Waktu tidak selalu menjadi obat

Friday, November 25, 2022

Tadi pagi saat nyekrol IG, aku lihat video wawancara Emma Watson, dia cerita soal bagaimana rasanya not invited , not welcome somewhere, not included. It such a painful, awful. Emma begitu emotional saat ngomongin itu, sampe suaranya bergetar. Dalam hati aku membatin " Wow gw tau rasanya itu Emma, i feel you. 

Bertahun-tahun lalu, aku pernah merasa begitu tidak punya teman, dikucilkan, tidak diajak ngobrol, tidak dianggap sebagai bagian dari mereka, rasanya ouggh, sampai sekarang kalau mengingatnya langsung nyeri ulu hati. 

Kadang-kadang memang yah rasa sakit di masa lalu itu bisa tiba-tiba muncul saat ada kejadian di masa kini yang mentriggernya. Sampai sekarang kalau memikirkannya aku masih sering monolog " Kenapa ya orang-orang bisa setega itu sama orang lain?, kenapa orang-orang bisa melakukan hal-hal jahat pada temannya, yang notabene ada di sekitarnya setiap hari. 

Suatu hari pernah aku sampaikan hal ini pada orang-orang yang dulu membuatku merasa sangat tidak berharga sebagai manusia, " Kenapa kalian melakukannya? aku salah apa dulu?'. Jawabannya sungguh di luar dugaan " Apa iya seperti itu?, ah ngga ada, hanya perasaanmu saja itu"

Mendengarnya aku jadi diam dan merenung, memang pada saat kita melakukan sesuatu ke orang lain, seringkali kita tidak menyadari dampak yang kita timbulkan, bagaimana orang tersebut menerimanya,  padahal terkadang yang dibutuhkan cuma kata " Maaf ya, kami dulu jahat padamu". Iya, yang dibutuhkan cuma kata maaf, tapi ya gimana boro-boro mau minta maaf, merasa bersalah aja ngga. 

Pada akhirnya, masa lalu memang akan selalu menjadi masa lalu, akan ada luka yang mungkin tidak bisa disembuhkan orang lain, diri kitalah yang harus berusaha, berusaha memaafkan, berusaha melupakan. Menganggap itu hanya bagian dari perjalanan hidup. Waktu memang bisa menjadi obat, namun kadang ada luka-luka yang tidak bisa hilang seiring waktu. Untuk semua hal yang menyakitkan di masa lalu, coba tarik nafas sejenak, cobalah memaafkan, maafkan, bukan untuk mereka tapi untuk dirimu sendiri. 


13 comments on "Waktu tidak selalu menjadi obat"
  1. Bertahun-tahun lalu, aku pernah merasa begitu tidak punya teman, dikucilkan, tidak diajak ngobrol
    please visit link Tel-U

    ReplyDelete
  2. Emma Watson's interview resonated deeply with me. I've experienced the pain of exclusion and being unseen. It's a reminder that our actions can have lasting effects on others, and healing requires forgiveness, not just for them but for ourselves.

    ReplyDelete
  3. It's refreshing to read an essay that questions the prevalent belief about time being a universal cure. The idea that time heals all wounds is strongly embedded in our cultural psyche, but as this post correctly points out, it isn't always the treatment we expect. The notion of time as a double-edged sword resonates strongly in literature, particularly children's stories. Writers of childrens book writers., with their uncanny ability to compress complicated topics into simple narratives,

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature