Halooo, banker’s life dah lama ngga muncul, hahahah karena saya lagi ……. Ya lagi males aja. Apasih alasan lain orang ngga melakukan sesuatu selain malas.
Tapi hari ini saya mau nulis yang ringan aja, bukan tentang produk bank.
Saya mau bahas soal stereotype bahwa pekerja di bank itu HARUS cantik
Uwuwuwuwuwuwuwu
Kenapa?
Karena bahasan ini menarik.
Saya beberapa kali membaca keluhan orang, bahkan kemarin sempet ada demo dimana saya lupa, yang isi demonya kira-kira menuntut agar perusahaan ngga pilih kasih, ngga memilih pekerja “hanya” berdasar penampilan saja. Sampai ada tulisan semacam spanduk atau apa ya namanya di kertas putih gitu isinya “ Nilai kami dari otak kami, bukan dari fisik”
Lupa, isi lengkap, tapi pointnya itu, bahwa banyak perempuan (laki-laki mungkin juga yah) yang merasa keberatan dan merasa diperlakukan tidak adil, saat perusahaan mensyaratkan penampilan sebagai salah satu criteria dalam menerima seseorang bekerja.
Ini kita batasi hanya untuk penerimaan front liner ya, dan saya batasi lagi hanya di bank, biar ga meleber kemana-mana dan ngga miss persepsi. Lha iya, karena saya kan kerjanya di bank, kurang kompeten kalau ngomongin perusahaan lain.
Benarkah sterotype bahwa bekerja di bank itu harus cantik?
Nih, saya kasih tau yah. Itu tidak benar, itu SALAH.
Iya, saya jawab salah, karena memang ngga bener itu.
( Baca :
Sterotype banker )
Di bank itu ada banyaaaak banget bagian-bagiannya. Tapi bisalah kita kategorikan jadi 3 bagian besar, yaitu :
- Front liner (front office ) yang kerjaannya ya di depan, seperti customer service, teller, satpam.
- Back office , ini kerjaannya administratif, seperti administrasi kredit, logistik, IT.
- Marketing, sesuai namanya ya kerjannya sebagai tenaga pemasar, kalau di bank, namanya account officer untuk bagian kredit, funding officer untuk bagian dana.
Kalau dilihat dari jalur masuknya, terdiri dari 3 jalur masuk
- Penerimaan untuk frontliner dan back office
- Penerimaan marketing
- Penerimaan jalur ODP/PPS
Nah, kalau kalian bilang kerja di bank maka harus cantik/ganteng.
Salah
Karena namanya kerja dimanapun memang ada porsinya masing-masing.
Ada pekerjaan yang memang butuh kepintaran, ada pekerjaan yang butuh penampilan, ada pekerjaan yang butuh tenaga.
Tidak bisa kita pukul rata, bahwa saat sebuah perusahaan mencantumkan “ berpenampilan menarik” sebagai salah satu kriteria calon karyawannya trus kita bilang perusahaan tersebut diskriminatif.
No.
Contohnya kalau di bank, ada yang namanya penerimaan melalui jalur ODP ( Officer Development Program ) ini sejenis dengan management trainee yang tujuannya memang perekrutan untuk penempatan level manajerial.
Untuk jalur penerimaan seperti ini, mau di bank, atau mau di perusahaan apapun yang bergerak di bidang apapun, sangat jarang menerapkan penampilan menjadi syarat utama. Yang utama pasti otaknya, kepintarannya, penampilan jadi syarat penunjang.
Ngga herankan, lihat perempuan-perempuan tangguh di perusahaan oil and gas yang wajahnya biasa aja. Mungkin malah ngga menarik, mungkin pendek, mungkin item, mungkin rambutnya tidak menjuntai indah.
Ini saya pakai defenisi cantik secara umum yang berlaku di masyarakat ya.
Sama juga, kalau kalian lihat di bank-bank, untuk level ODP ke atas, banyak kok yang wajahnya biasa aja, tapi pintar-pintar
kayak gw
Karena apa?
Karena memang level pekerjaannya butuh kompetensi tinggi, bukan butuh penampilan menawan.
Saya contohkan di bank. Untuk level ODP, kerjaan utamanya secara garis besar bisa dibilang adalah menganalisa.
Bisa menganalisa kredit murni atau menganalisa perkembangan ekonomi, menganalisa aturan perkreditan, menganalisa kebutuhan logisik, you named it, intinya menganalisa untuk kemudian merumuskannya menjadi suatu aturan. Atau menganalisa untuk kemudian dirumuskan menjadi prakarsa kredit. Atau menganalisa untuk kemudian diambil keputusan deal or not deal.
Intinya ya kerjaannya memang butuh kepintaran di atas rata-rata, ngga cukup cuma “cantik doang” trus bisa diterima.
Namun ada juga pekerjaan yang memang kompetensi kayak kepintaran or kemampuan analisa atau kemampuan mengambil keputusan tidak terlalu penting, tapi yang dibutuhkan adalah penampilan oke.
Inilah yang didefinisikan ke lembar persyaratan lamaran kerja menjadi good looking, berpenampilan menarik. Menarik itu defenisinya kan luas ya, karena kata teman saya cantik itu relative, jelek itu mutlak, lol. Becanda ya gengs. Maksudnya bahkan orang yang dibilang cantik pun masih relative karena sangat subjektif, makanya digunakan kalimat berpenamilan menarik, karena yang dilihat itu satu keatuan utuh, ngga hanya wajah doang, tapi sikap, body language dan pembawaan diri.
Dalam hal ini customer service atau front liner masuk kategori ini.
Front liner itu orang yang bekerja di garis depan, yang melayani nasabah, meliputi pembukaan rekening, penutupan rekening, informasi awal , tarik setor tabungan, menangani complain, yah semacam itu.
Pekerjaan ini, mungkin kita kalau orang awam melihat, bakal mikir kayak yang saya bilang di atas tadi “ Yah harusnya pilih yang pinter dong, masa lihat penampilan doang”
Ya harusnya emang pinter dan cantiklah.
Yup, mau kerja dimanapun, mana ada sih perusahaan yang mau terima orang ngga pinter, pasti semuanya mau dapat pekerja yang terbaik.
Namun untuk pekerjaan yang memang job desknya adalah pelayanan, mau perusahaan apapun pasti, PASTI bakal melihat penampilan dulu baru ke kompetensi berikutnya.
Nah ini yang harus dimengerti, bahwa kompetensi yang dibutuhkan di setiap level pekerjaan itu berbeda. Untuk frontliner, kompetensi yang dibutuhkan secara garis besar itu meliputi kompetensi pelayanan, keramahan, ketenangan, ketelitian. Kalau mau disederhanain lagi bahasanya, ya karena bagian ini ibaratnya bagian wajahnya sebuah perusahaan,jelaslah perlu yang good looking.
Apalagi bagian frontliner ini adalah bagian pertama yang akan menerima complain dari nasabah. Nah bayangkan kalau nasabah lagi marah, trus ketemu CS yang ayu, senyumnya manis, suaranya lembut, tenang, minimal pasti bakal adem dulu, ayem tentrem.
Pas datang tadi kemarahannya ada di level 10, ketemu mba CS langsung turun ke level 6, komplainnya didengerin turun ke level 4, komplainnya dilayani turun ke level 2, saat akhirnya komplainnya terselesaikan, dia udah di level nol. Keluar dari banking hall wajahnya udah berseri lagi.
Nah bayangkan, kalau mba CS nya wajahnya kurang sedap dilihat, kalau dalam kondisi biasa mungkin nga masalah, tapi orang kalau sedang marah, bawaannya udah kayak orang PMS, semua salah. Nasabah datang marah level 10, ketemu mbanya mungkin turunnya cuma di level 9, dan sampai akhirnya terselesaikan mungkin kemarahannya masih di level 4 atau 5. Keluar banking hall dia masih memendam kekesalan.
Oke, ini subjektif sekali, tapi ya itu gambaran kasarnya aja.
Ngga hanya frontliner, bagian marketing ya 11 -12. Penampilan tetap menjadi hal yang dilihat pertama kali. Karena sama dengan front liner, marketing itu pekerjaannya yang memang ketemu sama orang lain, negosiasi, menawarkan produk dengan tujuan agar si calon pembeli tertarik dan membeli dagangnnya.
Dan lagi-lagi, naturally (istilah apa ini) orang biasanya akan mudah tertarik berbicara dan memberi perhatian kepada seseorang dengan penampilan menarik.
Lho jadi jual tampang doang?
TETOT, nah disinilah miss nya.
Jadi begini mba sis yang mungkin tersinggung atau marah karena ngga keterima kerja gegara penampilan.
Saat ini jumlah suplly pekerja itu jauuuuh lebih banyak daripada ketersediaan lapangan pekerjaannya.
Nah untuk pekerjaan frontliner saja, yang sebenarnya prasyaratnya hanya lulusan D3, atau mungkin SMA, tapi yang mendaftar itu para sarjana (lha iya sekarang semua orang bisa dibilang sarjana kecuali yang ngga sarjana= logic ,LOL).
Para sarjana tumpah ruah bersaing memperebutkan jatahnya anak SMA atau lulusan D3. Dan yang mendaftar ini banyaaaaaaaaaaak banget yang penampilannya memang oke punya. Terserah yam au polesan mau alami, yang pasti good looking.
Sebulanan yang lalu, saya baru saja melakukan perekrutan pekerja untuk unit kerja saya. Saya hanya butuh frontliner kurang dari 10 orang.
Yang mendaftar berapa???? Beugh hamper seratus orang, soalnya ini hanya penerimaan lokal doang.
Sungguhlah sekarang ini banyak banget pencari kerja dibanding ketersediaan lapangan kerja (iya neng, seluruh manusia di muka bumi ini juga tau kenyataan ini).
Dan yang paling bikin saya agak merenung, yang mau diterima ini levelnya frontliner, pekerja kontrak bukan pekerja tetap alias kalau saya di posisi mereka mungkin saja saya ngga akan tertarik (MUNGKIN LHO tapi bisa jadi ngga).
Syaratnya D3 tapi yang datang widih paling hanya 2 sampai 3 oranglah yang D3, sisanya S1, dari jurusan ekonomi, informatika, teknik, hukum, dan dari Universitas negeri atau swasta yang bagus-bagus yang ngga cuma dari Medan.
Sampai bagian ini saya membatin, duh beneran mah sekarang cari kerja pasti susah banget.
Yang melamar ini beragam, dari level kepintaran biasa banget, biasa, mayan, sampai pinter. Tapi semua IP di atas 3, padahal sebenarnya syaratnya IP hanya 2,75 saja (I know, IP ngga menjamin sis tapi itu tiket melamar ya kan )
Dari level penampilan, mulai dari ehhm tidak cantik, biasa aja, mayan cantik, cantik, cantik banget, cantik sempurna.
Cantik sempurna itu yang head to toe ciamik parah. Udah cantik wajahnya, tinggi, rambutnya bagus, bicaranya santun, suara lembut, dan pintar. Nah ini yang saya sebut cantik sempurna.
Dalam perekrutan ini saya bukan si pemutus, saya hanya si perekomendasi , karena keputusan tetap di tangan TUHAN. Iyalah banyak-banyak berdoa makanya kalau lagi cari pekerjaan.
Untuk menentukan siapa yang harus direkomendasikan itu ternyata lumayan susah. Saya pikir selama ini itu hal yang mudah, ternyata ngga samsek. Karena kalau mau dibawa ke perasaan, saya mikir banget mungkin ini harapan mereka untuk bekerja, mungkin ini akan menentukan nasib mereka ke depan, dan perasaan mellow yellow lain.
BUT
Kapasitas saya bukan kapasitas yang harus mellow yellow saat ini melainkan harus berfikir untuk kepentingan perusahaan. Bisnis is bisnis.
Jadi jangan salah ya , saat kalian ngga diterima bekerja sebagai front liner ,bukan berarti itu karena penampilan kalian, sebenarnya ngga juga lho.
Bisa jadi dan saya rasa ini sangat mungkin terjadi, ya karena saingannya jauh lebih baik, udah cantik, mayan pinter pulak.
Saya bilang lumayan karena sekali lagi, kompetensi untuk frontliner itu berbeda dengan untuk ODP.
Maka saat kalian merasa, “Aku pintar, kok aku ngga diterima kerja sih untuk posisi CS atau teller, pasti ini karena aku kurang menarik”.
WRONG
Yang bener itu, saingan kamu lebih menarik dan dia juga pintar.
Jadi urutannya itu, kalau missal ekstrimnya harus memilih hanya satu pekerja untuk diterima sebagai FL, gini nih:
Sama-sama pinter, tapi satu cantik satu kurang cantik, ----> pilih yang cantik
Sama-sama cantik, tapi satu pinter satu ngga bego-bego amat --->; pilih yang paling cantik
Sama-sama tidak cantik, tapi sama-sama pintar --->; tawarkan jadi back office
Sama-sama tidak cantik, dan tidak pintar --->; lihat berkas lain
Ada yang pinter dan cantik banget , solehah pula, pinter masak, alisnya bagus --->; jadikan istri, LOL
Jadi ya tetep, yang dipilih itu yang secara penampilan menarik dan yang bisa memenuhi criteria untuk jadi frontliner. Jangan underestimate bahwa kalau yang diterima itu cantik, maka dia bego, nggalah. Masa kamu ngga yakin sih ada orang cantik dan juga pintar di dunia ini.
Berarti kalau aku ngga cantik padahal aku pinter aku ngga bisa kerja di bank?
Tetot, Wrong lagi.
Bisa banget dan ngga harus di bank.
Semua pekerjaan bisa kamu dapatkan, tapi ya cari yang memang memerlukan kompetensi yang ada di dirimu.
Kalau mau tetep kerja di bank, masuk dari jalur ODP, bersaing secara akademis.
Kamu pinter banget, yaelah ngapain melamar jadi FL, lamar perusahaan unileverlah, oil and gas, jadi penulis, jadi jurnalis
My point is.
Jangan denial jika misal kita ngga mendapat pekerjaan , trus nuduh
‘ INI PASTI KARENA PERUSAHAAN ENTU CUMA MAU PILIH YANG CANTIK AJA, HUH DASAR "DISKRIMINASI”
Kagaklah.
Ya terima kenyataan bahwa semua perusahaan yang orientasinya memang laba, ya pasti tujuannya gimana caranya memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan profit. Salah satu caranya ya dengan memilih pekerja yang fit dengan bidang kerjanya.
Fit dengan bidang kerjanya itu artinya ya sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan.
- Cari dana, melayani nasabah --- penampilan is a must
- Back office , support --- Cari yang tekun, yang teliti, cekatan
- Menganalisa, memimpin -- Cari yang kompetensi super komplit.
Jadi harusnya ngga perlu ada spanduk-spanduk soal deskriminiasi perusahaan dalam mencari pekerja.
Ngga perlu sama sekali, karena perusahaan juga ngga begolah nerima pekerja yang cantik doang tapi “hah hoh” misalnya.
Kalaupun ada, pasti ada pertimbangan lain, misal dia cuantik mampus level wajah Dian Sastro, body Miranda Kerr, sampe bisa dipastikan, saat ketemu client maka bisa langsung deal masuk sekian M misalnya.
MAKA
DIULANGI
MAKA
Jika kamu tidak ingin dihargai sebatas penampilanmu, jadilah perempuan yang pintar.
Jika kamu ingin dihargai bekerja lebih dari sekedar penampilan, jadilah perempuan yang cerdas.
Lagi, meskipun kamu bekerja sebagai frontliner yang sterotypenya bahwa “ Ih pasti dia modal tampang doang, otaknya pasti ngga sepadan”, ya buktikan, Buktikan ngga seperti itu, buktikan bahwa kamu diterima jadi frontliner karena kamu cantik dan pintar, karena teman kamu yang cantik yang lain toh ada yang keterima.
Jika kamu tidak terima perempuan kok didiskriminasi berdasarkan penampilan fisik saat mencari pekerjaan.
TETOT, kamu salah lagi.
Ngga ada diskriminasi, mereka hanya menempatkan sesuatu sesuai porsinya.
Saat kamu berpenampilan cantik, rupawan ,
” Kok aku dimanfaatin perusahaan untuk menggaet client nih”
Ya jangan mau. Tapi karena tugas kamu adalah memang untuk membuat client deal ya gunakan keahlianmu dalam hal marketing untuk menggaet nasabah, jangan gunakan fisikmu.
Iyes, semua kendali ada di tangan kita kok sebenernya.
Kamu mau kerjaan yang mengutamakan penampilan?
Ya ada tempatnya
Kamu mau pekerjaan yang mengutamakan otak?
Banyak banget tempatnya
Kamu ngga mau dianggap diterima kerja karena penampilan doang?
Ya Buktikan
Intinya
Akhirnya ke intinya.
Jangan menyalahkan orang atas apapun kegagalan atau ketidakmampuan kita. Even itu perkara soal good looking or bad looking, karena kendali hidup bukan di tangan perusahaan-perusahaan itu, tapi ada di tangan kita.
Ngga mau terima dengan aturan perusahaan yang menurut kamu diskriminatif?
Ya ngga apa. Kamu ngga harus kerja kantoran kok, kamu bisa bikin usaha sendiri. Malah, sebenarnya, kamu ngga harus kerja kok kalau ngga mau, kalau kamu pengen jadi istri yang tidak bekerja formal ya no problema.
Tapi ya jangan ngomel, kalau ntar ngga punya duit. Jangan ngomel kalau anggaran rumah tangga harus sangat seksama diatur.
Yang pasti apapun pilihan kita ya yang menjalani konsekuensinya diri kita sendiri.
“Lho, kok kamu ngomongnya gitu sih, berarti kamu juga deskriminatif, kenapa ngga memperjuangkan agar pemerintah menerapkan aturan anti diskriminatif terhadap syarat penerimaan karyawan untuk perusahaan-perusahaan tersebut ?”
Ehhm, karena menurut saya, sebenarnya itu justru bisa dibilang salah satu bentuk keadilan lho.
Keadilan yang mungkin hanya bisa kita mengerti kalau kita pernah berada di posisi ketiganya. Posisi si Pintar, posisi si good looking, posisi si tidak good looking.
Adil, karena, jika dia pintar dan tidak menarik secara fisik , maka dia bisa punya pilihan pekerjaan belakang layar atau yang memang mengandalkan otak untuk mencari nafkah.
Adil, karena jika dia berpenampilan menarik namun tidak terlalu pintar, maka dia masih punya peluang bekerja, tentu saja dengan lowongan pekerjaan yang memang lebih ke kebutuhan penampilan.
Jika dia pintar sekaligus good looking, yah dia memang layak untuk mendapatkan apa yang diterimanya dari anugerah Tuhan sekaligus apa yang diusahakannya.
Jika dia tidak good looking dan tidak pintar?, yah dia memang harus berusaha lebih keras, tapi yakinlah dia akan punya cara untuk tetap bertahan hidup.
So, kadang yang kita pandang sebagai diskriminatif malah sebenarnya bisa jadi itu keadilan lho.
Yang ngga setuju , no problema yah.
Makdarit
Biar ngga stress dan nyalah-nyalahin aturan, pertama terima kenyataan. Kenyataan bahwa semua perusahaan apapun, bisa dipastikan akan melihat penampilan dulu sebagai saringan awal, jika mereka membutuhkan pekerja yang tidak perlu kompetensi edebre-edebre yang tinggi.
Kedua, kalau ngga mau terima, ya ngga usah terima, ngga ada yang paksa kita terima kok.
Makdarit kedua
Sebagai ibu, sebagai perempuan, kalau kita ngga suka dengan aturan yang kita anggap diskiriminatif tersebut, saat kita punya anak, AYO DIDIK ANAK KITA supaya ngga perlu bersinggungan dengan aturan-aturan tersebut.
Iyes, didik anak kita agar kelak ia bisa menghidupi diri sendiri tanpa perlu mengandalkan penampilan.
But in my opinion, saya tetap merasa bahwa menjaga penampilan tetap diperlukan, apapun ceritanya, karena orang pertama lihat kamu ya pasti dari penampilan dulu, suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju.
Didik anak kita, agar kelak ia tidak perlu melamar di perusahaan dimana syarat pertamanya adalah “ berpenampilan menarik”
Ini juga berlaku untuk anak laki-laki.
Dan yang terakhir, yang merasa penampilan kita ngga secantik orang lain, jangan sedih. Karena bagaimanapun juga, selain jadi artis, pekerjaan yang mencantumkan syarat utama adalah kepintaran bukan penampilan menarik, percaya deh salarynya jauuuh melebihi yang andalannya adalah penampilan.
Pilihan ada di tanganmu ladies #wink
Disclaimer : Tulisan ini murni opini pribadi, tidak mewakili perusahaan atau pihak manapun.