She Lost Her Baby

Thursday, April 12, 2012
Hari ini saya sedih sekali. Sedih yang benar-benar sedih, sampai tidak mampu menggambarkannya. 

Saya baru dapat kabar, bahwa sahabat saya yang lagi menanti kelahiran buah hatinya tiba-tiba harus kehilangan calon bayi yang bahkan belum sempat memperdengarkan tangisnya ke semesta.
Kelilit tali puser, begitu berita yang saya tahu.

Ya Allah. Saya yang tidak mengalaminya secara langsung saja sedihnya ga terkatakan. Bagaimana lagi sahabat saya tersebut. Benar-benar tidak bisa saya bayangkan.
Sedari tadi saya tak henti-hentinya menangis. Ingin memeluk sahabat saya tersebut, tapi jarak kami terlalu jauh. Dia ada di pulau seberang.

Sembilan bulan yang lalu saat ia mengabarkan tetang kehamilannya kepada saya, saya langsung menitikkan air mata. Entahlah saya tidak tahu itu air mata apa. Bahagia, pasti. Dia termasuk sahabat dekat saya, pasti saya bahagia untuk kebahagiaannya. Walaupun jauh jauuuh di dilubuk hati terdalam saya terselip sedikit iri. Iri karena saya sudah begitu lama menanti waktu untuk memberi kabar gembira tersebut kepadanya.

Saat itu saya berfikir, betapa dewi fortuna sangat suka mengikuti jejak hidupnya. Ia seorang perempuan yang cantik, sangat cantik malah, baik, pintar, karirnya bagus, dapat suami dengan pekerjaan begitu mapan. Beberapa bulan menikah langsung diberi rezeki kehidupan baru. Bahkan begitu beruntungnya ia, sampai pada acara kantor ia mendapat ipad 2. Bayangkan siapa lagi orang yang lebih beruntung dari dia.

Namun tadi malam saya begitu tergugu membayangkan sedang apa ia sekarang.

Normalnya setelah melahirkan seorang ibu akan disibukkan dengan kegiatan baru. Mengasuh bayi mengilnya, menyusui, begadang karena tangisnya. Namun mungkin sahabat saya tersebut akan tetap begadang, tetapi sambil termenung mendekap baju-baju lucu hasil belanja kemarin. Atau juga sambil menciumi wangi bedak bayi . Saya tak sanggup memikirkan perasaannya.

Benarlah  kata orang tua, bahwa orang lain itu adalah cermin introspeksi bagi diri kita.

Terkadang kita perlu melihat kesedihan orang lain untuk mensyukuri nikmat yang diberi kepada kita. Terkadang kita harus ditampar dengan kejadian-kejadian luar biasa di hidup kita untuk lebih dekat kepada yang memberi hidup ke kita.

Saya jadi sadar, bahwa cobaan dalam hidup saya tidak ada apa-apanya. Saya hanya disuruh bersabar untuk memeluk bayi mungil yang akan meramaikan istana cinta saya. Sedangkan sahabat saya, ia harus kehilangan makhluk indah yang sudah menyatu di dirinya selama ini. Suatu perbandingan yang sangat tidak sepadan.

Saya yakin Allah sedang mengujinya untuk menaikkan derajatnya. Ia seorang perempuan yang begitu baik. Allah pasti punya rencana lain dan akan mengganti kesedihannya dengan sesuatu yang akan mengobati lukanya.

Saya juga jadi semakin yakin, bahwa sebaik apapun kita berencana, kita harus bersiap diri untuk ketentuan dari Nya. Hidup mati itu sepenuhnya hak preogratif-Nya. Allah yang paling tahu apa yang terbaik untuk diri kita. Di balik semua peristiwa pasti ada hikmah yang tersembunyi.

Sampai detik ini saya hanya memandangi hp saya. Membaca postingan twitternya beberapa hari yang lalu tentang kegembiraanya menyambut si jabang bayi. Foto saat ia senam hamil. Bahkan euforianya membeli seluruh perlengkapan bayinya.

Dan saya mencoba menghubunginya. Saya dial no hpnya. Berdering, sedetik dua detik tiga detik. Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan.

" Turut berduka"    
            
" Tabah ya"

" Be strong dear"

Ah saya rasa dia tidak butuh kata-kata seperti itu. Mungkin saat ini ia hanya butuh waktu untuk sendiri. Menyatu dalam kesedihannya. Menumpahkan airmata di bahu suaminya.

Tidak...., saya yakin , ia tidak butuh hiburan dari orang lain. Yang ia butuhkan hanya bayinya.
Tuuut, saya tekan tombol merah. Tidak, saya tidak sanggup berbicara dengan nya.

***

Ya Allah berilah sahabat saya kekuatan

Ganti lah kesedihannya dengan yang lebih baik.
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature