Perayaan kelahiran yang
dinisbatkan dengan penabalan nama.
Perayaan menjelang akhil baligh dalam seremoni sunatan
Kelulusan sarjana digelar dengan
wisuda
Dan master dari segala perayaan, adalah
perayaan cinta, bersatunya dua hati, dua keluarga, dua pribadi dan dua latar
belakang dalam sebuah akad yang ditutup dengan resepsi pernikahan.
Kemarin malam saya baru saja
menghadiri perhelatan akbar sebuah perayaan cinta. Saya sebut akbar karena yang
menikah adalah putri dari salah seorang direktur BUMN yang kebetulan teman kerja satu divisi dengan
saya.
Begitu memasuki ruangan, seorang
teman saya langsung nyeletuk dengan komentar gak pentingnya, “ Wah berapa ya
harga sewa gedung ini” ( plis deh , ngapain dipikirin ),. Serentak kami menjawab,
“Bukan urusan elo kale”.
Jangan ditanya bagaimana megahnya
pesta tersebut. Terus terang dengan tamu yang sangat berjubel dari segala
golongan yang tumpah ruah disana., saya tidak sempat memperhatikan dekorasi
gedung tersebut. Tapi yang pasti dari mulai pintu masuk, antrian tamu yang akan
memberi ucapan selamat kepada pengantin sudah mengular. Alih-alih memikirkan bagaimana menembus
antrian tersebut, saya dan teman-teman yang notabene adalah anak kos sejati langsung
kalap dengan makanan yang nangkring di setiap sudut ruangan.
Jangan bayangkan saya akan
mengitari seluruh stand makanan untuk memilih mana yang akan saya cicipi, tidak
sempat. Agar efisien kami langsung memulai dari yang terdekat. Dimsum, salad,
lasagna,spaghetti dan zuppa-zuppa menjadi menu pembuka kami ( menu pembuka???).
Konter makanan tradisional seperti gudeg, bakso, sate, nasi liwet langsung kami
coret dari to do list ( bisa beli sendiri). Dilanjutkan dengan nasi + lauk yang terdiri
dari daging asap, udang goreng tepung mayones plus sapi lada hitam ( keputusan
yang kemudian saya sesali karena setelah itu saya kekenyangan).
Itu masih sisi kanan ruangan.
Setelah meregangkan otot-otot perut, kami pun melanjutkan gerilya makanan ke
sisi kiri ruangan. Saya memutuskan memilih wafel dengan es krim dan saus coklat
kemudian dilanjutkan dengan kebab dan tekwan. Sampai disini saya dan
teman-teman memutuskan istirahat dulu. Kebetulan kami lihat antrian tamu yang
ingin memberi selamat sudah menipis. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan
segera menuju pelaminan, untuk mengucapkan selamat dan doa restu ke pasangan
raja dan ratu sehari tersebut, sekaligus menegaskan kehadiran kami atas
undangan mereka.
Eh di sepanjang jalan menuju
pelaminan ternyata masih banyak hidangan yang belum kami eksplore. Dari bebek
Hainan, rib steak, ikan salmon, sampai aneka kue dan buah yang tadi luput dari
perhatian. Oh my God, melihat semua itu
saya dan teman saling pandang-pandangan. Huwaaa kami kekenyangan dan udah ga
sanggup lagi mencerna semuanya. Itu adalah moment paling menyedihkan dalam
hidup anak kos. Dimana melihat makanan bergelimpangan tapi tak bisa lagi
menikmati dan sadar besok pagi tidak punya makanan apapun di kos, oh hidup
hidup.
Selesai dari acara, kami segera
pulang dan dilanda syndrome kekenyangan. Di dalam mobil yang hanya berisi empat orang tersebut,
selain syndrome kekenyangan ternyata kami pun dilanda syndrome galau. Tiga
diantara kami sudah menikah termasuk saya . Dan hanya satu orang teman saya
yang masih single, cewek.
Dan dimulailah pembicaraan galau
meracau.
“Aduh, pestanya mewah banget.
Gimana yah nanti kalau gw pesta, gw kan bukan anak pejabat mana bisa buat pesta
semewah itu “ ( Galau 1 )
“ Dan sampai sekarang gw belum
punya pasangan, kapan nikahnya nih” ( Galau 2)
“ Kenapa ya gw selalu ketemu
cowok-cowok yang gak pernah serius, apa gw sebegitu gak menariknya untuk
dijadikan calon istri “ ( Galau 3).
Hahaha, saya melongo, percaya
atau tidak , saya pun pernah mengalami hal tersebut beberapa tahun lalu. Dimana
setiap pulang kondangan saya langsung terkena penyakit bisu mendadak, rasa bahagia melihat teman menemukan separuh jiwanya yang
disertai perut
mules bercampur dengan rasa iri tiada tara.
“ Kok bisa ya, dia nikah dengan
pacar pertamanya, so sweet banget sih”
Atau ga
“ Duh, pasangan serasi banget
sih, yang satu anaknya siapa yang satu anaknya siapa, pasti mereka dulu lahir
di spring bed deh”
Atau begini
“ Ya ampun, si cowok kerja di
Freeport, yang cewek dokter, dunia sungguh tidak adil”
Dilanjutkan dengan
“Kapan giliran gue…. “ ( mewek)
Oke Lanjut.
Masih mengenai teman saya tadi.
Teman saya ini terkenal dengan sikapnya yang rame, apa ya kalo dalam bahasa
Indonesia, yah sedikit pecicilan gitu deh. Tapi dia tuh anaknya polos banget,
baik dan positive thinking. Pembicaraan pun berlanjut dengan pertanyaannya.
“ Apa gw harus berubah dulu jadi
lebih kalem gitu, biar cowok-cowok senang dan ga malu-maluin jadi calon
menantu?”
Can You Believe it ?
Ternyata di jaman serba modern
gini, dimana kesetaraan gender gaungnya udah sampe ke seantereo jagad raya
masih ada aja perempuan yang ngerasa harus menjadi seseorang yang diinginkan
orang lain untuk membuat dirinya berharga.
Saya langsung mengguncang
tubuhnya sambil teriak.
“Hello, hari gini, kalo kamu ga
ngerasa dirimu cukup berharga untuk dicintai, jangan harap orang lain
menghargaimu.”
Yah itulah realita, kita hidup di
jaman dan lingkungan dimana masih ada anggapan setinggi apapun karir seseorang,
entah itu laki atau perempuan, seberapa cantik atau tampannya dirimu, seberapa
terkenal dan pentingnya kamu, kalo belum ada kata-kata “ sah sah”, sepertinya belum dianggap sukses. Oh
what a life?
Maka tak heran banyak status
galau menghiasi timeline social media. Ujung-ujungnya perasaan desperado akan
melanda diri saat melihat gerakan umur yang semakin hari semakin beranjak
mendekati limit wajar suatu perhelatan. Ah miris.
Apakah itu karena jumlah wanita
lebih banyak dari pria, sehingga begitu sering kita melihat wanita single,
mapan, sukses yang masih sendiri di umur mendekati kepala tiga?
Tunggu dulu.
Tiga hari yang lalu saya
mengikuti polling di Yahoo di rubrik apa saya lupa, yang kaya Oh My God itulah.
Di polling tersebut dipaparkan begitu banyak perempuan single di kota Jakarta.
Pertanyaannya ,apakah pernikahan itu suatu keharusan??
Saya tidak ingin membahas soal
pertanyaan polling tersebut. Namun nyatanya di sekeliling saya sangat banyak
dijumpai pria-pria mapan di usia after tiga puluh yang juga single, dengan
jumlah sebanyak perempuan single yang mengaku susah mencari pasangan hidup saat
ini. Nah lho, berarti bukan masalah jumlah. Tapi ada yang lebih substansial
disitu.
Pertanyaan sebesar toge muncul,
kenapa mereka ga saling melihat dan saling menjajaki satu sama lain??
Di usia saya yang ke 24
tahun lima tahun yang lalu, saya sempat
mengalami kegamangan hidup luar biasa. Dimulai dengan kandasnya hubungan asmara
saya dengan seseorang yang merupakan kandidat terbesar calon suami. Beberapa
bulan lagi usia saya mendekati seperempat abad. Alarm biologis saya mulai
berbunyi, waspada. Saya pikir saat itu, saya ga akan bisa lagi menjalin
hubungan baru. Bagaimana tidak, saya tinggal di kota kecil, ditambah diri saya
yang tidak gaul sama sekali, rasanya sangat kecil kemungkinan saya akan bertemu
dengan orang baru yang berpotensi menjadi calon suami.
Sempat terlintas di benak saya
untuk melanjutkan kuliah S2. Bukan, bukan karena ingin mengupgrade pengetahuan
saya. Tapi lebih kepada keinginan untuk mencoba dunia baru. Siapa tahu dapat
kenalan disana. Bukankah dunia perkuliahan selalu memberi peluang untuk dunia
percintaan, hahahaha, stupid.
Syukurlah niat itu belum
terlaksana, saya sudah bertemu dengan seorang pria yang telah mematri namanya
di prasasti hatiku ( cieee).
Karena sudah pernah menjalaninya,
maka saya berani mengatakan ini.
Ladies, siapapun anda, jangan
pernah mau mengikuti parameter yang ditentukan orang lain untuk hidupmu.
Apalagi untuk urusan jodoh. Kalau kamu orang yang pendiam, tidak usah
memaksakan diri menjadi perempuan supel yang gampang ber haha hihi. Begitu pun
sebaliknya, ngapain kamu susah payah menahan diri untuk menjadi perempuan kalem
demi memuaskan penilaian orang lain.
Selera itu, seperti kata Albert
Einstein adalah hal yang relative. Biarkan tangan Nya yang mempertemukan dirimu
dengan jodoh yang bisa menerimamu dengan segala kekurangan dan kelebihan yang
kamu miliki.
Di suatu tempat entah dimana,
pasti ada seseorang yang menganggap dirimu indah dan patut untuk diperjuangkan.
Kalau kalian pernah menonton serial Friends, disitu ada adegan dimana Ross
mengatakan kepada Rachel. “ Rachel,
nantinya kamu akan bertemu seseorang yang saat bangun tidur dan melihatmu ada
disisinya, akan mengatakan “ Wow I’m with Rachel”. Itulah moment dimana kamu
tahu seseorang itu menganggap dirimu begitu berharga. Tentu saja dalam
konteks ini tidak perlu sampai tidur bareng ;).
Jadi kalau ada seorang pria yang
meminta untuk merubah kepribadianmu, apalagi yang harus dirubah bukan sesuatu
yang berhubungan dengan akhlakmu ( contohnya tadi sifat pendiam, rame, kocak) ,
trust
me he’s not the one.
Jangan habiskan energimu untuk mempertahankannya.
Akan ada saatnya, seseorang hadir
dengan seizin-Nya. Memberimu sejuta warna pelangi, dan saat ini kamu tahu
waktunya telah tiba. Pun kalau saat itu tidak datang juga. Yakinlah ada rencana
indah yang disiapkan Nya untuk dirimu.
Kata Dian Satro, “Karena kamu begitu berharga”
T_T wow kk wow.. kok ane jadi ngerasa ikutan galau jugakk hahahha
ReplyDeleteanyhow.. mana pesenan dokter muda nan mapan gw tante windiiii?? hahhahaha
:P
bentar mei, orderan lagi penuh.
ReplyDeleteLu kata gw biro jodoh apa. hahaha .
eh tapi asyik juga tuh buka biro jodoh, pasti seru. ngebayangin Ferre nya supernova, :D
wah ferre boleh juga wind. ato keenan.. that would be great! ;)
ReplyDelete