Salah
satu hal yang paling enggan dan sungkan untuk diungkapkan kepada pasangan
adalah masa lalu. Apalagi latar belakang pergaulan yang berbeda, pastinya
membuat berbahaya membicarakan tema sensitif ini. Banyak hal yang bisa kita pelajari
dari sebuah pernikahan, termasuk keterbukaan. Tapi, apa iya harus mengatakan
semuanya?
Ini adalah tahun-tahun awal pernikahanku. Aku ingin
berusaha membuatnya mengenalku apa adanya.Termasuk tentang masa lalu. Saat dia
bertanya tentang si A,si B kubiarkan ia tahu. Terus terang aku merasa begitu
malu dengan masa laluku yang diwarnai kejahiliyahan. Aku malu dengan karakterku
yang begitu terbuka, interaksi-interaksi masa laluku dengan teman-temanku yang
kebanyakan pria, yang dia katakan terlalu terbuka.
***
Apa kabar ndi… sekarang tinggal
dimana
Sebaris
SMS itu kuterima tadi sore. Melihat nama pengirimnya, seketika ada yang
berdebar di hati ini. Nama itu…. dulu pernah menghidupkan mimpi-mimpiku.
Menggoreskan warna warni di hatiku. Empat
bulan telah berlalu sejak kata” sah” diucapkan para saksi di pernikahanku. Ini
pertama kalinya ia berinteraksi kembali denganku. Sebersit senyum terbit di
bibirku. Ah, dia masih memikirkanku batinku.
Cepat
kutekan tombol delete di inboxku. Dia bukan siapa-siapaku lagi.
***
Mohon doanya, bulan depan aku akan
menikah,
Sebaris
SMS kukirim untuknya lima bulan yang lalu
“Yang bener ndi, dengan
siapa?,dimana kenalnya?,kapan? Kok cepat banget”
Bertubi-tubi
pertanyaan dilontarkannya. Saat itu aku tersenyum geli. Sudah setahun lebih
kami berpisah, belakangan hubungan aku dan dia sebatas teman saja. Seperti
istilah anak remaja, kami putus baik-baik, makanya tetap bisa berteman, karena
dulunya dia memang sahabat karibku.
“ Iya, dikenalin teman, insyaAllah
baik, mohon doanya saja” kujawab dengan singkat.
Itulah
terekhir kali kami melakukan komunikasi. Setelah hari itu, aku sibuk dengan
kehidupan baruku. Kuharap dia pun demikian.
***
Pagi-pagi
saat bangun, aku lihat suamiku sudah duduk di depan TV. Wajahnya muram. Kulihat
ia sedang mengenggam handphoneku.
“
Ada telepon dari siapa mas” tanyaku
Ia
diam saja. Matanya memandang tajam ke arahku.
Aku
tak mengerti, merasa tak ada yang salah.
“
Kenapa kamu masih berhubungan dengan mantan-mantanmu” tanya suamiku
Pelan,
namun mampu membuatku terkesiap. Kuingat-ingat lagi. Sepertinya sms terakhir
kemarin sudah kuhapus.
Aku
diam saja. Menunggu ia selesai bicara.
“
Nih tadi malam, dia sms kamu, ngasi tau film kesukaanmu lagi tayang di
televisi” dingin suaranya sambil menyerahkan HP ku.
Aku
tertunduk malu. Dalam hati ada amarah yang tak terbendung. Mengapa masih
mengirimiku sms-sms murahan seperti itu.
Kulihat
suamiku termenung. Matanya menatap kosong ke depan, Kudekati dirinya.
“
Mas, ade ga tau, kenapa dia sms ade, jangan marah ya”
Kulihat
air mukanya mulai berubah, sedikit tenang. Sambil menghela nafas, dia
menatapku.
Hari itu dia menjelaskan panjang lebar padaku bahwa masa
lalu memang tidak bisa diubah. Itu
adalah bagian dari hidupku. Namun ia tidak suka aku masih berhubungan dengan
teman-teman lelakiku dahulu, apalagi mantan pacarku. Hari itu aku merasakan sesuatu yang
membuatku begitu sesak. Antara rasa malu, marah,cemas, menyesal dan semua emosi
yang begitu warna warni. Kadang kebenaran itu begitu menyakitkan . Hari itu aku
mendengar kriktik pertama dari dia, tentang kesleboranku pergaulanku..
Kecairan interaksiku dengan lawan jenis, meski aku hanya
menggangap sebatas teman, membuatku tersadar bahwa suamiku seorang yang mulia,
terjaga.
Kusadari,
diriku yang dulunya suka berhaha hihi sama setiap orang
pastilah sangat berbeda dengan dirinya. Malah dia mengatakan aku terlalu berani
menatap lawan bicara, yang akan berpotensi menimbulkan salah paham. Kadang
dalam hati aku masih membela diri bahwa kalau ada yang GR bukan salah aku dong,
masa aku harus menjaga hati setiap orang.
Sungguh betapa aku diam-diam selalu mensyukuri
kehadirannya. Aku memang malu dengan masa laluku, tapi aku semakin ingin
menjadikan dia bangga di masa mendatang.
Hari itu, aku belajar bagaimana menghargai rasa cemburu
yang mungkin muncul dihati para suami. Caranya menegurku membuatku berjanji
untuk tidak lagi membuatnya tak berkenan.. Bukankah cinta melatih kepekaan
untuk menghargai perasaan ?
Suamiku sayang …. Maafkan aku.
***
Kubuka
tutup belakang hpku. Kulepas simcard yang ada. Dengan mantap kupatahkan menjadi
dua.
Selamat
tinggal masa lalu.
( Untuk suamiku tercinta… aku hanya ingin berproses menjadi seorang yang
berbeda di masa depan, bersamamu ! )
OMG.. so sweet banget sih, ampe di patahin gitu nomernya.. heuheuheu semoga langgeng ya wind :D
ReplyDeleteHahahaha, iya mei.so sweet bgt kan gw.
ReplyDeleteAmiin, semoga cepet nyusul mei. Lama tak basuo denganmu mei :)
Semoga langgeng wind..
ReplyDeleteSemoga cepat diberi momongan..
Amin...amin..amin
makasih benny.
ReplyDeleteamin amin semoga dikabulin.