Ada beberapa pertanyaan dalam hidup yang tidak ada jawabannya. Beberapa lagi memang tidak butuh jawaban.
Pertanyaan tentang jodoh, rezeki, maut. Kebanyakan tidak ada jawaban yang tepat sebelum benar-benar telah terjadi.
Seperti
pertanyaan tentang mengapa kita dicintai, mengapa si A selalu gagal,
mengapa dewi fortuna sepertinya suka sekali menguntit ke si B. Dan
Mengapa mengapa yang lain.
Terkadang jawabannya hanya
sesimple menjawab alasan kenapa terlambat masuk ke kantor. Kenapa
Jakarta semakin hari semakin menor. Kenapa pocong semakin lama semakin
tenar.. Kenapa Timnas ga pernah menang dan kenapa gaji kita ga
naik-naik.
Life happens
Dulu
saya punya kakak kelas di SMA yang super duper pinter. Kita semua
berpendapat dan hampir bisa memastikan bahwa jalan hidupnya akan
semulus pantat bayi. Dimulai dengan angka-angka di rapornya yang
selalu terancam angka sempura 10, bahkan untuk nilai Ebtanas. Kemudian
ia menjuarai olimpiade Sains, lengkaplah gambaran kesuksesan di peta
hidupnya.
Setelah lulus SMA , ia diterima di ITB jurusan
yang termasuk salah satu jurusan terfavorit, Teknik Informatika. Namun
ternyata di tengah jalan beliau DO. Dengan kapasitas otaknya yang
mendekati otak Habibie, kami hanya bisa menduga-duga apa penyebabnya.
Tidak
hanya beliau, mungkin bayak teman-teman kita dahulu di masa sekolah
yang mengalami hal yang serupa. Yang dulunya “seseorang banget” kini
bukan siapa-siapa. Sebaliknya yang dulu namanya saja kita tidak pernah
dengar sekarang sudah menjadi pembicara handal.
Tak salah kalau di acara reunian. sering terdengar kata-kata “ Gile ya, lu berubah banget sekarang”
Yah. It’s true, Life Happens
Pun
demikian, saat saya lulus SMA, saya begitu ingin melanjutkan kuliah di
kedokteran. Namun karena kondisi yang tidak memungkinkan, cita-cita
saya tersebut kandas di awal jalan. Ternyata keputusan untuk menulis
Teknik Kimia di formulir UMPTN adalah keputusan terbaik dalam hidup
saya. Karena disitulah saya bertemu dengan seorang sahabat yang
dikemudian hari merupakan orang yang dipercayakan Sang Kuasa untuk
menjembatani pertemuan saya dengan suami.
Sekali lagi Life happens.
Saat
ini saya sedang memikirkan begitu banyak peristiwa yang telah saya
lalui di umur yang hampir mendekati kepala tiga. Saya ingat saat
wawancara pekerjaan dulu, saya disuruh menceritakan tentang kegagalan
yang pernah saya alami.
Dengan percaya diri saya
menjawab, bahwa dalam hidup saya tidak pernah merasa gagal. Sesuatu
yang tidak tercapai sesuai keinginan, saya anggap sebagai sesuatu yang
memang harus terjadi dan merupakan hal yang terbaik untuk saya. Bagi
saya, seluruh jalan hidup yang saya lalui sudah sesuai dengan yang
direncanakan. Lulus di jurusan yang memang merupakan pilihan pertama .
menyelesaikan kuliah tepat waktu, hingga mendapat pekerjaan yang sesuai
dengan harapan saya. Saya merasa tidak ada yang dapat saya sebut
sebagai kegagalan. Bukankah kegagalan merupakan keberhasilan yang
tertunda. Tapi saya tidak mau mengutip kata-kata itu. Terdengar sangat
klise.
Tampaknya jawaban tersebut cukup ampuh meloloskan saya setidaknya di tiga wawancara akhir ( BRI 1,BRI 2 dan BRI 3 ).
Dan
sekarang, kembali saya bertanya-tanya, benarkah apa yang telah saya
jalani ini?. Keputusan-keputusan yang saya ambil. Ada saat-saat dimana
saya terlalu takut untuk mengambil suatu keputusan. Saya takut apa yang
saya putuskan bukanlah yang terbaik untuk hidup saya. Namun saya juga
berfikir, jangan-jangan kalau saya tidak mengambil keputusan apa-apa,
itu juga salah. Aaaagh siapa bilang pasrah itu gampang.
Beberapa
hari lalu saya sempat mengobrol di telepon dengan salah seorang sahabat
saya yang cantik. Kami bercerita panjang lebar mengenai
ketidakpuasan-ketidakpuasan yang kami rasakan. Mengenai tidak adilnya
hidup ini sampai rencana-rencana yang ingin kami lakukan. Di akhir
pembicaraan masing-masing dari kami sangat menginginkan berada dekat
dengan keluarga. Bagaimanapun caranya.
Siapa sangka, dua
hari kemudian sahabat saya tersebut menerima SK mutasi yang
memungkinkan ia untuk berkumpul bersama buah hatinya. Saya turut
bersyukur atas doanya yag begitu cepat diijabah Allah. Ah semua memang
sudah ada jalannya.
Melihat fenomena hampir 60 persen
pekerja di kantor saya sekarang adalah orang-orang yang hidup berjauhan
dengan keluarga, membawa saya pada satu kesimpulan jawaban. Suka tidak
suka, mau tidak mau itulah yang harus dijalani.
Barusan suami menelepon saya. Dari percakapan kami di telepon, He’s fine. I’m fine. So..
Terkadang
ada banyak pertanyaan yang kita tidak tahu jawabannya. Membuat kita
menggungat Tuhan, menggugat keadaan, merasa tidak puas dengan apa yang
diraih hari ini.
Padahal bisa jadi apa yang kita nikmati saat ini, merupakan mimpi orang lain sejak dulu.
Kita
tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Yang penting kita berusaha
berbuat yang terbaik untuk diri kita sendiri dan orang-orang di
sekitar. Sehingga apapun keadaanya, tetap ada sisi positif yang kita
syukuri.
Yang jelas sekarang jika ada yang bertanya pada
saya atau anda. Atau suatu saat jika kita bertemu dengan teman lama
yang di luar dugaan kita. Saat pertanyaan itu muncul.
What happened to you?
Jawab saja Life happens
so Inspiring me....
ReplyDeletepacoy 070981