Yang namanya berkeluarga itu rezekinya sudah diatur sebesar 100 %
Saat suami istri bekerja, maka rezekinya 100 %
Dan saat istri berhenti kerja, ya rezekinya tetap 100 %
Kalimat itu sering banget saya baca, yang menegaskan bahwa sebenarnya mau suami istri bekerja, atau hanya suami saja yang bekerja, yang namanya rezeki keluarga itu ngga akan berkurang.
Bener sih ya, saya setuju.
Nah, kalau demikian, banyak orang yang beranggapan, ya ngapain kalau begitu istri harus bekerja?
Bahkan ada juga yang berpendapat sebaiknya seorang istri itu ya di rumah saja, biarkan suami yang memenuhi segala kebutuhan rumah tangga, karena suami istri itu punya tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Trus muncul pertanyaan, sebenarnya perlu ngga sih wanita atau istri itu memiliki penghasilan sendiri?
GesiWindiTalk hari ini mau ngomongin itu
Sebelum kesana saya mau cerita dulu sedikit mengenai keluarga saya.
Saya lahir dan dibesarkan di keluarga yang ayah dan ibunya bekerja. Ayah saya kerja di perkebunan sedangkan ibu saya guru. Dari kecil terbiasa melihat ibu saya bekerja dan menghasilkan uang sendiri membuat saya ya cara berfikirnya bahwa perempuan itu normalnya bekerja.
Makanya ngga heran, anak ortu saya, tiga orang perempuan, semua jadi ibu bekerja. Walau pada akhirnya adik saya yang paling kecil memutuskan resign saat harus ikut suami pindah tugas.
Suatu saat di masa kami anak-anak ,ortu saya sedang butuh-butuhnya biaya sekolah, eh ndilalah saat itu ayah saya terkena PHK dari perusahannya. Yang mengakibatkan kami sempat yang mendadak jatuh miskin.
Jatuh miskinnya ngga ngenes banget sih, masih bisa makan, punya tempat tinggal, tapi biaya sekolah sempat yang terengah-engah banget memenuhinya.
Nah saat itulah saya merasakan betapa peran ibu saya yang notabene bekerja menjadi penyelamat bagi kelangsungan hidup keluarga kami. Dan syukurnya, ayah saya ngga lama langsung dapat pekerjaan baru, sehingga roda ekonomi kembali on the track.
But, di masa-masa itu kami sekeluarga sempat bener merasakan yang namanya ngga punya duit itu gimana. Itu pulalah yang menyebabkan saya akhirnya dikirim ke sekolah gratisan (yang juga keren pastinya) di Sibolga sana. Sesuatu yang mungkin ngga akan terjadi kalau keluarga saya ekonominya baik-baik saja.
( Baca : Warna Warni Sekolah Kenangan )
Memang ini bukan semata soal karena ayah saya kehilangan pekerjaan, tapi juga karena perencanaan keuangan keluarga yang buruk.
Iyes, keluarga kami tidak punya tabungan sama sekali, sehingga saat terjadi sesuatu di luar kendali, maka ekonomi keluarga langsung oleng.
So, jika ada pertanyaan, pentingkah seorang istri punya penghasilan sendiri?
Saya akan jawab Penting Banget
Kenapa?
Ada banyak alasan,
- Bisa membantu keuangan keluarga
- Bisa membeli apapun keinginan kita tanpa harus menunggu pemberian suami
- Tidak tergantung ke suami
- Bisa berjaga-jaga jika kondisi darurat terjadi
- Bisa membantu keluarga tanpa mengganggu uang keluarga
- Untuk kualitas hidup yang lebih baik
- Rencana keuangan keluarga lebih cepat tercapai
- Biar lebih dihargai
- Agar lebih percaya diri
- dst...dst
Silahkan diteruskan sendiri. Seribu alasan bakal ketemu.
Makanya walau saya bilang istri memiliki penghasilan sendiri itu penting tapi, istri tidak harus memiliki penghasilan sendiri.
Wah kok bisa gitu?
Ya bisa aja.
Ini mungkin bisa dianalogikan dengan, pertanyaan: penting ngga pakai pensil alis untuk menunjang penampilan?
Jawabannya penting. Tapi kalau diterusian, harus ngga seorang wanita pake pensil alis untuk menunjang penampilan?
Ya ngga harus. Tergantung alisnya udah bagus ngga, perlu ngga dipensil alisin.
Sungguhlah analogi yang luar bisa cerdas, wahahahaha.
Nah, makanya soal alasan kenapa seorang istri itu penting memiliki penghasilan sendiri sebenarnya hanyalah point plus saja dari imbas memiliki penghasilan sendiri.
Lebih dari itu, ada yang urgensinya lebih lagi bagi seorang istri atau siapapun di dunia ini yaitu,
Bahwa kita harus bisa hidup tanpa ketergantungan berlebih kepada orang lain.
Makanya alasan yang paling sering mendasari pendapat bahwa istri harus punya penghasilan sendiri adalah alasan ketiga dan keempat.
Yup, berjaga-jaga dari kondisi darurat merupakan alasan nomor wahid dari urgensi istri memiliki penghasilan sendiri.
Namun apakah itu sepenuhnya benar?
Ngga juga
Di contoh keluarga saya, saat terjadi kondisi darurat, even ibu saya bekerja dan memiliki penghasilan sendiri ternyata kondisi keluarga tetap morat marit.
Dan di keluarga lain, saat suami duluan pergi, ternyata masih banyak istri tak memiliki penghasilan yang bisa survive.
Nah lho bingung kan?
Berkaca dari hal tersebut, saya mengambil satu kesimpulan, bahwa sebenarnya di luar soal pentingnya istri memiliki penghasilan sendiri, ada setidaknya dua hal mendasar yang harus dimiliki seorang istri yang lebih dari pentingnya memiliki penghasilan sendiri,yaitu
Namun jika pertanyaan diteruskan, haruskan seorang istri memiliki penghasilan sendiri?
Jawaban saya :Tidak Harus.
Kenapa?
Karena ini sangat tergantung dengan kondisi keluarga masing-masing.
Ada keluarga yang peran istri malah akan lebih terasa saat istrinya sama sekali tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan.
Contohnya presiden, gubernur, bupati, istri para pejabat, istri ustazah, istri guru, istri pegawai kantoran, istri siapapun yang memang perannya sebagai pure pendamping suami malah akan lebih optimal untuk keluarga mereka.
Namun ada juga keluarga yang peranan istri tidak hanya sebagai pendamping suami tapi juga partner pencai nafkah.
Ngga bisa dipukul rata.
Soal kepercayaan diri, bisa beli barang sendiri,dll .
Yang kayak gini mah alasan- alasan bisa terpenuhi tanpa harus memiliki penghasilan sendiri.
Jawaban saya :Tidak Harus.
Kenapa?
Karena ini sangat tergantung dengan kondisi keluarga masing-masing.
Ada keluarga yang peran istri malah akan lebih terasa saat istrinya sama sekali tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan.
Contohnya presiden, gubernur, bupati, istri para pejabat, istri ustazah, istri guru, istri pegawai kantoran, istri siapapun yang memang perannya sebagai pure pendamping suami malah akan lebih optimal untuk keluarga mereka.
Namun ada juga keluarga yang peranan istri tidak hanya sebagai pendamping suami tapi juga partner pencai nafkah.
Ngga bisa dipukul rata.
Soal kepercayaan diri, bisa beli barang sendiri,dll .
Yang kayak gini mah alasan- alasan bisa terpenuhi tanpa harus memiliki penghasilan sendiri.
Wah kok bisa gitu?
Ya bisa aja.
Ini mungkin bisa dianalogikan dengan, pertanyaan: penting ngga pakai pensil alis untuk menunjang penampilan?
Jawabannya penting. Tapi kalau diterusian, harus ngga seorang wanita pake pensil alis untuk menunjang penampilan?
Ya ngga harus. Tergantung alisnya udah bagus ngga, perlu ngga dipensil alisin.
Sungguhlah analogi yang luar bisa cerdas, wahahahaha.
Nah, makanya soal alasan kenapa seorang istri itu penting memiliki penghasilan sendiri sebenarnya hanyalah point plus saja dari imbas memiliki penghasilan sendiri.
Lebih dari itu, ada yang urgensinya lebih lagi bagi seorang istri atau siapapun di dunia ini yaitu,
Bahwa kita harus bisa hidup tanpa ketergantungan berlebih kepada orang lain.
Makanya alasan yang paling sering mendasari pendapat bahwa istri harus punya penghasilan sendiri adalah alasan ketiga dan keempat.
Yup, berjaga-jaga dari kondisi darurat merupakan alasan nomor wahid dari urgensi istri memiliki penghasilan sendiri.
Namun apakah itu sepenuhnya benar?
Ngga juga
Di contoh keluarga saya, saat terjadi kondisi darurat, even ibu saya bekerja dan memiliki penghasilan sendiri ternyata kondisi keluarga tetap morat marit.
Dan di keluarga lain, saat suami duluan pergi, ternyata masih banyak istri tak memiliki penghasilan yang bisa survive.
Nah lho bingung kan?
Berkaca dari hal tersebut, saya mengambil satu kesimpulan, bahwa sebenarnya di luar soal pentingnya istri memiliki penghasilan sendiri, ada setidaknya dua hal mendasar yang harus dimiliki seorang istri yang lebih dari pentingnya memiliki penghasilan sendiri,yaitu
" MENJADI ISTRI YANG MANDIRI DAN MEMILIKI PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK"
That's it.
Kenapa?
Seperti quote di pembuka tulisan ini, saya percaya bahwa yang namanya rezeki itu sudah ada yang atur. Sejelek-jeleknya nasib, tiba-tiba ditinggal suami pada saat kita tidak memiliki sumber penghasilan sendiri, sepanjang punya perencanaan keuangan yang baik, maka sebenarnya semua bisa banget aman terkendali.
Karena mau seberapa besar pun gaji suami ditambah gaji istri, jika tidak memiliki perencanaan keuangan yang baik, ya hasilnya nul putul.
Sebaliknya seberapa pas-pasan nya pun penghasilan suami, kalau dikelola dengan baik, maka ya keuangan keluarga juga akan baik-baik saja saat misal suami duluan pergi. Ini kan sunatullah ya, usia manusia pasti berakhir.
Nah, masalahnya, perencanaan keuangan keluarga yang baik, walaupun teorinya itu kata om Safir Senduk ataupun kata mba Ligwina Hananto " Tidak penting berapa penghasilanmu yang penting berapa yang bisa kau sisihkan", tapi pada kenyataannya jauh lebih gampang merencanakan keuangan keluarga saat duitnya memiliki jumlah yang secara kasat mata ada di angka tidak mefet.
Sederhananya, tentu lebih gampang mengatur uang 10 juta untuk kehidupan rumah tangga dengan 2 orang anak dibanding mengatur uang 3 juta misalnya.
Ya kaan ya kaaan?
Untuk memiliki keuangan yang lebih lega itulah, peran istri yang memiliki penghasilan sendiri jadi penting.
Memiliki penghasilan sendiri bukan berarti harus bekerja keluar rumah.
Untuk hal ini, saya ngga mau membuka perdebatan.
Perempuan punya pilihan mau bekerja di luar atau menjadi stay at home mom.
Pendapat pribadi saya, sepanjang suami masih mampu membiayai keuangan keluarga, jika istri memang tidak perlu untuk mencari nafkah, dan si istri serta suami juga merasa baik-baik saja, ya ngga perlu juga maksa untuk memiliki penghasilan sendiri.
Karena salah satu tujuan berkeluarga itu kan biar mencapai kesejahteraan bersama.
Isri memiliki penghasilan sendiri adalah salah satu tools.
Kalau tools itu ngga dibutuhkan ya ngga perlu dipaksa dipakai.
Ya ngga?
Makanya saya bilang disini bukan masalah bekerja di luarnya, atau memiliki penghasilan sendirinya, tapi kemandirian si istrilah yang menjadi pointnya, sehingga jika suatu saat amit-amit terjadi sesuatu yang mengharuskan seorang istri menjadi si pencari nafkah, maka dia ngga akan gagap terhadap perubahan yang terjadi.
Yup, itu Pointnya MANDIRI dan PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK
Kita bahas satu-satu ya
MANDIRI
Mandiri itu maksudnya bukan tidak perlu bantuan suami, atau bisa apa-apa dikerjakan sendiri. Atau bisa beli barang apa-apa sendiri ngga minta suami. Ngga seperti itu.
Mandiri yang saya maksud adalah seorang perempuan harus memiliki sesuatu yang bisa diandalkan buat bertahan hidup. Life Skill lah istilahnya.
Makanya saya bolak-balik tulis di blog saya ini, saat seorang perempuan berubah status menjadi istri jangan pernah, saya bilang JANGAN PERNAH mengubur mimpi-mimpi kita.
Jangan pernah berhenti untuk mengasah kemampuan diri sendiri, jangan berhenti untuk menggali potensi yang ada. lakukan apa yang menjadi passion kita, jangan berhenti belajar.
( Baca : Wanita dan Cita-Cita Yang Meredup )
Saya mengagumi istri-istri yang tidak pernah merasa bahwa dinding rumah adalah pembatas dirinya dengan dunia luar.
Ada seorang teman saya yang dulunya bekerja , sama seperti saya seorang banker. Saat menikah ia resign. Namun ia tidak pernah berhenti mengasah diri. Saat ada waktu luang yang dilakukannya adalah kursus menjahit. Selesai kursus menjahit, ada waktu lagi ia gunakan untuk kursus memasak.
Selalu ada hal yang bisa dilakukan, dan saat ini bahkan ia sudah bisa mendapat penghasilan dari hobi menjahit dan memasaknya itu.
Saya juga punya seorang teman yang dulunya saat kuliah lulus dengan IPK Cum laude. Begitu menikah, ia menjadi Stay At Home Mom. Tapi bukan sembarangan Stay At Home Mom, dia yang dulu gape meramu berbagai bahan kimia di laboratorium, kini ahli meracik berbagai macam bumbu menjadi aneka hidangan lezat.
Dan ngga, suami mereka ngga yang kekurangan, hidup mereka malah jauh dari kata cukup alias berlebih. Saya yakin jika amit-amit terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, maka mereka tidak akan gagap, minimal dalam hal ekonomi keluarga.
So jadilah perempuan yang mandiri, jadilah istri yang memiliki sesuatu yang bisa diandalkan untuk bertahan hidup.
PERENCANAAN KEUANGAN YANG BAIK
Point kedua yang terpenting adalah perencanaan keuangan keluarga.
Berkaca di kasus keluarga saya.walau ibu saya bekerja, namun saat ayah kehilangan pekerjaan bisa dibilang kami cukup kocar-kacir menghadapinya. Padahal ibu saya punya penghasilan sendiri.
Iya kami selamat melewatinya, namun sungguh masa-masa yang kalau diinget bisa bikin mbrebes mili lah.
Dan itu semua terjadi karena tidak adanya perencanaan keuangan yang baik.
Maka, seorang istri , apapun kondisinya, mau bekerja mau tidak bekerja, mau punya penghasilan atau tidak punya penghasilan saat ini, mau punya suami kaya atau suami pas-pasan, penting banget bisa mengelola keuangan keluarga dengan baik.
Rencanakan... Apapun selalu rencanakan.
Buat target-target yang masuk akal.
Misal : gaji suami 5 juta, ya targetnya pengeluaran maksimal Rp 3,5 juta. Sisanya untuk tabungan, untuk investasi, untuk asuransi, untuk dana pendidikan anak, terserahlah, sesuaikan dengan tujuan keuangan keluarga masing-masing.
( Baca : Perencaaan Keluarga Ala Ibu Bekerja )
Setiap keluarga tentu memiliki formula yang berbeda-beda. Temukan dengan trial and error. Yang pasti jangan besar pasak dari pada tiang.
Saya amat mempercayai bahwa rezeki itu sudah diatur yang maha Kuasa. Tugas kitalah menjemput rezeki itu dan mengelolanya dengan baik.
Namun bukan berarti kita pasrah aja terhadap apapun kondisi kita. yang namanya manusia itu tugasnya adalah berusaha termasuk berusaha mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa menimpa.
Memiliki penghasilan atau tidak memiliki penghasilan bukan issue utama bagi seorang istri (menurut hemat saya), apalagi soal bekerja atau tidak bekerja. Karena memang ada perempuan yang suka bekerja, hobinya bekerja, passionnya bekerja (seperti saya), ada pula perempuan yang memang hobinya ya mengerjakan segala urusan rumah tangga.
Yang pasti, mau punya penghasilan atau tidak, mau bekerja atau tidak, seorang istri (menurut saya) penting untuk memiliki sebuah keahlian dan Penting pake banget bisa mengatur keuangan keluarga dengan baik
Jadi bu ibu yang sekarang bekerja, dimanapun, mau kerja kantoran, mau kerja MLM, ga perlu ya setiap hari ngajak orang untuk harus punya penghasilan sendiri dan menganggap istri yang ngga punya penghasilan itu afalah istri yang ngga produktif.
Ngga semua istri harus punya penghasilan sendiri.
Dan bu ibu yang saat ini ngga punya penghasilan sendiri juga ga perlu stress,merasa kok kurang keren nih, kok aku ga bisa punya uang sendiri.
Ngga perlu gitu juga.
Yang penting, selalu prepare diri. Kalau memang punya keahlian dagang silahkan diasah dengan berlatih jualan. Punya keahlian masak,ya masak aja terus sampe jadi ahli, punya keahlian nulis, ya terus berlatih nulis.
Karena yang namanya manusia, mau seorang istri atau bukan, mau laki atau perempuan memang selayaknya memiliki keahlian untuk bertahan hidup dan tidak melulu tergantung pada orang lain.
Kalau menurut kalian nih, seberapa penting seorang istri memiliki penghasilan sendiri?
- Penting Banget
- Penting Aja
- Ngga Penting
- Biasa Aja
- Ngga peduli
- Tergantung (tergantung apa?)
Plis ikutan sumbang pendapat dong, pengen tau pendapat kalian. Atau buat post sendiri dan tag saya yah.
kalau saya lebih menitikberatkan seorang istri harus memiliki keterampilan sih, mbak, yang nanti bisa dia gunakan untuk menambah penghasilan keluarga saat diperlukan. tapi kalau saya sendiri sih masih milih bekerja karena udah terbiasa megang uang sendiri. nggak tahu deh ke depannya gimana
ReplyDeletesip, berarti pendapat kita sama yah, keterampilan itu yang penting.
Deletepenting banget sih mba, imho ya karena harus ada second way untuk hal-hal yang ga bisa kita duga, buat perempuan yang biasa bekerja, kuyakin semata bukan karena materi aja sih mba, lebih ke menjaga kewarasan dan stay happy, biar imbasnya bisa ngurus keluarga dengan happy juga, happy mom raise a happy kids kan :)
ReplyDeleteArtikelnya the bagus mb, kalo saya pribadi lebih suka jadi istri yang punya penghasilan sendiri jadi kalo mau apa2 enak. Tapi dengan syarat saya tidak bekerja diluar dan meninggalkan anak-anak.
ReplyDeleteMenurutku sih penting, apalagi aku jg pnh merasakan yg Mba Windi rasakan. Cuma aku berusaha berpenghasilan tanpa hrs keluar rmh karena memang gk gt suka bersinggungan dg bnyk org.
ReplyDeleteMenurutku memiliki penghasilan sendiri ya penting aja. Nggak yang penting2 banget krn ada yang jauh lebih penting dari itu. Tergantung prioritas sih. Aku pribadi akan terus berusaha making money sih. Ntah itu bekerja kantoran atau dari rumah. Soalnua aku banyak "mau" nya. Masa minta suami terus hahaha
ReplyDeletePenting bangeeeeet!!! jadi inget pesan orang tua, "jadi perempuan itu harus siap 2 hal, ditinggal mati atau ditinggal kawin lagi."
ReplyDeleteDan alasan yg paling mendorong adalah : "Bahwa kita harus bisa hidup tanpa ketergantungan berlebih kepada orang lain."
Meskipun tugas suami adalah menafkahi, tapi kalau cuma mengadah tangan, aku sendiri takut merasa terhina. :((
Aakh inspiring banget mbak, nnti ikutan bahas yaa :D
Iya..setuju banget mba :)
ReplyDeleteKalo uangnya banyak tapi ga bisa ngatur ya akhir bulan gigit jari
kasusku sama kayak mbak windi waktu kecil.. bapak di PHK pada saat saya dan adik2 masih sangat butuh biaya sekolah..denga posisi ibu yg waktu itu tidak bekerja, tentu kondisi keuangan jadi sangat limbung.. Alhamdulillah ibu kreatif, pinter masak.. jadi bisa menopang biaya kami sehari2 dengan berjualan nasi uduk dan lauk matang..
ReplyDeleteberkaca pada kondisi itu, maka sekarang saya merasa lebih nyaman bekerja.. dan bener bukan masalah harus atau tidak berpenghasilan sendiri,, buktinya keluarga kami dulu bisa survive karena keterampilan ibu walaupun sebelumnya posisi ibu yg full IRT..
Sukaaa bgt mba Windi sama 2 poin itu, mandiri dan rencanakan keuangan dgn baik.. Aku mesti banyak belajaaar.. :D Liat contoh mamaku jg ibu rumah tangga yg bisa jahit sampai skrg pun usahanya masih jalan gitu mba.. Seneng aku liatnya, dia happy karena itu passionnya dan bisa bantu orang juga.. :') Btw, knapaaa analoginya mesti alis ahahhahaa.. :D
ReplyDeleteMenurutku tetep penting banget mba. Aku diwejangin sama guru SMA juga gitu mau jadi apapun kamu, tetep punya penghasilan sendiri lebih baik.
ReplyDeleteTergantung situasi dan kondisi..
ReplyDeleteTapi..tetep paling enak bisa mempunyai penghasilan sendiri mb. Dua kran pendapatan, plus perencanaan keungan yang baik, pasti lebih berasa aman mb..
saya pilih jadi istri yg kudu mandiri dgn skill yg saya punya karena berkarya itu membahagiakan apalagi klo transferannya lancar, bahagiaaaa banget
ReplyDeletePENTING BANGET!
ReplyDeleteterlepas nanti suaminya siapa ya, aku pribadi aku akan tetap bekerja. kebetulan aku memang bukan pekerja kantoran jadii rasanya pasangan akan setuju2 aja. waktunya fleksibel dan pinter2 kita bagi waktu sm keluarga aja.
elisabethgultom.blogspot.co.id
Penting banget. Apalagi saya bukan dari keluarga kaya, sehingga saya bekerja bukan hanya semata-mata untuk membantu suami dan *jajan* anak2 tapi juga membantu ortu.
ReplyDeleteMba windi selalu nampol deh tulisannya.. Keep inspiring
ReplyDeleteOrang tua dan adik saya kerjaanya minta duit mlulu.. ibu tidak bekerja.. adik saya tuh ga sadar diri klo kita bukan anak orang kaya.. senang beli barang2 mahal.. klo pun ga punya duit kerja kek cari tambahan.. senangnya jadi parasit.. merengek ke ayah saya.. akhirnya ayah saya minta duit mlulu.. stres saya punya keluarga kayak gini.. mental parasit
ReplyDelete