Thanks To My Shoes

Monday, April 22, 2013


Bagi saya , hidup adalah perjalanan. Dan untuk memulai perjalanan dibutuhkan satu langkah pertama. Langkah-langkah tersebut yang akan mengantarkan kita pada tujuan, ujung perjalanan.

Setiap langkah punya cerita. Entah itu cerita sedih, gembira , haru. Dan setiap langkah memiliki kisahnya masing-masing. Untuk mencapai tujuan dibutuhkan langkah yang mantap dan tanpa ragu. Karena itu, setiap langkah yang dijejakkan memerlukan pendukung yang kokoh, kuat untuk menopang kaki-kaki kita selama perjalanan. Sebagian orang menyebutnya alas kaki, saya menyebutnya teman perjalanan. Ya dialah sepasang sepatu atau sendal yang selalu menyertai kemanapun langkah-langkah kaki menapak.


Kalau merunut usia saat ini yang sudah memasuki kepala tiga, bisa dipastikan sudah berapa ribu langkah yang saya jejakkan. Dan sudah berapa puluh sepatu menemani perjalanan saya. 

Bagi saya sepasang sepatu bukanlah hanya sebagai alas kaki. Tapi sepatu merupakan pelindung yang juga akan menentukan langkah saya selanjutnya.

Bagi sebagian orang sepatu mungkin berfungsi lain, sebagai identitas diri, sebagai pendongkrak derajat sosial, hingga sebagai aksesoris yang menyempurnakan penampilan. Apapun fungsinya, sepatu merupakan kebutuhan untuk meneruskan langkah-langkah si pemakainya.

Saya memiliki segudang cerita dengan sepatu. Saat saya sekolah, sepatu yang menemani saya adalah sepatu yang menyesuaikan dengan aturan yang ditetapkan sekolah, berwarna hitam dengan model yang sederhana, tidak boleh neko-neko. Masuk dunia kuliah, pilihan sepatu mulai beragam, karena tidak ada aturan yang mengikat. Saya pun mulai pilah-pilih model sepatu sesuai trend saat itu. Karena pada dasranya saya bukan orang yang neko-nek, ya sepatu jaman kuliahan dulu kalau ngga sepatu kets ,sepatu sandal  atau flat shoes.

Begitu masuk dunia kerja, saya mulai kenal dengan yang namanya high heels. Sepatu dengan hak tinggi yang katanya bisa membuat si pemakai jadi terlihat lebih seksi dan bisa mendongkrak rasa percaya diri. Mungkin juga sih, soalnya kan kalau pakai high heels otomatis kita akan terlihat lebih tinggi, nah saat terlihat lebih tinggi pasti kita kan semakin pede, apalagi untuk seorang wanita.mungil sepeti saya. High Heels memang cukup dapat diandalkan untuk membuat penampilan semakin oke.

Tapi, dasarnya saya bukan sosok perempuan yang betah memakai high heels berlama-lama, maka biasanya saya memiliki sepatu cadangan type wedges. Itu tuh sepatu dengan hak yang menyatu ke sol dan memiliki permukaan rata, sehingga saya tetap terlihat tinggi tapi tetap nyaman tanpa harus berusaha keras menyeimbangkan tubuh.


Saya adalah penikmat sepatu, dalam arti saya suka mengagumi keindahan sepasang sepatu di etalase toko. Saat jalan-jalan ke mall, saya sempatkan mampir ke salah satu toko sepatu hanya untuk melihat-lihat saja. Namun, tak jarang setelahnya saya akan pulang membawa beberapa pasang sepatu sebagai hasil window shopping yang saya lakukan. Ya, tidak hanya sepasang, karena saat berada di deretan sepatu terkadang saya bisa kehilangan orientasi.

Namun sayangnya, rasa kagum saya terhadap koleksinya Imelda Marcos itu hanya bertahan sebatas mengagumi, karena kenyataannya banyak sekali sepatu dengan penampilan yang membuat saya rela mengeluarkan sejumlah rupiah dari dompet tapi saat bertemu dengan kulit kaki saya, semua menjadi mimpi buruk. 

Kaki saya memang memiliki masalah dengan sepatu. Setiap memakai sepatu baru, ia membutuhkan waktu adaptasi yang tidak sebentar. Biasanya akan ditandai dengan iritasi di bagian ujung jari terluar, yaitu kelingking. Selanjutnya di bagian tumit pun akan kebagian lecet-lecet yang akan meninggalkan bekas yang tidak indah sama sekali. Makanya, kalau sudah mendapat sepatu yang pas dan "pewe" di kaki, saya biasanya akan menggunakannya terus-menerus kemanapun sampai sepatu tersebut layak untuk digudangkan.

Terkadang malu juga sama teman, kalau ketemu di acara apapun, sepatu saya itu-itu saja. Padahal saya punya banyak di rumah, namun ya itu tadi, akhirnya saya memang harus cuek kalo ada yang beranggapan kok saya kemanapun, acara apapun memakai sepatu yang sama. Biarin lah, daripada kaki saya menderita.

Makanya saya suka membeli sepatu dengan warna-warna netral, sehingga bisa dipadankan dengan baju warna apapun. Hitam atau krem adalah warna yang paling aman menurut saya.

Belakangan saya menyiasatinya dengan membeli sepatu semi sendal, yang setengah terbuka, atau hanya bagian belakang saja yang tertutup. Tujuannya untuk meminimalisir gesekan pada kulit sehingga juga akan meminimalkan iritasi yang mungkin terjadi. Kayak di bawah ini nih, beberapa sepatu yang bisa sedikit menolong kaki saya.





Hmm siapa bilang urusan sepatu adalah urusan gampang. Akhirnya sekarang saya berusaha untuk lebih mencintai kaki saya dengan cara memahami sepatu-sepatu yang saya beli. Loh kok?

Iya, Kalau kita paham apa yang akan kita pakai tentu kita bisa memilih sesuai yang kita inginkan.

Dari hasil pemahaman saya, setidaknya ada tiga bagian utama yang mempengaruhi kenyamanan sepatu atau sendal yang akan kita pakai. Bagian atas ( upper ), sol dan hak.

Bagian Atas ( Upper )

Bagian atas atau yang biasa merupakan penutup memiliki peran yang tak boleh diabaikan. bahan pembuatnya haruslah yang lentur, yang mengikuti gerakan kaki kita, agar kita nyaman saat memakainya. Bahan yang paling pas adalah kulit. karena kulit memiliki kelenturan yang bisa menyesuaikan dengan gerakan kaki manusia.Kulit juga nyaman dipakai karena memiliki pori-pori alami, sehingga membuat sirkulasi udara dalam sepatu tetap berlangsung. Hal itu tidak kita dapati pada bahan karet atau plastik.

Sol

Sol adalah bagian bawah sepatu yang menopang kaki kita atau bagian tapak.Pilihan untuk bahan sol sepatu lebih beragam, bisa karet, plastik atau bahan sintetis lainnya. Namun yang paling baik adalah bahan yang lembut dan menyerap keringat karena bagian sol itu akan bersentuhan langsung dengan kaki kita. Bahan yang paling baik, lagi-lagi adalah kulit, karena memiliki pori-pori untuk sirkulasi udara. Lebih baik lagi kalau dilengkapi dengan teknologi penghilang bau. Selain kulit, ada juga bahan gabungan sintetis yaitu Poly urethane ( PU)  di bagian pinggir dan karet di bagian tengah. Gabungan kedua bahan tersebut membuat sepatu ringan, tapi tidak licin karena ada karet di tengahnya. Terlepas dari apapun bahannya,sepatu yang bagus memiliki sol sepatu yang dijahit bukan hanya sekedar di lem.

Hak

Hak sepatu berhubungan erat dengan kenyamanan. Kenapa?, karena hak berfungis untuk menopang berat tubuh. Normalnya berat tubuh manusia terdistribusi 90 % ke bagian tumit dan 10 % ke bagian depan kaki. Namun dengan hak, distribusinya menjadi 50:50. Saat memakai sepatu berhak tinggi, otomatis lutut akan menekuk ke depan begitu juga degan perut. Makanya bokong akan menonjol ke belakang. Terlihat seksi? yup, tapi mungkin agak sedikit menyiksa. Benar juga ya kalimat " Beauty is pain" xixxi. Kalau saya sih belum sanggup berlama-lama pakai high heels.

Makanya saya bilang hak sepatu itu berhubungan erat dengan kenyamanan. Semakin tinggi hak nya semakin berbanding terbalik dengan kenyamanan.

Namun kebutuhan untuk tampil tetap gaya dengan sepatu hak tinggi bisa diakali dengan sepatu kitten heels  dengan hak 3-5 cm, atau sepatu wedges dengan hak diatas 5 cm kalau tetap belum puas dengan hak rendah.

Saya sangat suka dengan sepatu wedges. Menurut saya wedges adalah penemuan cerdas untuk teknologi sepatu.Dengan hak yang menyambung ke bagian depan akan membantu distribusi beban tubuh sehingga menghasilkan pijakan yang mantap. Hal ini penting untuk mengurangi ketegangan kaki.

Sepatu memang bukan sekedar alas kaki. Walaupun dari ujung kaki kepercayaan diri bisa meningkat namun kesehatan juga harus diperhatikan. Karena itu, pilah pilih sepatu pun harus seksama. 



Jadi, ingat-ingat yah, milih sepatu itu harus perhatikan bahannya, cara pengerjaan, kenyamanan, desain, dan manfaatnya. Semua itu bisa diperoleh dari produsen sepatu berkualitas.

So ladies, mari berterima kasih kepada kaki kita yang telah membawa kita ke tempat-tempat indah dan membuat kita bisa mencapai impian dengan selalu melindunginya dengan sepatu berkualitas. 



10 comments on "Thanks To My Shoes"
  1. menurut survey nih:

    lelaki paling tidak suka melihat perempuan menggunakan wedges

    tapi wanita merasa paling nyaman pakai wedges

    hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. oow gitu yah,padahal nyaman bgt, pasti sukanya lihat pake high heels, dasar egois :)0

      Delete
  2. beauty is pain, iya sih. Tp kayaknya sy gak sanggup jadi blk ke sepatu teplek ajah hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang sepatu teplek itu paling nikmat dipakai maaakk, ngga bikin meringis

      Delete
  3. di jualmak? sini aq beli satu hihihi.....
    aq juga maniak sepatu mak

    Sumarti Saelan (males sign in)

    ReplyDelete
  4. awalnya saya juga sering gitu mak..pemakaian pertama pasti lecet dibagian belakang...sedih banget rasanya harus menahan sakit ketika menggunakan sepatu impian...

    Tapi sekarang saya sudah menemukan 2 brand yang tidak pernah bikin saya lecet mak..

    karena eh karena, setidaknya dikantor harus pakai model tertutup (meski kenyataannya keseringan pake sendal jepit,hoho)..Jadi ga bisa memilih open-toe atau belakangnya strap ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. xixixi sama maak, di kantor pake high heels kalo ketemu nasabah aja. kalo ngga ya bersendal jepit atau pake flat shoes

      Delete
  5. Dulu aku senang pake high heels. Sekarang, flat shoes sahazalah hahaha. Rempong setelah punya anak kalo pakai high heels. Pas gendong anak, kaki kepelekok, kan, sakiiit ....

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya maaak, sama tapi tuntutan pekerjaan harus pakai high heels :)

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature