The Right Man in The Right Place and The Right Time

Tuesday, March 6, 2012
Orang pintar banyak cara, orang bodoh banyak alasan

Kata-kata itu terpampang besar-besar di atas spanduk ukuran jumbo menghiasi sudut-sudut strategis Kanca BRI Tebing Tinggi.

Sebagian dari diri kita memang selalu berupaya mencari dalih untuk apapun hal yang kita lakukan jika tidak sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya, terlambat datang ke kantor, maka otomatis otak kita tanpa sadar akan mencari, menelusuri file di dalam, merangkainya menjadi kalimat yang keluar dalam bentuk alasan. Karena ban motor kempes, bangun kesiangan, angkotnya mogok. Dan segala macam bentuk pembenaran lain.

Saat keragaan unit kerja tidak tercapai, kembali kita mencari-cari alasan. Persaingan bisnis, nasabah ditarik bank lain, sampai menyalahkan target yang terlalu tinggi.

Apakah itu salah ??. Menurut saya itu alamiah,natural. Adalah hal yang sangat manusiawi, kita akan melindungi diri kita dari perasaan tak berdaya, tak mampu dan berusaha memindahkan factor penyebab ke sesuatu di luar diri kita pribadi.

Namun kalau terlalu sering berdalih, maka benar apa yang dikatakan Dahlan Iskan, apa gunanya yang Maha Segalanya memberikan kita suatu alat tercanggih di dunia bernama “Otak”. Tentu agar kita bisa menemukan cara yang lebih baik untuk memperkecil terjadinya gap antara harapan dan kenyataan.

Dulu saat di kanca Tebing Tinggi, spanduk ukuran Jumbo itu seperti hakim tanpa wujud. Daripada terkena klausa kalimat kedua mending langsung angkat tangan menyerahkan diri, tidak perlu berdalih apalagi berbohong seperti yang terjadi di persidangan Nazaruddin vs Angelina Sondakh. Kalau salah, ya bilang salah, setelah itu jangan diulangi dan temukan cara agar tak terjadi kesalahan berulang. Titik.

Adalah seorang Pria kelahiran 26 Februari 1966 yang mempopulerkan kalimat diatas spanduk tersebut. Perawakannya sedang , berkumis tipis, dan berpenampilan selalu necis. Jika hari ini memakai celana coklat, maka, dasi berwarna senada ,demikian juga sabuk dan sepatu.

Walaupun asalnya dari Purwodadi, jangan bayangkan sosoknya seperti orang jawa kebanyakan, yang lemah lembut dengan suara halus. Suaranya tegas, to the point dalam menyampaikan arahan dan instruksi. Pandangan matanya, hmmm membuat para pekerja tertunduk dan tak berani menatap terlalu lama.

Ia datang di saat yang sangat tepat. Istilah The right man in the right place and the right time cocok sekali menggambarkan keadaan pada saat itu. Jajaran pekerja kanca BRI Tinggi, yang dari sononya adalah orang-orang pilihan dengan kualitas yang mumpuni di bidangnya, memang perlu seseorang yang mengerti benar bagaimana membuat nasi yang terlanjur menjadi bubur menjadi lebih nikmat dengan ditambah kerupuk, bawang goreng dan sambal.

Saat itu yang dibutuhkan kanca Tebing Tinggi bukan koki yang bisa mengolah segala macam bahan makanan menjadi masakan dengan cita rasa tinggi. Yang dibutuhkan adalah keahlian mengkombinasi masakan jadi yang telah ada sehingga menjadi lebih lezat dan menggungah selera. Bagaimanapun segarnya soto thamrin pasti tidak akan nikmat kalau dimakan bersama rawon . Demikian juga menyajikan pecel dan gado-gado bersamaan adalah hal yang mubazir.

Disinilah Kepiawaian pria lulusan jurusan perikanan Undip ini teruji. Awalnya mungkin karena lidah yang belum terbiasa, maka saat mencicipi masakan yang dihidangkan terasa asing. Ada yang berbeda. Beberapa langsung memuntahkannya, tanpa memberi kesempatan enzim-enzim di mulut bereaksi dan menstimulus lidah mengecap berbagai rasa . Ada juga yang menelan dengan setengah hati. Yang lain, mencoba menikmati sambil mendengarkan alunan musik ringan. Hmm lezat.

Yup. Tidak perlu menunggu lama, sampai menu-menu si koki andalan tercium aromanya ke tetangga sebelah, sampai ke istana induk.

The rising star yang dicapai para frontliner, mengantarkan pria ini ke pulau Dewata dan membawa pulang hadiah jutaan rupiah. Seperti oase di padang gurun setelah sekian lama kemarau prestasi tak menjambangi kantor yang berseberangan dengan bank pesaing tersebut. Tentu saja pencapaian itu bukan hasil kerja seorang diri. Tetapi merupakan sinergi dari seluruh pihak, baik pemimpin sebelumnya, pekerja sendiri, yang didukung penuh oleh motor penggerak yang sedang dikemudikan saat itu.

Man jadda wa jadda, siapa bersungguh-sungguh akan berhasil

Ibarat kecambah . saat yang satu memunculkan tunasnya, yang lain pun akan turut bermunculan. Begitulah, rasa-rasa yang hambar satu persatu mulai ditemukan resep pelengkapnya. Dari Lay out kantor yang semakin rapi, hingga angka NPL yang perlahan namun pasti mulai beringsut turun pun membuat semakin lega pernafasan.

Tampaknya, selain kerja keras, Dewi fortuna pun tak mau jauh-jauh dari sisinya. Entah mengapa setelah sekian kali undian untung beliung ada, baru saat itulah angin puting beliung Britama singgah dan mengeluarkan mobil Nissan Xtrail dari pusarannya di kanca Tebing Tinggi.

Saya tidak dapat menguraikan satu persatu , kesan-kesan yang saya rasakan selama kepemimpian beliau. Tapi yang pasti, bagi saya beliau adalah sosok pemimpin berkarakter, tahu apa yang harus dicapai dan mengerti bagaimana menuju kesana. Mungkin terkadang beliau agak keras kepada bawahan. Slogan di spanduk tersebut, merupakan tamparan keras bagi jiwa-jiwa rentan selama ini. Termasuk saya pribadi. Awalnya berfikir, tidak adakah kata yang lebih halus??. Namun sepertinya saya tahu jawabannya sekarang.

“ Walaupun nasi padang, dimana-mana tampilan restorannya sama, menunya sama, cara penyajiannya sama, namun ada sedikit yang membedakannya. Gulai yang dijual di Jawa lebih encer sedikit santannya dari yang di Sumatera. Demikian juga rendangnya, sedikit lebih pedas yang dijual di Sumatera dibanding yang di Jawa “


Oya, hampir lupa., The right man in the right place and the right time itu bernama Huru Priyono Ambarwito. Selamat Ulang Tahun pak. Semoga tambah disayang penghuni langit dan bumi.
Be First to Post Comment !
Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature