Hari ini saya sedih sekali. Sedih yang benar-benar sedih, sampai tidak mampu menggambarkannya.
Saya baru dapat kabar, bahwa sahabat saya yang lagi menanti
kelahiran buah hatinya tiba-tiba harus kehilangan calon bayi yang
bahkan belum sempat memperdengarkan tangisnya ke semesta.
Kelilit tali puser, begitu berita yang saya tahu.
Ya Allah. Saya yang tidak mengalaminya secara langsung saja
sedihnya ga terkatakan. Bagaimana lagi sahabat saya tersebut.
Benar-benar tidak bisa saya bayangkan.
Sedari tadi saya tak henti-hentinya menangis. Ingin memeluk sahabat
saya tersebut, tapi jarak kami terlalu jauh. Dia ada di pulau seberang.
Sembilan bulan yang lalu saat ia mengabarkan tetang kehamilannya
kepada saya, saya langsung menitikkan air mata. Entahlah saya tidak
tahu itu air mata apa. Bahagia, pasti. Dia termasuk sahabat dekat saya,
pasti saya bahagia untuk kebahagiaannya. Walaupun jauh jauuuh di
dilubuk hati terdalam saya terselip sedikit iri. Iri karena saya sudah
begitu lama menanti waktu untuk memberi kabar gembira tersebut
kepadanya.
Saat itu saya berfikir, betapa dewi fortuna sangat suka mengikuti
jejak hidupnya. Ia seorang perempuan yang cantik, sangat cantik malah,
baik, pintar, karirnya bagus, dapat suami dengan pekerjaan begitu
mapan. Beberapa bulan menikah langsung diberi rezeki kehidupan baru.
Bahkan begitu beruntungnya ia, sampai pada acara kantor ia mendapat
ipad 2. Bayangkan siapa lagi orang yang lebih beruntung dari dia.
Namun tadi malam saya begitu tergugu membayangkan sedang apa ia sekarang.
Normalnya setelah melahirkan seorang ibu akan disibukkan dengan
kegiatan baru. Mengasuh bayi mengilnya, menyusui, begadang karena
tangisnya. Namun mungkin sahabat saya tersebut akan tetap begadang,
tetapi sambil termenung mendekap baju-baju lucu hasil belanja kemarin.
Atau juga sambil menciumi wangi bedak bayi . Saya tak sanggup
memikirkan perasaannya.
Benarlah kata orang tua, bahwa orang lain itu adalah cermin introspeksi bagi diri kita.
Terkadang kita perlu melihat kesedihan orang lain untuk mensyukuri
nikmat yang diberi kepada kita. Terkadang kita harus ditampar dengan
kejadian-kejadian luar biasa di hidup kita untuk lebih dekat kepada
yang memberi hidup ke kita.
Saya jadi sadar, bahwa cobaan dalam hidup saya tidak ada
apa-apanya. Saya hanya disuruh bersabar untuk memeluk bayi mungil yang
akan meramaikan istana cinta saya. Sedangkan sahabat saya, ia harus
kehilangan makhluk indah yang sudah menyatu di dirinya selama ini.
Suatu perbandingan yang sangat tidak sepadan.
Saya yakin Allah sedang mengujinya untuk menaikkan derajatnya. Ia
seorang perempuan yang begitu baik. Allah pasti punya rencana lain dan
akan mengganti kesedihannya dengan sesuatu yang akan mengobati lukanya.
Saya juga jadi semakin yakin, bahwa sebaik apapun kita berencana,
kita harus bersiap diri untuk ketentuan dari Nya. Hidup mati itu
sepenuhnya hak preogratif-Nya. Allah yang paling tahu apa yang terbaik
untuk diri kita. Di balik semua peristiwa pasti ada hikmah yang
tersembunyi.
Sampai detik ini saya hanya memandangi hp saya. Membaca postingan
twitternya beberapa hari yang lalu tentang kegembiraanya menyambut si
jabang bayi. Foto saat ia senam hamil. Bahkan euforianya membeli
seluruh perlengkapan bayinya.
Dan saya mencoba menghubunginya. Saya dial no hpnya. Berdering,
sedetik dua detik tiga detik. Saya tidak tahu apa yang harus saya
katakan.
" Turut berduka"
" Tabah ya"
" Be strong dear"
Ah saya rasa dia tidak butuh kata-kata seperti itu. Mungkin saat
ini ia hanya butuh waktu untuk sendiri. Menyatu dalam kesedihannya.
Menumpahkan airmata di bahu suaminya.
Tidak...., saya yakin , ia tidak butuh hiburan dari orang lain. Yang ia butuhkan hanya bayinya.
Tuuut, saya tekan tombol merah. Tidak, saya tidak sanggup berbicara dengan nya.
***
Ya Allah berilah sahabat saya kekuatan
Ganti lah kesedihannya dengan yang lebih baik.
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)