Batik ku, Warisan ku

Wednesday, March 28, 2012


Sebelum batik sepopuler seperti saat ini, saya tahu kain batik hanya dalam bentuk kain panjang. Kalau di daerah saya, biasanya batik kain panjang tersebut atau yang biasa disebut jarik menjadi primadona pada saat-saat kelahiran bayi ke muka bumi. Ibu saya biasanya menyetok jarik tersebut dalam jumlah banyak di rumah. Sehingga sewaktu-waktu, saat akan menghadiri acara penabalan nama, tinggal membungkus kain tersebut sebagai kado.

Selain acara penabalan nama bayi, kain batik ini pun sering muncul di perhelatan-perhelatan yang mengusung nilai-nilai tradisional. Contohnya di acara pernikahan adat jawa, dalam prosesi temu pengantin, si orang tua akan melingkarkan batik kain panjang ke sekeliling tubuh pengantin dan menariknya dengan kedua tangan seolah-olah sedang menggendong pengantin ke pelaminan.

Di samping hadir di acara-acara penuh suka cita, batik kain panjang ini pun tidak pernah absen bahkan menemani sampai akhir hayat pemiliknya. Dalam prosesi pengurusan jenazah, batik kain panjang ini digunakan mulai sebagai alas saat memandikan jenazah sampai saat mengkafani. Sebagai penutup si mayit pun digunakan batik.

Ternyata secara tidak sadar, batik selalu hadir di setiap kejadian penting di bumi Indonesia ini. Dengan kata lain, batik bukan hanya sebatas kain tapi lebih ke menifestasi kebudayaan yang melekat di diri kita selaku penghuni bumi Indonesia.

Beberapa tahun belakangan ini, geliat batik semakin menggoda. Peraturan di perusahaan-perusahaan dan instansi yang mewajibkan pekerjanya menggunakan batik pada hari tertentu turut mendongkrak kepopuleran batik.

Batik yang dulunya terkesan sebagai kain kelas bawah, perlahan mulai menampakkan eksistensinya. Kalau dulu, batik identik digunakan oleh mbok-mbok tukang jamu, abdi dalem keraton, atau orangtua yang sudah uzur. Namun sekarang, kelas batik meroket tajam. Hampir seluruh acara resmi pasti mencantumkan batik sebagai dresscode nya. Bisnis batik pun semakin menarik. Keuntungannya semakin legit.

Kalau sedang jalan-jalan ke Jogja, saya sangat merekomendasikan untuk mengunjungi pusat-pusat kerajinan batik di kota ini. Melihat susahnya proses pembuatan batik tulis. Mulai dari menggambar motif sampai melukisnya dengan canting membuat saya merasa harga untuk menebus kain tersebut pantas dan wajar.

Dari segala jenis kain yang saya tahu, batik memang mempunyai kekhasan dan kekhususan yang menakjubkan. Entah bagaimana formulanya, yang pasti batik bisa dipakai dalam segala suasana. Dari mulai untuk daster, baju kerja, baju kondangan sampai untuk baju main. Mau dipadankan dengan kain oke, dengan rok atau celana bahan matching, dengan jeans chic dan keren. Jadi tidak aneh sekarang melihat pemandangan remaja hangout di mall memakai batik.

Sejujurnya kita harus berterima kasih kepada negara tetangga. Terkadang, kita tahu sesuatu itu berharga dan bernilai kalau sudah ada orang lain yang menginginkannya. Tiba-tiba saja kita tersentak oleh berita pengklaiman batik sebagai warisan budaya mereka. Padahal dari dulu kita tenang-tenang saja, menganggap batik tidak ada istimewa-istimewanya. Namun setelah kejadian itu, kita seperti kebakaran jenggot. Syukurlah sejak 02 Oktober 2009, batik Indonesia sudah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia oleh Unesco. Yah bagaimanapun juga yang namanya warisan itu yang berhak ya ahli waris, tidak bisa dipindah tangan.

Dan karena termasuk warisan budaya Indonesia, jadi yang memiliki batik tidak hanya orang Jawa saja. Orang Palembang punya corak batik sendiri, Aceh punya sendiri, Bali dan Lombok juga punya sendiri. Dengan ciri kedaerahannya, membuat batik-batik daerah ini semakin mendapatkan tempat tersendiri. Berbeda dengan batik Pekalongan yang bercorak besar-besar, batik Bali dan Lombok coraknya lebih abstrak. Semakin banyak corak yang ada semakin memperkaya khasanah budaya itu sendiri.


Semoga saja ke depannya batik benar-benar bisa mendunia. Kalau kemarin Jessica Alba pernah memakai batik corak parang rusak, siapa tahu nantinya Angelina Jolie sekeluarga mau seragaman pakai batik Indonesia ke acara penganugerahan Oscar, hehehe.


So .. pakai Batik, saya merasa keren. Keren penampilannya, juga keren karena sudah ikut melestarikan dan menjaga warisan budaya turun temurun.





More English More Friend

Tuesday, March 27, 2012

Begitu mendarat di meja kerja , tanpa membuang waktu kubuka laptop mungilku. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, kali ini tujuanku jelas, browsing tempat kursus bahasa Inggris yang oke. Gila aja, hari gini Inggrisku belepotan, kejadian kemarin tidak boleh terulang lagi.

Kemarin pagi, aku berpapasan dengan si bos saat hendak menyeberang dari tempat parkiran. Tumben-tumbennya si bapak memakai ransel ke kantor. Dengan sok ramahnya aku menyapa,

“ Selamat pagi pak, wah hari ini kita sama ya pak, sama-sama black pepper” sapaku sambil tersenyum

Bukannya menjawab, si bapak malah mengernyitkan dahi mendengar kata-kataku. Sedetik kemudian dia tertawa keras. 

“ Hahahaha, kamu pintar bercanda juga ya ternyata”

Setelah menghabiskan tawanya, si bapak pun meninggalkan diriku yang terbengong. Oh my God malunya, lidahku keseleo menyebut backpacker menjadi black pepper, hadeh.

***

“ Hi everybody, my name is Desy. I’m a banker. Nice to meet you all”

Wajah-wajah di depanku begitu antusias melihatku.

“ How old are you”, tanya seorang anak laki-laki berseragam abu

Buseet ni bocah, pakai nanya umur segala lagi.
Sambil tersenyum kecut kujawab juga pertanyaannya

“ I’m 28 years old”

Kulihat mereka berbisik-bisik . 

Hasil placement test ku di TBI Multatuli Medan ini, menempatkanku sekelas dengan sekelompok remaja puber berseragam abu-abu.  

***

“ Mba, jangan lupa ya besok ATM ku yang gambar tweety dibawain” Hani, si cewek imut mengingatkanku .

“ Oiya mba, aku minta souvenir tabungan junio yang kemarin dong” kali ini Tio ikut nimbrung.

Hahaha siapa sangka,belajar bahasa Inggris bisa nambah teman. More English more friends, sekaligus nasabah untukku. Mantap.



Disertakan pada lomba Blog Entry bertema Inspiring and Empowering through TBI, kerja sama Blogfam dan http://www.tbi.co.id

Payung Ungu Amela

Thursday, March 22, 2012




 “ Mama, Amela mau payungnya yang warna ungu ya ma”

Sore itu sehabis latihan menari di sanggar tari tante Citra, Amela langsung laporan sama mama. Dua bulan lagi sanggar tari Bina Karya, tempat Amela menghabiskan tiga hari dalam seminggu setiap sore sepulang ngaji di madrasah ibtidaiyah, akan tampil di salah satu televisi swasta dalam acara “Pentas Seni Anak Indonesia”.

Mereka akan membawakan tari payung, jadi setiap anak harus mempunyai payung kecil sebagai property tarian mereka. Latihan dimulai minggu depan. Amela gembira sekali, dari tadi bibir mungilnya asik berceloteh kepada mamanya. Mama tersenyum melihat antusias Amela yang begitu menggebu-gebu.

“ Kata mba Putri, nanti akan dipilih sepuluh orang ma untuk ikut acara itu” sambil mengunyah nasi yang disuapkan mama ke mulutnya, Amela masih bercerita.

“ Amela pengen ikut ma”

“ Iya Amel, makan dulu yah, nanti dilanjutkan ceritanya, ntar kamu keselek lho” 

“ Payungnya ungu ya ma, jangan lupa” 

Hihihi walaupun sudah diingatkan mama, tetep saja Amela melanjutkan ocehannya. Dasar bocah.

***

 Tubuh mungil amela meliuk-liuk lincah mengikuti  alunan musik dari soundsystem di sanggar tari Bina Karya. 

Amela memang suka sekali menari. Setiap mendengar musik di televise ataupun dari tape mobil otomatis dia akan mengikuti gerak-gerik para penyanyi imut imut itu , apa tuh namanya, hmm ya ya “ Cherry Belle”.

Pinggul goyang ke kiri, goyang ke kanan. Berputar-putar. Ah lucu sekali melihatnya.

Diam-diam mama sering memergoki Amela lagi mematut-matut diri di kaca sambil menari. Terkadang ia menirukan tarian yang sering diperagakan sinden di Opera Van Java. Selendang mama pun jadi korban untuk melengkapi aksinya. Selendang diikat di pinggang, kadang ia mengalungkannya di bahu. Mulailah Amela mengibas-ngibaskan selendang tersebut persis seperti aksi lempar sampur.

“ Iya jeng, anak saya si Amela tuh gimana yah…. gak bisa diem di rumah. Bawaannya mau nari aja. Pusing saya melihatnya"

Mamanya Amela mengeluhkan kebiasaan Amela yang selalu always, menari dimanapun. Bahkan kemarin waktu mama minta Amel bantuin nyusun piring di meja makan untuk makan malam, sambil membawa piring dan gelas kakinya melonjak-lonjak riang. Malang si manis tiba-tiba muncul, kaki Amela tersandung si Manis,Prang…. Tak ayal piring dan gelas di tangan Amela mendarat dengan suara krompayangan di lantai. Hihihihi, 

“ Ya sudah jeng, Amela dimasukin ke sanggar tari aja, kayak anak saya.

“ Horeeee, Amela seneng banget waktu mama mengantarkannya ke Bina Karya, sanggar tarinya Tante Citra, adik mama.

Dan sekarang, mama sedang memperhatikan putri bungsunya itu menari. Ah Amela memang berbakat.

Mama menyempatkan diri menjemput Amela sepulang dari kantor, sekalian mau ngasi kejutan ke Amela. Mama sudah membawa payung ungu yang diminta Amela. Payung kecil yang sangat cantik.

“ Baik, latihan hari ini cukup. Minggu depan kita akan mulai berlatih tari payung ya ya. Jangan lupa bawa payungnya ya,’ kata Mba Putri, guru tari Amela

***

Mama mengelus lembut kening putri bungsunya itu. Terdengar dengkuran halus Amela. Titik-titik keringat membasahi dahinya. Secara berkala mama mengganti kompres hangat di kening Amela.

Ya, sudah tiga hari ini Amela demam,mama langsung izin tidak masuk kantor untuk merawat Amela. Padahal minggu depan adalah jadwal Amel tampil di televisi. Mudah-mudahan Amela segera sembuh, kalau tidak ia pasti kecewa sekali tidak dapat ikut di acara tersebut.

Pagi tadi demamnya sudah turun. Amela sudah kelihatan sehat. Karena sudah tiga hari tidak kerja, pagi ini mama kembali berangkat ke kantor. Lagian Amela sudah baikan, bisa ditinggal dengan si mbok.

***

Sudah lebih dari tiga jam, mama memandangi foto putri bungsunya. Amela tersenyum manis sekali. Perlahan, airmata merembes kembali di pipinya. Bahunya terguncang-guncang menahan isak yang berdesakan ingin keluar. Penyesalahan yang menggerogoti hatinya tidak bisa hilang begitu saja.

“ Maafin mama Amel” lirih suara mama sambil mengelus foto Amela.

Tadi siang pemakaman Amela telah selesai dilaksanakan. DBD, penyakit itu yang merenggut nyawa kecil Amela.

Mama tidak tahu kalau demamnya Amela beberapa hari yang lalu disebabkan virus Dengue penyebab DBD. Maka saat panas tubuh Amela turun di hari keempat, keesokan harinya mama langsung memutuskan masuk kantor, meninggalkan Amela dengan si mbok. 

Ternyata saat itu justru fase kritis nya Amela, dimana demam terlihat seolah-olah sembuh, padahal kenyataannya telah terjadi pembocoran pembuluh darah. Harusnya Amela banyak minum cairan saat fase ini. Tiap jam ia harus minum dan harus buang air kecil 4-6 jam sekali. Si mbok mana ngerti hal-hal kaya gitu. Apalagi dilihatnya Amela seperti sudah sehat. Memang masih lemas, tapi suhu badannya normal.

***

“ Amela ini payung kamu sayang, mama letakin disini ya, biar kamu ga kehujanan”

Mama menancapkan payung itu di atas makam Amela. Sambil tersenyum sendu , mama meninggalkan TPU tersebut.

“ Mimpi indah Amela, menarilah bersama bidadari “

Payung ungu itu memayungi nisan Amela. 


Gambar dari sini


Kun Fayakun

Thursday, March 15, 2012


Katakanlah alam semesta ini terbentuk oleh sebab akibat. Dan kita manusia dan segala isinya terhubung secara tidak kasat mata oleh benang yang bernama takdir. Sesuatu tidak akan terjadi kalau yang lain belum terjadi. Si A tidak akan menjadi A kalau B belum menjadi B.

Jadi apa yang dilakukan Jono akan berpengaruh terhadap Joni dimana bila Joni tidak melakukan itu maka Juminten akan gagal melakukan yang lainnya sehingga kalau Juminten gagal akibatnya Jumadi tidak akan berhasil melaksanakan misinya, maka dunia akan kacau balau .

Ibarat sebuah lukisan yang terbentuk dari campuran berbagai warna, dari ratusan garis yang dihubungkan oleh beribu titik. Semua saling terhubung menciptakan harmoni sehingga sim salabim jadilah lukisan bunga matahari.

Sebenarnya saya mau ngomong apa sih??

Jadi gini ceritanya, tadi siang saya lagi di toilet kantor. Disitu ada cewek yang sebelahan sama divisi saya . Selama ini kalau ketemu di kamar mandi, di mushola, di lift, saya dan dia tidak pernah saling sapa. Tapi hari ini saya tergerak untuk menyapanya.

Adegan di Toilet

Sambil cuci tangan di wastafel, lirik-lirik ke kaca, sapa ngga ya, sapa ngga ya. Sapa ngga sapa ngga sapa. Oke .

Setelah basa-basi nanyain udah sholat belum, bicarain ac yang terlalu dingin, trus percakapan berlanjut.

Saya :“ Mba udah lama ya nikahnya?”
Si Mba : “ Iya, udah 6 bulan”
Oooo ( dalam hati, masih lamaan aku dong udah 4 tahun )
Si Mba : “ Udah punya baby mba ?”

Detik itu saya  langsung menyesal menyapa, tau gitu dari tadi diem aja, daripada ditanyain pertanyaan itu lagi. Namun demi kesopanan saya pun menjawab

Saya : “ Belum mba, hehehehe ( dalam hati meringis)
Si Mba ; “ Wah sama dong mba, saya juga belum ( pelukan berasa senasib)

Dan seterusnya akhirnya saya dan dia malah mengobrol panjang lebar . Banyak banget yang kami omongin yang menghantarkan kami ke satu kesimpulan. Semua hal ada sebab akibatnya.

Setelah keluar dari toilet saya jadi mikir. Hmm bener juga yah kata si mba tadi bahwa semua itu udah ada yang ngatur, jadi ga perlu sedih kalo belum dapet apa yang kita inginkan.

Nah disinilah saya mulai berpikir tentang alam semesta seperti yang di paragraph pertama tadi. Jadi saya mau menganalisa, bagaimana proses terlahirnya seseorang ke dunia yang fana ini. Hasil analisa sementara saya begini.

Memiliki anak itu, bukan hanya antara si suami dan istri. Bukan pula tentang ayah, ibu, dan anak itu kelak. Tapi ada suatu system yag lebih besar dari itu. Bahwa kehadiran seorang manusia di bumi ini ada pengaruhnya dengan kehadiran orang lain.

Dalam kasus ini, saya mengambil contoh, saya dan suami yang terpaut usia sebanyak lima tahun.

Di dalam AlQuran dikatakan, bahwa sejak seorang anak di dalam kandungan, maka telah ditulis tentang rezeki, jodoh dan umur, dan jalan hidupnya. Saat suami saya lahir, maka malaikat menulis di dalam kitab lauhul mahfuz nya.

Nama : Teguh S
Rezeki : Bekerja di perusahaan X di sumatera utara
Jodoh : Windi Widiastuty, bertemu di usia 29 tahun.Beda usia 5 tahun
Umur : YYY, penyebab : ZZZ

Saat suami saya dilahirkan pada Juni tahun 1978. Pada bulan itu terjadi ledakan pertama wahana antariksa di GEO (Geostationary Earth Orbit) .Yang mana saat itu Ayah dan ibu saya masih pacaran di Medan. Dua tahun kemudian, saat suami saya baru selesai disapih ibunya, ayah dan ibu saya memutuskan menikah.

Karena saya sudah ditakdirkan untuk berjodoh dengan suami dimana saya dan suami tertulis terpaut 5 tahun, maka saya harus lahir di tahun 1983,makanya saya tidak bisa menjadi anak pertama ibu saya. Ahirnya tahun 1981 setahun setelah pernikahan mereka abang saya lahir.

Dimana saat abang saya masih di dalam kandungan, ditulislah jalan hidupnua, ia akan berjodoh dengan seorang wanita bernama Roslina yang terpaut umurnya sebanyak 4 tahun, maka saat itu orang tua kakak ipar saya kelak pun harus sabar menunggu mendapatkan bayi perempuannya demi kesesuaian cerita tadi.

Nah di satu sisi, kelak saya akan dikenalkan ke suami melalui salah seorang teman kuliah saya yang nantinya adalah teman kerja suami. Nantinya di saat abang saya masuk sekolah, saya merengek-rengek kepada ibu saya untuk ikut sekolah, akhirnya saya kecepetan 1 tahun masuk SD. Sehingga usia saya dan teman kuliah saya tadi harus berbeda 1 tahun, Dia harus lebih tua dari saya. Maka harus diatur pula kapan tepatnya lahir teman saya tersebut. Karena saya lahir tahun 1983, maka di tahun 1982 dia harus brojol, sebutlah namanya Wati.

Sementara itu, pada tahun 1960, seorang bayi laki-laki lahir, kita namakan di Albert. Jalan hidupnya tertulis nantinya di umur 40 dia akan menjadi atasan saya di perusahaan Y. Nah karena di jalan hidup saya, saya akan kerja di BRI pada usia 22 tahun. Berarti usia kami akan terpaut sebanyak 18 tahun.

Maka saya harus lahir saat Mr Albert umur 18 tahun, dan suami saya umur 5 tahun dimana teman saya Wati harus berusia 1 tahun.

Terserah mau percaya atau tidak, mau setuju atau tidak. Analisa saya tersebut, akhirnya membawa kesadaran penuh kepada saya. Bahwa kelahiran seseorang itu sangat banyak hal yang mempengaruhi. Bukan tingkat kesuburan suami dan istri, bukan pula factor kuantitas bertemu. Tapi memang system yang sudah diatur sampai rigit terkecil oleh yang Maha Kuasa.

Kun maka Kun. Ga pake tawar menawar.

Mau ada gunung meletus, gempa bumi, tsunami kalau memang seorang bayi harus lahir, ya lahir dengan selamat. Tidak peduli seberapa dahsyat bencana yang ada.

Kemarin-kemarin saya sempat sediih banget, kalau ada yang nyinggung-nyinggung soal isi perut saya. Kejadian saat lebaran. Baru rumah pertama bertandang saya langsung diberondong dengan pertanyaan, " Udah isi Belum?, ditunda ya?, kapan lagi ?. Duuuh, kalau saja yang nanya itu tahu bagaimana perasaan saya. Tapi sekarang, saya ingin selalu berpositif thinking padaNya. Karena sudah begitu banyak doa-doa saya yang dijabahNya, kalau ada satu dua yang belum terkabul, hanya belum waktunya saja.

Teman-teman pasangan suami istri senasib, saya ingin mengatakan hal ini. Mungkin terlalu sering kita mendengar orang berkata “ Sabar, semua ada waktunya”. Atau “ Coba berobat kesini, manjur lho”. Terlalu sering pertanyaan-pertanyaan yang mengusik telinga kita. Bisa jadi pertanyaan itu memang bentuk kepedulian, atau hanya ingin tahu saja, atau apalah yang hanya si penanya yang tahu. Tapi pastinya dibalik semua itu, memang ada suatu rahasia yang membuat kita harus menunggu lebih lama dari orang lain.

Siapa tahu, calon baby kita kelak harus lahir beberapa tahun setelah seorang pria soleh dihadirkan dulu melalui rahim seorang wanita di suatu tempat yang entah, jika bayi itu perempuan. Siapa tahu, nantinya ia akan menjadi penemu bahan bakar yang terbuat dari debu pada tahun 2028  sehingga lahirnya harus tepat hitung mundur saat ia berumur 25 tahun.

Atau bisa jadi calon bayi kita harus menunggu untuk meramaikan hiruk pikuk dunia ini, karena si pemilik alam rahim itu sendiri, Sang Rahim ( Maha Pengasih) masih ingin mengajarinya banyak hal di sana

Anggap saja, Yang Kuasa masih ingin mendengar doa di sujud-sujud panjang kita. Mungkin pula, dia ingin menguatkan mahligai rumah tangga kita dengan membuat kita selalu mendukung satu sama lain. Ia terlalu sayang kepada kita sehingga ingin memberi suatu rasa nikmat dengan dosis tinggi yang mungkin  orang lain tidak rasakan pada saat kita menerima titipannya kelak

Apapun itu, seperti yang sudah-sudah, sebagai pemeran di panggung sandiwara ini kita harus mengikuti skenario yang sudah di tulis Nya.




Gaun Merah

Wednesday, March 14, 2012
Pagi ini, kulakukan kegiatan yang sudah hampir setahun ini aku lakukan setiap hari. Ya, sebagai seorang buruh cuci di kost-kostan milik Pak Abdul ini, pekerjaanku setiap pagi hari adalah berjalan dari satu pintu kamar ke pintu kamar, mengambil baju kotor milik para penghuni kost yang berjumlah 20 orang, dan membawanya ke kamar mandi belakang untuk segera kucuci. Siang hari, kujemur pakaian-pakaian itu berjejer di tali jemuran yang dipasang di atas bangunan kostan Pak Abdul ini. Sore harinya, pakaian-pakaian tersebut , baik yang sudah kering maupun masih lembab, kusetrika dan kulipat rapi agar pagi harinya pakaian-pakaian tersebut sudah tertumpuk rapi di depan pintu kamar masing-masing  penghuni kostan.

Aku sudah berada di depan pintu kamar no. 16. Penghuni kamar ini adalah Mba Siska, seorang perempuan mungkin berumur sekitar 18 tahunan, seumuran dengan anakku satu-satunya Yuni. Sepertinya Mba Siska ini adalah anak orang kaya. Hal itu aku simpulkan dari baju-baju yang ia miliki, yang setiap hari ia letakkan di depan pintu kamarnya untuk kucuci. Tak terkecuali hari ini.
Saat kuangkat sehelai kaos dari depan pintu kamar Mba Siska, tiba-tiba pintu kamar itu terbuka. Melongoklah dari dalam kamar sebuah wajah perempuan ayu yang sedari tadi melintas di pikirku, Mba Siska.

“Bik, ini satu lagi bik.”, kata Mba Siska kepadaku seraya menyerahkan sepotong pakaian kepadaku. Sebuah gaun merah tanpa lengan.

“Bik, tolong khusus yang ini nyucinya hati-hati ya Bik. Karena gaun ini bahannya gampang melar, jadi tolong yang ati-ati ya Bik nyucinya.”, ucapnya lagi menambahkan.

“Iya Mba Siska. Saya akan hati-hati nyuci baju ini.”, kataku menjawabnya sembari menganggukan kepala.

“Sabtu ini udah bisa kering kan Bik? Soalnya lusa mau saya pakai buat ke pesta” tanyanya.
Kupikir sejenak.

“Sabtu kan. Itu artinya masih 4 hari lagi. Semoga saja hujan tidak turun nanti siang.”
“Bisa Mba. Saya janji Sabtu sudah tertumpuk rapi di depan kamar ini Mba.”, jawabku meyakinkannya.

“Oke Bik. Saya masuk kamar lagi ya.”, kata Mba Siska kepadaku. Segera dia menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Aku pun kembali sendiri di depan pintu kamarnya. Kuteruskan lagi pekerjaanku mengambil potong demi potong pakaian yang diletakkan di ember yang ada di depan tiap pintu kamar.

Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi yang ada di belakang kost-kostan ini.

****
Kukucek perlahan gaun merah milik Mba Siska. Benar-benar perlahan, karena aku takut gaun ini menjadi rusak atau melar. Memang bahan gaun ini terasa lebih lembut dan gampang melar.

“Harga gaun ini pasti mahal. Mungkin sama dengan gajiku sebulan disini yang cuma empat ratus ribu.”

Sengaja kupisahkan gaun merah itu dari cucianku lainnya. Kuletakkan ke dalam ember tersendiri, terpisah dari pakaian kotor lainnya yang kurendam dalam baskom warna hitam. Pokoknya aku benar-benar ingin menjaga agar pakaian itu tidak kusut, tidak melar dan tidak rusak. Gaun itu istimewa bagiku.

Andai saja anakku bisa mengenakan gaun seperti ini di hari ulang tahunnya besok, pasti dia akan senang sekali”
“Tapi mana mungkin aku bisa membelikannya...”
Rasanya aku ini tak pantas disebut ibu yang baik, yang setiap anaknya ulang tahun tak pernah sekalipun memberi hadiah”

Perlahan, air mata mengalir turun dari mataku.

******
Sambil menyeterika pakaian yang telah dicuci emak siang tadi, Yuni bersenandung lirih. Takut membangunkan emak yang terbaring di bilik sebelah. Emak lagi tidak enak badan, demam. Tidak biasa-biasanya emak begitu, sepertinya emak lagi banyak pikiran.

Ia selalu terhibur kala menyeterika pakaian-pakaian itu. moment yang sangat dinikmatinya. Ah beruntungnya mereka bisa mengenakan pakain-pakaian bagus ini pikir Yuni. Pakaian sekeranjang besar itu sudah hampir selesai, saat matanya tertumbuk pada sepotong gaun merah.

Perlahan diangkatnya gaun itu, seukuran dengan tubuhnya. Hmm indahnya. Tiba-tiba terlintas dipikirannya untuk sekedar mencoba, sepertinya pas.

Yuni tersenyum –senyum sendiri melihat bayangannya di cermin. Oh cantiknya. Gaun itu melekat sempurna di tubuh rampingnya, seolah memang dijahit sesuai ukurannya. Yuni membayangkan ia mengenakan gaun itu besok. Pasti semua orang akan terkagum-kagum melihatnya.

“ Yuni, apa yang kamu lakukan”

Suara emak membuyarkan lamunan Yuni. Entah sejak kapan emak berdiri di ambang pintu.

“ Cantik ya mak?” tanyanya

Emak tak kuasa menahan desakan air yang menggenangi retinanya. Hatinya sendu.

“ Ayo cepat buka, nanti rusak” perintah emak tergesa
Yuni segera menuruti omongan emak. Susah payah ia meraih risleting di belakang gaun. Dengan cepat ditariknya turun.

Krekk….

Ada hening menakutkan yang tercipta bersamaan dengan terlepasnya gaun itu dari tubuh Yuni.


NB: Tulisan ini adalah tulisan saya (@winditeguh) dan (@rbennymurdhani)

Baca Tulisan Bennymurdhani disini

Daftar Peserta Lolos Seleksi FF Gokil

By Vindy Putri and Tri Lego Indah Full in Group Silaturahim SYUMITY LOVERS · Edit Doc
Berikut ini adalah peserta yang lolos seleksi:

  1. Ade Wikytama - Sandal ABG Tua
  2. Adi Saputra - Ucok Disunat
  3. Alya Novita Putri - Hilang!
  4. Ariany Primastutiek- Hajatan Pak Bos
  5. Asni Ahmad Sueb - Satu Jam Ditempuh Limabelas Menit
  6. Awiek Libra - Air Mata Yang Sia-sia
  7. Azzlia Kurniawan - “Nenek Yang Malang
  8. Chie Chera - Ma’afin Saya, Bang..
  9. DeepPurple - Senyum Manis Polisi (SMP)
  10. DIAN INDRIYATI - PENGANTIN LUPA KAMAR
  11. Dina Fictorina Lenggu - Salah Orang
  12. Dyah Nyenk - Selingkuh Sudah Jadi Tren
  13. Eramayawati - Di Suatu Malam Di Ruang Sebuah Hotel
  14. Eri Iyas - Skripsi Itu Aduh Banget
  15. Faiz Deja Ramadhan - Salah Paham
  16. Fanny Yanuarika Saputri - MAKAN GRATIS
  17. Haqqy Luthfita - MENCURI ALQURAN  
  18. Ibna Nurul Fuaddina -  SENSASI NAIK LIFT
  19. Idha Dian Nurwahida - Bukan Bunga Biasa
  20. Iruka Danishwara W. - Antara Sejarah dan Romantis
  21. Lezthary chieecewndhuthz EanxLovemagic-Gara-Gara Uang Palsu
  22. Maghfiroh Az Zahra - HIKMAH DARI ‘KEJENIUSAN’
  23. Mezia Kemala Sari - AMPLOP GOKIL 
  24. Micka oboedeny - Oh, my God
  25. Miladani Iing Nadar - Senyumku di Stasiun Pasar Senen
  26. Muhammad Rifqi Saifudin - 13 Desember
  27. Munadry Aslam - Tak Galau Lagi…
  28. Nai Azura - Gimbal Gembel
  29. Nay Riskara - Sok Artis
  30. Nur Aliah Saparida - Tragedi Malam Jumat
  31. Nur Fitri Juli - GAPILET
  32. Nurdiani Latifah - My Problem Onto
  33. Nurhikmah Tenri Pada - Hanya Jalangkotek
  34. Oktaviana M - SAOS ATAU MINYAK
  35. Om Dompet - SAPI MEMBABI BUTA
  36. Rani Agustina Wulandari - Bertaruh Nyawa dengan “Jet Coaster
  37. Resty Gipi - Freetalkan Yuk!
  38. Romz Weepy - Lupa
  39. Salim Moors - Insyaallah
  40. Samudrawan Kertapati - Penonton Jaranan
  41. Sarni Al-boegisy - Kisah Gokil Calon Pengantin Baru
  42. Suparno - KAMPRET EMANG MIRIP TIKUS
  43. Uda Agus - TITIK
  44. Ummu Fatimah Ria Lestari - Tanyain Baju Baruku Dong, Please!
  45. Wicha SB - MERANA MOMENT
  46. Windi Teguh - Malu Bertanya, Malu-maluin
  47. Wirasatriaji - Tanpa Celana
  48. Xanjeng Nura - Babon Tanah Jawi
  49. Yenny N. - Dimana Toiletnyaa?
  50. Zuifa Sanashalaufa - JANGAN AMBIL KTP-KU!!
  51. Zya Verani - Super Kompa

  1. Salam.

    Vindy Putri


Aku sakit, gara-gara kamu, Gigi !!!!!

Monday, March 12, 2012
Sambil menakar satu persatu bahan praktikum kimia organic, mata Gio tak lepas memperhatikan dua sosok manusia yang sedang tertawa-tawa  disana, berjarak dua meter dari meja kerjanya.

Reaksi asam sulfat pekat dan alkana yang mendesis-desis di dalam tabung reaksi seolah-olah menggambarkan suara –suara berisik di kepalanya. 

Dan oh oh lihatlah, dengan terpaksa kornea matanya harus menyaksikan adegan mesra Yudi mengelus-elus tangan Rianti yang sepertinya ketetesan NaOH cair. Beugh, norak umpatnya dalam hati. Jauh di sudut hati kecilnya berbisik, Ya Tuhan kenapa mereka harus sekelompok, kok bukan saya Tuhan, kenapa?? . Dalam hidupnya baru kali ini Gio menanyakan keputusan-keputusan yang diambil Tuhan.  Terutama yang berhubungan dengan makhluk manis satu itu.

Rianti adalah sahabat lamanya dulu di SMP. Mereka terpisah saat Gio melanjutkan SMA ke Surabaya mengikuti ayahnya yang pindah tugas kesana. Resiko anak tentara, hidupnya kaya kucing beranak, pindah-pindah terus. Gio masih ingat, Rianti yang imut dengan rambut yang dikuncir tengah , matanya merah saat Gio pamit di depan kelas. 

Hatinya bersorak riang, saat melihat sosok Rianti di hari pertama Ospek jurusan Teknik Kimia. Ssst, Gio memang sudah jatuh hati pada Rianti dari dulu sejak mereka masih mengenakan baju putih biru. Gio sudah membayangkan hari-hari yang akan dilaluinya selama kuliah. Ada Rianti dimana-mana. Alunan biola pun mengiringi lamunan indah Gio.

Namun tiba-tiba, tass senar biola tersebut putus, menghentikan nada merdu yang dihasilkan dawainya saat seorang Yudi datang mengusik. 

Yudi, teman sekos Gio,  typical cowok-cowok yang diigilai cewek. Organisator sejati, ada di setiap acara jurusan. Wajahnya tidak setampan Gio, namun ia mempunyai kemampuan membius orang dengan kata-katanya. Pesona bung Karno. 

Cowok ini mulai ada di tengah-tengah antara dia dan Rianti saat malam inagurasi berlangsung. Saat itu mahasiswa baru wajib mempersembahkan sebuah pertunjukan, salah satunya band. Gio, Yudi dan Rianti tergabung dalam band tersebut. Gio vokalis, sedangkan Yudi gitaris, Rianti backing vocal. Kebersamaan mereka bertiga terjalin di hari-hari latihan sepulang kuliah.

Naas bagi Gio, saat Hari H, ia menderita sakit gigi yang dibundling sepaket dengan gusi bengkak. Jangankan untuk menyanyi, berbicara saja sakitnya bukan main. Syukurlah ( kata siapa syukur?) selama latihan Yudi sering mengiringi gitar sambil ikut bernyanyi. 

Malam itu Yudi tampil sangat memukau, seorang gitaris yang juga gape menyanyi. Semua mata cewek di acara tersebut berbinar-binar mupeng mendengar dentingan gitar Yudi berkolaborasi dengan suara merdunya melantunkan lagu just the way you are nya Bruno Mars. Tak terkecuali Rianti. Entah sengaja atau tidak, setiap bait "just the way you are", Yudi selalu menatap ke arah Rianti sang backing Vocal.

Yah setelah itu silahkan lanjutkan sendiri ceritanya.

Hati Gio sakit banget. Tidak tahu harus menyalahkan siapa.Satu-satunya yang patut disalahkan adalah si biang kerok. Sambil bergumam, Gio mengumpat.
Aku sakit, gara-gara kamu, Gigi !!!!!


Custom Post Signature