“ Mak, besok pagi kita
jalan-jalan ke Monas ya, kan minggu lalu ga jadi” setengah merengek Ayuni, bocah berusia enam
tahun itu menarik-narik sarung emaknya.
“ Iya, besok pagi-pagi kita
kesana, sambil olah raga, tapi janji ya kamu ga minta jajan macem-macem”
Dengan kegembiraan khas anak
kecil Ayuni mengangguk keras. Kuncir rambutnya bergoyang ke kanan ke kiri,
seperti ekor kuda berkibas-kibas.
“ Sekarang kamu cuci piring dulu,
habis itu tidur ya, biar besok seger” kata emak sambil menyetrika pakaian yang telah
dicucinya hari ini.
Tanpa menunggu perintah kedua,
Ayuni langsung mengumpulkan piring-piring kotor bekas makan malam tadi. Dengan
penuh semangat dicucinya piring-piring tersebut.
****
Pagi yang cerah di bawah Monas
yang menjulang. Anak-anak riang berlari kesana sini. Para remaja asik berjalan
santai. Ada pula yang sibuk berfoto mengabadikan tugu emas tersebut.
“ Mak, Ayuni pengen naik delman”
“ Hussh, jangan macem-macem kamu,
kan tadi malam udah janji ga minta ini itu, emak ga bawa duit” kata emak gusar.
Sudah seminggu ini, Ayuni selalu
merengek minta ke Monas, belum lagi permintaanya barusan. Naik delman di Monas
lumayan mahal untuk kantong buruh cuci seperti Mak Surti.
“ Kita jalan-jalan aja yuk, nanti Ayuni emak belikan kerak telor”
hibur emak
Perlahan bibir Ayuni yang tadinya
megerucut, kini merekah lagi
“ Asssiik, ayo mak, tapi ntar
kalo emak udah punya duit, Ayuni boleh ya mak naik delman”
Mak Surti hanya tersenyum tipis
mendengar permintaan putri semata wayangnya itu .Dalam hati ia bertekad untuk
bekerja lebih keras lagi. “ Hmm, sebaiknya aku mengambil juga cucian anak-anak
kos di sekitar rumah untuk menambah penghasilan” gumamnya sambil lalu.
****
“ Ayo kita pulang Ayuni, nanti
emak kesiangan nyuci” kata emak sambil menggandeng tangan kecil Ayuni.
Sambil mengunyah kerak telor yang
dibelikan emak, Ayuni menelusuri trotoar bersama pejalan kaki lain. Mulutnya
tak berhenti mengunyah, sesekali terdengar ocehan riangnya.
“ Mak, ntar kalo kita jadi naik
delman, Ayuni mau duduk di depan, trus Ayuni mau nyanyi lagu naik delman,
hihihihi, tuk tik tak tik tuk tik tak suara kaki kuda “ mulut mungilnya asik berceloteh tanpa
menghiraukan riak di mata emaknya.
“ Iya nak, kamu boleh duduk
dimana saja” lirih suara Mak Surti menjawabnya
Tiba-tiba seperti dalam adegan
film action, sebuah mobil hitam meluncur cepat ke arah mereka. Mak Surti ingin
berteriak, namun belum sempat pita suaranya menghasilkan nada, tubuhnya terlempar
beberapa meter ke jalan menghantam kerasnya aspal yang masih dingin. Terekam
jelas di retinanya, tubuh mungil Ayuni terseret di bawah kolong mobil tersebut. Air
mata beriak di sudut matanya seiring dengan hembusan nafas penghantar
keabadian.
Sayup-sayup lirih terdengar bait
lagu
“ Pada hari minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa kududuk di muka
Kududuk samping pak kusir yang sedang bekerja
Mengendarai kuda supaya baik jalannya
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Suara kaki kuda”
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)