Tak berkedip mataku memandang
tubuh yang terbujur di hadapanku. Sudah semalaman aku mengawasi, menjaganya
tanpa kenal lelah.
Fuad nama pemuda itu, sejak
kemarin air raksa yang berada dalam thermometer pengukur suhu tubuhnya, belum
menunjukkan tanda-tanda akan beringsut turun. Dengan sabar kubelai tubuhnya ,
kuhalau makhluk-makhluk kecil yang berterbangan dengan suara mendesing agar tak
terusik lelap tidurnya. Dengan lirih kusenandungkan lagu-lagu yang akan semakin
menina bobokan siapapun yang mendengar.
Tik tok tik tok, bunyi jam
dinding di kamar Fuad, jarum mulai bergeser sedikit demi sedikit dari satu
titik ke titik berikutnya. Beberapa menit lagi hampir mendekati sepertiga
malam.
Fuad mulai gelisah dalam
tidurnya, posisi tubuhnya sudah bergeser kesana kemari. Sebentar ke kanan,
sebentar ke kiri.
Aku pun gelisah melihatnya ,
tugasku adalah untuk menjaga tidurnya, perlahan kutiupkan angin lembut agar ia
tenang kembali. Syukurlah sepertinya ia berangsur tenggelam lagi ke dalam mimpi
indah yang menyelimutinya.
Kuelus ubun-ubunnya dengan hati-hati, konon katanya
hal itu akan memberi efek menenangkan. Matanya yang tadi berkedut-kedut mulai
diam, dengkur halus terdengar dari sela-sela nafasnya. Ah betapa damai melihat
ia terlena seperti ini.
Jarum jam masih berdetak,
bergeser ke menit berikutnya.
Kulihat Fuad mulai bergerak-gerak
kembali. Tangannya bergeser ke arah perut, raut wajahnya seperti sedang menahan
sesuatu, mungkin ia ingin buang air kecil pikirku. Tapi , kalau ia bangun,
tidurnya pasti akan terganggu. Kubisikkan kata-kata lirih di telinganya,
menyuruhnya menahan sebentar sampai pagi hari. Kubelai rambut hitamnya,
berusaha menidurkannya kembali.
Tirititit tididtitit tididitit……
Tiba tiba terdengar suara alarm dari sebuah benda si atas meja. Dengan terburu-buru
aku berusaha menghentikan suara-suara itu. Tapi, ah aku tak mengerti bagaimana
caranya, aku belum familiar dengan benda yang namanya henpon ini, yang kutahu
biasanya jam weker, kalau alarm HP aku belum menguasai seluk beluk fitur-fitur
di dalamnya.
Dengan pasrah, kulihat Fuad mulai
mengerjap-ngerjapkan matanya. Menggeliat ke kanan dan ke kiri. Menguap
sebentar,” Hooooam, Astaghfirullah hampir terlewat” gumamnya. Terlepaslah tali
halus yang tadi kulingkarkan di kepalanya. Dengan susah payah ia berjalan ke
kamar mandi, membasuh wajahnya dengan wudhu, lalu kulihat ia membentangkan sajadah.
Tubuhnya sangat lemah, aku berusaha membujuknya agar tidak memaksakan diri,
tampaknya ia tak mau mendengarkanku. Ah sakit hati ini. Dengan sekuat tenaga
didirikannya rakaat demi rakaat sholat lail.
Ughhh dasar keras kepala, pikirku.
Dengan galak kupandangi HP yang punya andil membangunkannya. Dengan penuh
dendam aku menatapnya. “ Aku benci kamu hari ini” kataku . Ah percuma saja, ia
hanya benda mati.
Bukan dia yang harus kubenci,
Kualihkan pandanganku ke Fuad, dengan muak aku menatapnya “ Aku benci kamu hari
ini, Fuad” ,
Dengan geram akhirnya
kutinggalkan kamar itu. Besok aku akan datang lagi.
*****
Disini….., semua sudah berkumpul,
melaporkan tugasnya masing-masing. Aku tertunduk malu , dengan takut-takut
kutatap wajah di hadapanku , “ Maaf, saya gagal, imannya terlalu kuat” laporku
pada si raja iblis.
Seremmmmmm..............
ReplyDeleteApanya yang serreeemmmmm, ga keliatan kok dia hahahah
ReplyDeletetakut juga ya kalo tau dia ada di sekitar kita hiiii
Aih, kirain baby :))
ReplyDeletehahaha, baby belum bisa sholat.
ReplyDelete:))
hihi..
ReplyDeletesetannya masih amatir..
hahaha... ternyata dirimu 'syaithonirojiiim'
ReplyDeletekeren keren keren....
@latree: bukan diriku, tp dirinya :)
ReplyDelete@liaaa: masih perlu byk latihan setannya
ReplyDeletesimpel banget.. tapi endingnya beneran ga nyangka, kalau "aku" itu setan..
ReplyDeletekeren lho idenya
berminat ikut kontes bikin FF ga?
monggo di cek di: http://pagi2buta.wordpress.com/2012/01/31/kontes-lagi-flashfiction-ambrosia/
@amel: segera meluncur ke TKP :))
ReplyDeletethanks infonya