Tentang Kebiasaan Cium Tangan

Thursday, April 4, 2013


"Apakah sampai hari ini kalian masih mencium tangan orangtua saat akan keluar rumah atau pergi ke suatu tempat "

Jika ya, maka lanjutkanlah.

Tadi pagi saya membaca kalimat tersebut di sebuah status FB, saya lupa statusnya siapa, yang pasti sebuah fanspage tentang cara mendidik anak yang baik. Membacanya saya langsung tersenyum simpul. Merasa status tersebut ditujukan buat saya. Percaya atau tidak, saya yang saat ini sudah berusia 30 tahun  masih melakukan hal di atas. Sebagai seorang anak, saya merasa restu orangtua dalam setiap langkah adalah merupakan doa tak berkesudahan yang akan memudahkan jalan hidup kita.

Ayah dan ibu saya bukanlah orang-orang hebat dengan segudang prestasi , gelar atau harta yang mencengangkan. Mereka hanyalah orangtua biasa seperti halnya orangtua lainnya. Namun, hal yang membedakan adalah, ayah dan ibu saya entah bagaimana caranya telah menerapkan dan mematri nilai-nilai kesopanan dan pekerti yang tak lapuk digilas zaman.

Saya ingat, dulu saat saya kecil, setiap ada tamu yang datang ke rumah, entah siapapun itu, ibu pasti langsung memanggil kami anak-anaknya. Padahal bisa jadi pada saat tamu datang saya lagi berada di kamar, atau adik saya lagi di dapur, mungkin juga abang saya sedang menonton televisi. Dimanapun kami berada, jika masih di dalam rumah, maka kami wajib untuk menyapa tamu tersebut dan menyalaminya. Dan bentuk salam yang diajarkan orangtua saya adalah salam dengan mencium telapak tangan. Sekalian ibu saya akan menganlkan kepada tamu " Ini anak saya paling besar, yang ini nomor dua", begitu seterusnya. Setelah itu kami boleh kebali ke tempat bersemayam kami semula.

Lebay???

Yah, terkadang kalau ketepatan ada teman yang sedang main ke rumah, mereka akan bertanya " Ngapain sih pakai salam-salaman segala". 

Tapi dari dulu sampai saat ini, saya merasa hal itu bukanlah sesuatu yang memberatkan sehingga saya sama sekali tidak pernah protes dengan aturan yang diterapkan orangtua. 

Pokoknya, setiap bertemu dengan orang yang lebih tua, maka cium tangan adalah suatu kebiasaan yang telah melekat di benak saya. 

Saya pikir kebiasaan cium tangan itu merupakan aturan baku pergaulan dan semua orang pasti melakukannya. Pernah di usia saya yang ke-24 saya memiliki seorang teman pria yang spesial. Betapa terkejutnya saya, pada saat bertemu dengan kedua orangtua saya, si dia dengan lempengnya menyalami orangtua saya seperti bersalaman dengan teman. Wow, ayah dan ibu saya juga tampak sedikit terkejut. 

Dari situ saya baru tahu, ternyata itu bukan kebiasaan umum. Pernah juga saya bertemu dengan sesorang yang saya anggap dituakan, dan otomatis saya langsung meletakkan tangannya di dahi saya saat bersalaman. Tiba-tiba beliau menarik tangannya cepat. Waaah, lagi-lagi saya tersadar, ternyata tidak semua orang melakukannya.

Berkaca dari pengalaman itu kesini-sini saya akan lihat-lihat dulu sebelum sekonyong-konyong nyosor dengan seenaknya :)

Sebenarnya banyak lho implikasi dari ajaran ortu saya ini. Saya dan saudara-saudara saya hampir tidak berani keluar rumah kalau belum ijin sama ortu. Pokoknya setiap mau pergi kemana gitu, kita akan nyari ayah atau ibu saya dulu buat pamitan, dan diikuti dengan mencium tangan mereka. Bahkan cium pipi dan kening juga. Hasilnya, secara emosional saya, adik dan abang serta ortu saya memiliki kedekatan yang sangat erat. Walaupun kami tinggal terpisah ( adik saya di Bandung, abang saya wara-wiri Jakarta-Medan) namun interaksi kami sangat intens. 

Kebiasaan itu pernah membuat suami saya cemburu " Dek, masa udah gede gitu masih dicium bapak sih ", xixixi. Tapi karena udah kebiasaan ya tetep aja jalan. 

Secara naluri, akhirnya saya juga ngga berani kemana-mana kalau belum ijin sama suami. Dulu saat saya di Jakarta, mau ke Plaza Semanggi saja yang jaraknya cuma terpisah oleh jembatan penyeberangan, saya selalu nelfon suami dulu. Kalau dia bilang ngga boleh ya sudah saya ngga jadi berangkat. Tuh kan, gara-gara ajaran ortu saya itu, saya berasa jadi istri yang patuh :). Kadang ada teman yang bilang, saya kok kayak dijajah suami, apa-apa mesti bilang. Bagi saya itu bukan dijajah, tapi kan memang sebagai istri saya itu tanggung jawabnya suami, jadi ya dia mesti tahu dong keberadaan saya. Dan misalkan terjadi sesuatu, saya sudah pamit dahulu padanya, sehingga tidak akan ada penyesalan di belakang hari.

Tiap suami pergi dan pulang kantor, saya juga tak pernah sekalipun absen untuk mencium tangannya. Konon katanya, suami yang dilepas pergi kerja dengan cinta oleh istri, hasil kerjanya akan lebih baik dibanding yang tidak. Dan akan lebih terjamin keselamatannya saat berkendara. Wah semoga saja demikian. Walau saya terpisah sama suami, kebiasaan itu berganti menjadi setiap pagi sebelum berangkat, kami akan saling bertelepon ria sebagai pengganti cium tangan keberangkatan.

Ntar kalau saya dah jadi orangtua beneran, saya pasti bakal mengadaptasi didikan ayah dan ibu saya ini. Karena saya selalu melihat raut bahagia saat kami anak-anaknya masih mengingat ajaran yang mereka terapkan dari kecil. Kebiasaan yang diterapkan sejak saya kecil ini masih terbawa sampai sekarang. Saat kami mengunjungi orangtua, yang pertama dicari begitu sampai di rumah adalah ayah dan ibu. Peluk, cium di tangan mereka yang mulai keriput, serasa meluruhkan kerinduan dan bisa jadi menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan. Karena saya yakin, saat kepala sayavtertunduk mencium tulang punggung tangan ibu, pasti doa akan terhantur dari hatinya, doa kebaikan untuk saya.

Seyogianya seorang anak yang dididik dengan kasih sayang dan diajarkan cara menghormati orangtua tidak mungkin akan menuntut ibunya ke pengadilan hanya karena menebang sebuah pohon di halaman rumahnya. Atau banyak berita-berita di televisi yang menggambarkan betapa parahnya hubungan anak-orangtua di jaman sekarang. Kebebasan yang kebablasan. 

Mari ajarkan hal-hal baik sedini mungkin pada anak-anak kita. Karena hal tersebut bakal dibawa dan membentuk kepribadian mereka hingga dewasa.

2 comments on "Tentang Kebiasaan Cium Tangan"
  1. tergantung orangnya juga, mba win. aku tetep membatasi diri sama orang tua yang lelaki walo udah sepuh pun, ga salaman. heuheu

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya laaa, makanya aku bilang beda2 tiap orang ;)

      Delete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature