Mempertanyakan Gaji

Friday, April 20, 2018



Wow judulnya sungguh karyawan banget yah. Kentara banget termasuk #sobatqismin abad ini yang masih hidup dari gaji.

Tadi siang ngobrol sama Icha, nanyain dia sekarang kerjanya ngapain aja di Femaledaily, karena yah sejujurnya aku sangat iri dengan orang-orang yang kerja di media. Bayangin aja bisa nulis tiap hari dan digaji, DIGAJI untuk hobi kita, wow sungguh lifegoals. Trus kata Icha, kerjaan dia salah satunya nulis artikel. Trus aku bilang dong yah, wah untung banget kantor kamu, kamu nulis di situ setiap hari tapi gajinya bulanan, itu kan jadi seperti dapat job blog tapi dibayar gelondongan #kemudianngitung bayaran satu artikel dikali 25 hari dikali rate blog wahahahaha.

Trus dijawab sama Icha " Ya kaleeeee nulis di media beda dong ah sama nulis blog"

Trus akhirnya Icha jembrengin kerjaan orang-orang media.

Aku baru tau kalo ternyata orang-orang media itu nulis artikel banyak banget ya sehari, bisa sampe puluhan, wow, kalo blog pribadi dapat job puluhan artikel sebulan, dapetnya bisa lebih gede tuh.

Trus deh akhirnya itung-itung gaji dan mulaaaaai mempertanyakan " Gaji gw segini sebenernya pantes ga sih untuk gw"

Nanya gitu udah jelaslah ya, maksud pantesnya bukan karena gedean tapi karena ya gitu suka iri sama rumput tetangga. Kalau di bank apalagi, sesama bank plat merah udahlah ya para pekerjanya pasti suka banget membanding-bandingkan gaji temen dengan jabatan serupa.

" Yah kok gaji dia lebih gede sih"

Ngga usahkan sama perusahaan yang sejenis, aku sama suami aja masih suka banding-bandingin gaji kami.

" Dek, coba itung gaji ade kalo dibagi hari dibagi jam, dapetnya berapa tuh, yakin gaji ade gede?"

Minta digampar kan yah suami aku.

Karena yang namanya pekerja mah, manaa ada yang pernah merasa kalau gaji yang didapatnya itu gede. Pasti merasanya kuranglah, kekecilanlah, harusnya aku dapet lebih gede dari inilah, sampe lama-lama bandingin sama penghasilan driver Gojek.

" Ini kalau hari Sabtu aku disuruh lembur, paling dapat berapa, coba kalau aku ngegrab, bisa dapat 4-5 kalinya nih dari uang lembur"

Hayoo siapa yang sering selftalk kayak gitu, hahahaha. #nuduhnggotasendiri.

Ngebayangin pasti lebih enak jadi pengusaha. Sama-sama kerja 25 hari tapi hasil pasti jauh lebih gede. Ini kejadian kalau saya lagi OTS. Kayak yang, "Astagaaa aku sok-sok ngasih kredit sama nih pedagang, gaya aja keren tapi kere" hahaha. Karena kalau lihat pedagang-pedagang di pasar itu, inang-inang di pajak, mereka mah pakaiannya kumel tapi penghasilnya jauh lebih besar dari pegawai bank yang petantang petenteng ke sana ke sini.

Normal sih ya, namanya manusia yang punya akal dan nafsu (bawa-bawa nafsu), pasti pengennya lebih dan lebih. Plus dikipas-kipasin sama syaiton ni roojim jadi suka merasa ga bersyukur, merasa iri, dengki dan penyakit-penyakit hati lainnya #gantiinmamahdedeh.

Tapi kadang kita suka lupa sama beberapa hal soal gaji ini. Mungkin di gaji beda, tapi di hitungan komponen lain ternyata kita lebih diuntungkan. Kayak soal kebebasan berpendapat misalnya, belum soal penempatan, soal jam kerja, trus soal kemudahan ngajuin cuti, soal kemudahan mengklaim pengobatan, termasuk soal kesempatan berkarir dan kesejahteraan lainnya.

Makanya bener-bener ngga bisa dibandingin. Pasti ada satu dua hal yang memang membedakan dan ntar ujung-ujungnya ya jadi square.

Kayak di grup kuliahku tuh, terkadang tanpa sengaja jadi membuka topik soal penghasilan. Sebagian besar mah temen-temenku yang ngga murtad dari jurusan kuliah, pasti kerjanya di Pertamina, di Medco, di Rekin, Total dan perusahaan-perusahaan sejenislah. Yah kalo bayangin gaji mereka tentulah kayak langit dan bumi dengan banker , hahahah #kemudiansedih.

Di grup itu, yang banker kerjaannya yang "Ayo dong bikin kartu kredit di aku, ayo dong gironya, tabungannya, investasinya sama aku aja", #sobatqismin.

Tapi aku ngga pernah iri sih karena ya udah bayangin kerja di perusahaan-perusahaan energy gitu pasti pressurenya lebih gede, dan ngepake otak lebih banyak #bagussadaryasis. Belum lagi kemungkinan mereka yang kerjanya di off shore, harus jauh dari keramaian, atau jauh dari fasilitas umum, yang bisa aja juga terpapar gas dan zat-zat yang mungkin membahayakan kesehatan.

Aku dulu pertama kerja kan di perusahaan gas gitu. Sebulan kerja, langsung opname seminggu wahahaha #dasar lemah kau. Ya gimana, tiap hari, kalau ngga kena panas pas di pabrik ya kena AC di control room yang dinginnya amit-amit. Udahlah, badan langsung remuk redam, mana pake sepatu safety yang beratnya ampun deh, dan yes make up luntur terooos, ga guna banget lah pake eye shadow dan sejenisnya. 

Itu masih soal fasilitas dan tantangan kerjaan, belum bicara soal pengalaman yang bisa di dapat. Mungkin pekerjaan kita saat ini gajinya yah pas-pas buat ngemall, nyekolahin anak, dan JJS ke kota sebelah doang, tapi kesempatan kita bertemu dengan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat, kesempatan ketemu masalah hidup orang, kadang menjadi hal-hal yang ga terukur.

Iya lho, ketemu masalah hidup orang itu kayak dapat guru tapi ngga bayar belajarnya. Kayak di kerjaanku sekarang, dengan anggota yang usianya beragam plus dengan masalah masing-masing, aku tuh mau ngga mau kadang jadi lebih tua dari umurku #plisakumasihmudalho.

Mulai dari masalah keluarga, masalah kerjaan, masalah utang piutang, masalah antar rekan kerja, drama mutasi. Jadi tau sudut pandang orang-orang dalam menghadapi masalah.

Yang dulunya, aku seringnya bersikap hitam atau putih kalau memandang masalah orang, sekarang aku punya warna lain, ya ada abu-abu, ada merah, kuning, hijau di langit yang biru.Belum lagi kalau pas kebetulan lagi membagikan bantuan pemerintah ke masyarakat, dengerin curhat mereka trus jadi membatin sendiri " Demi 110 ribu aja sampe ngantri gini ya, makanya jangan sampe ngelama-lamain bantuan deh"

Pokoke, menurutku tiap pekerjaan pasti punya nilai tambah dan ada hal-hal yang bisa kita dapat di luar itung-itungan gaji.

Kayak temenku tuh pernah cerita, dia kerja di media (kembali ke media) yang gajinya, yah mungkin dua kali ngemall juga abis, tapi dia bisa terbang kemana-mana, mewawancarai tokoh-tokoh nasional dan tokoh dunia. Melihat orang-orang yang statementnya menjadi penentu nasib bangsa. Seru banget kan. Walau gaji cuma lebih dikit di atas UMR tapi bisa ngobrol bareng Lee Min Ho tanpa harus berdesak-desakan, kan enak banget yah #recehologi.

Kita suka lupa bahwa membandingkan gaji kita dengan orang lain itu sebenernya meh banget. Karena ya mana ada sih gaji yang bisa apple to apple dibandingin. Pasti ada aja pembeda antara satu kerjaan dengan kerjaan lain.

Makin ke sini aku makin mikirin soal rezeki dan kok rasanya ngga pantes banget masih mempertanyakan gaji yang aku dapat. Makanya jujur aja, kalau ada temen-temen yang riweh soal gaji, ngeluh soal gaji aku ngga mau ikutan. Bukan karena aku begitu ngga butuh duit sampe merasa terlalu cukup atau gimana atau karena aku udah sampe level manusia yang penuh syukur. Ngga juga sih. Tapi lebih ke, ya sadar diri aja bahwa yang namanya manusia memang akan selalu merasa kurang, makanya kalo dikeluhkan ya tetap akan merasa kurang, jadi ngapa harus ikut-ikut ngeluh. Belibet kan yah.



Sekarang kalau ditanya soal gaji lagi, aku ngga mau komen hahaha, karena menurutku soal gaji sebenarnya setiap perusahaan pasti udah punya standard masing-masing. Tinggal kitanya sebagai pekerja mau nerima ngga. Kalau merasa seharusnya kita dibayar lebih dari itu, ya selalu ada pilihan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik di luar sana. Namun sepanjang kita masih bertahan di tempat kerja kita, ya lakukan hal terbaik di job yang menjadi tanggung jawab kita.

Mulai berhenti berfikir kalau kita kerja tuh untuk atasan, atau untuk perusahaan, karena sebenernya kita kerja ya untuk diri kita sendiri. Kalau kita kerja bagus ya kembalinya ke diri sendiri, kalau kerja jelek ya balik ke diri kita juga.

Karena yang namanya kerja bagus atau tidak, ngga melulu harus dikonversi ke rupiah. Ada yang namanya pride, kepuasan, kepercayaan diri yang bisa didapat saat kita melakukan sesuatu dengan hasil memuaskan.

Analoginya tuh, kalau di masyarakat mungkin nilai diri kita dilihat dari seberapa pengaruh kita di lingkungan, seberapa bermanfaat kita dan dibutuhkan orang, nah di kantor juga gitu. Karena lingkungan kerja ya kantor kita itu jadi value diri kita ya memang mau ngga mau dinilai dari hasil kerja kita.



Ngga perlu khawatir atau marah-marah kalau apa yang kita lakukan ngga sesuai dengan kompensasi yang kita dapatkan. Karena kalau kita punya atasan pintar, dia pasti bisa melihat potensi yang ada di kita dan mempertimbangkannya. Mungkin dengan memberi reward, mempromosikan atau memberi penilaian kinerja yang memuaskan.

Karena jujur aja ya, sebagai atasan, aku kadang malu sama bawahanku yang kerjaannya tokcer kalau penghasilannya ga sebanding dengan kinerjanya. Pasti ada rasa tanggung jawab untuk memberinya lebih dibanding rekan kerjanya yang lain yang kerja seadanya. Tapi ya kaleee gw punya kekuasaan naikin gaji orang.  Palingan ya ngasi reward-reward yang masih dalam wewenang kita, kalau ngga bisa ya aku konversi menjadi "kemudahan", kemudahan meminta sesuatu, kemudahan cutilah, apa aja. Yang pasti dia ga akan sama aku perlakukan dengan yang kerjanya asal-asalan.

Kalau ternyata lu dapat bos yang ngga pintar gimana?

Ya ngga apa. Tetep kerja sesuai standar terbaik diri kita aja. Kalau si bos ngga bisa lihat juga, ya tinggal nunggu waktu aja, sampai lu nemu kerjaan yang lebih baik atau bos lain di luar sana yang nemuin lu, wakakakaka #rasainlubos.




Jadi kembali ke judul awal. Alih-alih mengeluhkan gaji, mempertanyakan penghasilan kita, ya selow aja, lakukan pekerjaan kita untuk diri kita. Percayalah yang namanya pekerjaan berserak di luar sana. Tinggal diri kitanya nih, pantes ngga buat diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Punya skill ngga?.  Kalau punya, dan merasa sekarang digaji terlalu kecil, cabslah cari yang lain. Jangan kayak pacar cranky yang ngeluhin pasangan ke sohibnya tapi disuruh putus ogah.

Namun kalau ngga yakin, ada perusahaan lain yang bisa menggaji kita dengan jumlah yang sekarang, yo wis kerja yang baik, tingkatkan kemampuan, dan berhenti mengeluh.

So, mari kita tutup postingan ini dengan himbauan untuk stop mempertanyakan gaji, tapi ganti dengan mempertanyakan bagaimana kualitas diri kita. Boleh tanya ke teman yang jujur kalau bicara atau tanya atasan. Input apapun terima dengan tulus ikhlas. Jangan pake perasaan-perasaan.

" Perasaan kerjaku dah bagus deh, kok aku dikasih nilai jelek" (tunjukin data)

Kadang memang kita ini sebagai pekerjanya banyakan main perasaan ya xixixi.

Semangat ya jadi karyawannya, hahahahaha.





Bijak sekali diriku sore ini.







Sebulan di Jakarta : Dari Ninggalin Anak Sampai Sendirian Diantara Para Pria

Saturday, April 14, 2018


Sebulan ngga update blog, kemana aja mbaaaa?.

Ke Jonggol hahaha.

Jadi ceritanya kemarin tuh aku pendidikan selama sebulan full di Jakarta. Mungkin karena dirikuh anaknya super narsis dan update di insta story terus jadi banyak juga yang nanyain beberapa hal. Kayak "Gimana itu anak-anak ditinggal sebulan"
sampai
" Lho mba Win pendidikannya cewek sendiri ya, waaah seru banget"

Iyaah pastinya seru banget, tapi ya seru-seru kangen sama anak.

Ada juga yang nanya, pendidikan apa sih, kok lama banget?

Ya sebenernya ngga lama sih. Di BRI mah biasa banget pendidikan berbulan-bulan. Bahkan dulu aku pernah pendidikan sampe 14 bulan. Gila ngga?. Ya ngga gila sih biasa aja. Paling cuma nangis-nangis pas nelfon suami karena rindu tapi kok ongkos mahal hahahah.

Aku kemarin pendidikan semacam development gitu, jadi ya memang agak seriusan. Di BRI itu ada juga pendidikan yang sifatnya cuma refreshing, kalo itu mah cuma 3 harian doang dan isinya biasanya lebih ke materi-materi soft skill. Kayak kepemimpinan, budaya kerja, dan review kebijakan-kebijakan terbaru.

Tapi kalo sifatnya development kayak pendidikanku kemarin memang agak serius. Materinya mayan dan ada ujiannya dong yah tiap materi. Makanya ya dibilang berat ga berat-berat amat, dibilang santai ya ngga juga. Mana di akhir pendidikan ada on the job training dan wajib bikin makalah plus presentasi, jadi ya gitu deh. Main-mainnya cuma ke mall doang ngga sempet yang jalan-jalan wara-wiri.

Beberapa temen ada yang ngajak ketemuan selama di Jakarta. Tapi akunya ngga bisa, huhuhu maaf yah, soalnya pulang dari Corpu (Corporate University) itu aja udah sore banget, jam setengah enam gitu, nyampe hotel udah malam, ya teparlah, mana besoknya juga ujian.

Jadi sebulan di sana, aku cuma ketemuan dua kali sama Icha, dan ketemu sama Gesi dan Nahla doang. Sisanya tiap weekend nginep di rumah abang dan ngadem di hotel, bobok. Apalagi ditambah jadwal pendidikannya agak sedikit kamvretor, dimana Sabtu masuk dan tiap Senin dong yah ujian, jadi ya salam, mau pergi-pergi jauh juga takut kualat.

Ketemuannya sama mereka doang


Ninggalin anak sebulan gimana?

Ini pertanyaan yang banyak dialamatkan padaku. Karena memang sebulan itu mayan lama ya untuk ninggalian dua anak di rumah.

To be honest, aku termasuk mamak-mamak yang nyantai dalam hal meninggalkan anak di rumah. Maksudku bukan yang drama-drama mellow gitu. Makanya selama kerja, kalo ada tugas ke luar kota, termasuk lembur di kantor aku ngga terlalu panikan. Sepanjang ada yang jaga di rumah dan suami ngijinin mah aku hayuk ajah.

Dan untungnya yah, mas Teg itu memang support banget sama kerjaanku. Kayak kemarin, aku sempet yang ngomong "Wah kalau sebulan gini pendidikannya, aku mesti balik-balik nih mas tiap Sabtu".

" Haaah ngapain?"

" Ya kan, masa aku ninggalin anak sebulan sama mas"

" Ga apa ah, kan mas bapaknya, masa ngga percaya sih. Udah tenang aja, anak-anak aman sama mas"


Luuv banget kaaaan. Pas di tengah-tengah pendidikan, minggu kedua gitu aku sempet yang nanya lagi "Aku pulang ngga nih mas. Tapi kalau pulang berarti aku bolos sih sehari, karena Sabtu ada kelas"

"Ngga usaaaaah, adek selesain aja di sana, mas handle anak-anak"

Wow, sungguh suami kesayangan.

Makanya kalau ada yang nanya gimana ninggalin anak sebulan, ya memang ngga gimana-gimana. Anak-anakku ada yang jagain di rumah. Soal logistik dsb mah gampang, asal ditinggalin duit, kulkas diisi penuh sebelum berangkat, ya udah lancar-lancar aja.

Anaknya sendiri gimana?

Nah ini aku ngga tau ya mau gimana jelasinnya. Mungkin karena udah terbiasa melihat aku kerja, maka saat ditinggal lama gini, aku cukup ngomong yang sebenernya aja ke mereka. Terutama ke Tara sih, karena Tara yang udah nalar, kalau Divya karena masih 2 tahun belum terlalu ngerti.

" Tara, bunda mau pergi kerja tapi agak lama boleh ngga?"

" Hwaaaa bunda mau ke mana? Tara mau ikut sama bunda, Tara mau ikut bunda kerja" (mulai drama)

" Ya ngga bisa, kan Tara sekolah, lagian kasianlah papanya ditinggal sendiri kalau Tara ikut bunda"

" Tapi lama ngga?"

" Lumayan. Ntar bunda telfon tiap hari, oke"

" Huhuhuhu tapi mau ikuuuut"

" Besok sebelum berangkat kita main dulu, boleh ya"

" Oke deh bunda, tapi jangan lama-lama ya"




Kemudian setelah bundanya di Jakarta dia lupa kalau bundanya ngga pulang-pulang, hahahahaha.

Percaya ngga percaya, ya emang segampang itu.

Selama di Jakarta, aku usahain banget telponan tiap sempet, pake video call, jadi tetap keep in touchlah sebulanan, biar ngga lupa mereka sama bundanya ini.#penting

Suami gimana?

Masteg mah orangnya nyantai, jadi ya no issuelah.

" Mas mau pendidikan sebulan, gimana pergi ngga nih? "
" Ya pergilah"


End.


Nah, ndilalahnya ya, satu kelas itu kan aku ber-22 orang, dan aku satu-satunya perempuan. Jadi pas aku insta story atau posting foto di IG, pasti ada yang komen, "Wah mba Win sendirian cewek ya, keren"

Hahaha, ini pertanyaanku dari dulu, pokoke tiap aku posting foto kerjaan di IG atau FB, pasti pada bilang gini. Padahal itu ngga keren-keren amat kok. Karena memang di BRI itu banyak banget yang kayak aku. Yang di satu unit kerjanya ya cewek sendiri. Ya gimanaaaa, emang untuk level managerial gitu masih didominasi para pria sih. Sebenernya cewek banyak tapi ngumpulnya di Jakarta dan sekitaran Jawa. Kalau untuk luar Jawa emang minim banget cewek.

Management Ismu 2017

Pinca,PCP, Manager dan Kaunit

Jadi begitu lho teman-teman, memang karena kondisinya aja, ngga ada yang mau penempatan luar Jawa, makanya aku beruntung bisa kerja di kampung halaman sendiri, luuuuv.

Balik ke soal pendidikan.

Gimana di kelas cewek sendiri apa ngga risih?

Ngga..

Palingan langsung mikir " Yah ga ada temen buat selfie selfie nih. Atau "Yah, ntar kalo mereka semua sholat Jum'at aku ngapain yah?" gitu doang.

Aku memang ngga pernah risih sih, karena udah biasa aja. Sehari-hari banget di kantor, mulai dari Pinca, pincapem, manajer ya semua laki-laki, jadi aku udah nyantai. Terkadang mereka malah udah ngga nganggap aku cewek lagi, rata aja dibuat mereka. Malah kadang suka dieksploitasi yang disuruh jadi ketua panitialah, disuruh jadi ketua anulah, dasar kampret, hahaha.

Nah sama, pas kemarin pendidikan juga gitu, langsung aja tanpa pake kompromi ditunjuk jadi ketua kelas. Sungguh mereka teman yang sangat asoe yah sodara-sodara. Jadilah selama pendidikan kejadiannya selalu gini :

" Bu ketua, materi soft copynya mintain yah"
" Bu ketua, bilangin ke fasilitator bisa ngga jadwal kita dimajuin"
" Bu ketua, usul dong ke Corpu supaya Sabtu kita libur"
" Bu ketua, gimana kalo kita ngadain acara barbeque setelah selesai pendidikan"

" Bu ketua nonton dong rame-rame"
" Bu ketua bikin baju seragaman dong"
" Bu ketua.... bu ketua''

Heeeeh gw ini ketua kelas atau emak kalian HAH.

Makanya pas ada yang bilang "Wah mba Win cewek sendiri di kelas, pasti dimanjain yah". Gw melengos aja, KARENA KENYATAANNYA TIDAK YA sodara sodara.



Gimana cara bersikap di antara para pria-pria segitu banyak, kan kalo cowok-cowok suka aneh-aneh gitu mba?

Ya ngga gimana-gimana. Biasa aja, beneran biasa banget. Walau aku sendirian cewek ya ngga membuat orang-orang sekitarku jadi kurang ajar, atau malah ngeremehin atau under estimate gitu sih. Mungkin karena- ya kale lihat aja wajah gw yang galak ini. Berani macem-macem aku hajarlah, #serius

Ngga ding, ngga gitu.

Tapi emang karena memang lingkungan kerja yang kondisinya seperti ini ya mau ngga mau kita kudu nyesuain dirilah. Jangan gampang tersinggung, jangan apa-apa dimasukin hati sekaligus ya jaga-jaga sikap juga.

Karena emang bener sih, berada di antara para pria-pria dewasa cukup umur, akil baligh dan jauh dari istri-istri itu BERBAHAYA, wakakakaka.

Obrolan di kelas yang awal-awal sok resmi, jaim-jaim, ya lama-lama karena udah kenal, akrab, jadi kadang ngga terkontrol. Apalagilah di grup. Mulai dari ngomongin ujian, bisa ujug-ujug menggelinding ke share-share video-video lucu (if you know what i mean).

Ya ngga usah marah, kalem aja. Ngga usah ikut nimbrung kalau begitu. Ya masa ya gara-gara ada kita di grup trus mereka jadi ngga bisa berekspresi, jadi sellow.



Di kelas juga gitu. Adaaaa aja ntar guyonan yang levelnya udah 17 ke atas. Karena levelnya masih becanda, saya mah nyantai. Justru kalo kita nyolotan malah aneh dan bikin orang ngga nyaman. Jadi ya kalem aja, diem aja, senyumin aja, dibawa asik aja. Karena becandanya juga masih becanda ringan.

Sempetlah yang difoto-foto candid pas lagi duduk sebelahan sama siapa gitu.

Marah?

Maleslah. Bodo amat.


Tanggapan suami gimana, ngeliat mba Win kok cewek sendiri?

Hmm, suami aku udah level mature. Masa-masa doi cemburuan udah lewat. Ada sih masanya dulu dia yang suka cemburu, suka nanya-nanya, tapi sekarang udah ngga.

" Mas aku di kelas sendiri lo cewek"

" Wah, jadi adek sekamar sendiri dong di hotel"


" Iya"

" Berarti kalo mas kapan senggang mau datang, bisa langsung ke hotel ga perlu pesen hotel lain?"


Oke yak, mantap, berfikir jauh ke depan.

Kok ngga cemburu sih

Ya ngga. Ngapain?, emang lingkungan kerja aku begitu. Kalau emang dia ngga suka ya pasti aku udah disuruh resign dari kapan tau. Nyatanya ga disuruh resign ya berarti ga kenapa-kenapa.Yang pasti kan bergaulnya emang profesional ya, karena kerjaan, ya jadi oke aja deh.

Punya tips ngga buat ciwi-ciwi yang kerja dengan lingkungan kebanyakan pria?

Ngga punyaaaaa. Karena tipe orang mah beda-beda. Aku emang tipe orang yang pintar bergaul sih #plakdigamparlangsung.

Yang pasti ya kayak yang aku bilang tadi. Kalem aja, santai, posisikan diri sewajarnya, ngga usah sok ngatur-ngatur cara bicara mereka, ngga ngatur apa yang mereka obrolin, be profesional. Jangan karena kita cewek trus minta diistimewain, jadi manja. No ya. Atau karena kita cewek jadi merasa harus apa-apa diduluin. Biasa aja. Karena toh digajinya sama, dikasih tanggung jawab juga sama, jadi ya posisinya sama.

Ini di bis. Letakin tas di samping kursi kita kalo mau tenang tidur PP


Kalau pulang malam dari kantor, apa suami ngga marah?

Karena aku selalu bilang ke masteg, maka sampai saat ini belum pernah sih kejadian mas Teg marah karena aku lembur atau pulang malam. Iya, pokoke kalau kira-kira bakal telat pulang ya kasih tau. Bukan minta ijin lho, kalo minta ijinkan berarti bisa diijinin bisa ngga, sifatnya cuma menginfokan, karena udah kesepakatan kami di keluarga, bahwa ya tugas kantor is tugas kantor, jangan dibawa baper dan lebay. Repot kalo dibawa lebay.

Maka saat misalnya aku harus meeting lewat jam kantor, ya fine-fine aja. Kalau ada acara kantor kayak yang perpisahan, atau makan bersama nasabah gitu yang memang jadwalnya makan malam, biar sama-sama enak  kadang mas Teg nawarin untuk jemput aku. Sekalian kenalanlah sama temen-temenku, biar tau juga istrinya pergi sama siapa aja.

Intinya sih, karena sama-sama mengerti gimana kerjaan dan tanggung jawab masing-masing, jadi walau lingkungan kerjaku mayoritas pria, masteg ngga merasa inferior atau curigation yang berlebihan sama dirikuh. #i Love You so much mas ah.

Jadi begitulah sodara-sodara tercinta.

Eh ini kok ngga ada cerita pendidikannya malah ya, xixixi.

Pendidikannya seru banget. Bukan karena materinya sih, kalo materi ya udah templatelah ya (dasar pegawai durhaka kau), tapi seru karena temen sekelasnya asik-asik banget. Kompak setengah mati. Dibawa santai oke, dibawa serius hayuk. Sebulan jauh dari rumah aku tetap hepi. Sampe sekarang juga, udah kelar pendidikan, di grup masih rame aja. Rame saling membully maksudnya.

Awalnya sempet yang kaku gitu, karena pendidikannya agak unik, segala latar belakang jabatan nyemplung di sini. Tapi ternyata lama-lama saat udah kenal, ya asik-asik aja.

Pendidikan kemarin ada materi in class, dan ada on the Job Trainingnya.

Selama di kelas, aku banyakan ngantuuuk. Karena mungkin selama ini kan aku kerja ga melulu di belakang meja ya. Kalo pengen keluar ya tinggal keluar, kalau ada nasabah yang harus dikunjungi ya OTS, kalo ada pembagian bantuan ke masayarakat misalnya ya pergi, jadi gitu disuruh duduk diam selama kurleb 10 jam itu rasanya pantat panas. Tapi ya udah sih ga apa juga karena ada selang coffee break tiap beberapa jam. Plus hiburan juga ngeliatin temen yang ngantuk, xixixi.

Ngantuk boss


Mereka juga asik-asik. Misal saat aku lagi bosen banget makan siang di Corpu, trus pengen ngebakso, ya udah sekelas ngebakso bareng. Pas aku pengen makan idomie, eh ditemenin nyari indomie. Bosen belajar terus, rame-rame nonton bareng.



Filmnya apa?

Pacific Prim, yang aku ngga ngeh samsek sebenernya tentang apa. Tapi ya udahlah mayan bikin ketawa-ketawa nontonnya. Oh plis itu robot ngapain sih, kenapa ceritanya serba kentang. Kisah cintanya kentang, perangnya kentang, endingnya sangat terduga dan yah pemerannya ngga ada yang good looking #ngeluh.

Nonton Film Yag Tak Kumengerti


Trus ternyata mereka rajin-rajin banget belajar. Kalau mau ujian pada belajar bareng, ngumpul di samping kamarku yang kebetulan berada di pojokan dan yang kebetulan juga ternyata lantai khusus smooking (why aku ditaruh di lantai ini?). Jadi ya kedengeran berisiknya tiap malam.

ckckckckcck


Apakah aku bergabung bersama mereka?

Ya tentu tidaklah ya. Aku mah lebih milih bobok, besok di bis tinggal minta hasil belajar mereka pas malam apa, xixixix.

Pas pendidikan kebetulan ada temen yang ulang tahun. Sebagai teman yang (sok) perhatian kami pun beli cakelah rame-rame (Gojek maksudnya yang beli). Mayan motong waktu belajar beberapa menit, buat nyanyi-nyanyi, foto-foto plus makan kue, wahahahahaha, moduuus.


Yang Ultah Siapa, Yang Disuapin Siapa

Trus di salah satu sesi, kami dapat materi kepemimpinan. Dan ngga tanggung-tanggung dong yah, yang ngisinya itu mantan Dirut BRI tahun 1993-2000 bapak Djoko S. Jadi bener-bener dapat pengalaman kepemimpinan langsung dari pemimpinnya BRI. Beruntung yah kami-kami ini.
Pas OJT, aku juga dapat tempat OJT nya yang saik banget, di KCP Mall Taman Anggrek dong yah. Di samping deket sama hotel (aku nginep di Ibis Slipi), juga ya karena di mall, jadi berasa lagi main aja. Tapi ternyata, pas giliran di mall gitu, kok aku malah ga terlalu antusias belanja ya, wow kusungguh bangga. Selama 3 hari OJT di MTA, aku cuma beli buku satu biji di Gramedia, plus beli pensil alis dan beli satu sepatu #proud. Padahal aku bayanginnya bakal kalap beli apaaa gitu, ternyata aku masih bisa menahan diri wahahaha.

Tapi positifnya aku berhasil mapping seluruh tenant yang ada di Mall Taman Anggrek. Aku jadi mayan hapal di mana letak Sephora, di mana toko sepatu yang mau tutup dan ada diskon, dimana tempat makan yag enak tapi murah, sampe di mana letak kamar mandi yang bersih tapi ngga terlalu ramai.

Kesimpulanku, Deps storenya MTA ternyata barangnya udah yang lama-lama yah, kurang memanjakan mata.

Temen2 di KCP Taman Anggrek
OTS ke salah satu usaha nasabah KCP MTA


Di akhir pendidikan ada tugas bikin makalah dan sesi presentasi serta wawancara. Kebetulan aku dapat pasangan yang pinter dan sangat menguasai operasional. Jadi alih-alih di KCP kami belajar, eh doi malah menyelesaikan segala kerjaan yang kurang pas di sana. Mulai dari meperbaiki suspend sampe bantu-bantu ngecek persediaan di situ, wahahaha, sungguh teman yang berdedikasi tinggi.

Giliran presentasi, ya dhalah naseb dapat giliran terakhir. Jadi semua orang udah tenang-tenang (bahkan mereka sempet ngemall), aku masih yang menunggu.... menunggu dan menunggu.

Yah gitulah, ngomong lalalalalalala di depan penguji, kelar deh. Yeaaaaay.

28 hari full terlalui dan saatnya kembali ke pelukan suami dan anak-anak, hasek.

Ini ceritanya pada bilang "Gaya bebas yok gaya bebas" trus ternyata aku doang yang ekspresif. Kzl


Sekarang udah ngantor lagi, kembali ke rutinitas lagi, lama ninggalin kantor jadi berasa anak baru lagi hahaha. Hari pertama kerja langsung lupa password komputer dan semua aplikasi, bagooooooos.


Yang paling hepi dari pendidikan itu, pasti nambah temen. Yang tadinya ngga punya temen di Palopo jadi punya, ada yang dari Luwuk lah, Tanjung Tabalong, dari Kolaka. Pulang pendidikan pasti nambah satu grup WA. Ya udah biar ga mubazir, sekalianlah aku paksa mereka follow instagramku, wahahahaha, rasain kalian. Follow dong kakaaa @winditeguh




Kalian ada yang kayak aku ngga? pernah ninggalin anak lama karena kerjaan atau lingkungan kerjanya mayoritas pria. Sini-sini cerita dong, biar ada temennya hahaha.

Eh betewe kalian tau ngga apa nama grup pendidikanku ini.








Ujian Pernikahan Bernama Kesibukan

Tuesday, April 3, 2018
 Review Film 7/24



Kata Mas Teguh, parameter dia sehat adalah bisa merokok lagi. Kalau aku parameter aku sehat adalah bisa ngopi lagi, hahahaha.

Anyway apa kabar kalian semua, kemarin aku sempet janji mau cerita kenapa bisa dirawat di rumah sakit bareng masteg, tapi ya ketunda-tunda terus nulisnya karena banyak hal yang lebih urgent harus dilakukan, halah.

Jadi ceritanya tuh Selasa sore sebulanan lalu sekitar tanggal 8 Maret-an kalo ga salah, Masteg nelfon, aku masih di kantor, bilangin minta aku pulang agak cepet karena doi merasa ngga enak badan dan minta dianterin ke rumah sakit. Ya sudlah, jarang-jarang yah suami ane punya permintaan, langsunglah tutup laptop, beberes tas dan cus balik ke rumah. Sampe rumah, makan, sholat maghrib, langsung berangkat dong yah ke RS karena masteg ternyata udah demam tinggi banget, badannya panas dan kata blio dadanya  yang agak sesak gitu.

Sampe di RS, langsung ke IGD, periksa ina inu, suruh baringan. Sambil nemenin masteg, aku berdiri-berdiri di samping bednya. Tiba-tiba ealah, kok pandanganku hitam, lemes banget langsung jatuh terkulai. Apa sih ya namanya, hhahaha. buru-burulah disuruh baringan sama mba perawat, samping-sampingan sama bed masteg. Cek tensi, ambil darah, ditanya-tanya kenapa, sampe muncul pertanyaan.

" Ada mual ibu"
" Kapan haid terakhir"

" WHAT"

Langsung waspada. " Hah, apa saya hamil suster" #panikmodeon. Liat-liatan sama masteg. Trus ketawa kecut, " Buset dah kalo sampe hamil sekarang".

Bukan apa-apa , bukan ngga pengen hamil, tapi kalau iya, ya bener-bener di luar planning aja sih #trusmerenung.

Singkat cerita, karena tensiku juga agak rendah, jadi disuruh istirahat dulu sama dokter, dianjurin bed rest karena mungkin aku kecapekan dan bisa jadi typus. Sementara masteg, diagnosa sementara ada infeksi di paru-paru, langsung disuruh rontgen.

Ya sudahlah karena sama-sama harus dirawat, kami dimasukin ke satu kamar barengan, wahahahha. Agak-agak lucu gimanaaaa gitu. Gitu tau aku opname, reaksi masteg pertama kali apa coba " Waduh dek, kalo adek sekamar sama mas, ntar banyak yang jenguk gimana, ngga bisa istirahat dong kita" wahahaha. Iya juga yah. Maka brb hubungi SDM kasih pesen jangan bilang siapa-siapa saya opname. Di samping memang pengen istirahat ya karena akoh maluuuuuuuuu, masa mamak-mamak setrong tepar sih. :(



Waktu aku insta story di IG setelah sembuh, banyak yang DM bilang kok kayak filmnya Disas dan Lukman Sardi yang 7/24, brb nonton di Hooq, penasaran jadinya deh sama ceritanya.

Dan setelah nonton filnya, wow speechless sendiri, karena filmnya ya so kami banget #mulaingaku-ngaku lagi. Bener-bener kebiasaan ya bu, tiap film berasa jadi pemerannya, hahaha.

Soalnya ceritanya tuh emang mirip banget, mulai dari profesi Tania( Dian Sastro) yang sebagai banker sampai adegan-adegan dan percakapan yang terjadi. Seolah-olah kayak nyeritain kisah kami, #blushing. Maka ijinkanlah daku mereview tepatnya menceritakan sih ya film yang walaupun udah basi tapi masih oke buat ditonton, Dan plis jangan jijay kalau aku berasa jadi Tania #TeteupDianSastroWanabe

Jadi, diceritakan di film, kalo Tyo (Lukman Sardi, sutradara film, suami Tania) tiba-tiba ngga sadarkan diri di lokasi syuting dan dibawa ke RS. Hasil pemeriksaan, doi kena Hepatitis A. Oleh dokter ditanyalah ke Tania, apa yang dilakukan si Tyo selama 24 jam terakhir.

Standar kehidupan ortu milenial jaman sekarang, dua-dua pekerja, dengan satu anak perempuan dan ada oma yang tinggal di rumah membantu jaga si anak. Sangkin padatnya kesibukan mereka, sampe kadang Tyo si sutradara ga pulang dan bobo di lokasi syuting, jadi semua komunikasi mereka via hape. Sampe akhirnya saat Tania lagi meeting with her boss yang super charming, wangi dan ganteng (Ary Wibowo) *gwpastibetahbangetkalopunyaboskayakgitudikantor wahahahah dikabarkan si suamik pingsan di lokasi syuting dan diopname di RS.


Gegara si Tyo opname, maka Tania ya harus bolak-balik rumah-kantor-RS setiap hari. Padahal saat itu dia sedang ngerjain permohonan kredit nasabah korporasi sebesar 2 Trilyun cyin. Kebayang gimana excited dan hecticnya. Dan di situ diceritain si Tania yang wanita karir oriented gitu, jadi patang rasanya mengecewakan atasan. Makanya walau ditawarin si boss super charming buat urus suami aja, ngga usah pikirin kerjaan, doi yang " No, i can handle it". Oh mirip siapa yaaaaa (1) hahahaha.

Singkat cerita, doi jadi rutinitasnya, kantor-pulang rumah-dongengin anak-anak bobo-pergi ke RS- nemenin suami-pagi ngantor again. Begitu terus, sampe akhirnya Tania tepar dan masuk RS juga karena typus.

Oh wow, mirip siapa (2)

Nah cerita selanjutnya ya diisi dengan adegan bersama di RS. Mereka diletakin di satu kamar karena dokter yang menangani juga sama. Dan sebelum kepikiran macem-macem, sama si dokter langsung diperingatkan " Kalian harus istrahat, bersikap sopan, jangan macam-macam", Hahahahah kok dokter tau sih yaaaa, di RS berdua sekamar dengan suami itu kan memang ehm banget, *kemudianberfantasinackal, pret.



Selama di RS, sebagai istri , maka Tania memperingatkan keras Tyo untuk ISTIRAHAT TOTAL, ngga boleh kerja samsek. Sama si TYO juga gitu melarang Tania mikirin kerjaan, harus istirahat. Tapi ya dasar workaholic, diem-diem mereka nyuruh bawahannya datang dengan alasan jenguk, padahal kerja, wahahahaha.

Malah bos Tania,yang super wangi dan sepertinya naksir doi, khusus datang membawa bunga sambil meminta Tania untuk tele conference pada saat briefing dengan calon klien 2 T mereka.  Tania excited banget dong yah, secara kalau ini goal dia bakal diangkat jadi Senior Manager CRM. Wow sungguh menggiurkan.

Tyo yang lagi ngeselin malah ngata-ngatain bosnya si Tania, bilang ngga respek karena dia minta Tania kerja saat sakit tapi ngga minta ijin sama dia sebagai suami.

" Bos lu tuh ya, harusnya ijin ke gw dulu. Di sini kamu itu istri aku, bukan bawahan dia"

Anjir nih Tyo, pengen gw ulek pake talenan. Adegan di sini agak lebay sih ya menurut saya. Karena melihat maturenya hubungan Tyo-Taia seharusnya ga ada cerita cemburu buta ngga penting gini sama bos istri.

Akhirnya berantem deh. Nah isi dialognya itu yah persis banget sama omelan saya ke masteg.

Jadi si Tania marah sama Tyo. " Kamu tau mas, aku tuh udah nyiapin segala proyekku ini dari kapan tau. Udah prepare segalanya buat presentasi tapi tiba-tiba kamu sakit, aku jadi harus urus semuanya. Ya antar anak, ngantor, jaga kamu, makanya akhirnya aku typus. So jangan larang aku buat tele conference dengan calon klienku. I want to be a senior Manager".

Hahaha, pas nonton adegan ini aku langsung nunjukin ke masteg. " Nih mas kok persis banget ya sama kamu"

Jadi yah, tahun lalu tuh sekitaran April, persis banget kayak kejadian saat ini, persis kayak kejadian Tyo-Tania. Saya tuh dipanggil pendidikan enhancement Manager ke Jakarta. Udah beli tiket, udah mau berangkat banget. Pesawat jam 3 sore, eh jam 7 pagi masteg demam tinggi, sakit, dan minta dianter ke RS.  Nyampe di RS, opname dong yah, cakeeeep banget dah.

Akhirnya aku batal berangkat pendidikan. Masteg sih ngga minta aku tinggal, dia nyuruh aku tetap berangkat, tapi ya mana  tega kan yah ninggalin suami opname sendirian. Jadi brb nelfon ke bagian SDM memberitahukan pembatalan pendidikan.

Rasanya gimana ya? Kesel tapi ngga bisa marah. Kesel tapi ya memang pilihannya harus itu.

Yang bikin aku ngomel banget saat itu, karena sakitnya masteg itu ya sakit yang dibuat sendiri.

Sebelumnya emang dia udah nunjukin gejala mau sakit. Ya gimanaaa kalau tiap malam pulang di atas jam 9 malam, sarapan males, makan siang ngga tepat waktu, rokok kayak lokomotif. Udah sering banget saya ingetin " Mas jangan pulang malam terus, kasih limit dong untuk kerjaanmu. Ngga lucu aja kantor kok tiap hari pulang malam", makanya kesel banget saat dia sakit.

Lebih kesel lagi saat sakitnya tepatan pula sama hal penting di kantor kita. Beberapa kali masteg sakit , paaas banget saat yang direksi datanglah, pas yang ART kebetulan baru resignlah, pas saya ada meetinglah, atau malah pas akhir bulan. Kan kayak di luar kuasa gitu. Jadi kejadiannya pasti saya yang ujung-ujungnya bakal tepar dan kemudian ikutan sakit.

Persis kayak Tania, saya juga sempet marah banget ke Mas Teguh.

" Kamu tau mas, kalau kamu sakit, maka aku harus wara-wiri rumah-RS, karena aku wara-wiri maka anak-anak aku tinggalin di rumah, malam aku tidur di RS, anak-anak jadi ngga bobo sama aku, padahal kesempatan aku bonding sama mereka ya pas malam. Kamu sadar ngga, kalau gara-gara kamu ngga mau jaga kesehatanmu itu, seisi rumah kita repot. Kamu ngambil hak anak-anak. Itu coba kamu pikirin. Aku marah gini bukan karena ngga kasian kamu sakit, bukan karena ngga sedih kamu sakit, tapi aku kesel banget, gara-gara kamu sepele sama kesehatanmu, berapa waktu yang terbuang anak kita tinggalin di rumah"

Kemudian nangis sesenggukan. Persis bangetlah sama si Tania di film itu.

Kalau udah gitu, masteg pasti langsung diem, trus ngomong " Ya udah, ade pulang aja deh, sana urus anak-anak, mas bisa kok sendiri di sini, kan ada perawat".

Dan akan disambut dengan omelan lebih dahsyat lagi.

" Emangnya mas pikir aku bisa tenang apa, tidur di rumah trus mas sendiri di sini. Duh mikir dong, udah ngga usah ngomong, minum obat, itu laptop plis tutup, gila apa sakit-sakit masih kerja aja, cepet sembuh biar cepet pulang".
 
Yang kemudian berakhir dengan adegan, rebut paksa laptop dari kasurnya dia.



Makanya nonton film 7/24 ini kayak lagi ngaca sama hubungan saya dan Masteg.

Suami istri sama-sama bekerja dengan jam kerja yang dua-duanya ngehe itu memang sungguh cobaan hidup bagi pasangan-pasangan muda. Karena memang di saat itu ya semua lagi masa-masa puncak.

Karir lagi gemilang-gemilangnya, penghasilan lagi oke, bersamaan dengan anak lagi lucu-lucunya, butuh perhatian ekstra, usia pernikahan juga lagi kritis-kritisnya. Kritis untuk saling merasa boring jika ngga disikapi dengan baik.

Ya kadang , kantor terasa lebih mengasyikkan dibanding rumah. Bukan karena di rumah ada masalah atau karena ngga pengen cepet-cepet ketemu anak, tapi karena lagi tune in banget sama kerjaan. " Ah tanggung ah dikit lagi, sejam lagi deh baru pulang". Gitu terus tiba-tiba udah malam. Ketemu di rumah, salah satu udah tidur, atau belum tidur tapi terlalu malas untuk ngobrol. Bahaya kan kalau salah satu ngga ada yang ngingetin. 

Balik ke film tadi, jadi singkat cerita si Tania akhirnya tele conference dengan calon nasabah. Dia di RS dan si nasabah di kantor banknya mereka. Eh ndilalah, kamera malah nyorot ke bagian belakang Tania, di sana si Tyo suami Tania lagi nungging-nungging karena sakit perut. Yha dhalah si nasabah marah, merasa tele conference itu ga serius, ngga profesional, dan deal-dealan 2 T pun tinggal mimpi.

Apa Tania marah?

Off course lah yaw. Impian jadi senior manager pun musnah. Tapi dia ngga mere-mere ke Tyo, malah merenung di taman rumah sakit dan ujug-ujug ngemasin pakaian, mau pulang ajah. Doi kecewa berat sama kelakuan Tyo, karena ngga nganggap penting pekerjaannya.

Duh nyesek sih ya pas bagian ini. Tau banget rasanya, gimana lagi excited banget sama impian naik jabatan , eh gagal gegara hal konyol yang dilakukan suami pulak, combolah keselnya.

Tapi trus saya jadi sedih sendiri abis nonton filmnya. Karena kondisinya tuh kebalik di keluarga saya. Di luar masalah doi yang suka ngga aware sama kesehatan dirinya, Mas Teguh tuh yang support banget sama kerjaan saya.

Kalau saya pulang malam, dia pasti nawarin jemput, karena tau saya rabun kalau malam nyetir. Kalau malamnya saya kurang tidur pasti besok paginya nawarin nganter ke kantor. Bahkan saat saya pernah ngerasa jahat karena abis marahin anggota yang ngga becus kerja, eh mas Teguh malah  menghibur dengan bilang " Bunda ngga jahat ah, kan namanya atasan, sebagian gajinya memang untuk marah, udah jangan nangis", hahahahaha ngingetnya sambil ngetik ini jadi pengen ketawa.

Dia begitu, tapi akunya yang kadang suka ngomel-ngomel ngga menentu kalau dia pulang malam. Suka berisik kalau Sabtu dia ngantor. Sebenernya marahnya bukan karena ngga suka sama kerjaan dia, tapi karena mikirin kesehatannya itu. Karena setelah aku itung-itung, mas Teg seperti punya loop waktu tepar.

Anyho, ini postingan udah panjang banget, dan aku juga udah ngantuk.

Satu quote penting dari film 7/24   

The foundation of everything is a good family

And a good family itu ngga bisa sim salabim abakadabra tercipta gitu aja. Butuh usaha dari masing-masing pihak. Betapa udah berkeluarga selama bertahun-tahun, kelihatan harmonis, ternyata diuji 7 hari 24 jam stuck dalam satu ruangan, malah berantemnya bisa sampe yang saling menuding telunjuk. Saling ngeluarin ketidakpuasan terhadap pasangan. Lyfe.

Dan bagi suami istri yang sama-sama kerja nih, aku mau bilang, bahwa support pasangan itu memang kadang ngga berbentuk tersurat kayak yang nelfon tiap hari pas kita kerja, atau bantuin nyelesaian kerjaan kita. Tapi turut menjaga kesehatan diri sendiri itu juga bentuk support bangetlah untuk pasangan. Sehingga ngga ada cerita, yang lain "Terpaksa" ikutan tepar gegara salah satu sakit.

Ingat-ingatlah, walau segimana pun tubuh ya punya hak untuk istirahat, karena saat kita udah menikah apalagi sudah punya anak, kesehatan kita tuh udah bukan soal kepentingan diri sendiri. Sehat atau sakitnya kita bakal berpengaruh ke seluruh keluarga, bakal ngaruh ke ritme keseharian di rumah.

Perhatikan alarm tubuh. Saat udah kedap-kedip segera recharge jangan gas teroooos.

Oya satu lagi, pesan moral film ini, bahwa yang namanya wanita, sekelas Dian Sastro pun bakal nancep hatinya sama pria yang membiarkan ia menjadi dirinya sendiri even udah menjadi istri si Tyo atau ibu si Nadia.

Trylah try kalau ngga percaya.









Custom Post Signature