Satu Pagi di Tugu Monas

Wednesday, January 25, 2012

“ Mak, besok pagi kita jalan-jalan ke Monas ya, kan minggu lalu ga jadi”  setengah merengek Ayuni, bocah berusia enam tahun itu menarik-narik sarung emaknya.

“ Iya, besok pagi-pagi kita kesana, sambil olah raga, tapi janji ya kamu ga minta jajan macem-macem”

Dengan kegembiraan khas anak kecil Ayuni mengangguk keras. Kuncir rambutnya bergoyang ke kanan ke kiri, seperti ekor kuda berkibas-kibas.

“ Sekarang kamu cuci piring dulu, habis itu tidur ya, biar besok seger” kata emak sambil menyetrika pakaian yang telah dicucinya hari ini.

Tanpa menunggu perintah kedua, Ayuni langsung mengumpulkan piring-piring kotor bekas makan malam tadi. Dengan penuh semangat dicucinya piring-piring tersebut.

****

Pagi yang cerah di bawah Monas yang menjulang. Anak-anak riang berlari kesana sini. Para remaja asik berjalan santai. Ada pula yang sibuk berfoto mengabadikan tugu emas tersebut.

“ Mak, Ayuni pengen naik delman”

“ Hussh, jangan macem-macem kamu, kan tadi malam udah janji ga minta ini itu, emak ga bawa duit” kata emak gusar.

Sudah seminggu ini, Ayuni selalu merengek minta ke Monas, belum lagi permintaanya barusan. Naik delman di Monas lumayan mahal untuk kantong buruh cuci seperti Mak Surti.

“ Kita jalan-jalan  aja yuk, nanti Ayuni emak belikan kerak telor” hibur emak

Perlahan bibir Ayuni yang tadinya megerucut, kini merekah lagi

“ Asssiik, ayo mak, tapi ntar kalo emak udah punya duit, Ayuni boleh ya mak naik delman”

Mak Surti hanya tersenyum tipis mendengar permintaan putri semata wayangnya itu .Dalam hati ia bertekad untuk bekerja lebih keras lagi. “ Hmm, sebaiknya aku mengambil juga cucian anak-anak kos di sekitar rumah untuk menambah penghasilan” gumamnya sambil lalu.


****

“ Ayo kita pulang Ayuni, nanti emak kesiangan nyuci” kata emak sambil menggandeng tangan kecil Ayuni.

Sambil mengunyah kerak telor yang dibelikan emak, Ayuni menelusuri trotoar bersama pejalan kaki lain. Mulutnya tak berhenti mengunyah, sesekali terdengar ocehan riangnya.

“ Mak, ntar kalo kita jadi naik delman, Ayuni mau duduk di depan, trus Ayuni mau nyanyi lagu naik delman, hihihihi, tuk tik tak tik tuk tik tak suara kaki kuda “  mulut mungilnya asik berceloteh tanpa menghiraukan riak di mata emaknya.

“ Iya nak, kamu boleh duduk dimana saja” lirih suara Mak Surti menjawabnya



Tiba-tiba seperti dalam adegan film action, sebuah mobil hitam meluncur cepat ke arah mereka. Mak Surti ingin berteriak, namun belum sempat pita suaranya menghasilkan nada, tubuhnya terlempar beberapa meter ke jalan menghantam kerasnya aspal yang masih dingin. Terekam  jelas di retinanya, tubuh mungil Ayuni terseret di bawah kolong mobil tersebut. Air mata beriak di sudut matanya seiring dengan hembusan nafas penghantar keabadian.

Sayup-sayup lirih terdengar bait lagu

“ Pada hari minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Suara kaki kuda”


Be First to Post Comment !
Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature