Showing posts with label Family. Show all posts
Showing posts with label Family. Show all posts

Cuti Hamil

Friday, December 4, 2015
Hari Juma'aaat, malam nanti waktunya kontrol kehamilan lagi.

Iya nih udah masuk 34 minggu looo. Alhamdulillah banget selama hamil kedua ini ngga ada masalah yang berarti. Palingan karena faktor U yah, rasanya kok agak berat gitu kalo jalan, nyetir juga udah mulai bengah. Apalagi ruangan kerja saya ada di lantai 3, tanpa lift, OMG naik tangga bolak-balik tiap hari bikin nafas saya ngos-ngosan. Tapi ngga apa juga sih, biar ntar lahirannya gampang , aamiin.

Finally, Day Care

Thursday, October 8, 2015
Capek menghadapi drama ART, akhirnya dua mingguan yang lalu saya putuskan untuk survey-survey daycare yang ada di Medan. Huuuuft, lumayan lelah hati adek baaaang menghadapi kelakuan ART yang ngga ada matinya bikin kepala senut senut.

( Baca : Drama ART)

Sebenarnya saya suka banget pakai jasa ART. I Looove my ART so much. Soalnya kan saya dan suami dua-duanya kerja, jadi maunya kalau pulang kerja gitu rumah sudah rapi, masakan sudah siap di meja, jadi tinggal santai-santai saja. Sabtu Minggu bisa jalan-jalan dengan tenang. 

Drama ART

Friday, September 4, 2015
Alohaaaa, wuih dah lama banget ngga curhat di blog #kibas-kibas kemoceng. Ada yang kangen dengan saya ngga??????...... Ngga ? Yo wis lah gpp.Ngga diinget juga gpp, dah aku mah apa.

Jadi, kemana aja neng ngga nongol sekian lama?

Lebaran Kemana Kita Tara?

Tuesday, June 23, 2015


Kayak yang saya tulis sebelumnya, sekarang ini papanya Tara memang lagi hobi banget jagain si anak wedok. Ealah sayanya ketagihan banget. Pengennya apa-apa si papa aja lah yang ngurusin Tara. Jadi kepikiran juga, lebaran kali ini kayaknya saya ngga ikutan pulkam ke Jogja sama suami. Suami saya suruh pulkam dewean aja. Soalnya kan hamilnya ini masih muda banget, lebaran nanti baru masuk usia 4 bulan, masih was-was kalau harus naik pesawat. Lagian lebaran ini adik saya yang di Bandung juga bakal pulkam giliran lebaran di Medan dia, trus abang saya juga mau pindahan kerja ke Jakarta, jadi lebaran ini terakhir mereka sekeluarga di Medan. Yo wis, kayaknya mending saya ngga ikutan dulu pulkam ke Kutoarjo, kampung halamannya suami. Tapi terus kepikiran lhaaa kalau papanya pulkam berarti Tara bakal saya sendiri dong yang jaga, kan wawak yang ngurus Tara selama ini juga libur, dan galaulah emaknya ini. 

Berbagi Bahagia dengan Saling Mendoakan Kebaikan

Thursday, April 16, 2015
Kalau ditanya, apa moment dalam hidup yang membuat saya paling bahagia??

Hmm mungkin saya akan jawab  menjadi seorang ibu adalah hal yang paling membahagiakan.

Tara Kena Invaginasi

Tuesday, February 3, 2015
Saat lagi bermain mobil-mobilan di rumah, tiba-tiba anak saya Tara menjatuhkan dirinya ke lantai. Sambil menangis ia memegangi perutnya, terlihat sangat kesakitan. Namun dua menit kemudian ia bangkit dan bermain kembali. Tak sampai setengah jam berikutnya, Tara mulai meringis lagi. Saya gendong dan elus-elus perutnya untuk menenangkannya. Tangisnya pun berhenti saat itu.

Malam harinya, saat sedang tidur, tiba-tiba Tara terbangun kembali. Saya lihat ia sedang nungging sambil menangis. Duh, panik saya dibuatnya. Segera saya bangunkan suami. Kami pikir Tara sembelit. Kami pun segera mencari apotik terdekat untuk membeli obat pencahar. Namun setelah kami masukkan obat tersebut melalui anus Tara, dia tidak juga BAB.

Baby Shower

Monday, November 10, 2014

Entah kebetulan atau tidak, tahun lalu saat saya melahirkan bayi pertama saya ke dunia ini bebarengan dengan beberapa orang teman saya. Ya tahun 2013 kemarin itu memang banyak banget istri teman suami, teman sekantor, sampai adik saya juga ramai-ramai menambah jumlah populasi manusia di dunia yang semakin sesak ini.

What a Wonderfull Day

Wednesday, October 9, 2013
Setelah pontang-panting selama dua hari ini, akhirnya bisa merebahkan badan sejenak. Karena si papa lagi tidur dan Tara main sama mba nya, iseng ngisi blog lagi .

Ya, Dua hari ini energi saya terkuras habis. Pasalnya suami tercinta sakit dan harus opname di RS. Kalau diinget-inget lagi, saya jadi merasa bersalah banget sama si beliau.

She Lost Her Baby

Thursday, April 12, 2012
Hari ini saya sedih sekali. Sedih yang benar-benar sedih, sampai tidak mampu menggambarkannya. 

Saya baru dapat kabar, bahwa sahabat saya yang lagi menanti kelahiran buah hatinya tiba-tiba harus kehilangan calon bayi yang bahkan belum sempat memperdengarkan tangisnya ke semesta.
Kelilit tali puser, begitu berita yang saya tahu.

Ya Allah. Saya yang tidak mengalaminya secara langsung saja sedihnya ga terkatakan. Bagaimana lagi sahabat saya tersebut. Benar-benar tidak bisa saya bayangkan.
Sedari tadi saya tak henti-hentinya menangis. Ingin memeluk sahabat saya tersebut, tapi jarak kami terlalu jauh. Dia ada di pulau seberang.

Sembilan bulan yang lalu saat ia mengabarkan tetang kehamilannya kepada saya, saya langsung menitikkan air mata. Entahlah saya tidak tahu itu air mata apa. Bahagia, pasti. Dia termasuk sahabat dekat saya, pasti saya bahagia untuk kebahagiaannya. Walaupun jauh jauuuh di dilubuk hati terdalam saya terselip sedikit iri. Iri karena saya sudah begitu lama menanti waktu untuk memberi kabar gembira tersebut kepadanya.

Saat itu saya berfikir, betapa dewi fortuna sangat suka mengikuti jejak hidupnya. Ia seorang perempuan yang cantik, sangat cantik malah, baik, pintar, karirnya bagus, dapat suami dengan pekerjaan begitu mapan. Beberapa bulan menikah langsung diberi rezeki kehidupan baru. Bahkan begitu beruntungnya ia, sampai pada acara kantor ia mendapat ipad 2. Bayangkan siapa lagi orang yang lebih beruntung dari dia.

Namun tadi malam saya begitu tergugu membayangkan sedang apa ia sekarang.

Normalnya setelah melahirkan seorang ibu akan disibukkan dengan kegiatan baru. Mengasuh bayi mengilnya, menyusui, begadang karena tangisnya. Namun mungkin sahabat saya tersebut akan tetap begadang, tetapi sambil termenung mendekap baju-baju lucu hasil belanja kemarin. Atau juga sambil menciumi wangi bedak bayi . Saya tak sanggup memikirkan perasaannya.

Benarlah  kata orang tua, bahwa orang lain itu adalah cermin introspeksi bagi diri kita.

Terkadang kita perlu melihat kesedihan orang lain untuk mensyukuri nikmat yang diberi kepada kita. Terkadang kita harus ditampar dengan kejadian-kejadian luar biasa di hidup kita untuk lebih dekat kepada yang memberi hidup ke kita.

Saya jadi sadar, bahwa cobaan dalam hidup saya tidak ada apa-apanya. Saya hanya disuruh bersabar untuk memeluk bayi mungil yang akan meramaikan istana cinta saya. Sedangkan sahabat saya, ia harus kehilangan makhluk indah yang sudah menyatu di dirinya selama ini. Suatu perbandingan yang sangat tidak sepadan.

Saya yakin Allah sedang mengujinya untuk menaikkan derajatnya. Ia seorang perempuan yang begitu baik. Allah pasti punya rencana lain dan akan mengganti kesedihannya dengan sesuatu yang akan mengobati lukanya.

Saya juga jadi semakin yakin, bahwa sebaik apapun kita berencana, kita harus bersiap diri untuk ketentuan dari Nya. Hidup mati itu sepenuhnya hak preogratif-Nya. Allah yang paling tahu apa yang terbaik untuk diri kita. Di balik semua peristiwa pasti ada hikmah yang tersembunyi.

Sampai detik ini saya hanya memandangi hp saya. Membaca postingan twitternya beberapa hari yang lalu tentang kegembiraanya menyambut si jabang bayi. Foto saat ia senam hamil. Bahkan euforianya membeli seluruh perlengkapan bayinya.

Dan saya mencoba menghubunginya. Saya dial no hpnya. Berdering, sedetik dua detik tiga detik. Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan.

" Turut berduka"    
            
" Tabah ya"

" Be strong dear"

Ah saya rasa dia tidak butuh kata-kata seperti itu. Mungkin saat ini ia hanya butuh waktu untuk sendiri. Menyatu dalam kesedihannya. Menumpahkan airmata di bahu suaminya.

Tidak...., saya yakin , ia tidak butuh hiburan dari orang lain. Yang ia butuhkan hanya bayinya.
Tuuut, saya tekan tombol merah. Tidak, saya tidak sanggup berbicara dengan nya.

***

Ya Allah berilah sahabat saya kekuatan

Ganti lah kesedihannya dengan yang lebih baik.

Beda..... Siapa Takut !!!

Sunday, December 18, 2011
Bagaimana ya kalau dapet pasangan yang beda dengan diri kita?

Kalau mau lihat pasangan beda karakter, beda selera, beda gaya, ga usah susah nyarinya ( lihat aja pasangan dibawah ini).




Masih inget lagunya siapa tuh yang penyanyinya udah meninggal,yang liriknya gini nih
“aku suka singkong kau suka keju”

Nah kalo aku dan suamiku beda lagi. Kalu dibuat daftar kira-kira seperti ini :





Awalnya susah juga mengakomodir perbedaan-perbedaan. Kalau mau masak, bingung sendiri ( maksudnya yang bingung yang masakin, yang jelas bukan aku ), terpaksa masak dua jenis lauk yang berbeda, aku ga bisa makan tanpa sambal, dia…. Langsung mules kalo kena sambel.Di tambah lagi aku paling suka ikan laut, dia ogah banget. Belum lagi sayurnya, hadeh masa tiap hari makan pecel ( kalau gudeg ga ada yang bisa masaknya), padahal bagiku makan tuh paling nikmat kalau ada kuah gulainya atau minimal sayuran berkuah la.Tapi berhubung dia ga suka santan diambillah jalan tengah, sayur bening hehehe.

Bulan-bulan pertama, kita seperti dua orang yang berusaha keras saling mengklopkan diri. Susahnya kalau lagi jalan ke Mall, saat tiba waktu makan pasti riweh, dia maunya makan di KFC, aku ogah banget makan KFC kalau ga dalam keadaan darurat. Akhirnya kuputuskan, aku ga akan pernah makan KFC kalau ga sama suamiku. Jadi jangan harap akau mau makan di restoran cepat saji itu selain kalau lagi bersamanya. Hmm ralat deh , kecuali di tempat itu ga ada restoran yang murah, bolehlah si Jagonya ayam ini jadi pilihan, hahaha tetep aja intinya ngirit.

Satu-satunya selera makan kami yang sama adalah mie ayam. Thanks God, seneng banget waktu tau, jadinya kalau lagi ga ada kerjaan sore-sore, kita hunting mie ayam sampe ke ujung-ujung kampung deh.

Kalau masalah hobi sih ga ada masalah, karena dia hobinya tidur, jadi saat ia tidur aku puas-puasin deh baca buku. Dan kalau hari minggu dia ke bengkel, just drop me to gramedia. Asik kaan??

Jadi, siapa bilang beda karakter ga bisa bersama?
Justru perbedaan yang membuat kita lengkap kan? Like kunci and gembok, ato enzim dan substratnya ( yang ini harus diteliti lagi kebenarannya, biar keren aja)

Ada satu moment yang membuatku bahagia banget punya sifat cerewet dan hobi banget ngobrol.

Hari itu suamiku, test kompetensi di kantornya, hanya untuk evaluasi berkala. Waktu ditanya, apa yang membedakanmu hari ini dengan beberapa tahun yang lalu?

Setelah menjawab panjang lebar tentang kompetensi diri, kematangan berpikir dan bla bla bla , di akhir jawabannya dia bilang gini nih

“ Dulu saya sangat tertutup dan tidak berani berbicara di depan umum, namun sejak menikah dengan istri saya, saya jadi terbiasa berbicara dan lebih berani mengutarakan perasaan saya”.

Kenapa? Apa yang membuatmu jadi terbiasa berbicara?

Hmm, setiap saya pulang kerja,istri saya selalu minta saya cerita situasi di kantor, kalo ga dijawab dia ngambek, jadinya tiap hari saya harus nyeritain semuanya.

Wuih, keren banget kan jawaban suamiku, hehehe. Gimana gak ya. Dulu sempat frustasi dengan sifat pendiamnya. Ditanya mau makan apa mas?, jawabnya terserah. Capek-capek aku cerita panjang lebar, dia nya Cuma tersenyum. Pokoknya kalau dihitung jumlah kosakata yang dikeluarkan kita berdua dalam satu percakapan, 5 : 300 kata.parah ga tuh.

Ini ilustrasinya.
Suami baru pulang kerja, buka pintu.... kriiieeeet, rebahan di kursi

Aku : “ Capek mas?”, sambil nyodorin teh hangat
Suami: ‘ga kok”
A: tadi di kantor ada masalah ga mas, temen kerjanya ada yang ngeselin ga?”
S : Ga
A: Diem
S: Diem
Krik krik krik

A: Tadi ngapain aja mas, ada rapat ga, ato ada mesin yang rusak ya?
S: ya gitu
A: Gitu gimana,
S: ya gitu
Krik krik

A: Apel pagi mas ngomong apa, ngarahinnya apa. Ngasih semangat itu penting lo mas, biar anak buahnya kerja dengan senang hati
S: hmm, iya

*****

A: mas, kalau ngolah kelapa sawit tuh, setelah di masukin ke boiler trus diapain yah, gimana caranya kok bisa jadi minyak sih, jelasin dong mas prosesnya, biar ade kalau ditanya orang ngerti gitu lho ( ini sebenernya siapa yang sarjana teknik kimia ya )

S: kalau ade mau tau, ikut mas aja ke pabrik

Gubrak,…Hadeh, Gatot nih hari ini strategi membuat dia mengeluarkan minimal 20 kata dalam tiap buka mulut.

Aku harus ubah strategi pikirku, kalau dibiarin lama-lama aku bisa kehilangan perbendaharaan kata nih. Akhirnya aku ubah pola percakapannya jadi kayak gini,

A: Mas, ade tuh ya suka banget baca, nih buku kesukaan ade. “ Bidadari-bidadari surga’ karangannya tere liye. Tau ga mas ceritanya tuh tentang bla bal bla……………. ( 500 kata deh pokoknya).

S: bagus ya de ceritanya ( 4 kata)

Puih, jangan Tanya berapa kali pola pertanyaan kuubah, kukombinasi dan ku modifikasi.
Aku udah ga inget lagi, di minggu ke berapa pernikahan kami, suamiku akhirnya dengan ikhlas berbicara panjang lebar seperti yang kumau

Jadi….. beda karakter? Siapa takut







Pembokat oh pembokat

Monday, February 1, 2010
Pernah tahu ga tentang kehidupan jaman kolonial Belanda dulu?

Saya tau dan saya sangat terkejut, ternyata di zaman 3G sekarang, internet ga perlu pake kabel lagi, wifi dimana-mana masih ada aja orang-orang yang berfikir secara feodal dan hidup seperti masih di zaman perang dulu.

Mungkin perlu saya ceritakan disini,

Suami saya bekerja di perusahaan perkebunan. Kebetulan jabatan suami saya adalah asisten pengolahan. Nah karena saya istrinya maka jadilah saya juga ibu asisten.

Kami baru menempati rumah yang disediakan perusahaan. Rumah dengan arsitektur Belanda, besar, halamanya aja 1 hektar kali, jendelanya tinggi dan besar. Karena saya juga bekerja maka saya rasa perlu untuk mencari asisten rumah tangga yang bisa membantu saya melakukan pekerjaan rumah tangga. Maka saya meminta tetangga untuk mencarikan asisten tersebut.

Dan datanglah si mba itu tadi malam. Saya persilahkan dia duduk, eh dia malah duduk di lantai sementara saya dan suami duduk di kursi. wah saya terkejut sekali, saya suruh dia duduk di kursi, si mba ga mau, : biar aja bu, udah biasa kok. Bayangkan Saudara-saudara di jaman sinetron citra fitri, bayu cinta luna,hadijah seperti ini masih ada type pembokat seperti itu,ckckck

tapi aku belum tau kerjaannya sih,jadi kita liat aja nantinya gimana

Custom Post Signature