beli ding bukan bikin xixixi), minta bikinin rendang sama oma, trus nyetok aneka bumbu giling, segala sayur mayur,daging, buah, biar ngga rempong kalo masak untuk sahur.

( Baca : 7 Makanan Yang Harus Ada Di Kulkas )


3. Tiket Mudik

Yup, walau puasa aja belum dijalani, tapi tiket mudik udah harus di tangan. Lebaran itu salah satu waktu yang paling kami tunggu, karena itu adalah saatnya pulang kampung ke rumah mas teguh di Kutoarjo. jarak Kutoarjo-Jogja itu cuma sekitar 1,5 jam-an , jadi pulkam ke Kutoarjo sama aja dengan jalan-jalan ke Jogja, yipppieeeee.

Kemarin udah beli tiketnya, udah aman. Rencana mau berangkat hari Jumat sebelum sebelum lebaran, biar bisa sholat idul fitri disana.

Kalau tahun lalu, pulkamnya bareng oma, tahun ini kami sekeluarga doang. Masih deg-degan nih mikirin sanggup ngga ya saya bawa dua bocah pulkam. Bukan soal takut rewel sih, tapi takut saya ngga bisa nikmati liburan tanpa mba, hahahahahaha. Haish. Makanya dari sekarang udah buat perjanjian dengan suami, bagi tugas ntar siapa menghandle siapa selama di sana. Penting.

( Baca : Tips Mudik dengan bayi dan Todler Menggunakan Pesawat )


4. Pesen Kue

Ini nih , dari sekarang udah ada ditelfonin tukang kue. Ditanya-tanya mau pesen kue berapa. Lhaaa padahal saya mah jarang banget pesen kue, soalnya abis pulang dari Jojga biasanya lebarannya juga udah basi, dan biasanya juga jarang ada tamu, yo wis, palingan beli ajalah, ngga usah pesen-pesen segala.


5. Baju Baru

Hahaha ini kebiasaan dari dulu. Prinsip saya dan adek-adek, kalau mau puasa beli baju baru dulu.

Kenapa?

Biar ibadahnya khusuk, halah.

Tapi sampai detik saya nulis ini saya belum ada sih beli baju baru untuk saya ataupun untuk anak-anak. Jadi yah ntarlah nunggu mood saya bagus buat belanja. kalau moodnya ngga datang ya udah belanjanya di Jogja aja, biar kopernya ringan, xixi.

Apakah lebaran harus selalu baju baru?

Ya ngga harus sih. Tapi kalau ada rezeki ya kenapa ngga beli?

Selalu ada alasan untuk belanja ya sis.

( Baca : Merk Baju Bayi Berkualitas dan Terjangkau )

Tapi, walau baju baru belum beli, saya udah beli mukena kembaran sama Tara, yeyeyeyeye, biar ntar tarawihnya semangat anak sama bundanya.


6. Jadwal Buka Puasa Bareng

Jujur aja, in deep deep my heart saya ngga terlalu suka dengan berbuka puasa bersama saat ramadhan. Banyak alasannya. Diantaranya jadi ngga bisa bukber di rumah sama keluarga, trus karena kalau buka bareng di luar itu ntar rempong banget pas waktu sholat. Kalau dipikir-pikir banyakan susahnya, makanya mikirinnya aja males.

Tapi yah namanya juga hidup, apalagi saya bekerja, pasti ada aja tawaran bukber yang ngga bisa dihindari, misalnya buka sama teman satu bagian, sama atasan, atau malah sama nasabah?

Jadi, kalaupun ada acara buka bareng gitu, saya sebisa mungkin milih tempat yang ngga bikin riweh lah. Hotel, rumah teman atau resto yang lumayan gede bisa jadi pilihan. Karena ketiga tempat di atas pasti menyediakan mushola yang nyaman, dan ngga berebut dengan pengunjung lain saat mau sholat.

Ya kan ngga lucu, gara-gara buka puasa bareng malah sholat maghribnya lewat.

( Baca : Buka Puasa Bareng Yuuks )


7. Nyiapin Parcel Lebaran

Wah bagian ini saya suka banget nih. Tiap tahun kegiatan nyiapin parcel itu selalu bikin hepi. Biasanya saya bikin parcel ala-ala gitu, bukan yang dibikin cantik-cantik gitu sih, cuma parcel yang dikotakin buat handai tolan yang berhak mendapat sedekah dan zakat.

Isinya juga ngga macem-macem, sembako doang, beras, minyak, gula, teh, sirup, kue.

Percaya ngga percaya, kita yang ngasih aja bahagia banget lho, bayangkan yang nerima gimana bahagianya.

Makanya bagian ini saya suka banget, karena membuat saya bahagia dengan membahagiakan orang.



8. Persiapan Ibadah

Uwuwuwuwuw. The last but not the least, ini yang paling penting. Menjelang puasa harus persiapan dulu nih ibadahnya. Iyalah ya kita mau ujian aja persiapan dulu, apalagi mau ramadhan. Kan puasa ini termasuk ujian dari menahan hawa nafsu.

Jadi yang saya lakukan, bersihin hati dulu, caranya dengan memaafkan semua orang tanpa terkecuali baik yang minta maaf maupun yang tidak, pokoknya dimaafin semua.

Kemudian, searching lagi di internet tentang amalan-amalan penambah pahala di bulan ramadhan. Sebenarnya udah tau sih, tarawih, tadarus, banyak baca qur'an, banyakin sholat sunah, banyakin sedekah, banyakin berbuat baiklah pokoknya.

Wadaw memanglah ya bulan ramadhan itu bulan penuh berkah, semua orang mau berlomba-lomba berbuat kebaikan di bulan itu.

Trus persiapan lain, ya mengkondisikan diri supaya lebih adem hatinya, ngga mudah terpancing emosi. Mungkin saya bakal mengurangi bersosmed kali yah, ntar mau ngurangi bikin-bikin status ngga penting, palingan banyakin share-share blogpostnya aja, eeeaaaaa. Selain biar nambah PV juga ngurangi kepeleset sama dosa tak penting karena sosmed.

Semoga penghuni dunia maya juga berhenti perang-perangannya, aamiin.

(Baca : Afi, Iman dan Ilmu )

Oya persiapan ibadah ini termasuk juga udah nyiapin alokasi buat zakat fitrah, jangan lupa ini, biar ngga kelupaan.


Hmmm, aduh baru ngomongin aja saya udah semangat banget nih, hahahaha. Pokoknya setiap tahun, menjelang puasa gini bawaannya hepi banget, apalagi di tahun ini saya udah ngga nyusui jadi puasanya semoga lebih mudah, aamiin.

( Baca : Tips Puasa Bagi Ibu Menyusui )


Kalau kalian persiapannya apa aja nih atau udah mikirin apaaaaaa untuk puasa dan lebaran?


Why I Love Medan ( #GesiWindiTalk ft #SassyThursday)

Thursday, May 18, 2017




Sepertinya setahun belakangan ini kota yang paling sering dibicarakan para netizen di dunia maya adalah Jakarta Jakarta Jakarta. Duh sampe orang Sulawesi ngomongin Jakarta, orang Surabaya ngomongin Jakarta, orang Medan ngomongin Jakarta, dan orang Jakarta pun ngga bosen-bosen membahas kota.... Jakarta. Padahal ada banyak banget kota yang bisa dibahas di temlen, kayak kota saya tercinta misalnya .....

Sedih.

Makanya hari ini #GesiWindiTalk colab dengan #SassyThursday mau bahas kota tempat tinggal kita masing-masing aja ah. Biar pengetahuan rakyat Indonesia penghuni dunia fesbuk ngga melulu tertuju ke Jakarta doang.

Baca Ya


Annisast : Why I Love Jakarta


Sebenarnya ngga heran sih banyak yang ngomongin Jakarta, wong saya aja cinta banget sama kota itu, hahahaha .

( Baca : 10 Things I Love About Jakarta )

Tapi marilah kita membicarakan kota yang dari lahir udah saya tinggali ini Medan, Horas bah.

Lahir dan besar di Medan memang membuat saya cinta matilah sama Medan.

Medan itu ya kalau kalian tahu, beuuugh ngga ada yang bisa menyamai kota ini. Walaupun di Medan ini katanya orangnya kasar-kasar, ngomongnya keras, ngga sabaran, pemarah, dan seabrek stereotype lain, saya tetep cinta mati sama kota ini #pasang iketkepala.

Kenapa?

Duh, banyak banget alasannya.

1. Kulinernya Dahsyat

Ini sebenarnya ngga perlu saya jelaskan. Medan mah udah terkenal banget dengan kulinernya. Kalian jangan heran yah kalau di Medan ini rumah makan atau restoran bangunannya bisa segede-gede gaban. Sangkin cintanya masyarakat Medan dengan kegiatan yang bernama makan, lol.

Ada beberapa resto yang punya gedung sendiri lho dengan luas lahan yang kalo kita pikir kayak ngga penting gitu untuk rumah makan doang dan dengan bangunan yang super besar.

Sebut saja Istana Koki, Restoran Ria, Lembur Kuring, Ayam Kalasan, dan hampir semua masakan padang bermerk.

Pokoke di Medan , makan adalah suatu kegiatan yang patut disakralkan. Makanya ngga heran mau segede apapun tempat makannya kalau memang udah enak ya bakal sumpek juga, kebanjiran pelanggaran.

Sebaliknya kamu juga bisa geleng-geleng kepala melihat warung kecil, jelek, reyot, dengan pelanggan yang berjubel kayak ikan asin, rela antri hanya buat makan, karena memang rasanya yang membius orang.

Beberapa dari sedikit yang saya tahu, Kedai Bi Asih, Kedai Ikan Sombam Rel Kereta, Kedai Ikan goreng pengadilan, Kedai nasi kampung Melati, Wajir Seafood,  Ini kalau kita lihat kedainya buluk banget tapi wow digemari penduduk lokal Medan maupun pendatang.

Lho emang beda gitu dengan kota lain?

Beda

Beda banget.

Suami saya yang notabene orang Jawa juga pernah mengatakannya. Blio bilang, baru di Medan dia melihat orang gampang banget ngeluarin duit buat makan, hahahaha.

Makan is everything disini.

Maksudnya tuh ya, di Medan ini orang mau aja berburu makanan enak dimanapun berada dan semahal apapun harganya. Kamu bisa menemukan tempat makan yang kumuh banget disini tapi yang ngantri makan sampe mengular keluar warung sekaligus kamu akan takjub lihat rumah makan segede bagong besarnya, penuh juga sama orang yang mau makan.

Saya love love dengan Medan, karena disini perut dan lidah saya dimanjakan banget.

kalian harus coba makan pake nasi putih, sayur daun ubi tumbuk, sambel teri Medan dan sambal terasi. Jamin nambah sampe berpiring-piring.


2. Di Medan Perempuan Bernilai Tinggi

Saya ngga mau bahas soal suku atau adat istiadat daerah lain ya. Tapi satu hal yang membuat saya cinta dengan kota ini ya salah satunya dengan adat istiadatnya yang memposisikan perempuan itu di derajat yang tinggi.

Kalau mau nikah sama perempuan Medan itu aduh ribetnya. Ribet dalam arti positif ya. Karena prosesnya panjang banget. Mulai dari meresek, martupol, sampai pernikahan.

(Baca : Sinamot )

Yang istimewa itu soal sinamotnya hahahah, dasar cewek matre kau.

Disini kalo mau melamar gadis si pria harus serius banget, ya gimanaaaa kalo ga serius wong uang lamarannya bisa bikin nangis 😂😂😂 . Ini jangan dibahas serius ya, jangan dihubung-kan nilai perempuan dengan duit,😜


3. Medan kota paling toleran

Yup kamu ga salah baca. Medan itu kota paling toleran menurut saya, Disini berbagai suku nyampur jadi satu dengan berbagai agama dan kami baik-baik saja.

Isu-isu agama yang sering dihembus-hembuskan ga mempan disini hahaha.

Ada gereja hari ini dibom, masyarakatnya mah ga reaktif kalo soal beginian , paling celetukan yang bakal muncul di warung kopi gini

" Alaaah paling besok mesjid yang diserang"

Jadi ya ngerti aja kalo yang begitu-gitu itu adalah kelakuan para oknum yang mau mengadu domba.

Makanya di kantor saya dulu satu ruangan saya yang muslim 4 orang yang kristen 4 orang. Ya biasa aja, saat puasa mereka ya ngga makan sembarangan di ruangan. Kalaupun mereka makan, ya cukup bilang " Kak aku makan ya lapar"

Dan bakal dijawab " Makanlah sukak-sukakmu, pingsan pulak kau nanti"

Dan yang lain tenang-tenang aja hahahaha.

Makanya kadang heran kalo lihat orang ribut-ribut soal toleransi. Sini-sini ke Medan, biar praktek langsung gimana toleransi itu berjalan.


4. Cuma di Medan Kamu bisa akrab sama inang-inang sekali ketemu

Saya yakin stereotype bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah itu pasti karena orang Medan, lol.

Disini kamu naik angkot sendirian, bakal diajak ngobrol sama inang-inang di angkot atau mamak-mamak yang lagi bawa anak. Ngobrol kayak di ruang tamu keluarga hahaha.

Pokoknya disini orang gampang banget ngajak ngobrol orang lain. Walau kadang jadi annoying kalo kebetulan kita mau tidur di jalan ,lol

5. Kamu ngga perlu Berpura-pura disini

Iyes, ini sebenarnya mungkin alasan utama kenapa saya suka banget tinggal di Medan. Karena saya orangnya blak blakan , jadi kayaknya habitat saya itu paling pas ya di Medan.

Saya pernah kuliah di Jawa selama 4 ahun, kerja di Jakarta 2 tahun dan banyak banget orang yang salah paham dengan saya. Dikira saya marah padahal cara bicara saya memang seperti itu, agak keras dan meledak-ledak.

Makanya kadang putus asa hahaha, berasa kok jadi orang kasar sama orang lain padahal beneran karena bawaan doang. Dan di Medan , karakter saya ini jadi biasa aja, padahal kalo di Jawa orang udah nganggap saya serem xixixi.

I love be my myself. Dan saya rasa Medan adalah kota yang paling mengerti saya, halah.

6. Medan is my love

And the last but not the least, di kota ini semua kesayangan dan kecintaan saya berada. Keluarga saya disini semua, saya ketemu suami disini, bahkan setelah bertahun-tahun ngga hamil, akhirnya saya hamil setelah kembali ke tanah tercinta ini, kehamilan kedua pun disini, dan semuanya membuat saya bahagia.

Yes, Medan adalah kota yang memberi berjuta kebahagiaan kepada saya. Disini saya merasa berarti, halah.



Kalian , ada ga yang mencintai kotanya seperti saya?, Ayo tulis dong soal kota masing-masing biar info seluruh kota ada di internet, biar taunya ga Jakarta doang 😆



Tentang Memposting Foto Anak di Medsos

Wednesday, May 3, 2017



Hmmmm ini sebenarnya topik basi sih, udah banyak banget yang bahas, di status maupun di blog.

Tentang boleh atau tidak boleh memposting foto anak di media sosial.

Sepertinya untuk pertanyaan yang satu ini bisa dipastikan hampir semua orangtua berpendapat sama, bahwa yang namanya memposting foto anak di medsos, entah itu di facebook, di IG, di blog sebisa mungkin dihindari.

Nah kalau pertanyaan itu diajukan ke saya gimana?

Baca punya Gesi :

Kalau saya pribadi sih memperlakukan soal posting memposting foto anak, sama dengan posting memposting foto saya pribadi. Kalau saya rasa ada manfaatnya buat diposting ya diposting, kalau ga ada manfaatnya ya di keep sendiri.

Manfaatnya itu macem-macem, yang dinilai berdasarkan saya sendiri. xixixi iyalah kan bermanfaat menurut saya bisa jadi sampah bagi orang lain begitu pun sebaliknya.



Kadang saya post karena saya anggap mereka lucu banget, dan saya lemah terhadap kelucuan anak sendiri.

Kadang saya post, karena ada yang ingin saya ceritakan dibalik foto itu.

Bahkan kadang saya posting foto hanya karena saya rasa fotonya cakep, dan ini layak untuk dishare.

Selama ini, saya biasa aja dalam memposting foto anak. Tidak memprotect sedemikian rupa namun ya ngga diumbar-umbar sembarangan juga. 

Biasa aja, layaknya foto yang lain.

Karena ya ngakulah, saya ini masih banci sosmed yang belum bisa menahan diri untuk tidak posting-posting foto anak.

Saya ngga punya pembelaan apa-apa dalam hal ini.

Iya saya ibu yang memposting foto anaknya di sosmed. Silahkan Judge saya, saya ngga akan membela diri.

Saya ngga akan bilang bahwa foto anak adalah mood booster saya atau posting foto anak agar menginspirasi orang lain.

Nggaaaa. 

Saya tahu konsekuensinya seperti yang sering ditulis di banyak tulisan parenting. Soal bahaya pedofil, soal bahaya penculikan anak, soal berpotensi mereka malu di kemudian hari. Yup saya tahu dan mengerti konsekuensinya. Makanya hal yang saya lakukan ya meminimalisir risiko saja.

Saya percaya yang namanya kejahatan itu bisa ada dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.

Bagi orang lain mungkin cara terbaik adalah menutup semua akses agar kejahatan terhadap anak tidak akan masuk atau menyentuh anaknya, salah satunya dengan tidak memposting foto anak sama sekali di medsos.

Saya menghargai ibu-ibu yang punya pendirian seperti itu.

Nah, kalau saya mungkin punya pemikiran yang sedikit berbeda.

Mungkin karena pada dasarnya saya ibu bekerja, yang bahkan anak saja saya titipkan ke mba setiap hari, mungkin bagi orang lain ini aja udah horor banget.

(Baca ya : Nitipin Anak Sama ART, Ibu Macam Apa Kamu?)

Artinya, saya tahu segala hal di dunia ini yang kita lakukan pasti ada dua sisi. Ada risiko pastinya dan selain itu ada namanya hmmmm takdir ya.

Hmmm, jadi begini.

Saya berpikiran, saya ngga mungkin memprotect anak saya dari segala hal berbau digital. bahkan saya tidak mungkin memprotect anak saya dari segala ancaman luar. Karena yang namanya kejahatan tidak hanya ada di dunia maya, di dunia nyata juga banyak. Makanya saya katakan, ya saya memperlakukan foto anak biasa saja.

Saya hanya membiarkannya seperti hal lain, namun saya punya mitigasinya.

Karena kalau Gesi tuh suka bilang kan Carpe Diem, Seize The Day.

Yah saya sedikit banyak seperti itu, tidak mau terlalu mengkhawatirkan dunia ini. Karena kekhawatiran berlebih terkadang membuat kita malah tidak bisa menikmati hidup.

Saat anak tertawa, kita jepret dan kita bahagia karena itu, lalu mempostingnya, saya masih menganggap itu wajar saja.



Saya menikmatinya.

Saya menikmati momen itu.

Karena kalau semua saya khawatirkan, percayalah saya ngga akan bisa keluar rumah. Karena memang hidup saya ya udah penuh risiko.

Mikirin kejahatan pembantu
Kejahatan pedofil
Penculikan Anak
Penjualan Organ Tubuh anak

Masih banyak lagi,

Bukan berarti artinya saya tidak melindungi anak saya. Saya hanya melakukan perlindungan dengan cara lain.

Terkait kejahatan pedofil misalnya, yang bisa saya lakukan sebagai orangtua ya memberi pendidikan sex ke anak secara dini sesuai usianya.

Tidak membiarkan anak saya keluar rumah tanpa ditemani saya atau mbanya.

( Baca ya : Sex Education Untuk Anak, Perlukah )

Memberi tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya.

Selain itu , karena usia anak saya juga masih kecil, ya saya menerapkan pengawasan melekat pada mereka selama 24 jam penuh. Saya mengontrolnya dengan menggunakan support sistem yang baik tentunya. Dengan mba masing-masing untuk anak, plus CCTV untuk memudahkan saya memantau aktivitas mereka.

Tidak ada satupun proteksi yang benar-benar akan melindungi anak kita dari kejahatan dunia luar.

Maka yang saya lakukan juga adalah berdoa.

Iya, berdoa sebanyak mungkin untuk perlindungan dan keselamatan mereka.

Karena Allah mah sebaik-baik penjaga. Siapa lagi yang bisa saya harapkan lebih dari itu.

( Baca : Hal-Hal Yang Bisa Diajarkan Kepada Anak 3 Tahun )

Namun, walau saya cenderung bebas dalam memposting foto anak, setidaknya ada beberapa aturan yang saya terapkan bagi diri sendiri dalam memposting foto anak .

1. Tidak memposting Saat ia Dalam keadaan tidak semestinya

Seperti dalam kondisi telanjang, atau yang memalukan. Yah saya ngga mau jugalah di kemudain hari anak saya jadi bahan bullyingan temannya gegara fotonya yang memalukan berseliweran di internet.

2. Tidak Mencantumkan Informasi Detail

Ya ini aturan baku ya dalam posting foto anak. Dan saya manaatinya. Saya cek lagi barusan, saya jarang menyertakan tag lokasi saat posting foto anak. Termasuk sekolah anak saya, ngga pernah dicantumkan.

3. Tidak Memposting Foto Real Time

Yup, hampir semua foto Tara dan Divya saya apload setelah sampai rumah kembali, jika fotonya saat kami bepergian.

4. Tidak memposting Foto dengan Anak Lain

Ini hampir tidak pernah dilakukan. Karena saya taulah ngga semua ortu suka anaknya nampang di sosmed. makanya ya biasanya foto mereka hanya sendirian.

5. Minta Ijin Sama Anak

Hahahah iya ini saya lakukan belakangan ini karena saya lihat Tara udah mulai ngerti. Jadi kalau mau posting saya tanya dulu sama Tara, " Ini boleh bunda aplod"

Tara udah ngerti kata aplod.

Dia bakal jawab iya, maka saya posting. Kadang dia jawab ngga boleh lho. Kalau ngga boleh ya udah ga jadi.

( Baca ya : Tentang Kata Jangan Pada Anak )

Udah sih gitu aja.

Kalau kalian ibu yang posting foto anak atau yang keep foto anak?

Postingan ini tidak untuk diperdebatkan ya, karena saya yakin setiap ibu punya proteksi masing-masing untuk anaknya.




5 Cemilan Favorit

Wednesday, April 19, 2017





#GesiWindiTalk kali ini atas request pembaca budiman kami mba Nez Agnez

Ngomongin cemilan, hmmmmm saya harus mikir dulu nih nulisnya, karena walau temanya ringan tapi saya harus merumuskan dulu definisi camilan itu yang gimana, halah. Karena sesungguhnya saya itu ngga benar-benar doyan ngemil, dalam artian orang awam.

Iya ngemilnya orang kebanyakan itu kan sebangsa makanan yang isinya angin doang kan yah. yang kayak keripik-keripik, atau chiki-chiki ringan dan tak mengenyangkan.

Baca Punya Gesi :


Nah masalahnya saya mah ngga suka makanan semacam itu, kalau pengertian ngemil itu adalah makan diantara waktu makan besar, alias coffee break alias makan sambil mengisi waktu luang, levelnya saya tuh bakso, mie ayam, pempek, siomay.

Sungguhlah bukan cemilan yang normal kan yah, LOL.

Makanya saya harus mikir lagi nih, hahahah.

Perkara cemil-cemilan ini sebenarnya punya cerita tersendiri.kenapa saya ngemilnya bakso dan sebangsanya itu. Karena eh karena, sejak jaman kuliah kan uang bulanan dikasih pas-pasan, jadi ngga punya budget terpisah antara ngemil dan makan besar. Jadi biar tetep bisa ngemil tapi tetep kenyang, ya jadilah ngemilnya semi makan serius , meh.

Tapi setelah kerja dan punya penghasilan sendiri, akhirnya saya kalo ngemil ya ngemil dalam arti sesungguhnya, yeaaaay.

And, 5 cemilan favorit saya tuh ini, berdasarkan urutan paling sering saya makan

1. Coklat

Yes, apapun yang ada coklatnya saya suka. Saya pecinta coklat garis radikal. Sebokek-bokeknya saya, tetep akan ada budget untuk beli coklat.

Coklat kesukaan saya adalah Silver Queen.

Iya Silver Queen, murahan banget yak selera saya, LOL, biarinlah, abis dari dulu taunya ya Silver Queen. Bagi saya dulu itu Silver Queen adalah coklat terenak di dunia, sampai saya merasakan coklat-coklat lain yang beneran coklat, bukan gula yang berwarna coklat hahahha.

Coklat beneran itu kan harusnya rasanya ngga semanis silver queen yah. Tapi walau tahu Cadbury atau Delfi lebih enak dari Silver Queen, lebih terasa susunya dan lebih kental coklatnya, ya tetep saja favorit saya ngga berubah. Silver Queen is the best.

Dan harus yang chunky bar, rasa Almond jangan lupa.




Ini saya makan biasanya sambil baca buku, sambil tiduran. Sambil leyeh-leyeh gitu ngga berasa aja 1 kotak habis masuk perut.

Mas Teguh suka banget nih beliin saya Silver Queen. Kalau doi jajan ke indomart atau alfamart pulangnya kadang saya dioleh-olehin Silver Queen, aseeeek.

2. Biskuit Coklat

Ini cemilan saya selama hamil. Baik hamil Tara maupun ahmil Divya dan sampai saat ini masih jadi favorti saya.

Good Times biskuit. Harus yang rasa Double Chocochips



Kalo yang coklat doang ngga ada tulisan doublenya saya ngga terlalu suka.

Suka banget sama biskuit ini ya karena rasa coklatnya terasa banget, dibanding biskuit sejenis yang lain, menurut saya ini paling enaklah.

3. Kopi

Yup, kopi masuk dalam cemilan favorit walaupun dia adalah minuman.

Saya tanpa kopi itu ibarat hape tanpa casing, ringkih.

Sungguhlah perumpamaan yang bagus sekali.

Kemarin-kemarin saya bisa minum kopi dua kali sehari, TIAP HARI. Sekarang karena saya mau diet, konsumsi kopi saya mayan banget berkurang, paling 3 hari sekali saya baru minum kopi.

( Baca : Cut Carbo, Diet Seru Tetap Bisa Ngemil )

Bagi yang follow instagram saya @winditeguh pasti tahu merk kopi favorit saya. xixixi. Merknya sama persis tuh dengan cangkir yang saya pegang di banner Geswin ini, yaitu kopinya Dunkin Donuts. Suka banget terutama Capuccino dan Coffee Latte Tiramishu nya.



Selain Kopi Dunkin, saya suka banget kopi merk Macehat, dan segala jenis kopi sanger.

Ini Kopi Macehat
Menurut saya lebih enak dari kopi Dunkin


Kopi Sanger ini saya juga pernah cerita di IG saya.

Jadi ini adalah jenis kopi yang biasa dijual di kedai kopi Aceh. Di Medan itu banyak banget kedai kopi Aceh. Nah kadang kalau kita mau mesen kopi, kita tuh suka bingung kan mendeskripsikan ke penjualnya. Pengan minum kopi, tapi jangan pahit, tapi jangan manis kali.

" Bang, pesen kopi ya, jangan pait kali, tapi jangan manis kali juga, taroh susu, tapi dikit aja"

Duh kan abang penjual kopi bingung yah. akhirnya si pembeli rese yang banyak mau, ngomong

" Ya udahlah bang, sama-sama ngertilah ya kita"

Dan si abang kopi pun lega . Maka muncullah nama kopi tersebut KOPI SANGER. Kopi hitam yang dikasih susu dengan takaran pas, ngga manis banget, ngga pahit banget, Pas, karena sama-sama ngerti, wahahahah.

Kopi Sanger



4. Kacang Mede

Ini sebenarnya cemilannya Mas Teguh, tapi saya juga suka banget. Saya ngga pernah beli sendiri karena apaaaa?

Yes karena mahal.

Kacang mede yang ini nih hanya ada dijual di supermarket Smarco. Ngga tau sih ya ada ngga si supermarket lain, tapi saya nemunya cuma di sono. Pas belanja bulanan, Mas Teguh pasti masukin si kacang mede ini ke keranjang belanja. Sekali beli dia 3 biji.

Gitu nyampe di kasir, saya tuh suka bengong, kok belanjanya mahal banget yah, padahal kayaknya yang dibeli cuma dikit. Nyampe di rumah saya cek bon belanjaan, Hastagaaaah si biang kerok ternyata adalah kacang ini.



Harganya bangke banget, ngga paslah dengan ukuran dan isinya. Tapi kalau pas udah dimakan, langsung maklum haganya segitu, karena ini enak banget rasanyaaaaa.

Rasa kacang mede asli, dan dimasaknya itu bukan digoreng, tapi dipanggang, jadi enak, kering, dan crunchy. Coba deh sekali-kali. Harganya satu kemasan gini @ Rp 89.000. Bikin sebel.

Saya nyemil ini selalu malam hari, nyemilnya berdua sama masteg di atas kasur, wahahah. Jadi sambil nidurin anak kami sambil celamut-celamut mulutnya ngunyah kacang, sambil Pillow Talk juga. makanya saya bilang walau haganya kadang bikin sakit hati tapi ya udahlah, soalnya kan jarang-jarang masteg suka makanan sampe segitunya, dan bisa bikin tambah mesra, jadi ngga masyalah, eeeaaaa.


5. Cheetos

Hahahaha akhirnya ada juga makanan bermecin hadir disini.

Dari segala jenis chiki-chikian saya memang suka banget sama Cheetos, yang rasa jagung barbeque. Karena memang saya suka jagung. Dan si Cheetos ini rasanya jagung banget. Aaaak saya suka banget nih sama jenis chiki-chikian satu ini, mana harganya mayan murah lagi dibanding Chitato dan kawan-kawannya.

Sekali makan ngga cukup satu bungkus.

I Love Cheetos.



Sebenarnya masih ada beberapa ceilan favorit saya. Tapi 5 jenis cemilan di atas ini yang paling sering saya makan. Karena gampang dapetnya, dimana-mana ada, kecuali si kacang mede .

Kalau sekarang saya lagi ganti cmeilan, cemilan saya tuh sekarang yang sehat karena saya lagi sok mau diet. Iya saya sekarang kemana-mana lagi ngantongin soy joy or Fit bar hahahaha. Dan tentu saja tetep yang rasa coklat, karena coklat is my lyfe.

( Baca : 5 Makanan Yang Tidak Mungkin Saya Tolak )

Bagi ciwi-ciwi yang takut ngemil karena takut jadi ndut, ternyata ngemil itu banyak manfaatnya lho.

1. Mendukung program diet

Iya, dengan ngemil di sela-sela waktu makan, maka niat diet malah jadi lebih sukses, jadi makan besarnya dikit, trus diselingi cemilan yang rendah kalori, sehingga ngga kepalaran walau porsi makan berkurang.

2. Mengurangi Stress

Iyalah karena ngemil itu bikin bahagia. Ngga percaya, cobalah ngemil, pasti kalian bahagia.

3. Mengendalikan Emosi

Ini penjelasan ala-ala saya aja sih. Kalau lagi ngemil itu emosi kita memang jadi terkendali, karena misal nih saat mau marah, cepet-cepet deh ambil cemilan, trus makan, pasti marahnya reda karena kan kita sibuk ngunyah, wahahahaha. Sungguh tidak ilmiah.

4. Mengingkatkan Kesehatan

Lho kok bisa?

Iya ini berlaku misalnya bagi orang yang suka merokok. Dengan ngemil bisa jadi untuk pengendalian atau pengalihan dari kebiasaan merokok, untuk mengurangi frekuensinya gitu lho.

Manfaat lain apa lagi yaaaa, hmmm mungkin menambah teman kali yah, karena kalau di kantor saya tuh, ruangan saya jadi favorit ngumpul teman-teman karena mereka selalu cari cemilan ke meja saya. Sambil ngerecokin cemilan saya kan sambil gonrol, jadi ya nambah teman juga tho.

Nah, kalau kalian pada suka ngemil ngga?, Cemilan apa nih favorit kalian semua. Boleh buat blog postnya juga lho, trus tag saya yah.



Parenting Style

Thursday, April 13, 2017
Oke, #GesiWindiTalk udah berapa minggu absen ngomongin Parenting, wahahahaha, jadi minggu ini we came back to the laptop.

Kemarin ada yang request untuk topik parenting style, pengen tahu style parentingnya saya dan Gesi. Setelah kami bicarakan, ternyata kami ngga menemukan rumusan yang tepat, alias memang kami ngga pake style-stylean, mengalir apa adanya. Kalau saya pribadi, bukan karena ngga baca buku parenting atau apa, tapi karena saya yakin yang namanya orangtua itu pasti punya parenting style masing-masing yang biasanya disesuaikan dengan kondisi anak, dan kondisi dirinya sendiri.

Jadi ya bisa saja parenting stylenya itu ngga masuk gaya pengasuhan mana pun yang ada di teori-teori parenting.




Akhirnya kami putuskan ajalah untuk ngisi kuis.

Kuis seru yang lebih aplikatif, kita dikasih suatu kejadian, trus jawaban-jawaban kita tuh bakal nentuin seperti apa parenting style kita. Seru lho kuisnya. Pada ikutan ya disini :



Dan hasilnya, ternyata saya dan Gesi sama, sama-sama freewheeler mom, alias ortu yang bebas, tapi dengan level yang berbeda wahahahahaha. Setidaknya level free Gesi lebih tinggilah dari saya. No wonder sih.

Baca Punya Gesi :



Oke sebelum bahas hasil tes saya, maree kita bahas dulu satu persatu type ibu-ibu yang ada di kuis tersebut.

Menurut kuis tersebut, ada 3 type ibu-ibu dalam menerapkan metode parenting bagi anaknya .

Type Planner

Ini tipe ibu-ibu yang semuanya terplanning dengan rapi. 

You may be new to this parenting thing, but you'll be darned if you're caught unprepared. When you're not feeding, playing, or changing diapers, you're reading-and highlighting the umpteeen baby books on your nightstand. You find comfort in order, so you crave structure and live by a carefully crafted schedule.
Anaknya tidur di jam tertentu, rumah rapi, segala jadwal harus terencana. Ini ibu-ibu yang bakal mentsterilkan botol susu anak sebelum dipakai, bawa makanan bayi kemana-mana dengan jadwal makan yang teratur. 

Ibu-ibu type ini juga yang akan menerapkan segala  ilmu parenting dari para ahli dan menjadikan buku parenting sebagai kitabnya. bahkan soal menyapih anak pun akan dikonsultasikan ke dokter.

Oh sounds good. 

Karena memang hidupnya terencana, makanya saat tiba-tiba ada temen ngajak merayakan ultahnya udah pasti bakal ditolak, karena everything always be scheduled.

Burukkah type ini ? No
Baguskan ? Ya tergantung.



Type FreeWheeler

Ini ibu-ibu yang punya gaya parenting freestyle, alias gaya bebas, LOL.

Yang disebut freewheeler itu didefenisikan seperti ini

You seize every moment, whatever it may bring. You feel that common sense and intuition will serve you better than the latest best-selling parenting author. Some moms admire you for your ability to go with the flow; others wonder how you manage to keep it all together. Hey, it's all good, right?

Pokoke type ibu freewheeler ini yang semuanya pokoke sesuai kondisi ajah. 

Buku parenting ?

Hmm, bolehlah dibaca, tapi tidak jadi acuan.


Type Optimizer

Ibu-ibu type ini kalau saya lihat dari kuisnya, adalah type ibu yang ideal.

You're doing an amazing balancing act. Sure, you read the parenting guides, but you remain calm if you notice your baby starts teething (or crawling or talking) a few weeks later than the book says he should. You seek input from your mommy friends, your pediatrician, and your own mother, but you generally trust yourself to make good decisions. And although you aim to keep a schedule, you know missed naps and blown bedtimes happen. In short, you begin every day with a good plan and even better intentions, and when life gets in the way, you do whatever it takes to make the best of it. Brava, mama!
Di  buku parenting, ia tahu ilmu parenting, namun pada saat mempraktekkan, ya menyesuaikan. Pas sesuai buku dilakukan, ga sesuai kondisinya ya improvisasi.

Type ini punya scheduled tertentu juga untuk anaknya, tapi ngga saklek amat.

Kalau saya type yang mana ?

Seperti yang saya sebut di atas tadi, dari hasil menjawab si kuis itu ternyata saya type yang freewheeler #tutupmuka, hahahahah.

Saya setuju dengan hasilnya, kenapa? karena ya memang seperti itu yang saya lakukan.

Ini nih beberapa contoh pertanyaan di kuis yang menunjukkan saya freewheeler.

Soal Buku dan Teori Parenting


Kalau yang ini ya jelas, saya lebih khatam baca novel Twilight atau Harry Potter, dibanding baca buku parenting.

Oke ralat, sejujurnya saya tidak pernah baca buku parenting. Saya palingan cuma baca-baca artikel parenting yang kebetulan lewat di timeline saya, atau yang memang sengaja saya cari untuk kepentingan bahan tulisan di blog.

Bukan karena ngga percaya teori parenting, tapi karena...... ehmmm entahlah, saya tidak terlalu suka aja bacanya.Ya bacalah secukupnya doang di internet, ngga sampai yang khusus beli bukunya.

Huhuhu sungguhlah bukan ibu panutan.

Soal Hygenitas Peralatan Bayi


Duh ini juga failed bangetlah. 

Dari anak pertama sampai kedua saya ngga pernah punya yang namanya sterilizer. Itu, alat untuk mensterilkan botol biar bebas kuman. Saya tahu dulu banyak temen saya yang sampai beli sterilizer seharga setengah  jutaan lebih, karena takut anaknya terkontaminasi kumanlah, kan masih bayi. Sampai detergen bayi, pencuci botol pun beda dengan yang digunakan anggota keluarga lain.

Pokoke semua harus produk bayi., xixixi

Awal-awal iya banget sih gitu. Saya beli detergent yang khusus bayi, yang mild, yang anti bacteria. Trus pencuci botol juga wajib pencuci botol khusus bayi. Eh tapi lama-lama kok mahal ya, hahah makanya gitu abis satu kemasan, berikutnya ya udahlah, detergentnya ga apalah disamain, asal dikasi pelembut biar ga keras aja. 

Nyuci botol?

Ah elah pakai Sunlight aja napa, kok harus pake Sleek. Jangan lupa, Sunlightnya diencerin dulu, xixixi.

Jadinya malah ringkes dan hemat.

Makanya di pertanyaan kuis itu, ada soal apa yang saya lakukan kalau dot bayi saya jatuh?

Jawabnya, ya ambil, trus lap aja pake ujung baju, trus kasihkan ke anaknya lagi. 

Ngga dicuci dulu?

Ngga, kelamaan keburu anaknya nangis.


Soal Makanan Bayi

Ini sudah pernah dibahas. Saya penganut, yay untuk makanan instan anak. Yay bukan berarti anaknya dijejelin makanan instant terus lho, tapi ya ngga anti gitu sama makanan instant.


Kalau pergi makan ke luar gitu, saya bukan tipe ibu-ibu yang ngebekel makanan khusus untuk anaknya. anaknya ya dipilihin dari menu yang ada. Entah soup, entah kentang goreng, yang bisa dimakan anak-anaklah. Free

Soal Menyapih

Nah ini, persoalan ibu-ibu sedunia.

Kapan waktu yang tepat untuk menyapih anak. Kalau ngikutin teori parenting sih sampai 2 tahun, ada juga yang lebih lama dari itu. 

Kalau saya sih lebih percaya intuisi (((INTUISI))) untuk soal penyapihan.

Pokoke saya tahulah, kapan waktu yang pas untuk menyapih. Makanya Tara tuh ngga pakai WWL, ya bisa juga lepas nenen dengan aman sentosa. Tara saya susui itu sampai usia 2.5 tahun.

Eh giliran adeknya, ngga selama itu, 1 tahun 2 bulan udah ngga nenen lagi.

Kenapa?

I dun no, tiba-tiba Divya ngga mau aja nenen. Yo wislah, malah ngga ada drama.


Soal Jam Tidur Anak

Sungguhlah ini sampai sekarang masih menjadi peer maha besar bagi saya.

Sampai detik ini Tara dan Divya, bobonya selalu di atas jam 11.



Malam banget, sampai saya kadang ketiduran nungguin mereka tidur. Udahlah saya ngga mau atur-atur yang gimana, karena saya merasa mereka memang sengaja ngga mau bobo cepet, karena pengen main lama dengan saya.

Yo wislah, palingan saya yang ngantuk banget tuh besok paginya, karena kadang saya juga seneng sih mereka bobo lama, jadi lama juga nguyel-nguyelnya.


Soal Hang Out Bareng Sohib


Sejak menikah, apalagi setelah punya anak, saya memang jaraaaang banget kongkow-kongkow sama sohib saya. ya soalnya waktunya ngga pas sih, kebetulan sohib-sohib saya itu ibu bekerja semua, jadi ya mau ketemuan pasti harus jam pulang kantor. 

Perkara acara apapun di luar weekday pastilah susah banget dilakukan.

Namun, kalau untuk momen-momen spesial, saya pasti rela bangetlah ngabisin waktu sama mereka, pergi sendiri. Iyalah kan mau ocip-ocip sama sohib, bolehlah sekali-kali single-an dulu.

Di kuis ada tuh pertanyaan : 

It's your best friend's birthday, and she scored last-minute reservations at that new Italian restaurant. What do you do?


Off course saya bakal jawab : I tell her I wouldn't miss it for the world. Then I scramble for a babysitter.

Dan ini memang kejadian, pernah sohib saya yang tinggal di Sulawesi datang ke Medan. Kami udah ngga ketemuan selama ehhhhm 15 tahunan kali. Ya udah saya titipin anak ke ART, dan saya main sama sohib saya itu seharian. Ajak makan dia sampe puyeng plus ocip-ocip , lol.

Lho kok ngga bawa anak?

Anaknya mau kongkow sama temennya bukan sama tante-tante , hahahha.


Saya pikir, bolehlah sekali-kali nitipin anak ke ART dan hepi-hepi sama teman.
Iyes. 



Nah itu dia style parenting saya, freewheeler.

Tapi sebenarnya saya rasa sih ngga bebas-bebas amat, kalau mau jawaban lebih konkrit sepertinya saya masuk type kombinasi, antara optimizer dan freewheeler, halah belibet.

Iya soalnya, ada beberapa pertanyaan di kuis yang jawaban saya tuh menggambarkan i have plan.

Kayak pertanyaan ini nih soal nonton di bioskop. Saya mah pakai pilihan juga, ngga main masuk aja ke bioskopnya. Minimal lihat artisnyalah atau nanya referensi teman dulu.


Parenting style itu memang berbeda-beda bagi setiap ibu. Ngga ada yang benar ngga ada yang salah menurut saya. Karena namanya gaya pengasuhan itu banyak hal yang mempengaruhi.

Kita sih ngga usah susah-susah mencari tahu, "apa nih styleku", ngga perlulah. Pakai aja mana yang paling pas untuk kita, sesuaikan dengan kondisi anak dan kondisi kita juga tentunya.Yang utama anak bahagia  dan ibu bahagia.

So, ibu-ibu sekalian, mana nih dari 3 style di atas yang paling menggambarkan dirimu. Cobain tesnya yuk, biar ketauan , hahahahaha.

Salam freewheeler



Pentingkah Istri Memiliki Penghasilan Sendiri?

Thursday, March 30, 2017


Yang namanya berkeluarga itu rezekinya sudah diatur sebesar 100 %
Saat suami istri bekerja, maka rezekinya 100 %
Dan saat istri berhenti kerja, ya rezekinya tetap 100 %

Kalimat itu sering banget saya baca, yang menegaskan bahwa sebenarnya mau suami istri bekerja, atau hanya suami saja yang bekerja, yang namanya rezeki keluarga itu ngga akan berkurang.

Bener sih ya, saya setuju.

Nah, kalau demikian, banyak orang yang beranggapan, ya ngapain kalau begitu istri harus bekerja?

Bahkan ada juga yang berpendapat sebaiknya seorang istri itu ya di rumah saja, biarkan suami yang memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena suami istri itu punya tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Trus muncul pertanyaan, sebenarnya perlu ngga sih wanita atau istri itu memiliki penghasilan sendiri?

GesiWindiTalk hari ini mau ngomongin itu



Sebelum kesana saya mau cerita dulu sedikit mengenai keluarga saya.

Saya lahir dan dibesarkan di keluarga yang ayah dan ibunya bekerja. Ayah saya kerja di perkebunan sedangkan ibu saya guru. Dari kecil terbiasa melihat ibu saya bekerja dan menghasilkan uang sendiri membuat saya ya cara berfikirnya bahwa perempuan itu normalnya bekerja.

Makanya ngga heran, anak ortu saya, tiga orang perempuan, semua jadi ibu bekerja. Walau pada akhirnya adik saya yang paling kecil memutuskan resign saat harus ikut suami pindah tugas.

Suatu saat di masa kami anak-anak ,ortu saya sedang butuh-butuhnya biaya sekolah, eh ndilalah saat itu ayah saya terkena PHK dari perusahannya. Yang mengakibatkan kami sempat yang mendadak jatuh miskin.

Jatuh miskinnya ngga ngenes banget sih, masih bisa makan, punya tempat tinggal, tapi biaya sekolah sempat yang terengah-engah banget memenuhinya.

Nah saat itulah saya merasakan betapa peran ibu saya yang notabene bekerja menjadi penyelamat bagi kelangsungan hidup keluarga kami. Dan syukurnya, ayah saya ngga lama langsung dapat pekerjaan baru, sehingga roda ekonomi kembali on the track.

But, di masa-masa itu kami sekeluarga sempat bener merasakan yang namanya ngga punya duit itu gimana. Itu pulalah yang menyebabkan saya akhirnya dikirim ke sekolah gratisan (yang juga keren pastinya) di Sibolga sana. Sesuatu yang mungkin ngga akan terjadi kalau keluarga saya ekonominya baik-baik saja.

( Baca : Warna Warni Sekolah Kenangan )

Memang ini bukan semata soal karena ayah saya kehilangan pekerjaan, tapi juga karena perencanaan keuangan keluarga yang buruk.

Iyes, keluarga kami tidak punya tabungan sama sekali, sehingga saat terjadi sesuatu di luar kendali, maka ekonomi keluarga langsung oleng.

So, jika ada pertanyaan, pentingkah seorang istri punya penghasilan sendiri?

Saya akan jawab Penting Banget

Kenapa?

Ada banyak alasan,
  1. Bisa membantu keuangan keluarga
  2. Bisa membeli apapun keinginan kita tanpa harus menunggu pemberian suami
  3. Tidak tergantung ke suami
  4. Bisa berjaga-jaga jika kondisi darurat terjadi
  5. Bisa membantu keluarga tanpa mengganggu uang keluarga
  6. Untuk kualitas hidup yang lebih baik
  7. Rencana keuangan keluarga lebih cepat tercapai
  8. Biar lebih dihargai
  9. Agar lebih percaya diri
  10. dst...dst
Silahkan diteruskan sendiri. Seribu alasan bakal ketemu.

Namun jika pertanyaan diteruskan, haruskan seorang istri memiliki penghasilan sendiri?

Jawaban saya :Tidak Harus.

Kenapa?

Karena ini sangat tergantung dengan kondisi keluarga masing-masing.

Ada keluarga yang peran istri malah akan lebih terasa saat istrinya sama sekali tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan.

Contohnya presiden, gubernur, bupati, istri para pejabat, istri ustazah, istri guru, istri pegawai kantoran, istri siapapun yang memang perannya sebagai pure pendamping suami malah akan lebih optimal untuk keluarga mereka.

Namun ada juga keluarga yang peranan istri tidak hanya sebagai pendamping suami tapi juga partner pencai nafkah.

Ngga bisa dipukul rata.

Soal kepercayaan diri, bisa beli barang sendiri,dll .

Yang kayak gini mah alasan- alasan bisa terpenuhi tanpa harus memiliki penghasilan sendiri.


Makanya walau saya bilang istri memiliki penghasilan sendiri itu penting tapi, istri tidak harus memiliki penghasilan sendiri.

Wah kok bisa gitu?

Ya bisa aja.

Ini mungkin bisa dianalogikan dengan, pertanyaan: penting ngga pakai pensil alis untuk menunjang penampilan?

Jawabannya penting. Tapi kalau diterusian, harus ngga seorang wanita pake pensil alis untuk menunjang penampilan?

Ya ngga harus. Tergantung alisnya udah bagus ngga, perlu ngga dipensil alisin.

Sungguhlah analogi yang luar bisa cerdas, wahahahaha.

Nah, makanya soal alasan kenapa seorang istri itu penting memiliki penghasilan sendiri sebenarnya hanyalah point plus saja dari imbas memiliki penghasilan sendiri.

Lebih dari itu, ada yang urgensinya lebih lagi bagi seorang istri atau siapapun di dunia ini yaitu,

Bahwa kita harus bisa hidup tanpa ketergantungan berlebih kepada orang lain.

Makanya alasan yang paling sering mendasari pendapat bahwa istri harus punya penghasilan sendiri adalah alasan ketiga dan keempat.

Yup, berjaga-jaga dari kondisi darurat merupakan alasan nomor wahid dari urgensi istri memiliki penghasilan sendiri.

Namun apakah itu sepenuhnya benar?

Ngga juga

Di contoh keluarga saya, saat terjadi kondisi darurat, even ibu saya bekerja dan memiliki penghasilan sendiri ternyata kondisi keluarga tetap morat marit.

Dan di keluarga lain, saat suami duluan pergi, ternyata masih banyak istri tak memiliki penghasilan yang bisa survive.

Nah lho bingung kan?

Berkaca dari hal tersebut, saya mengambil satu kesimpulan, bahwa sebenarnya di luar soal pentingnya istri memiliki penghasilan sendiri, ada setidaknya dua hal mendasar yang harus dimiliki seorang istri yang lebih dari pentingnya memiliki penghasilan sendiri,yaitu


" MENJADI ISTRI YANG MANDIRI DAN MEMILIKI PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK"

That's it.

Kenapa?

Seperti quote di pembuka tulisan ini, saya percaya bahwa yang namanya rezeki itu sudah ada yang atur. Sejelek-jeleknya nasib, tiba-tiba ditinggal suami pada saat kita tidak memiliki sumber penghasilan sendiri, sepanjang punya perencanaan keuangan yang baik, maka sebenarnya semua bisa banget aman terkendali.

Karena mau seberapa besar pun gaji suami ditambah gaji istri, jika tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik, ya hasilnya nul putul.

Sebaliknya seberapa pas-pasan nya pun penghasilan suami, kalau dikelola dengan baik, maka ya keuangan keluarga juga akan baik-baik saja saat misal suami duluan pergi. Ini kan sunatullah ya, usia manusia pasti berakhir.

Nah, masalahnya, perencanaan keuangan keluarga yang baik, walaupun teorinya itu kata om Safir Senduk ataupun kata mba Ligwina Hananto " Tidak penting berapa penghasilanmu yang penting berapa yang bisa kau sisihkan", tapi pada kenyataannya jauh lebih gampang merencanakan keuangan keluarga saat duitnya memiliki jumlah yang secara kasat mata ada di angka tidak mefet.

Sederhananya, tentu lebih gampang mengatur uang 10 juta untuk kehidupan rumah tangga dengan 2 orang anak dibanding mengatur uang 3 juta misalnya.

Ya kaan ya kaaan?

Untuk memiliki keuangan yang lebih lega itulah, peran istri yang memiliki penghasilan sendiri jadi penting.



Memiliki penghasilan sendiri bukan berarti harus bekerja keluar rumah.

Untuk hal ini, saya ngga mau membuka perdebatan.

Perempuan punya pilihan mau bekerja di luar atau menjadi stay at home mom.

Pendapat pribadi saya, sepanjang suami masih mampu membiayai keuangan keluarga, jika istri memang tidak perlu untuk mencari nafkah, dan si istri serta suami juga merasa baik-baik saja, ya ngga perlu juga maksa untuk memiliki penghasilan sendiri.

Karena salah satu tujuan berkeluarga itu kan biar mencapai kesejahteraan bersama.

Isri memiliki penghasilan sendiri adalah salah satu tools.

Kalau tools itu ngga dibutuhkan ya ngga perlu dipaksa dipakai.

Ya ngga?


Makanya saya bilang disini bukan masalah bekerja di luarnya, atau memiliki penghasilan sendirinya, tapi kemandirian si istrilah yang menjadi pointnya, sehingga jika suatu saat amit-amit terjadi sesuatu yang mengharuskan seorang istri menjadi si pencari nafkah, maka dia ngga akan gagap terhadap perubahan yang terjadi.

Yup, itu Pointnya MANDIRI dan PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK

Kita bahas satu-satu ya


MANDIRI

Mandiri itu maksudnya bukan tidak perlu bantuan suami, atau bisa apa-apa dikerjakan sendiri. Atau bisa beli barang apa-apa sendiri ngga minta suami. Ngga seperti itu.

Mandiri yang saya maksud adalah seorang perempuan harus memiliki sesuatu yang bisa diandalkan buat bertahan hidup. Life Skill lah istilahnya.

Makanya saya bolak-balik tulis di blog saya ini, saat seorang perempuan berubah status menjadi istri jangan pernah, saya bilang JANGAN PERNAH mengubur mimpi-mimpi kita.

Jangan pernah berhenti untuk mengasah kemampuan diri sendiri, jangan berhenti untuk menggali potensi yang ada. lakukan apa yang menjadi passion kita, jangan berhenti belajar.

( Baca : Wanita dan Cita-Cita Yang Meredup )

Saya mengagumi istri-istri yang tidak pernah merasa bahwa dinding rumah adalah pembatas dirinya dengan dunia luar.

Ada seorang teman saya yang dulunya bekerja , sama seperti saya seorang banker. Saat menikah ia resign. Namun ia tidak pernah berhenti mengasah diri. Saat ada waktu luang yang dilakukannya adalah kursus menjahit. Selesai kursus menjahit, ada waktu lagi ia gunakan untuk kursus memasak.

Selalu ada hal yang bisa dilakukan, dan saat ini bahkan ia sudah bisa mendapat penghasilan dari hobi menjahit dan memasaknya itu.

Saya juga punya seorang teman yang dulunya saat kuliah lulus dengan IPK Cum laude. Begitu menikah, ia menjadi Stay At Home Mom. Tapi bukan sembarangan Stay At Home Mom, dia yang dulu gape meramu berbagai bahan kimia di laboratorium, kini ahli meracik berbagai macam bumbu menjadi aneka hidangan lezat.

Dan ngga, suami mereka ngga yang kekurangan, hidup mereka malah jauh dari kata cukup alias berlebih. Saya yakin jika amit-amit terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka mereka tidak akan gagap, minimal dalam hal ekonomi keluarga.

So jadilah perempuan yang mandiri, jadilah istri yang memiliki sesuatu yang bisa diandalkan untuk bertahan hidup.




PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK

Point kedua yang terpenting adalah perencanaan keuangan keluarga.

Berkaca di kasus keluarga saya.walau ibu saya bekerja, namun saat ayah kehilangan pekerjaan bisa dibilang kami cukup kocar-kacir menghadapinya. Padahal ibu saya punya penghasilan sendiri.

Iya kami selamat melewatinya, namun sungguh masa-masa yang kalau diinget bisa bikin mbrebes mili lah.



Dan itu semua terjadi karena tidak adanya perencanaan keuangan yang baik.

Maka, seorang istri , apapun kondisinya, mau bekerja mau tidak bekerja, mau punya penghasilan atau tidak punya penghasilan saat ini, mau punya suami kaya atau suami pas-pasan, penting banget bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik.

Rencanakan... Apapun selalu rencanakan.

Buat target-target yang masuk akal.

Misal : gaji suami 5 juta, ya targetnya pengeluaran maksimal Rp 3,5 juta. Sisanya untuk tabungan, untuk investasi, untuk asuransi, untuk dana pendidikan anak, terserahlah, sesuaikan dengan tujuan keuangan keluarga masing-masing.

( Baca : Perencaaan Keluarga Ala Ibu Bekerja )

Setiap keluarga tentu memiliki formula yang berbeda-beda. Temukan dengan trial and error. Yang pasti jangan besar pasak dari pada tiang.



Saya amat mempercayai bahwa rezeki itu sudah diatur yang maha Kuasa. Tugas kitalah menjemput rezeki itu dan mengelolanya dengan baik.

Namun bukan berarti kita pasrah aja terhadap apapun kondisi kita. yang namanya manusia itu tugasnya adalah berusaha termasuk berusaha mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa menimpa.

Memiliki penghasilan atau tidak memiliki penghasilan bukan issue utama bagi seorang istri (menurut hemat saya), apalagi soal bekerja atau tidak bekerja. Karena memang ada perempuan yang suka bekerja, hobinya bekerja, passionnya bekerja (seperti saya), ada pula perempuan yang memang hobinya ya mengerjakan segala urusan rumah tangga.



Yang pasti, mau punya penghasilan atau tidak, mau bekerja atau tidak, seorang istri (menurut saya) penting untuk memiliki sebuah keahlian dan Penting pake banget bisa mengatur keuangan keluarga dengan baik

Jadi bu ibu yang sekarang bekerja, dimanapun, mau kerja kantoran, mau kerja MLM, ga perlu ya setiap hari ngajak orang untuk harus punya penghasilan sendiri dan menganggap istri yang ngga punya penghasilan itu afalah istri yang ngga produktif.

Ngga semua istri harus punya penghasilan sendiri.

Dan bu ibu yang saat ini ngga punya penghasilan sendiri juga ga perlu stress,merasa kok kurang keren nih, kok aku ga bisa punya uang sendiri.

Ngga perlu gitu juga.

Yang penting, selalu prepare diri. Kalau memang punya keahlian dagang silahkan diasah dengan berlatih jualan. Punya keahlian masak,ya masak aja terus sampe jadi ahli, punya keahlian nulis, ya terus berlatih nulis.

Karena yang namanya manusia, mau seorang istri atau bukan, mau laki atau perempuan memang selayaknya memiliki keahlian untuk bertahan hidup dan tidak melulu tergantung pada orang lain.


Kalau menurut kalian nih, seberapa penting seorang istri memiliki penghasilan sendiri?


  • Penting Banget
  • Penting Aja
  • Ngga Penting
  • Biasa Aja
  • Ngga peduli
  • Tergantung (tergantung apa?)


Plis ikutan sumbang pendapat dong, pengen tau pendapat kalian. Atau buat post sendiri dan tag saya yah.

Custom Post Signature