Lagi-lagi tentang kopi. Memang minuman yang satu ini ngga
ada matinya. Jangankan meminumnya, baru membicarakan saja sudah memberi sensasi
tersendiri bagi panca indera.
Entah sudah berapa banyak penulis yang bercerita tentang
kopi dalam karyanya. Atau menjadikan kopi sebagai benang merah dalam setiap
tulisannya. Sebut saja “ Filosofi Kopi” Dewi Lestari, atau “ The Coffee Memory “
Riawany Elita, “ Cinta Dalam Gelas “ Andrea Hirata, “ Club Camilan “. Itu baru
yang berbentuk novel dan ditulis oleh penulis dalam negeri, belum lagi kumpulan
cerita seperti antologi “ The Coffe Shop Cronicles sampai “ Antologi Kopi
Tubruk”.
Memang minuman hitam ini punya segudang cerita untuk
dikupas. Di samping rasanya yang memang sensasional, bagi sebagian orang kopi
memang merupakan sumber inspirasi. Penulis adalah salah satu kalangan yang
paling dekat kehidupannya dengan kopi.
Saya pribadi adalah penyuka kopi. Bahkan cerita tentang
kopi sudah berulang kali saya ulas di blog ini, seperti disini dan disini. Saya
dan kopi ibarat sepasang kekasih remaja, malu-malu mau atau malu-malu rindu. Ya
, saat ini karena saya lagi hamil, maka konsumsi kopi saya kurangi, akibatnya
saya seperti yang dikatakan tadi, ingin selalu minum seperti kondisi sebelum
hamil, namun demi kesehatan bayi yang saya kandung, jadi dengan segala
kesadaran saya pun menguranginya. Walau terkadang saya tetap juga curi-curi
kesempatan untuk sekedar mencicipinya, Bagaimanapun juga yang namanya sudah
jatuh cinta, susah berpisah darinya.
Balik lagi ke hubungan antara kopi dan penulis. Tidak
semua, namun dari semua teman penulis yang saya kenal, kebanyakan menjadikan
kopi sebagai teman saat menulis. Sebagai seorang blogger, saya pun demikian.
Karena bekerja dari pagi hingga sore, bahkan tak jarang saya baru sampai di
rumah menjelang Isya, maka waktu yang saya miliki untuk menulis adalah di saat
jam dinding telah condong ke posisi kanan. Bukan hanya bagi pekerja seperti
saya, kebanyakan penulis yang notabene
ibu rumah tangga pun memiliki kebiasaan menulis di jamnya orang tidur. Tak heran
menjelang tengah malam sampai pagi, media social seperti FB , Twitter pun diramaiakan oleh para penulis yang sedang
bergentayangan. Dan biasanya, kopi menjadi topic yang sering mengisi kolom
komentar dan postingan di timeline.
Sejujurnya, kalau ada yang mengatakan dengan meminum kopi
ide-ide akan keluar, saya tidak terlalu mengamininya. Karena sejauh ini, saya
meminum kopi saat menulis bukan untuk memancing ide keluar, tapi lebih kepada
menginginkan efek kafein yang bisa memperlama kondisi mata dalam keadaan melek dan
otak tetap terjaga. Karena setahu saya salah satu fugsi kafein adalah mengubah
cadangan lemak menjadi energy. Itulah yang saya butuhkan dari secangkir kopi di
malam hari.
Mengapa bisa demikian ?
Salah satu hal yang membuat kita mengantuk adalah senyawa adenosine dalam sel otak. Jika zat ini
terikat oleh receptornya, secara
otomatis akan memperlambat aktivitas sel tubuh dan menyebabkan pembesaran
pembuluh darah. Kondisi ini terjadi jika tubuh dalam keadaan lelah. Untuk
menghilangkan pengaruh senyawa adenosine ini diperlukan tidur . Ya tidur akan
membantu otak untuk membersihkan senyawa adenosine penyebab ngantuk tadi.
Dan ternyata kafein dapat menyaingi fungsi adenosine, terutama dalam membuat ikatan
dengan receptornya. Kafein membuat
tubuh tidak merespon terhadap perintah-perintah adenosin, karena receptor
di otak lebih sibuk bergulat dengan kafein. Dengan kata lain,kafein membalikkan
semua kerja adenosin. Itulah sebabnya
dengan meminum secangkir kopi yang mengandung kafein, rasa kantuk bisa dihalau.
Namun, perlu diketahui, kafein dapat mencapai otak dan
masuk ke system saraf melalui saluran darah membutuhkan waktu 15-20 menit
setelah seseorang meminum kopi. Jadi sebenarnya cara yang paling ampuh untuk
mengusir ngantuk dan membuat tubuh tetap terjaga adalah setelah minum kopi
sebaiknya kita tidur sebentar kurang lebih 15 menit. Karena saat tidur senyawa adenosine akan dibersihkan, Dan saat
kita bangun, kafein juga telah mulai bereaksi. Ini lebih ampuh dibanding hanya
meminum kopi saja. Saya biasanya seperti itu.
Konon katanya, kafein memang masuk dalam kelompok zat yang
dapat menstimulus kerja otak. Dengan meminum kafein, tubuh akan memperoleh
kekuatan ekstra untuk berperang melawan rasa lelah, karena munculnya semangat
yang tinggi. Nah semangat yang tinggi itu saya rasa yang bisa menelurkan
ide-ide saat menulis.
Jadi bukan karena minum kopi terus ide jadi meluber-luber.
Tapi kopi bisa membuat kita terjaga.
Namun, seperti hukum alam, segala sesuatu yang berlebihan
akan memberi dampak negatif pada tubuh. Pun demikian dengan kafein yang
terdapat pada kopi. Karena walaupun pada malam hari kita bisa terjaga dan
merasa fit, tetapi tubuh tetap akan menghasilkan senyawa adenosine tadi secara
berkala sepanjang hari. Itulah sebabnya kalau kita bergadang di malam hari,
maka siangnya akan mengantuk. Kalau sudah mengantuk kita akan mengulang ritual
yang sama. Lama kelamaan konsentrasi kafein di dalam tubuh akan menumpuk, dan
tentu saja dapat menyebabkan penyakit.
Jadi para penulis, minumlah kopi sesuai ambang batas tubuh.
240 mg perhari cukup untuk membuat stamina tubuh oke. Karena tulisan-tulisan
bergizi akan dihasilkan oleh tubuh-tubuh dan pikiran penulis yang sehat
ketika sudah addcit sama sesuatu, pasti hal terburuk di lupakan :)
ReplyDeletekalau saya lebih suka air mineral sih, kalau sedang apa pun termasuk nulis :)
Meminum kopi maksimal 3 gelas per-hari loh.. *via twit @blogdokter*
ReplyDeleteselamat berlomba ya..semoga bisa menjadi salah satu yang terbaik...salam hangatnya kopi dari makassar :-)
ReplyDeleteTerima Kasih Partisipasinya
ReplyDeleteGood Luck :)
Salam,
hangat,
Lisa Gopar
wah sipp nih info tentang kopinya..lumayan buat bahan renungan..makasih,.mba,,,
ReplyDeleteDuh menyesal sekali saya baru baca ini
ReplyDelete