Medan, I Love You

Saturday, February 18, 2012
Malam minggu sendiri aje, geje deh. kajol, halah.

Akhirnya malming ini saya isi dengan merenung. Merenung tentang malam minggu-malam minggu yang telah saya lewati dari masa muda dulu sampai sekarang ( jadi nyadar udah tua).

Sadar arti malam minggu sejak SMP. Di kampung saya dulu, setiap malam minggu ga pernah absen acara kawinan yang pastinya nanggep keyboard. Itu tuh hiburan di pesta dengan alat musik keyboard yang bisa dipastikan penyanyi asli bawaan si tukang keyboard ga sempet nyanyi, karena diborong semua sama tamu undangan dan orang dapur. 

Kalau di kampung saya yang notabene masih termasuk daerah di Sumatera Utara, ada beberapa lagu wajib yang pasti ada. Yang pertama tuh,  Boru Panggoaran, ni ceritanya tentang harapan dan doa-doa orangtua terhadap anak perempuannya. Saya ga tau pasti artinya soalnya pake bahasa batak , tapi yang pasti lagunya sediiih banget, soalnya banyak yang nangis kalo lagu ini dinyanyiin.

Ho do boruku…
Tampuk ni pusu-pusuki

Molo matua sogot au
Ho na manarihon ahu
Molo matinggang ahu inang
Ho do na manogu-nogu ahu

Setelah saya tanya mbah google, ga nyangka dia ngerti bahasa batak hehe, ini artinya:

Kaulah anak perempuan ku, harapan hatiku. Jika nanti aku tua dan lemah, kaulah yang akan menguatkan dan meneguhkan aku. 
Burju-burju ma ho
Na marsikkolai
Asa dapot ho na sinittani rohami

Sang ayah berkata agar anak perempuannya rajin belajar dan mengutamakan pendidikan sehingga dengan bekal pendidikan tersebut apapun cita-cita sang anak dapat tercapai.
Ai ho do boruku
Boru panggoarakki
Sai sahat ma da na di rohami

Baik-baiklah kau bersekolah agar kau dapat meraih cita-cita yang kau inginkan di dalam hatimu. Kaulah anak perempuan ku, anak perempuan sulungku, capai lah cita-citamu.

Hiks, sedih kan yah lagunya. Walaupun saya bukan orang batak, jawa tulen, entah mengapa saya sangat suka lagu-lagu Batak, karena hampir semua lagunya mengandung makna yang sangat dalam.

Dengerin lah ini kalau ga percaya kelen


Lagu kedua yang wajib ada, adalah Uju di NgoLukkon

Hamu anakkon hu,
Tampukni pusu-pusuki
Pasabarma amang
Pasabarma boru
Laho pature-ture au
Nungnga matua au
Jala sitogu togu on i
Sulangon mangan ahu
Siparidion au
Alani parsahitokki.


Anak-anakku bersabarlah kalian buah hatiku untuk merawatku.karena aku sudah tua, harus dipapah kesana-kemari, makanpun harus disuapin, harus dimandikan. disebabkan penyakitku ini 

Somarlapatan marende, margondang, marembas hamu
Molo dung mate au
Somarlapatan nauli, na denggan, patupaon mu
Molo dung mate au
Uju di ngolukkon ma nian
Tupa ma bahen akka nadenggan
Asa tarida sasude
Holong ni rohami, namarnatua-tua i


tidak ada artinya pesta dan tarian yang kalian buat kalau aku sudah meninggal, tiada lagi arti kebaikan yang kalian berikan padaku. Pada saat hidup beginilah kalian buat, supaya nyata kurasakan kasih sayang kalian terhadapku.

Ni lagu juga buat acara pesta yang hingar bingar jadi mellow.





Ya memang kebiasaan orang batak, saat orangtua meninggal akan mengadakan pesta dan tari-tarian . Filosofinya, si orangtua dianggap sudah berhasil membesarkan anak-anaknya sehingga akan dilepas dengan suka cita dan dimaksudkan untuk menghormati orangtua.

Dalem banget kan maknanya. Betapa kita sering melupakan orangtua kita dengan alasan kesibukan. Namun saat sudah tiada barulah kita sibuk berbuat sesuatu yang tak mungkin dirasakannya lagi. 

Duh saya jadi sedih banget nih, apalagi ni sambil dengerin lagi I'll be there for u. Ya saya sering sekali tidak ada saat orangtua membutuhkan. Suka membantah omongannya, suka lupa nelpon sekedar nanyain kabar, karena ke (sok) sibukan saya. :((

Dan terakhir lagu yang ga mungkin absen yaitu Anak Medan. Kalau dengar lagunya pasti ketawa-ketawa deh, ni lagu lucu tapi menohok, menggambarkan kepercayaan diri, dan semangat pantang menyerah serta kesetiakawanan.

Anak medan, Anak medan,
Anak medan do au, kawan
Modal pergaulan boido mangolu au,
Tarlobi dipenampilan main cantik do au, kawan
Sonang manang susah happy do diau,

Nang pe 51, solot di gontinghi,
Siap bela kawan berpartisipasi,
378 Sattabi majo disi,
Ada harga diri mengantisipasi

Saya adalah seorang anak yang besar di Medan, saya bisa dan dapat hidup dengan hanya modal pergaulan atau persahabatan .Walaupun belati/pisau terselip dalam pinggang saya, dan selalu siap untuk berpartisipasi membela kawan, tapi dalam hal tipu menipu, bongak membongak saya selalu menghindarinya karena harga diri jauh lebih penting dari semua itu.
Horas… Pohon pinang tumbuh sendiri
Horas… Tumbuhlah menantang awan
Horas… Biar kambing di kampung sendiri
Horas… Tapi banteng di perantauan
Anak medan, Anak medan,
Anak medan do au, kawan
Susah didonganku soboi tarbereng au
Titik darah penghabisan ai rela do au, kawan
Hansur demi kawan, ido au kawan

Selamat lah, pohon pinang walau tumbuh sendiri tapi tetap menantang awan/angin, walaupun kambing dikampung sendiri tapi banteng di perantauan. ( ini lirik yg paling saya suka)

Aku ini Anak Medan kawan, saya tidak bisa melihat kesusahan dalam diri sahabat/teman saya, titik darah penghabisan aku rela demi memperjuangkannya, bahkan hancur demi kawan pun aku rela

Jadi jangan heran, kalau orang Medan bertemu yang pertama ditanya adalah

" Apa margamu", "Dimana kampungmu". 

Ya itu dia, rasa setia kawan yang sangat tinggi. 
Makanya kalau ada PPS baru datang ke Divisi terus memperkenalkan diri sebagai orang Medan, duh seneng banget berasa ada kawan gitu.

Saya juga selalu suka kalau bertemu dengan sesama orang Medan disini. karena saya bisa ngobrol menggunakan logat Medan saya tanpa ada yang ngetawain, hihihihi. Bisa bilang "kereta" untuk menyebut motor. Bisa bilang "pajak" untuk nyebut pasar, dan bisa bilang "pasar" untuk nyebut jalan raya, hahaha.

Duh jadi kangen banget sama Medan. Walaupun tuh kota dari tiga tahun yang lalu ya gitu-gitu aja.Paling nambah jembatan layang sebiji. Walaupun disana ga ada Centro, ga ada Metro ( tapi ada Sogo lho). Walaupun ga ada Dufan tapi ada Hillpark. Walaupun ga ada Busway tapi ada becak motor ( Jakarta aja ga punya). Walaupun ga ada Ciwalk tapi ada Merdeka Walk. 

Ada Pajus (Pajak USU) yang jual segala macam barang bajakan. Ada burger murahan harga tujuh ribuan yang rasanya ga kalah sama Burgernya Mc D. Yang paling top, bisa makan durian sepuasnya. Bisa ngomong keras-keras tanpa harus mengatur volume suara. Bisa makan lontong sayur setiap pagi. Dan yang paling penting,... bisa ketemu keluarga saya terus, hiks.

Walaupun walaupun, tapi hati saya tetap ada di Medan.

Cuma di Medan, kamu bisa bilang " Matamu lae, kuculek nanti" sama orang yang bereng ke kamu
Cuma di Medan, bisa nawar belanjaan sampe seperempat harga.
Cuma di Medan, kamu bisa langsung akrab sama inang-inang di angkot. 
Cuma di Medan, kamu bisa melanggar lampu merah dan merasa keren kalau ga ketangkep pak polisi


I really miss live in Medan anymore

Btw, tadi diatas saya ngomongin malam minggu ya, kok jadi curcol gini sih. Ya sud la, nasi sudah menjadi bubur, dibuang sayang, tambahain kerupuk sama ayam plus sambel aja deh biar jadi bubur ayam : )


#ForYoungerMe: 16 years old me

Friday, February 17, 2012
Dear Indi…..

Indi… yah kamu suka sekali dipanggil dengan nama itu. Hanya satu orang yang memanggilmu dengan sebutan itu. Hatimu mekar setiap kali mendengarnya. Senyummu akan terkembang lebar saat ia menatapmu. Bahkan semua perhatian-perhatian kecilnya, membuat jantungmu bekerja lebih keras memompa darah ke seluruh pembuluh di tubuhmu

"AKU SAYANG KAMU" (ASK) :PENGUMUMAN HASIL AUDISI PENULISAN BUKU

Wednesday, February 15, 2012
Ini dia: 
Alhamdulillah, setelah melalui 3 tahap penyeleksian yang sangat ketat hingga detik-detik terakhir, akhirnya kami memutuskan untuk mengambil 67 naskah dari total naskah 366. Naskah yang berhasil lolos tersebut insyaAllah akan kami terbitkan ke dalam 2 buah buku. Naskah-naskah tersebut adalah:
Proyek Buku 1 (After Marriage Stories) :
1. Aku Sayang Kamu (by: Seruni NQ, Cikarang)
2. Anugerah dari Keikhlasan (by: Sastia Lavina, Osaka - Jepang)
3. An Untold Story (by: Novika Oktafiana, Gunung Kidul)
4. Arti Cinta Sejati (by: Ismia Malia, Madiun)
5. Belajarlah untuk Berkorban (by: Riskaninda Maharani)
6. Terimakasih atas Anugerah-Mu Berupa Dia (by: Meilina Widyawati, Sydney - Australia)
7. Bukti Cinta (by: Artha Maula Amalia, Pasuruan)
8. Bukti Cintanya Padaku (by: Nurul Kartikaningsih, Surabaya)
9. Cacar Penyubur Cinta (by: Ida Fauziah, Johor - Malaysia)
10. Cincin yang Tergadaikan (by: Ragil Kuning)
11. Cinta Apa Adanya (by: Ade Tuti Turistiati, Nara - Jepang)
12. Cinta dalam Butiran Salju (by: Vinidya Almierajati P, Osaka - Jepang)
13. Cintamu Obat Sakitku (by: Nurul Sufitri)
14. Cinta Vs Tanggung Jawab (by: Sarah amijaya)
15. Darimu untuk Kita (by: Resti Ningsih, Padang)
16. Dia, Teman Sejatiku (by: Windi Widiastuty)
17. Dialah Imamku (by: Tina Yaneshawary Sutiani, Jogjakarta)
18. Durian Kenangan (by: Andi Bagas Pratama, Bekasi)
19. Izinkan Aku Menjadi Halal Untukmu (by: Afrodita Irma Puspita Sary, Purbalingga)
20. Jagoanku (by: Rizky Nuryaning Dyah, Kutai Barat)
21. Kala Maut Nyaris Menjemput (by: Deasy Rosalina, Gyeongsan - Korea Selatan)
22. Khas Lebaran (by: M. Wendi Lukman Hakim, Banyuwangi)
23. Kau yang Tak Tergantikan (by: Nama Yati Rachmat, Tangerang)
24. Kecap Manis Vs Sambal (by: Isky Miskiyana Kamil, Jakarta)
25. Kesederhanaan Cinta (by: Micka Oboedeny, Hongkong)
26. Kisah Kasih Kakek dan Nenekku (by: Sri Yulita Pramulia Panani, Jogjakarta)
27. Lelaki Pertama (by: Fitri Nurhayati)
28. Surat Cinta dari Sheffield (by: Iffah Abdurrahman, Muscat - Oman) 
29. Surprising Pizza (by: Norma Juliandi, Nara - Jepang)
30. Tawa Renyah dan Hiline Putih (by: Dwi Rahmawati)
31. True Love (by: Nur Rokhmanita, Magelang)
Proyek Buku 2 (Before Marriage Stories) :
32. Aira Oh Aira (Zuifa Sanashalaufa, Subang)
33. Aku Gak Akan Jatuh Cinta (by: Fadilah Rahmadani, Lampung)
34. Aku Sayang Kamu (by: Indah Lestari)  
35. Apel: "Karena Aku Menyayangimu" (by: Aginta Friska Mahartika)
36. Biarlah Allah yang Pilihkan (by: Harry Gunawan) 
37. Biologi dan Cinta Pertama (by: Neiro, Medan)
38. Cermin Buram (by: Petra Shandi, Subang) 
39. Cinta dalam Perjodohan (by: Ritsa Mahyasari, Pekalongan) 
40. Cinta dan Kesetiaan (by: Halim Nur Yahya, Blitar) 
41. Cintaku, Cintamu, dan Cinta-Nya (by: Ayuni Adesty, Bogor) 
42. Cintaku Hampir Ditelan Seulawah (by: Eramayawati, Bada Aceh) 
43. Coretan Pena Cintamu (by: Awiek Libra, Trenggalek) 
44. Cupcake (by: Puji Setianingsih, Banyumas) 
45. Galeri Waktu untuk Eros (by: Dea Lunny Primamona, Magetan) 
46. Kado Terindah (by: Lita Maisyarah Desy, Sumatra Utara) 
47. Kamu Sayang Aku dan Takkan Mampu Melupakanku (by: Mira, bandung) 
48. Keukuatshu (by: Fathul Qorib, Madura) 
49. Kusimpan Cintamu untuk Masa Depanku (by: Wahyuni Kasno, Sulawesi tenggara) 
50. Love in Facebook (by: Nurul Rosalina, Barabai) 
51. Menari Bersama Angin (by: Novi Maisaroh, Jogjakarta) 
52. Oleh-Oleh Libur Lebaran (by: Suparno, Jakarta) 
53. Perbedaan yang Bersatu (by: Kurnia Hidayati, Batang) 
54. Pesan Facebook (by: Adrian Monteque) 
55. Pintu Jarak dan Kunci Kepercayaan (by: Meilidyaningtyas Cantika R, Jakarta) 
56. Sahabatku Kekasihku (by: Fitri Anugrahheni, Surabaya) 
57. Sebenarnya Cinta (by: Musyafiah, Batang) 
58. Secangkir Kopi dan sepotong Brownis (by: An Diana) 
59. Selepas Ruang E.105 (by: Tyasti Aryandini, Tangerang) 
60. Senjapun tahu (by: Fadila Istiqa Septiana, bandung)  
61. Senyum antara Kita (by: Ayya NN, Medan) 
62. Single itu Prinsip, Jomblo Itu nasib (by: Dhora Vasminingtya R, Ponorogo) 
63. Tak Sebatas Realita Semu (by: Qur’anul Hidayat Idris) 
64. Tiga Puluh Tiga Bintang (by: Yogi Febriansyah, Cimahi) 
65. Wahai calon Imamku, Jemput Aku dengan Maharmu (by: Septia Milanda) 
66. Wish You were Here (by: Erica Rosella, Jogjakarta) 
67. Yang Terbaik bagiku (by: Yuniati Mahmudah, Madiun) 
Selamat bagi para peserta yang berhasil lolos dalam audisi ini. Silakan bergabung ke dalam Group "Buku ASK - Finalis" dengan cara mengirimkan nama FB pada wall Pena Nusantara untuk kami add sebagai member pada group tersebut, guna melanjutkan proses selanjutnya.
Bagi yang belum berhasil lolos audisi ini, jangan berkecil hati. Masih banyak kesempatan untuk mencoba dalam kesempatan lainnya. Kami persilakan bagi teman-teman yang belum lolos, untuk mengambil kembali naskah yang telah dikirimkan kepada kami. Tetap semangat menulis yah :)
Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.

Lebih Baik Sakit Hati daripada Sakit Gigi

Wednesday, February 8, 2012
Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati

Sepertinya kata-kata tersebut sudah tidak relevan lagi. Sakit gigi, otomatis dapat menyebabkan sakit hati.

Seperti tadi di kantor, seorang teman memesan pizza American Lover ukuran large. Mencium aromanya saja sudah menghasilkan impuls ke otak yang memerintahkan tubuh untuk memproduksi air liur. Hmmm, sepotong pizza pun sudah ada di genggaman, siap dilahap. Apalah daya, jangankan untuk mengunyah, bahkan membuka mulut pun tak sanggup lagi.  Dengan berat hati potongan pizza yang melambai-lambai  itupun harus berpindah tangan. Ah sakit hati ini.

Ketidakmampuan membuka mulut pun diikuti dengan cenat cenut di kepala. Sudah berusaha semaksimal mungkin menahannya. Akhirnya saya menyerah, minta izin untuk ke dokter. Awalnya seorang teman menganjurkan untuk minum obat pereda nyeri ponstan. Namun saya menolaknya. Sakit gigi dengan gejala gusi bengkak yang saya derita saat ini, bukanlah yang pertama kali. Ini sudah merupakan langganan tetap yang berulang setiap beberapa bulan.

Atasan saya merekomendasikan untuk periksa ke rumah sakit khusus gigi yang katanya lumayan bagus di Jakarta Selatan. Tanpa banyak tanya saya pun segera meluncur kesana. Benarlah, rumah sakiti gigi ini sesuai dengan yang digambarkan. Ruang tunggunya nyaman, pelayanannya cepat.


Tahap pertama, gigi saya harus difoto dulu dengan sinar X, katanya untuk mengetahui bentuk, posisi dan kedalaman gigi. Saya manut saja, lebih cepat lebih baik pikir saya. Setelah difoto, disuruh menunggu sebentar untuk melihat hasilnya. Kira-kira lima belas menit, nama saya pun dipanggil. Saat saya masuk ke ruangan tempat foto tersebut, terjadi perdebatan antara si kepala ruang dengan petugas fotonya ( masih siswa magang). Di tangan si kepala ruang melambai-lambai hasil foto gigi seseorang yang ternyata mereka bingung itu hasil fotonya siapa. Wuih, saya shock melihatnya.

“Ini bukan punya ibu Dewi, nih lihat ya foto yang ini gigi 5 nya ga ada, sedangkan yang satu ini gigi 6 nya yang ga ada, kamu pasti salah masukin ke map pasien nih” katanya.

" Benar pak, yang satu ini punya ibu yang tadi, yang satunya lagi punya bapak-bapak yang barusan" jelas si perawat

" Hari ini yang foto gigi ibu-ibu semua tau, ga ada bapak-bapak" semprot si kepala ruang

APAAAA, bisa ya salah gitu. Saya duduk saja sambil memperhatikan perdebatan mereka. Tak lama dari dalam ruang yang sepertinya tempat untuk mencuci hasil foto keluar satu orang perawat.

“ Iya pak, ini di dalam ada ketinggalan satu foto, mungkin yang ini punya bu Dewi”

Hadeeh, Mungkin. Enak saja pakai mungkin-mungkin segala. Dengan gelisah saya perhatikan mereka, yang tak kunjung bisa memutuskan kepunyaan siapakah gerangan foto tersebut. Waduh jangan-jangan foto saya tertukar juga. Gila aja.

Saya ga mau mengambil resiko sebesar itu, ini gigi man, tempatnya urat syaraf bergerombol, kalau salah foto, terus salah diagnose gimana?. Maka saya minta difoto ulang. Mungkin karena malu, bergegas mereka memfoto ulang mulut saya. Adegan yang saya tidak suka tadi pun diulang kembali. Letakkan dagu, dahi ditempelkan, julurkan lidah sambil digigit. Bisa dibayangkan kan,jeleknya adegan tersebut. Kembali saya sakit hati untk kedua kalinya.

Dari hasil foto tersebut, dokter mengatakan bahwa gigi geraham saya tumbuh tidak normal. Gigi tersebut tidak dapat tumbuh keluar menembus gusi karena tidak kedapatan tempat. Sederhananya gigi saya kebanyakan dibanding lapak tempat tumbuhnya. Rahang saya imut-imut sih, hehehe. Akibatnya gigi tersebut sama sekali tidak tumbuh dan terbenam di dalam tulang, atau bisa juga hanya separuh mahkota yang berhasil menembus tulang dan gusi. Dan posisnya tidak tegak melainkan sedikit miring. Nama kerennya gigi impaksi. Masih tenang-tenang saja dengerin keterangan si dokter.
Kondisi gusi bengkak, kepala pusing ini akan terus berulang saya alami kalau tidak dilakukan tindakan.. Nah untuk itu gigi geraham saya harus dicabut.  Saya masih manggut-manggut.

Tapi karena pencabutan gigi ini tidak bisa dengan cara pencabutan tang biasa, maka harus operasi.
Eh apa tadi kok ngomongin tang, mulai mual.

Si dokter terus ngoceh, ga merhatiin wajah saya yang mulai pias.

“ Nanti prosedurnya, setelah dilakukan bius local, terus dirobek tuh gusi yang menutupi gigi, baru kemudian gigi dikeluarkan, dan terakhir gusi dijahit kembali “

Si dokter jelasinnya kayak nerangin cara memasak indomie yang baik dan benar. Dengan tabah saya hanya bisa mendengar saja.

“ Operasi itu disebut odontectomy” tutupnya dengan puas.

Saya hanya menghela nafas. Kemudian dia mencorat-coret resep di kertas. Ngasi intruksi minum obat-obatan itu untuk mengurangi nyeri, ntar kalau udah hilang sakitnya, saya diminta kontrol ulang.  Obat bisa ditebus di apotik.

Obat yang diresepkannya tuh terdiri dari antibiotic Lincomex, Sirdalud, dan Dentacid. Menurut keterangan si dokter tadi Sirdalud dan Dentacid adalah obat penghilang rasa sakit. Saya percaya seratus lima puluh persen. Pertama karena yang bilang dokter, kedua karena harganya mahal. Satu butir  tertulis seharga USD 1.1. Ceilah gaya banget sih, pake dollar segala. Jangan lupa makan dulu sebelum minum obat kata si apoteker.

Di kost, segera saya minum tuh obat ( setelah makan tentunya) dengan harapan nyeri yang saya derita segera hilang. Dari jam 2 siang sampe jam 6 sore, saya gulang guling terus di kasur. Sakitnya ga reda-reda. Minum air anget, ga reda juga. Bahkan sampai jam 1 malam saya belum bisa tidur juga. Bosan menikmati sakit sampai jam 2 pagi tidak ada tanda-tanda si obat mahal itu bekerja, maka saya putuskan kembali ke selera asal. Saya ambil Paramex , robek bungkusnya, telen bulat-bulat. Tidak sampai satu jam, si biang kerok nyeri hilang. Dan saya bisa menulis ini.


Harga obat kampung itu berapa coba, Rp 2500. Huh tau gitu saya ga perlu ke dokter. Kembali saya sakit hati yang ketiga kali.

Jadi saya simpulkan, lagu Meggy Z diatas, tidak benar dalam dunia nyata.

Pengumuman Hasil Lomba Menulis Surat Cinta: “99 Pesan Kerinduan Untuk Presiden”_EL *

Monday, February 6, 2012

Pengumuman Hasil Lomba Menulis Surat Cinta: “99 Pesan Kerinduan Untuk Presiden”

Bismillahirrahmanirrahim…
Dengan izin Allah SWT, Tuhan yang maha kuasa. Alhamdulillah, atas kerjasama Dewan Juri dan pelaksana lomba. Diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Pemenang lomba menulis surat “99 Pesan Kerinduan Untuk Presiden”
Juara I : Sakura Hinata, *Tanda Cinta Untuk Ayah
Juara II : Eko Hartono, *Korupsi dan Pendidikan
Juara III : Rini Febriani Hauri, *Derita Seniman Di Tanah Pilih
Juara Favorit dan Berhak mendapatkan beasiswa Sekolah Menulis Online (SMO) Writing Revolution (WR)
Sekolah Menulis Cerpen Online (SMCO) WR:
1. Zahara Puteri
2. Faizal Oddang
3. Syakima Arfitamma
Sekolah Menulis Artikel Online (SMAO) WR:
1. Sakura Hinata
2. Ferawati
3. Muchtar Muin
Sekolah Menulis Puisi Online (SMPO) WR:
1. Dee Ann Rose
2. Ai Hayati, MA
3. Alin You
90 naskah/peserta yang masuk nominator “99 Pesan Kerinduan Untuk Presiden”
AD Rusmianto 1, *Tradisi vs Modernisasi
AD Rusmianto 2, *Tasikmalaya vs Kapitalis
Adi Saputra, *Curhat Putra Jambi
Ai hayati MA 2, *Berikan Kesejukan Pada Ibu Pertiwi
Aisyah Adibah, *Aku Ingin Negeri Ini Berakhlaq
Aini Nur Latifah, *Mereka Aset Bangsa Yang Harus Dijaga
Alfa Mehdi, *Ketegasan Dan Kesadaran Hukum
Alina Sitha, *Susahnya Mendapat Keringanan
Alin You, *Aku dan Petani Binaanku
Alaysa Nichmatul Alaniah, *Mahalnya Biaya Pendidikan
Anna Permatasari, *Kabar Dari Seberang
Annisa F. Umara 2, *Transportasi
Annisa Novia, *Kritik Yang Membangun
Annisa Rona 1, *Kembali Ke Titah
Annisa Rona 2, *Berguru Kepada Jepang
Anung D’Lista 1, *Lihatlah Kami Ayah
Ariany Primastutiek, *Dimanakah Dirimu Ayah?
Ar Rifa’ah, *Kita Merindu Bersama
Arista Devi, *Sepucuk Surat Ungu Dari Negeri Beton
Ayicha Sheila, *Renungan
Ayumi Maulida, *Cinta Kasihku Untuk Ayah
Azhiyz Barry Achmad, *Sungaiku Ingin Sebening Kristal
Cindy Wijaya, *Mimpiku
Claudia Sihombing 2, *Murahnya Hukum Di Indonesia
Dafriansyah Putra, *Salam Cinta Buat Ayah
Dasri Muhardi, *Dalam Arti Arah
Dee Ann Rose 1, *Suara Asa Dari Tanah Darma
Dee Ann Rose 2, *Cerita Horror Si Guru Honor
Dewiyani Mulyaning, *Mimpi Punya Taman Baca
Derry Faisal Ulum, *Bukti Kepedulianku
Dina Ameliana Layla, *Pemuda Dan Pengangguran
Dhoiffurohmaniyah, *Sebuah Mimpi Kecil
Eka Hardiyanti, *Beasiswa
Eko Hartono, *Dana Korupsi Untuk Pendidikan
Endeh Kursiyah, *Keluh Kesah Pendidikan
Erwan Hermawan, *Karenamu, Kutorehkan Cinta Di Punggung Garuda
Faizal Oddang, *Meraba Budaya Remang
Fajar Nursyamsujati, *Di Tempat Ini
Fanny YS, *Ayah, Beri Kami Payung
Farda Dwi Nur Assifah, *Kenyataan Dan Seharusnya
Fauzia Abdul Aziz, *Nasib Kami Di Negeri Ini
Febri M. Rizkisastra, Teori 100% Sedangkan Praktek 0%
Ferawati 1, *Kinerja Aparat
Hermawan W. Saputra, *Aku Bisa Sekolah Lagi
Jef Kenzie, *Untuk Kau Eja
Maria Ulfa, *Harapan Rakyat Kecil
Mahshushah, *Ayah,Kemana Jati Diri Kita?
Mauliddina Qurrota A’yun 1, *Senduku Di Bawah Untaian Janji
Meidian Putri Zusana, *Pemimpin Yang Baik Harus Bagaimana?
Mezia Kemala Sari 1, *Lihat Kami Lebih Dekat
Miladani I Nadari, *Secuil Harapan Dari Anakmu Di Rantau
Muchtar Muin 2, *Membayangkan Sosok Negeriku
Muhammad Rasyid 2, *Apa Kabarnya…
Musafir Pena Bin Langga 2, *Curhat Ibu Tentang Veteran
Nenny Makmun, Resah Mahalnya Pelayanan Kesehatan
Niken Larasati, *Surat Kecil Untuk Presiden
Nina Rahayu, *Dalam Hati Yang Gamang Kutorehkan Asa
Nihayatus Ziin, *Budaya Yang Membingungkan
Nurhayani Nasution, *Keluh Kesah Dan Suka Cita
Ouskha Riontin, *Kami Para Pioner Bangsa
Phalosa Aini, *Dimana Damai Itu Mamak?
Rahma Esti, *Cinta Dalam Sebungkus Tiwul
Rauhiyatul Jannah 2, *Pendidikan
Ravita Dwi Indani 2, *Mereka Juga Anakmu
Reni Soengkunie, Antara Mimpi, Cita-cita dan Kemiskinan
Rini Febriani Hauri, *Derita Seniman di Tanah Pilih
Ridwan Lobubun, *Mozaik Kemajuan!
Rima Hariati, *Kapan Dan Seandainya
Rurin Kurniati, *Ijazah Dan Sebentuk Keadilan
Saepullah 2, *Bangku Pendidikan Anak Negeri
Sakura Hinata, *Tanda Cinta Untuk Ayah
Sandza 2, *Angka Itu Menyeramkan
Santosa, *Selamatkan Anak Terlantar Dari Kebodohan
Sigit Dwi Wintono, *Buktikan Janji Ayah
Sitti Marwah, *Impian Yang Kudambakan
Suparno, *Kami Masih Bisa Mengelola Ibu Pertiwi
Syakima Arfitamma 1, *Bulir Luka Di Borobudur
Syakima Arfitamma 2, *Sebatas Piagam Penghargaan Menteri
Syukron Jayadi, *Sebait Curhat Untuk Ayahanda Presiden
Tien Asmara, *Di Ujung Negeri Kami Menantimu
Tina Yanesh, *Kemiskinan, Moral Pejabat dan Lindungi TKI
Tri Lego Indah F.N, *Harapan Kami Pada Ayah
Tubagus Rangga Efarasti, *Kita Sama-sama Ingkar janji
Uni Cloverry, *Menuju Indonesia Lebih Maju Bersama Ilmuan
Va Ayana Lubis, *Cita-Cita Kita
Windi Teguh, *Tolonglah Putrimu
Wuri Nugraeni, *Cermin Pendidikan
Yulia Arianti, *Usulan UU Keperawatan
Yunda Fitrian 1, *Busung Lapar
Zahara Putri, *Keadaan Pendidikan Yang Miris

Tips Mendapat Kursi Pesawat di Depan

Friday, February 3, 2012
Tips mendapat kursi peswat di depan




Sudah dua tahun ini saya tinggal berjauhan dari keluarga. Tuntutan pekerjaan dan lokasi perusahaan tempat saya nyari sekarung berlian plus berjuta suap nasi yang tersebar seantereo negeri Indonesia raya ini, memaksa saya untuk minimal sekali dalam satu bulan berpergian menggunakan pesawat udara ( kalo punya helicopter pribadi, saya ga akan nulis artikel ini ).

Dalam setiap penerbangan, biasanya saya pasti sudah dalam kondisi tubuh lelah dan pengen merem secepatnya. Maka apapun kondisinya minum the botol sosro, eh salah ding maksud saya apapun keadaannya saya bakal minta kursi deket jendela biar tenang  ga perlu diganggu orang yang lalu lalang mau buang hajat.

Lowongan BI


Beberapa waktu lalu, saya melihat di koran Kompas pengumuman penerimaan pegawai PCPM dan MLE untuk Bank Indonesia.


Mata saya langsung berbinar-binar bahagia. Bagaimana tidak? untuk seorang pegawai bank, bekerja di BI merupakan prestise tersendiri, setidaknya itu menurut pribadi saya.Bukannya tidak mensyukuri pekerjaan yang ada sekarang, namun sudah fitrahnya manusia untuk selalu mencari kehidupan yang lebih baik ( duilee bahasanya)

Dengan semangat 45 saya buka link alamat yang tertera disana. saya baca satu persatu persyaratannya. Dan..... seperti ditabok , beuuugh ternyata tidak ada lowongan untuk jurusan saya, TEKNIK KIMIA. Oke, pasti yang baca tulisan saya ini langsung protes, ya iya lah jurusan Teknik Kimia tu emang naturalnya bukan kerja di bank, tapi di industri, pabrik ,minyak,gas, dan yang sejenisnya. Tapi mungkin banyak yang tidak tahu kalau jurusan Teknik Kimia itu adalah jurusan dengan disiplin ilmu yang bisa masuk ke jenis pekerjaan apapun.

Contohnya bank. Bisnis utama bank kan menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Nah kredit itu sendiri diberikan ke berbagai sektor, yang salahtiganya itu adalah sektor industri, migas dan agribisnis yang notabene basic usahanya dipelajari oleh mahasiswa teknik Kimia. Mulai dari prosesnya, produknya sampai manajemen dasarnya pun pernah kita pelajari.

Pun demikian dengan disipilin ilmu yang lain, selain kedokteran, menurut saya semua jurusan bisa masuk ke Bank ( bahkan ada teman saya yang jurusan kedokteran hewan kerja di bank :).

Kenapa? karena bekerja di bank yang paling dibutuhkan itu adalah logika berfikir. Semua bisa dipelajari. Ilmu yang harus didapat oleh seorang bankir bisa dikelompokkan dalam dua garis besar yaitu hukum dan ekonomi. Selebihnya adalah ilmu yang bisa dipelajari dengan kursus, seperti kursus kecantikan, kursus kepribadian dan kursus service excelent.

Jadi, seyogianya ( saya ga terlalu mengerti arti kata ini), setiap jurusan harusnya bisa melamar untuk kerja di BI. Apalagi setelah diterima nanti , calon pegawai BI kan ditraining selama dua tahun. Wah itu kan waktu yang cukup untuk mendidik seorang sarjana dari jurusan apapun, dengan catatan lulus seleksi psikotes dan seleksi lain yang distandardkan BI.

My point is, kalau punya anak ga usah dipaksa kuliah ke jurusan-jurusan yang notabene menurut sebagian besar masyarakat kita merupakan jurusan yang keren. Bukan karena prospek setelah lulusnya tapi karena tingkat kesulitan masuk maupun keluar dari jurusan itu. Biarlah anak milih jurusan sesuai yang diminatinya. Bahkan kalau ia milih yang diminati sekalipun belum tentu nantinya kerja sesuai dengan jurusan.

Trus gimana dong?.Pokoke rezeki itu sudah ada yang ngatur, kita hanya harus tahu dimana tempatnya dan berusaha dengan sangat keras untuk meraihnya.


catt:


Akhirnya saya kekeuh tetep daftar ke BI walaupun ga ada jurusannya. kemarin saya lihat pengumumannya di internet d an hasilnya ................... SAYA GAK LULUS TEST ADMINISTRATIF :((. Ternyata sistem BI canggih ya prend

Emosi Menjatuhkan Gengsi

Wednesday, January 25, 2012
“ Para penumpang pesawat Lion air dengan nomor penerbangan JT 204 tujuan Medan, dipersilahkan naik ke pesawat udara ”


Akhirnya, setelah delay yang melelahkan selama dua jam, yang katanya akibat alasan operasional, dan aku yakin kalau ditanya lebih lanjut kepada para petugas maskapai udara tersebut lebih jelasnya alasan operasional yang bagaimana, mereka pasti tak bisa menjawabnya, maka satu persatu penumpang menaiki tangga pesawat termasuk aku.

“Some people do travel for the vacation , the other for work”
Bagiku, bepergian adalah karena alasan kerja dan keluarga.

Dengan ramah, pramugari mempersilahkan kami menuju ke kursi masing-masing. Kuarahkan mataku ke deretan kursi yang akan kududuki.

Hufft, seperti yang sudah-sudah, selalu saja ada penumpang yang dengan seenaknya menduduki kursi yang tidak sesuai dengan tiketnya.

Setiap bepergian, aku selalu berusaha mendapatkan kursi di pinggir jendela. Bukan karena ingin menikmati gumpalan awan, tetapi karena perjalanan yang sangat membosankan, sehingga aku akan  membunuh waktu yang tak mungkin mati selama dua jam di udara dengan menonton film dari laptopku atau hanya sekedar menulis satu dua hal yang melintas di kepalaku. Untuk itu, rasanya tempat yang paling nyaman adalah di sebelah jendela, agar bisa tenang tanpa dilalui oleh penumpang lain yang lalu-lalang ingin ke kamar kecil.

Aku menghembuskan nafas dengan keras, berharap si bapak yang menduduki tempat dudukku menyadari kekeliruannya. Dengan tampang jutek kubuka bagasi diatas kepalaku, sembari menyimpan ransel hitam yang tidak akan muat kalau kuletakkan di bawah kaki kursi.

Tampaknya bapak tersebut tak bergeming. Tetap santai sambil memandangi ke arah luar jendela, mungkin memperhatikan para petugas bandara yang sibuk disana.
Tanpa basa basi segera kutegur ia

“ Ehm bapak, kursi saya di sebelah jendela, mungkin bapak salah duduk” kataku ketus
Aku malas beramah tamah lagi, sudah capek tadi menunggu dua jam, masih harus berhadapan dengan hal-hal yang gak penting kaya gini.

“ Eh apa iya” katanya terkejut

“ Ia, benar “ jawabku dingin

Kulihat ia mengeluarkan tiket dari saku celananya.

“ Ngga kok mba, benar ini nomor kursi saya “ Katanya

IIIh sebel banget deh, udah salah ga mau ngaku lagi, pikirku

“ Ngga bapak, saya yang seharusnya disitu” kataku ga mau kalah

“ Kursi mba nomor berapa’ tanyanya kepadaku

bikin tambah kesel saja nih bapak.

Dengan kasar kukeluarkan tiketku dan kutunjukkan kepadanya, ‘ Nih” sodorku

“  Eh…. Kursi mba no 03 A , ini 04 A mba”




Oh my God, malunya……..

Daihatsu Xenia....., Cara Aman Berkendara


Yang lagi nyari mobil
Yang bingung tentang kualitas mobil
Yang ingin selamat naik mobil

Tidak perlu bingung lagi, ga perlu iklan berlebihan untuk mempromosikan suatu produk berkualitas.
Masyarakat sekarang sudah pintar, tahu mana yang beneran mana yang hanya iklan. Jadi percuma saja, mempromosikan suatu produk dengan model-model papan atas dan efek-efek visual yang super canggih kalau belum terbukti.

Kata orang mobil buatan Eropa paling bagus, body nya kuat, interiornya mewah, desainnya elegan, teknologinya canggih.

Tapi tetap saja mobil buatan Jepang yang paling laris.
Harga beli terjangkau, harga jual mahal, spare part ada dimana-mana. ga perlu pusing mikirin perawatan.

Soal keselamatan???
Renault..... lewat
Mercedes.............lewat
BMW............lewat

Daihatsu Xenia juaranya

Walaupun menabrak pembatas jalan, jumpalitan di trotoar, menghancurkan sebuah halte, dan menewaskan sembilan nyawa serta melukai beberapa orang tak bersalah, penumpang di dalamnya sehat walafiat tanpa tergores sedikit pun. Bahkan tidak menimbulkan ekspresi shock di wajah-wajah itu.

Jadi?? masih bingung memilih mobil??

Satu Pagi di Tugu Monas


“ Mak, besok pagi kita jalan-jalan ke Monas ya, kan minggu lalu ga jadi”  setengah merengek Ayuni, bocah berusia enam tahun itu menarik-narik sarung emaknya.

“ Iya, besok pagi-pagi kita kesana, sambil olah raga, tapi janji ya kamu ga minta jajan macem-macem”

Dengan kegembiraan khas anak kecil Ayuni mengangguk keras. Kuncir rambutnya bergoyang ke kanan ke kiri, seperti ekor kuda berkibas-kibas.

“ Sekarang kamu cuci piring dulu, habis itu tidur ya, biar besok seger” kata emak sambil menyetrika pakaian yang telah dicucinya hari ini.

Tanpa menunggu perintah kedua, Ayuni langsung mengumpulkan piring-piring kotor bekas makan malam tadi. Dengan penuh semangat dicucinya piring-piring tersebut.

****

Pagi yang cerah di bawah Monas yang menjulang. Anak-anak riang berlari kesana sini. Para remaja asik berjalan santai. Ada pula yang sibuk berfoto mengabadikan tugu emas tersebut.

“ Mak, Ayuni pengen naik delman”

“ Hussh, jangan macem-macem kamu, kan tadi malam udah janji ga minta ini itu, emak ga bawa duit” kata emak gusar.

Sudah seminggu ini, Ayuni selalu merengek minta ke Monas, belum lagi permintaanya barusan. Naik delman di Monas lumayan mahal untuk kantong buruh cuci seperti Mak Surti.

“ Kita jalan-jalan  aja yuk, nanti Ayuni emak belikan kerak telor” hibur emak

Perlahan bibir Ayuni yang tadinya megerucut, kini merekah lagi

“ Asssiik, ayo mak, tapi ntar kalo emak udah punya duit, Ayuni boleh ya mak naik delman”

Mak Surti hanya tersenyum tipis mendengar permintaan putri semata wayangnya itu .Dalam hati ia bertekad untuk bekerja lebih keras lagi. “ Hmm, sebaiknya aku mengambil juga cucian anak-anak kos di sekitar rumah untuk menambah penghasilan” gumamnya sambil lalu.


****

“ Ayo kita pulang Ayuni, nanti emak kesiangan nyuci” kata emak sambil menggandeng tangan kecil Ayuni.

Sambil mengunyah kerak telor yang dibelikan emak, Ayuni menelusuri trotoar bersama pejalan kaki lain. Mulutnya tak berhenti mengunyah, sesekali terdengar ocehan riangnya.

“ Mak, ntar kalo kita jadi naik delman, Ayuni mau duduk di depan, trus Ayuni mau nyanyi lagu naik delman, hihihihi, tuk tik tak tik tuk tik tak suara kaki kuda “  mulut mungilnya asik berceloteh tanpa menghiraukan riak di mata emaknya.

“ Iya nak, kamu boleh duduk dimana saja” lirih suara Mak Surti menjawabnya



Tiba-tiba seperti dalam adegan film action, sebuah mobil hitam meluncur cepat ke arah mereka. Mak Surti ingin berteriak, namun belum sempat pita suaranya menghasilkan nada, tubuhnya terlempar beberapa meter ke jalan menghantam kerasnya aspal yang masih dingin. Terekam  jelas di retinanya, tubuh mungil Ayuni terseret di bawah kolong mobil tersebut. Air mata beriak di sudut matanya seiring dengan hembusan nafas penghantar keabadian.

Sayup-sayup lirih terdengar bait lagu

“ Pada hari minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Suara kaki kuda”


Aku Benci kamu Hari Ini

Thursday, January 19, 2012

Tak berkedip mataku memandang tubuh yang terbujur di hadapanku. Sudah semalaman aku mengawasi, menjaganya tanpa kenal lelah.

Fuad nama pemuda itu, sejak kemarin air raksa yang berada dalam thermometer pengukur suhu tubuhnya, belum menunjukkan tanda-tanda akan beringsut turun. Dengan sabar kubelai tubuhnya , kuhalau makhluk-makhluk kecil yang berterbangan dengan suara mendesing agar tak terusik lelap tidurnya. Dengan lirih kusenandungkan lagu-lagu yang akan semakin menina bobokan siapapun yang mendengar.

Tik tok tik tok, bunyi jam dinding di kamar Fuad, jarum mulai bergeser sedikit demi sedikit dari satu titik ke titik berikutnya. Beberapa menit lagi hampir mendekati sepertiga malam.

Fuad mulai gelisah dalam tidurnya, posisi tubuhnya sudah bergeser kesana kemari. Sebentar ke kanan, sebentar ke kiri.

Aku pun gelisah melihatnya , tugasku adalah untuk menjaga tidurnya, perlahan kutiupkan angin lembut agar ia tenang kembali. Syukurlah sepertinya ia berangsur tenggelam lagi ke dalam mimpi indah yang menyelimutinya.

Kuelus  ubun-ubunnya dengan hati-hati, konon katanya hal itu akan memberi efek menenangkan. Matanya yang tadi berkedut-kedut mulai diam, dengkur halus terdengar dari sela-sela nafasnya. Ah betapa damai melihat ia terlena seperti ini.

Jarum jam masih berdetak, bergeser ke menit berikutnya.

Kulihat Fuad mulai bergerak-gerak kembali. Tangannya bergeser ke arah perut, raut wajahnya seperti sedang menahan sesuatu, mungkin ia ingin buang air kecil pikirku. Tapi , kalau ia bangun, tidurnya pasti akan terganggu. Kubisikkan kata-kata lirih di telinganya, menyuruhnya menahan sebentar sampai pagi hari. Kubelai rambut hitamnya, berusaha menidurkannya kembali.

Tirititit tididtitit tididitit…… Tiba tiba terdengar suara alarm dari sebuah benda si atas meja. Dengan terburu-buru aku berusaha menghentikan suara-suara itu. Tapi, ah aku tak mengerti bagaimana caranya, aku belum familiar dengan benda yang namanya henpon ini, yang kutahu biasanya jam weker, kalau alarm HP aku belum menguasai seluk beluk fitur-fitur di dalamnya.

Dengan pasrah, kulihat Fuad mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Menggeliat ke kanan dan ke kiri. Menguap sebentar,” Hooooam, Astaghfirullah hampir terlewat” gumamnya. Terlepaslah tali halus yang tadi kulingkarkan di kepalanya. Dengan susah payah ia berjalan ke kamar mandi, membasuh wajahnya dengan wudhu, lalu kulihat ia membentangkan sajadah. Tubuhnya sangat lemah, aku berusaha membujuknya agar tidak memaksakan diri, tampaknya ia tak mau mendengarkanku. Ah sakit hati ini. Dengan sekuat tenaga didirikannya rakaat demi rakaat sholat lail.

Ughhh dasar keras kepala, pikirku. Dengan galak kupandangi HP yang punya andil membangunkannya. Dengan penuh dendam aku menatapnya. “ Aku benci kamu hari ini” kataku . Ah percuma saja, ia hanya benda mati.

Bukan dia yang harus kubenci, Kualihkan pandanganku ke Fuad, dengan muak aku menatapnya “ Aku benci kamu hari ini, Fuad” ,

Dengan geram akhirnya kutinggalkan kamar itu. Besok aku akan datang lagi.


*****

Disini….., semua sudah berkumpul, melaporkan tugasnya masing-masing. Aku tertunduk malu , dengan takut-takut kutatap wajah di hadapanku , “ Maaf, saya gagal, imannya terlalu kuat” laporku pada si raja iblis.








Ada Dia Dimatamu

Tuesday, January 17, 2012
Untuk kesekian kalinya, aku dan kamu mendatangi tempat ini. Warung kopi Aceh di antara ruko-ruko pasar Petisah kota Medan. Katamu, ini satu-satunya tempat yang tidak akan mungkin didatanginya. Pertama, karena daerah ini tidak termasuk dalam list tujuan belanjanya. Kedua, karena interior warung ini yang sangat jauh dari seleranya, dan ketiga karena ia tidak suka kopi.

Ah alasan, pikirku, bilang saja karena semua yang disajikan disini murah, titik. Tak perlulah kau berbasa basi begitu. Aku mengenalmu, bahkan lebih mengenalmu dibanding dia yang katanya sangat mencintaimu. Sifat hematmu yang hampir mendekati pelit kepadaku, sebenarnya sudah mencerminkan posisiku di hatimu. Tapi aku tidak peduli. Bisa menghabiskan waktu berdua denganmu di sela-sela rutinitas pekerjaan kita pun sudah merupakan kesenangan yang langka.

“ Maafkan aku Tyra” katamu

Kata itu berulangkali kau ucapkan padaku. Aku tidak butuh itu. Seharusnya aku yang mengatakannya. Bersaing dengannya secara terang-terangan sama saja bunuh diri. Dia yang parasnya seperti Dian Sastro KW 1 manalah mungkin bisa dibandingkan dengan diriku yang bahkan untuk melamar menjadi SPG pun susah. Belum lagi bodynya yang setara dengan Titi Kamal, ah lengkaplah sudah kekuranganku. Hidupmu seharusnya sudah sempurna bersamanya, kalau saja aku tidak sekonyong-konyong hadir diantaranya. Jadi, akulah yang seharusnya meminta maaf, karena membuatmu dalam posisi ini.

“ Aku capek menghadapinya, Ty, gaya hidupnya membuatku hampir kehabisan nafas” keluhmu

Seperti yang sudah-sudah, kau pasti akan mengeluarkan uneg-unegmu di tempat ini. Tentang kelakuannya yang tidak menghargaimu, tentang hobinya yang menguras isi dompetmu, sampai tentang sikapnya yang mulai memata-matai gerak-gerikmu.

“ Bersamamu, aku tenang Tyra “ lanjutmu

Ah persetan. AKu sudah muak dengan kata-katamu barusan. Kalau memang seperti itu, kenapa tidak kau tinggalkan saja dia, dan memilihku. Bukankah itu yang kau inginkan, monolog dalam batinku.

“ Tapi aku masih begitu mencintainya Ty, dia memang keras kepala, tapi terkadang dia begitu manja padaku. Aku suka senyumnya, aku suka gesture tubuhnya, bahkan aku suka cara dia memonyongkan bibirnya saat marah padaku. Dia cinta pertamaku “

Serrrr, seperti sembilu kata-katamu. Sejenak kau lambungkan aku, beberapa detik kemudian aku terhempas lagi. Dasar lelaki. 

Baiklah ini terakhir kalinya aku menemuimu, aku tidak mau menjadi pesakitan seperti ini setiap harinya. Aku lebih berharga dari itu. Tekadku sudah bulat untuk mengatakannya padamu. 

Kau genggam tanganku. Aku menikmatinya, untuk terakhir kali pikirku. Kita saling menatap dalam diam. Tiba-tiba kulihat bayangan seseorang disana. Ada dia di matamu.

Ya, ADA DIA DIMATAMU.

Cepat kubalikkan tubuhku. Darahku berdesir. Disana berdiri seorang perempuan dengan segunung kemarahan. 

Aristy, istrimu sekaligus kakak kandungku.

Mati kamu, celakalah aku….


Aku Maunya Kamu, TITIK

Sunday, January 15, 2012
-->

"Maaf bapak, saya sedang melayani nasabah lain, bapak silahkan ke counter di sebelah yang kosong....."

Pria itu tidak menjawab perkataanku. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, kulihat ia kembali ke kursi antrian

“ Nomor antrian 567, silahkan ke counter nomor 3”

Terdengar suara lembut nan merdu dari speaker yang mengumumkan nomor antrian. Tidak ada satupun nasabah yang maju. Counter nomor tiga saat ini digawangi oleh Rinda temanku.

Tiba-tiba kulihat pria tersebut maju dan langsung mendatangi counter no 2, tempatku berdiri sekarang. Seorang ibu sedang menunggu lembaran uang yang sedang kuhitung di mesin uang.

“ Ibu, ini uangnya sebanyak lima juta rupiah, silahkan dihitung ulang”, kataku sambil tersenyum ramah mengikuti aturan standar layanan yang telah ditetapkan perusahaan

Saya mau menabung” pria itu memotong pelayanan yang sedang kulakukan.

“Maaf bapak, saya sedang melayani nasabah lain, bapak silahkan ke counter di sebelah yang kosong.....

Aku maunya dilayani sama kamu saja” katanya keras kepala

“ baik bapak, silahkan mengantri dahulu, nanti nomor antrian bapak akan dipanggil “ jawabku sopan sambil tetap tersenyum manis

Aku ga mau dilayani sama yang lain. Aku maunya kamu, titik!! Ia mengotot

“ baik bapak, mohon menunggu sebentar, saya selesaikan dahulu transaksi ibu ini ya pak”

Adegan seperti diatas bukan baru hari ini saja kualami.Sudah beberapa hari ini ia tak pernah absen mendatangi bank tempatku bekerja. Apa yang dilakukannya seperti kebanyakan nasabah lain. Mengambil nomor antrian, mengisi slip pengambilan, mengantri sambil menunggu namanya dipanggil. Tapi ia tidak pernah mau dilayani oleh teller lain. Harus aku. Aku tidak tahu apa alasannya. Sebagai pegawai bank, aku tidak keberatan bahkan merasa senang berarti ada nasabah yang merasa nyaman dengan pelayananku, namun terkadang agak mengganggu karena pria itu sering memaksa harus aku yang melayani transaksi yang akan dilakukannya, padahal aku sedang melayani nasabah lain, dan counter di sebelahku dalam keadaaan kosong.

Aneh......

****

Rumah mewah tersebut terlihat kosong dan lengang. Aroma sepi membalut penghuni di dalamnya.Sudah lima tahun ini ia hanya seorang diri di tempat ini. Istri terkasih telah lebih dulu menemui penciptanya. Ia merasa hidupnya sudah tak ada arti lagi, sampai sebuah amplop coklat diterimanya beberapa hari lalu. 
 
Pria berumur hampir setengah abad itu termenung sambil memandangi foto seorang di dalamnya. Sambil menghela nafas, kembali di bacanya surat yang  diterimanya beserta foto tersebut.

Mas Bayu, mungkin umurku tak akan lama lagi. Kata dokter , Leukimia yang kuderita sudah tidak bisa disembuhkan. Ini foto anak kita. Maaf aku baru memberitahumu sekarang. Aku baru mengetahui kehadirannya beberapa hari setelah pernikahanku dengan Bima. Aku tidak ingin mati dengan membawa rahasia ini. Temuilah ia mas”

Dilipatnya kembali surat tersebut . Seperti yang sudah-sudah disimpannya ke dalam laci meja kerja. Kemudian ia mulai memisah-misah beberapa lembar uang seratus ribuan ke dalam beberapa amplop. Hanya itu yang bisa dilakukannya saat ini, menabung beberapa ratus ribu rupiah setiap hari, dan berbicara sepatah dua kata kepada putra yang baru diketahuinya. Itu saja cukup, pikirnya sambil tersenyum.

Arya Bimantara, nama yang tertulis di balik foto tersebut, teller bank Duta Niaga.



Custom Post Signature