Segores Rindu Untukmu

Friday, March 2, 2012



 Like A Fool

babocheoreom wae mollanneuji
babocheoreom wae geudaereul bonaen geonji
babocheoreom deodige uneun gaseume
ije ijeya arayo

nae sarangeun ojik geudae ppunin geol
nae nuni geudael chajado
gaseumi jakku joyeodo
sarangeun anira mideotjyo
geunyang jom oerowo gidaetda mideotjyo

( OST Personal Taste )

Translate:
Like an idiot, why didn't I know?
Like an idiot, why did I let you go?
Like an idiot, my heart cries slowly
I know now
My love is only you

Even if my eyes look for you
Even if my heart pressures me
I didn't believe that it was love
I believed that I was lonely and had to lean on you

Do you know, that you are my love?
Do you know, that you fill my heart?
Like an idiot, I've just found out now
You, I call you

Because without you, I cannot live on

Indie…..

Hari ini aku begitu merindukanmu. Tadi di kantor aku sedang berselancar di dunia maya sambil mendengarkan soundtrack Personal Taste, , film favoritmu. Tiba-tiba bayanganmu melintas di kepalaku. Aku sangat tergoda untuk mengetikkan namamu di tuts komputerku. Perlahan jariku mengeja satu demi satu huruf merangkai namamu.

Dadaku bergemuruh. Entah apa yang kuharapkan akan kutemukan. Aku pun tak tahu. Sedetik dua detik, google masih menelusuri namamu di databasenya. Yah namamu sangat unik. Dulu kau sering sewot kalau ada orang yang salah mengeja namamu. Adhytsi Indieka Wari.  Aku sering tertawa kalau kau mengeluh soal ketidakmampuan orang menuliskan namamu dengan benar.

Tak lama si mesin pencari menayangkan beberapa nama dan…tak satupun yang merujuk ke dirimu. Hatiku mencelos, terselip rasa kecewa yang tak mampu kusembunyikan. Getirnya terasa tajam. Heeeehhhh, aku tercenung. Dimanakah kamu bersembunyi?

****

Satu pagi tiga tahun yang lalu, dengan hati berbunga kubaca namamu di inbox hapeku. Senyumku merekah sempurna. Tak sabar kubuka sms darimu.

“ Bayu, bulan depan , Sabtu tanggal 12 luangkan waktumu seharian ya. Aku akan menikah. Doain semoga semua lancar . Awas kalau kamu ga datang.”

Gemetar aku membaca kata demi kata yang kau kirim. Hari yang kutakutkan itu akhirnya datang juga.

Dari dulu aku selalu membayangkan hari ini akan tiba. Hari dimana aku harus melepasmu dari hatiku. Hari dimana aku harus menerima bahwa kau hanya akan menghiasi mimpi-mimpiku, tanpa pernah berwujud nyata.

Sejak  itu hingga detik ini tak sekalipun aku menemuimu. Aku terlalu pengecut untuk melihatmu tersenyum disamping seseorang yang akan menjadi tempat bersandarmu. Dan kau pun seperti hilang di telan bumi.
Nomor teleponmu tidak aktif lagi. FB mu mati suri.

Indi…

Hari dimana aku pertama melihatmu, adalah hari yang akan kuingat selamanya. Detik itu aku percaya, cinta pertama itu benar adanya. Bukan sekedar kisah penghias dalam roman picisan para pujangga.

Aku berdiri tepat di samping kirimu. Kau sedang berbicara dengan seseorang, aku tak ingat siapa dia. Itu adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di SMA yang mempertemukanmu denganku. Setelah selesai berbicara dengan seseorang tersebut sambil tersenyum kamu berbalik dan mata kita bertemu.  Aku terbius. Sedetik kamu menatapku.

 “ Ehmmm, ruang Tata Usaha dimana ya ” tanyaku kikuk.

“ Ayo aku antar”

Tanpa menunggu jawabanku kamu segera berjalan mendahuluiku. 

Indi, saat itu aku yakin, kamu akan menjadi seseorang yang special di hatiku.

****

Dua tahun setelah itu, kata-kataku terbukti. Kamu memang benar-benar menjadi orang yang sangat special bagiku. Tapi aku…. Hmm aku tak tahu posisiku dihatimu.

Semakin hari aku semakin terjerumus di lubang yang aku gali sendiri. Aku mencintaimu di detik pertama kau sapa aku. Sudah ribuan detik kita habiskan bersama. Mendengarkan cerita-cerita dari bibir mungilmu, merupakan candu bagiku.
Hari itu dengan mata berbinar kau kisahkan tentang cinta pertamamu, Arga. Tentang puisi yang ia kirim untukmu, tentang lagu yang ia cipta untukmu.  Indi.. maukah kau mengintip sedikit saja isi hatiku.

Kau tertawa, aku tertawa.

Seperti pecundang aku menertawakan kebodohanku.

****



Malam itu, kukumpulkan semua keberanianku. Aku tidak bisa menahannya lagi.

“ Ada apa” tanyamu

Mungkin kamu bertanya-tanya melihat sikapku yang tidak biasa.

“ Ada yang ingin aku sampaikan” kataku gugup.

Betapa pun sudah tak terhitung waktu yang kuhabiskan denganmu. Namun aku belum juga terbiasa. Mencium aroma cologne bayi yang menguar setiap kau bergerak. Selalu debar di hati ini saling berlomba memperdengarkan detaknya yang terkeras .

“ Tunggu!!!! Katamu tiba-tiba

Aku terkejut, “ Apa?”

Kamu tersenyum-senyum lucu

“ Aku tahu apa yang mau kamu bilang”

“ Ehh…. Kamu tahu??” tanyaku deg deg an

“ Iya.. tentang Fia kan?, kamu tenang aja, Fia tuh udah kaya adikku sendiri, dan sepertinya dia juga suka sama kamu.” Sambil nyengir kamu merangkul bahuku.

Aku terkesiap. Bingung mau menjawab apa.

“ Fia itu baiiik banget anaknya, kalau kamu pacaran sama dia pasti seru banget”

Kamu terus berbicara tanpa mempedulikan raut wajahku.

“ Gimana??” tanyamu akhirnya

Ada sejuta kecewa menggantung di udara. Menciptakan ruang antara kau dan aku.

“ Iya , aku mau bilang itu, aku suka sama Fia, kamu ga keberatan kan kalau aku jadian sama dia?” tanyaku bodoh.
Duh, entah setan apa yang merasukiku sehingga mengucapkan kata-kata itu.

“ Bayu, kamu memang adikku yang paling baik” katamu sambil tertawa.

Adik….. jadi itulah posisiku dihatimu. Ada yang ngilu di dadaku. Seperti terhimpit batu. Ah bukan, lebih sakit dari itu.

Esok paginya, aku jadian dengan Fia, teman sekelasku yang juga adik kelas kesayanganmu.

Tak mengapa, asal selalu bisa menjadi orang terdekatmu, apapun tak ada yang berat bagiku. Ya, pacaran dengan Fia memberiku banyak alasan untuk selalu bersamamu. Curhat, itu yang selalu kulakukan.

Seperti pecundang aku berbagi kisah denganmu

****

Indi..
Tlah kuukir namamu di prasasti cintaku. Dan kukubur di ruang kosong hatiku.


Be First to Post Comment !
Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature