Mutasi

Thursday, June 7, 2012
Gerbong kepemimpinan di kantor saya tampaknya mulai berjalan lagi. Satu persatu pengumuman SK kepindahan mulai dibacakan. Ada yang promosi, ada yang hanya sekedar rotasi, bahkan ada yang demosi.  Beragam emosi mewarnai penugasan yang tidak mungkin ditolak tersebut.

Si X pulang kampung, pindah ke daerah asalnya, Alhamdulillah.
Si Y harus ke pulau nun jauh disana, Duuuh cuma bisa diem dengernya.

Saya..... cuma bisa menghela nafas ( lagi), karena namaku tidak tersebut. Padahal gosip-gosipnya saya dimutasi ( ini mah ngarep bukan gosip) :). Dan begitulah , hanya bisa memberi selamat kepada mereka yang dimutasi dan dipromosi.MySpace

" Bersedia ditempatkan di unit kerja seluruh Indonesia"

Sebaris kalimat itu merupakan senjata pamungkas pihak manajemen dalam mengambil keputusan memindahkan para pekerja dari satu unit kerja ke tempat yang lain. Beuuugh, gak nyangka ,baru kali ini saya menyesalkan kenapa wilayah Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke, kegedeaaan. Coba kalau Sumatera aja trus Medan jadi ibukota negaranya, kan asik ya. You Wish

Mutasi, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sejatinya, kita manusia seumur hidup tidak akan pernah terhindar dari yang namanya mutasi.

Mutasi dari  alam rahim, ke dunia, sampai nanti dimutasi kembali ke akhirat. Setiap perpindahan seharusnya membawa kita menuju ke tempat yang lebih baik lagi, dengan pengalaman baru, orang-orang baru dan cerita baru.

Ya sud lah, dinikmatin aja yang sekarang ini. Itung-itung jalan-jalan di ibukota sebelum kembali mendaki gunung lewati lembah, sambil tak lupa berdoa semoga segera didekatkan.

Hmmm, btw kapan ya daku di mutasi kembali ke pelukan suamiku tercinta, ihiir




Yang Tersisa Dari Sebuah Kompetisi

Wednesday, June 6, 2012
Kurang lebih 46.500 ibu-ibu sedang berdoa khusyuk tanggal 04 Juni kemarin ( lebay ). Apa sebab?, karena bakal ada pengumuman pemenang dari sebuah kompetisi sharing cerita yang diselenggarakan oleh salah satu produk pewangi terkenal di Indonesia. Tidak main-main, hadiah yang diperebutkan memang bikin mupeng, jalan-jalan romantic ke Paris bersama pasangan, serta mesin cuci dan voucher belanja. Wow siapa yang ga mau.

Saya termasuk salah satu yang berharap-harap cemas. Pasalnya tiga hari sebelumnya saya sudah mendapat telepon dari pihak penyelenggara yang menanyakan data-data diri saya. Namun tidak dikatakan saya menang atau kalah, hanya disuruh menunggu pengumuman resmi. Wuih, makin sport jantung. 

Saat kemudian nama-nama pemenang diumumkan, senyum saya merekah sempurna. Yup, nama saya terselip di antara nama pemenang lain. Seneng… pasti. Seneng karena dapat hadiah yang memang lagi saya butuhkan, dan senang karena ternyata cerita saya diapresiasi juri dengan baik.

Alhamdulillahirabbilalamin.

Beberapa kali saya mengikuti kompetisi, ini adalah kompetisi yang paling berkesan bagi saya. Karena banyak kejadian lucu, heboh dibaliknya. Mulai dari peserta yang marah-marah, kecewa dengan pihak penyelenggara, calon pemenang yang kurang bisa menahan diri ( termasuk saya), sampai peserta yang tidak terima dengan keputusan juri . Hebohnya menyaingi kehebohan arisan ibu-ibu, hanya saja minus camilan.

Kalah menang dalam sebuah kompetisi itu biasa. Kalau kita belum beruntung bukan berarti karya kita tidak lebih baik dari yang lain. Hanya saja mungkin belum sesuai dengan kriteria yang diinginkan juri.

Hal yang paling penting dari sebuah kompetisi adalah pembelajaran yang bisa kita ambil dari proses yang berlangsung.

Namun kalau bagi saya, hal yang paling saya sukai dari sebuah kompetisi menulis adalah oleh-oleh yang bisa saya gondol setelahnya. Yup, saya bakal dapat tambahan teman-teman baru, oyee.


info lengkap disini

Pengumuman Pemenang Lomba Blog LG

Monday, May 28, 2012
Akhirnya pengumuman Lomba Blog LG  keluar juga. Dan Wow, saya termasuk salah satu pemenangnya nih. Walau ga dapet AC nya tapi tetep seneneeeeng bangets. makasi teman-teman yang udah support ya, udah koment dan udah baca. Semoga ke depannya bisa lebih baik lagi. Cayooo.
Ni Info lengkapnya:
Dear All, sebelumnya admin mewakili dewan juri mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para peserta yang telah berpartisipasi dalam program Green Blogger dari AC LG Deluxe Plasmaster, dimana teman-teman blogger sudah mengikut ...kompetisi menulis blog. Dari sekitar 100an peserta, memang cukup sulit bagi juri untuk merilis pemenang karena kualitasnya rata-rata cukup bagus, dan karena harus ada pemenang, dengan berat hati dan berbagai pertimbangan, diantaranya kualitas tulisan, pernyaratan teknis, sharing artikel, comments dll bahkan termasuk melalui faktor search engine optimization kami sertakan juga untuk pembobotan. Dan inilah para peserta yang beruntung:

1 http://harris-maulana.blogspot.com/2012/04/memilih-ac-terbaik-untuk-hidup-yang.html
2 http://www.unggulcenter.org/2012/04/25/sembilan-angka-ac-terbaik-untuk-dua-kartini/
3 http://www.kodokkampus.web.id/2012/05/solusi-kulit-kering-pilih-ac-terbaik.html
4 http://windiland.blogspot.com/2012/05/ac-lg-skin-care-deluxe-inverter-v.html
5 http://daroachphobia.wordpress.com/2012/04/02/ac-lg-skin-care-deluxe-inverter-v-menjaga-kulit-tetap-sehat/#more-2744
6 http://burselfwoman.com/?p=5545
7 http://lucerahma.blogdetik.com/index.php/2012/04/kesehatan-kulit-terjaga-dengan-tepat-memilih-ac-kesehatan/
8 http://www.ardiannugraha.com/2012/05/lg-skin-care-ac-kesehatan-tepat-untuk.html
9 http://veromons.blogspot.com/2012/05/ac-terbaik-untuk-menjaga-dan-merawat.html
10 http://giewahyudi.com/lg-skin-care-deluxe-inventer-v-udara-dingin-tanpa-kulit-kering/

Untuk teman-teman2 yang belum beruntung, semoga tulisannya memberikan kontribusi yang berarti dan bermanfaat untuk orang lain. Sekali lagi terima kasih atas kontribusinya, tetap semangat, dan salam Life's Good :)

Bagi para pemenang akan dihubungi oleh admin melalui email & nomor telepon yang didaftarkan waktu pendaftaran. Semua pemenang tidak dipungut biaya apapun. Hati2 pd tindak penipuan yang mengatasnamakan kontes ini. Terima kasih
See More

Gado-Gado Poligami





Aku tidak akan pernah lupa pada pagi itu. Usiaku masih sebelas tahun, adik bungsu kami masih kelas 3 sekolah dasar. Tidak ada yang berbeda pada hari itu. Tetangga kami yang cerewet masih sama bawelnya dengan beberapa hari yang lalu meributkan anaknya yang terkena bisul disana sini. Tanteku yang beberapa tahun ini tinggal di rumah ibuku, sibuk membersihkan bekas ompol adikku. Semuanya terlihat biasa, sampai sore hari tidak biasanya kami mendapat kunjungan kakek.

Dengan keingintahuan seorang anak kecil, kuintip dari celah kamarku pembicaraan serius di ruang tamu kontrakan kami. Ibu menangis, kakek membisu, ayahku…… aku tak mendengar suaranya.


a hari kemudian, ayah kembali ke kota tempat kerjanya. Sejak setahun belakangan , ayah harus pindah kerja ke Palembang. Karena ibuku seorang PNS di kantor bupati dan kami masih bersekolah, maka dengan alasan efisiensi dan efektivitas, kami tetap menetap di Padang. Sebulan sekali ayah pulang dan tinggal di rumah selama tiga sampai empat hari. Aku selalu menanti-nanti hari kepulangan ayah. Biasanya setiap ayah akan pulang. Ibu bangun lebih pagi, begitupun aku dan adikku. Sarapan akan terhidang di meja sebelum pukul enam pagi karena biasanya ayah akan turun dari angkot yang berhenti di depan rumah sekitar jam setengah tujuh. Dan kami siap-siap menyambut kedatangan ayah dengan segudang cerita yang tersimpan selama sebulan terakhir.

Tapi hari itu, aku tahu sesuatu telah terjadi, sesuatu yang buruk yang dengan keterbatasan pengetahuan kanak-kanakku, aku hanya bisa menyimpulkan bahwa ayah telah menyakiti ibu.


Aku mendengar suara teriakan ibu, kemudian disusul tangisnya. Tak lama ibu masuk kamar dan membereskan pakaiannya. Ayah sama sekali tidak mencegah ibu pergi. Aku hanya menatap kosong kepergian ibu. Tidak tahu apa yang tengah melanda keluarga. Kudengar suara adikku menangis di dapur, segera kudatangi ia. Dengan tatapan polosnya ia memandangku.


“ Ibu kemana kak”

Aku hanya diam.




*****



Gempita perayaan pernikahan bungsu di keluargaku telah selesai. Kulihat rona bahagia yang tak bisa disembunyikan di wajah kedua orang tuaku. Tugas mereka sebagai orang tua tuntas sudah, untuk melepas putra putrinya menyempurnakan separuh diennya.


Tujuh belas tahun telah berlalu sejak hari itu. Hari ini ibuku telah membuktikan kepada dirinya sendiri, kepada semua orang yang bergunjing di belakangnya, ia telah berhasil melewati ujian terberat bagi seorang istri, neraka dunia , Poligami.



Sejak senja itu, kehidupan keluarga kami berubah. Setiap kepulangan ayah, aku hanya menyaksikan pertengkaran demi pertengkaran. Namun ibu bukanlah wanita lemah yang langsung terjatuh ke titik nadir hidupnya . Di setiap tarikan nafasnya aku tahu ada tangis disana, namun juga ada semangat untuk membuktikan kepada ayahku, bahwa poligami tidak akan menghancurkannya.



Dan kini, kami dalam satu frame foto keluarga. Abangku dengan anak istrinya, aku dan kedua adikku dengan suami masing-masing. Dan di tengah-tengah kami, ayah dan ibu tersenyum bahagia.



Aku tidak bangga dengan sejarah keluargaku. Tapi aku juga tidak malu dengan perjalanan hidup kami.


Bisa jadi sesuatu itu tidak kita sukai, padahal mungkin ada kebaikan di dalamnya.


Tulisan ini fiksi belaka, diikutsertakan pada lomba Blog, Opini Poligami . Info lomba disini

In Busway

Sunday, May 27, 2012

Pengalaman saya naik busway selama ini bisa dibilang so so lah, ga ada hal-hal menarik yang saya temukan. Orang berjubelan, berebut masuk  dengan gaya khas orang Jakarta. Earphone atau headphone yang tak pernah lepas seolah tidak mau diganggu oleh keadaan sekeliling.

Selama tiga hari berturut-turut kemarin, saya bolak-balik kos di daerah Sudirman ke Pusdiklat di bilangan Jakarta Selatan tepatnya di Ragunan. Pagi-pagi jam enam saya sudah harus keluar dari kos kalau mau tepat waktu sampai di tempat.  Dari halte Benhil saya hanya harus berganti busway sekali untuk sampai ke tujuan saya. Beruntung rute yang harus saya tempuh melawan arus pekerja di pagi hari. Jadi saya tidak perlu berdesak-desakan dengan para pekerja kantoran metropolitan. Demikian juga pulangnya, saya bisa naik di halte Ragunan yang mana merupakan pull pertama, jadi bisa dipastikan saya mendapat tempat duduk tanpa harus bersusah payah.

Saat saya naik di halte Ragunan, ada 5 orang cowok yang ikutan naik bareng saya. Masih muda, berpakaian ala kantoran rapi jali. Setelah seluruh kursi terisi, busway pun melaju. Saya berusaha tidur, karena tempat saya turun masih jauh, Dukuh atas yang notabene termasuk halte terakhir. Kira-kira tiga halte dari situ, di Duren Tiga seorang bapak naik, Usianya sekitar 60 puluhan. Cukup tua untuk bepergian sendiri. Kondisi di dalam busway lengang hanya saja semua kursi sudah terisi. Karena  itu, si bapak berdiri di seberang saya. Saya pikir secara nurani, akan ada salah satu dari pemuda tersebut yang merelakan kursinya untuk si bapak. Anehnya 5 orang pemuda sehat yang seger bugar tadi tak satupun yang berdiri dan mempersilahkan si bapak duduk. Mereka malah asik bbm an. Saya hitung satu sampai sepuluh, saya pandangi dengan tajam mereka, berharap ada yang mengalah dan mau berdiri, tapi sepertinya saya terlalu berharap. 

Oh yeah, saya tidak cukup tega untuk membiarkan si bapak terhuyung-huyung di sana. Padahal tujuan saya masih jauh banget. Its oke, sepertinya ngedumel di dalam hati bukan solusi yang tepat saat itu. Melihat tak seorang pun bergeming, saya segera berdiri dan menyilahkan bapak tersebut duduk. Senyum lebar dan lega  langsung menghiasi wajahnya. Saya ambil posisi berdiri senyaman mungkin di dekat pintu biar ada senderannya mengingat halte saya masih jauh banget.

Right. Saudara-saudara. That’ s Jakarta. Saya tidak tahu apakah ini terjadi sehari-hari atau hanya pas kebetulan saja saya mengalaminya, karena saya jarang naik angkutan umum selama disini. Kos saya terletak di belakang kantor, jadi saya jalan kaki setiap hari.Dan karena saya tidak terlalu hapal jalan-jalan disini saya lebih suka naik ojek kemana-mana.

Banyak sudah yang bercerita, yang menulis, yang membahas bahwa tingkat kepedulian masyarakat di kota ini setipis kulit bawang.Tapi saya tetap tidak percaya sebelum mengalami sendiri. Kata orang hidup disini membuat orang menjadi apatis, bisa jadi memang benar sekali. Saya tidak menghakimi si 5 orang pemuda tadi dan beberapa penumpang laki-laki di dalam  busway,bisa jadi mereka terlalu capek sepulang kerja. Atau mungkin hal tersebut memang sudah biasa. 

But to be honest, saya tidak mau menjadi bagian dari mereka. Mudah-mudahan anda pun bukan typical warga Jakarta seperti mereka.


Custom Post Signature