Entah bagaimana mulanya,
tiba-tiba aku berpikiran bahwa suamiku tidak terlalu peduli dengan kegemaranku.
Beberapa waktu lalu aku pernah tergila-gila dengan barang pecah belah, tepatnya satu set perlengkapan untuk jamuan makan , mungkin pesta kecil atau hanya sekedar arisan komplek. Aku membelinya karena dengan memiliki barang-barang tersebut aku merasa tenang. Tenang jika tiba-tiba ada acara disaat aku sedang tidak berada di rumah, setidaknya ada jejak ke- ibu rumahtanggaan-ku disana. Alasan yang sama absurdnya dengan harga barang-barang tersebut.
Suamiku tidak terlalu senang saat
aku membawa pulang barang-barang tersebut. Tapi ia juga tidak melarangku. Bisa
dibilang ia bersikap mubah saat itu. Ia hanya tak bisa menahan senyum saat aku
dengan semangatnya mengatur benda-benda tersebut di atas meja makan, kemudian
memasukkannya ke kardus untuk besoknya kukeluarkan lagi. Begitu selama beberapa
kali kulakukan untuk meyakinkannya bahwa aku membeli barang yang berguna.
Dan sampai saat ini, tak sekalipun
benda itu pernah terpakai. Pernah ada acara wirid di rumah saat aku tidak ada.
Namun tak seorangpun merasa perlu untuk menggunakannya. Saat acara pindahan
rumah pun, benda tersebut kembali tak tersentuh. Dan suamiku kembali menggodaku
saat aku akhirnya kembali menata mereka di meja untuk kemudian kumasukkan
kembali ke kardusnya.
Ia jarang mengomentari kebiasaan-kebiasaanku
yang mungkin aneh menurutnya. Seperti tidak peduli.
Contoh lain, walaupun jelas-jelas
tahu kegilaanku pada buku, kecuali buku yang diberinya saat pernikahan kami,
tak sekalipun ia membelikanku buku atas inisiatifnya. Bahkan ia tidak pernah
bertanya buku seperti apa yang paling aku sukai. Seringnya ia terjebak
bersamaku di Gramedia, aku sibuk memilah milih buku dan berakhir dengan kepiawaianku menyeretnya ke depan
kasir. Memang tak pernah sekalipun ia menolak, namun tak pernah juga menjadi
volunteer sebagai juru bayar. Kemarin-kemarin aku menganggapnya sebagai suami
yang tidak memahamiku.
Sekali lagi aku merasa ia tidak
peduli dengan hobiku.
Sampai suatu hari sebuah lemari
dibawa masuk ke rumah kami. Bukan lemari yang mewah, hanya lemari sederhana
yang terlihat kokoh. Lemari kayu dengan empat ruang bersekat di bagian atas dan
dua laci besar di bagian bawah. Aku tidak pernah tahu kapan ia memesan itu dan
untuk apa. Aku biarkan saja mereka meletakkannya di sisi rumah yang kosong.
Dengan kening berkerut kupandangi
ia sambil meminta penjelasan.
“ Ade bisa pajang barang pecah
belah ade disini, dan buku-buku ade bisa disusun disitu” katanya sambil
menunjuk-nunjuk ke laci-laci lemari.
Tanpa bicara, kupeluk ia.
Kini buku-bukuku punya rumah baru
setelah sekian lama kusesakkkan begitu saja di kardus-kardus mie. Dan aku tak
perlu berulangkali membongkar pasang barang pecah belah yang mungkin memang tak
pernah kugunakan itu.
Suamiku, ia memahamiku dengan
caranya. Memberi wadah bagi kesenanganku, sekalipun kesenanganku itu adalah
suatu hal konyol yang cukup pantas untuk ditertawakan.
Mungkin itu bisa dikatakan bentuk
memahami versi suamiku.
Ah suamiku.... AKu Tanpamu ........
" Maunya nulis sesuai lagunya Rumor tapi entah nyambung entah ngga " :)
Ah suamiku.... AKu Tanpamu ........
" Maunya nulis sesuai lagunya Rumor tapi entah nyambung entah ngga " :)
mbak, kayak mamah & mertua sy hobinya ngumpulin pecah belah.. Sy sih tinggal minta aja deh :D
ReplyDeleteSebenarnya agak menyesal mba. Soale harganya ampuuun, mahal bener. Pdhl ga prnh dipakai juga. Skrg udh stop. Paling tupperware aja yg msh duka aku beli xixixi
Deletekalo ibuku hobi kumpulin piring, gelas, dll. tapi yang harganya masih normal, mba. hehe. kayaknya emang butuh terutama kalo misal ada keluarga besar yang dateng dan bawa anak masing-masing. mendadak rame dah rumahnya.
ReplyDeletebtw, seneng ya punya suami yang bolehin istrinya beli buku. so sweet ;)
Lebih seneng kalo ga sekedar bolehin la, tp juga bayarin hahaha
Deleteaku tanpamu butiran debu. hueheheh
ReplyDeletehahaha iya maunya gitu, tapi ngga cocok sm cerita di atasnya. Maksa
Deletelaki2 memang begitu. Sukanya gak ngomong. Bentuk perhatiannya unik tak seperti yang kita maui tapi ia sebenarnya perhatian.
ReplyDelete*Kalo tidak ngapain dinikahin, gitu kira2 pikirannya ya hehehe*
Moga menang ya mbak :)
hahha iya ya mba. padahal aku sering ngambek. kok suamiku ini cuek banget siiih, sampe gemes, padahal mungkin perhatian tp gengsi
DeleteSemoga aku juga bisa kayak gitu yah, diam2 tapi sebenarnya perhatian :D
ReplyDeleteyup, semoga gitu, biar ntr pasangannya merasa tersanjung
Deleteaku baru mulai beli2 barang pecah belah, ternyata mahal banget ya hiks
ReplyDeletebtw..salam kenal ya mba :)
iyaaa mahal, makanya nyicil xixixi. salam kenal balik ;) trm kasih dah mampir
Deletembak udah nikah to..
ReplyDeletewah tapi so sweet sama suaminya.. hehe
udah 5 taun malah nikahnya. Iya dong sama suami hrs sweet terus ;)
Deleteaku ketularan sifat mama yang suka koleksi barang pecah belah dan seprai :D etapi itu keknya bawaan para perempuan kali yah mak hihihih koleksi tapi ntah pake dimana hahaha tapi tar pasti pake juga..
ReplyDeletekalo buku, suami ma aku punya hobi yang sama, suka baca :D jadi kalo ke gramed beli bukunya bisa sama2 baca..
soal hobiku itu suami gak komplen :D
tapi emang semua punya cara yang beda untuk memahami pasangan ;)
hihiii kalau dah gitu, jadi cuuiiinnttaaa bbuuuaannggeettt yah? hihiiii
ReplyDeleteItu cara suami mencintai, mencintai dengan caranya sendiri :)
ReplyDeleteTernyata ini postingan lama ya mak, sedang kangen atau jatuh cinta lagi yaaa ;)