Paradoks Kehidupan

Sunday, May 27, 2012

Saat menelusuri lagi catatan-catatan yang pernah saya buat, saya jadi tersadar satu hal. Ternyata hidup penuh dengan hal-hal yang bertentangan satu sama lain. Contohnya saja, saat berbicara tentang poligami, saya tidak anti poligami tapi saya benci poligami, bagaimana mungkin benci tapi tidak anti, bukannya kalau kita membenci sesuatu otomatis kita akan antipasti padanya. Atau saat isu kenaikan BBM, saya paham secara logika harga BBM harus naik, tapi saya ga setuju kalau BBM naik. 

Padahal katanya , sesuatu yang benar itu harus sejalan , tidak bertentangan. Misalnya, “ Hemat pangkal kaya”. 

Menurut saya sih, hemat tidak menjadikan seseorang kaya, tapi hemat mencegah seseorang miskin benar.  Lagian dalam agama juga disebutkan hal yang bertentangan dengan prinsip itu. “ Banyaklah memberi, maka kamu akan mendapat lebih” .Nah lho gimana caranya ya saat banyak yang kita beri kok makin banyak yang kita dapat??. 

Atau “ kalau mau sukses, harus rajin belajar“.

Dan kenyataannya, sebagian besar pengusaha sukses di Indonesia ternyata tidak berpendidikan tinggi, jadilah sangat bertentangan dengan faham yang selama ini dianut masyarakat bahwa untuk sukses harus sekolah setinggi-tingginya. Bob Sadino, Aburizal Bakrie, Dahlan Iskan bukanlah lulusan S2 atau magister apapun.

Hal paradox lainnya, ahli ekonomi mengatakan , justru peluang yang baik itu ada saat krisis. Padahal saat krisis itu masa-masa yang sulit ya, kok bisa jadi peluang yang baik. Saya rasa dari sini muncul kalimat “ kesempatan dalam kesempitan”

Ya hidup ini penuh paradox, 

Kita sering dengar istilah “ Sendiri dalam keramaian” 

Mungkin itu adalah contoh paradox yang paling jelas. Saat seseorang merasa sepi padahal di sekelilingnya penuh dengan manusia lain, hiruk pikuk berseliweran, namun seolah-olah keberadaannya tidak di tempat itu.

Menarik sekali mengetahui hal-hal kontradiktif yang kadang justru lebih sering benar dibanding salahnya.Mungkin tanpa sadar banyak hal-hal paradox dalam keseharian kita, makanya pencopet/ penipu kebanyakan adalah orang yang berpenampilan baik, santun , rapi, wangi. Karena mereka sadar tentang pentingnya berfikir kontradiktif.

Bisa jadi untuk mengatasi masalah-masalah sehari-hari kita sebenarnya bukanlah hal yang terlalu sulit,  cukup berpikir secara paradox saja.

Hmm tapi sebentar, kalau begitu sebenarnya hidup saya bukan paradox, tapi lebih tepat “ plin plan” kayaknya. 
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature