Katakanlah alam semesta ini
terbentuk oleh sebab akibat. Dan kita manusia dan segala isinya
terhubung secara tidak kasat mata oleh benang yang bernama takdir.
Sesuatu tidak akan terjadi kalau yang lain belum terjadi. Si A tidak
akan menjadi A kalau B belum menjadi B.
Jadi apa yang
dilakukan Jono akan berpengaruh terhadap Joni dimana bila Joni tidak
melakukan itu maka Juminten akan gagal melakukan yang lainnya sehingga
kalau Juminten gagal akibatnya Jumadi tidak akan berhasil melaksanakan
misinya, maka dunia akan kacau balau .
Ibarat
sebuah lukisan yang terbentuk dari campuran berbagai warna, dari
ratusan garis yang dihubungkan oleh beribu titik. Semua saling
terhubung menciptakan harmoni sehingga sim salabim jadilah lukisan
bunga matahari.
Sebenarnya saya mau ngomong apa sih??
Jadi
gini ceritanya, tadi siang saya lagi di toilet kantor. Disitu ada cewek
yang sebelahan sama divisi saya . Selama ini kalau ketemu di kamar
mandi, di mushola, di lift, saya dan dia tidak pernah saling sapa. Tapi
hari ini saya tergerak untuk menyapanya.
Adegan di Toilet
Sambil cuci tangan di wastafel, lirik-lirik ke kaca, sapa ngga ya, sapa ngga ya. Sapa ngga sapa ngga sapa. Oke .
Setelah basa-basi nanyain udah sholat belum, bicarain ac yang terlalu dingin, trus percakapan berlanjut.
Saya :“ Mba udah lama ya nikahnya?”
Si Mba : “ Iya, udah 6 bulan”
Oooo ( dalam hati, masih lamaan aku dong udah 4 tahun )
Si Mba : “ Udah punya baby mba ?”
Detik
itu saya langsung menyesal menyapa, tau gitu dari tadi diem aja,
daripada ditanyain pertanyaan itu lagi. Namun demi kesopanan saya pun
menjawab
Saya : “ Belum mba, hehehehe ( dalam hati meringis)
Si Mba ; “ Wah sama dong mba, saya juga belum ( pelukan berasa senasib)
Dan
seterusnya akhirnya saya dan dia malah mengobrol panjang lebar . Banyak
banget yang kami omongin yang menghantarkan kami ke satu kesimpulan.
Semua hal ada sebab akibatnya.
Setelah
keluar dari toilet saya jadi mikir. Hmm bener juga yah kata si mba tadi
bahwa semua itu udah ada yang ngatur, jadi ga perlu sedih kalo belum
dapet apa yang kita inginkan.
Nah disinilah saya mulai
berpikir tentang alam semesta seperti yang di paragraph pertama tadi.
Jadi saya mau menganalisa, bagaimana proses terlahirnya seseorang ke
dunia yang fana ini. Hasil analisa sementara saya begini.
Memiliki
anak itu, bukan hanya antara si suami dan istri. Bukan pula tentang
ayah, ibu, dan anak itu kelak. Tapi ada suatu system yag lebih besar
dari itu. Bahwa kehadiran seorang manusia di bumi ini ada pengaruhnya
dengan kehadiran orang lain.
Dalam kasus ini, saya mengambil contoh, saya dan suami yang terpaut usia sebanyak lima tahun.
Di
dalam AlQuran dikatakan, bahwa sejak seorang anak di dalam kandungan,
maka telah ditulis tentang rezeki, jodoh dan umur, dan jalan hidupnya.
Saat suami saya lahir, maka malaikat menulis di dalam kitab lauhul
mahfuz nya.
Nama : Teguh S
Rezeki : Bekerja di perusahaan X di sumatera utara
Jodoh : Windi Widiastuty, bertemu di usia 29 tahun.Beda usia 5 tahun
Umur : YYY, penyebab : ZZZ
Saat suami saya dilahirkan pada Juni tahun 1978. Pada bulan itu terjadi ledakan pertama wahana antariksa di GEO (Geostationary Earth Orbit)
.Yang mana saat itu Ayah dan ibu saya masih pacaran di Medan. Dua tahun
kemudian, saat suami saya baru selesai disapih ibunya, ayah dan ibu
saya memutuskan menikah.
Karena saya sudah ditakdirkan
untuk berjodoh dengan suami dimana saya dan suami tertulis terpaut 5
tahun, maka saya harus lahir di tahun 1983,makanya saya tidak bisa
menjadi anak pertama ibu saya. Ahirnya tahun 1981 setahun setelah
pernikahan mereka abang saya lahir.
Dimana saat abang
saya masih di dalam kandungan, ditulislah jalan hidupnua, ia akan
berjodoh dengan seorang wanita bernama Roslina yang terpaut umurnya
sebanyak 4 tahun, maka saat itu orang tua kakak ipar saya kelak pun
harus sabar menunggu mendapatkan bayi perempuannya demi kesesuaian
cerita tadi.
Nah di satu sisi, kelak saya akan
dikenalkan ke suami melalui salah seorang teman kuliah saya yang
nantinya adalah teman kerja suami. Nantinya di saat abang saya masuk
sekolah, saya merengek-rengek kepada ibu saya untuk ikut sekolah,
akhirnya saya kecepetan 1 tahun masuk SD. Sehingga usia saya dan teman
kuliah saya tadi harus berbeda 1 tahun, Dia harus lebih tua dari saya.
Maka harus diatur pula kapan tepatnya lahir teman saya tersebut. Karena
saya lahir tahun 1983, maka di tahun 1982 dia harus brojol, sebutlah
namanya Wati.
Sementara itu, pada tahun 1960, seorang
bayi laki-laki lahir, kita namakan di Albert. Jalan hidupnya tertulis
nantinya di umur 40 dia akan menjadi atasan saya di perusahaan Y. Nah
karena di jalan hidup saya, saya akan kerja di BRI pada usia 22 tahun.
Berarti usia kami akan terpaut sebanyak 18 tahun.
Maka saya harus lahir saat Mr Albert umur 18 tahun, dan suami saya umur 5 tahun dimana teman saya Wati harus berusia 1 tahun.
Terserah
mau percaya atau tidak, mau setuju atau tidak. Analisa saya tersebut,
akhirnya membawa kesadaran penuh kepada saya. Bahwa kelahiran seseorang
itu sangat banyak hal yang mempengaruhi. Bukan tingkat kesuburan suami
dan istri, bukan pula factor kuantitas bertemu. Tapi memang system yang
sudah diatur sampai rigit terkecil oleh yang Maha Kuasa.
Kun maka Kun. Ga pake tawar menawar.
Mau
ada gunung meletus, gempa bumi, tsunami kalau memang seorang bayi harus
lahir, ya lahir dengan selamat. Tidak peduli seberapa dahsyat bencana
yang ada.
Kemarin-kemarin saya sempat sediih banget, kalau ada yang nyinggung-nyinggung soal isi perut saya. Kejadian saat lebaran. Baru rumah pertama bertandang saya langsung diberondong dengan pertanyaan, " Udah isi Belum?, ditunda ya?, kapan lagi ?. Duuuh, kalau saja yang nanya itu tahu bagaimana perasaan saya. Tapi sekarang, saya ingin selalu berpositif thinking padaNya. Karena sudah begitu banyak doa-doa saya yang dijabahNya, kalau ada satu dua yang belum terkabul, hanya belum waktunya saja.
Teman-teman pasangan suami istri senasib, saya ingin mengatakan hal ini. Mungkin terlalu sering
kita mendengar orang berkata “ Sabar, semua ada waktunya”. Atau “ Coba berobat kesini, manjur lho”.
Terlalu sering pertanyaan-pertanyaan yang mengusik telinga kita. Bisa
jadi pertanyaan itu memang bentuk kepedulian, atau hanya ingin tahu
saja, atau apalah yang hanya si penanya yang tahu. Tapi pastinya
dibalik semua itu, memang ada suatu rahasia yang membuat kita harus
menunggu lebih lama dari orang lain.
Siapa tahu, calon
baby kita kelak harus lahir beberapa tahun setelah seorang pria soleh
dihadirkan dulu melalui rahim seorang wanita di suatu tempat yang
entah, jika bayi itu perempuan. Siapa tahu, nantinya ia akan menjadi
penemu bahan bakar yang terbuat dari debu pada tahun 2028 sehingga
lahirnya harus tepat hitung mundur saat ia berumur 25 tahun.
Atau
bisa jadi calon bayi kita harus menunggu untuk meramaikan hiruk pikuk
dunia ini, karena si pemilik alam rahim itu sendiri, Sang Rahim ( Maha
Pengasih) masih ingin mengajarinya banyak hal di sana
Anggap
saja, Yang Kuasa masih ingin mendengar doa di sujud-sujud panjang kita.
Mungkin pula, dia ingin menguatkan mahligai rumah tangga kita dengan
membuat kita selalu mendukung satu sama lain. Ia terlalu sayang kepada
kita sehingga ingin memberi suatu rasa nikmat dengan dosis tinggi yang
mungkin orang lain tidak rasakan pada saat kita menerima titipannya
kelak
Apapun itu, seperti yang sudah-sudah, sebagai
pemeran di panggung sandiwara ini kita harus mengikuti skenario yang
sudah di tulis Nya.
Mba wind...
ReplyDeleteSemoga cepat dikasih momongan...
Amin.....
Aamiin ben. Makasi doanya.:)
ReplyDeleteanalisanya keren sekali :')
ReplyDeletesaya belajar banyak dan semakin berlapang dada melalui analisa tsb :)