( Pemenang Utama Lomba Blog Streetdirectory)
Karena
saya dan suami hanya tinggal berdua saja di rumah, maka kami merasa ( saya
tepatnya ), lebih bijaksana dan lebih hemat kalau selalu makan di luar. Apa
sebab?, karena bisa pilih menu sesuka hati mengingat selera suami dan saya
bagai bumi dan langit. Kalau direpresentasikan dalam sebuah lagu
“ Aku suka
singkong, kau suka keju”, gitu deh. Suami saya sukanya makanan yang
digoreng-goreng, ngga pedes, kalau sayur yang bening-bening. Kebalikannya,
saya suka yang berbumbu, bersantan, dan harus pedas. Kedua, karena lebih hemat
waktu, kapan mau makan, tinggal cabut, lha kalau masak kan bisa berjam-jam saya
di dapur belum belanjanya, belum nyuci piringnya, padahal waktu yang sangat
berharga itu bisa buat berduaan ( halah, alasan bilang aja ngga bisa masak). Setelah empat tahun wara- wiri ke berbagai
rumah makan, maka saya menetapkan beberapa criteria rumah makan yang pas dengan
selera kami berdua.
- Tidak boleh hanya memiliki satu
tema, jadi si rumah makan, kalau ibarat artis dia harus multitalented alias
punya berbagai macam menu demi mengakomodir selera kami.
- Harus ruangan terbuka, kecuali
letaknya di mall. Karena si suami tersayang, harus merokok selesai makan, dan
menurut saya, selama dia merokok ngga di dalam rumah it’s oke, saya ampuni (
istri kejam)
- Tidak membatasi sambal yang boleh
disantap, alias bebas mau minta sambal seberapa pun, lebih disukai yang
memiliki variasi sambal ( sambel merah, sambel ijo, sambel tomat
- Ngga pake lama dalam menyediakan
pesanan, karena saya dan suami selalu makan dalam keadaan lapar berat.
- Lebih disukai rumah makan yang
memiliki taman dan ada kolamnya ( ni mau makan atau mau tamasya sih ). Yah biar
seger aja, atau ada pohon-pohonan lah.
Dan
sejauh ini, ada beberapa rumah makan yang menjadi favorit kami. Rumah makan
yang paling sering kami kunjungi berdasarkan waktu makan. Catatan , semua
tempat adalah di Medan.
Sarapan
Warung Soto Pak Joko
Letaknya
di Ringroad, kalau dari arah Timur sebelah kanan, kalau dari barat sebelah kiri
( taruhan seratus persen kalau yang baca orang Medan kagak ada yang ngerti ).
Pokoknya, di sepanjang ringroad hanya ini satu-satunya warung soto yang buka
waktu pagi. Waktu saya tanya saya pegawainya, jam berapa mereka mulai jualan.
Si pegawai dengan enteng menjawab, “ Kami buka dari jam setengah lima bu,
persis kaya tahanan perang “, gubrak. Saya ngga tau maksudnya apa, sebel sama
bosnya atau mau nyampein ke saya bahwa mereka siap sedia sedari subuh, halah.
Malah tadi pagi suami bilang, selama Ramadhan mereka buka buat sahur. Tadi suami sahur disitu. Lah, lebih dari tahanan perang dong :)
Menu
yang disediakan hanya berkisar soto. Segala macam soto, dari soto ayam, soto
daging,soto paru, soto udang, soto rempela, soto babat. Ada juga pilihan tambahan
berupa lontong Medan dan bubur ayam. Tapi yang paling enak sih sotonya. Saya
yakin seratus persen bahwa yang punya pasti orang Jawa ( ya iyalah, namanya aja
udah JOKO ), soalnya walaupun sotonya pakai santan tapi santannya encer, jadi
ngga kayak soto Medan. Kalau di Jawa lebih mirip gule. Makanya saya dan suami
bisa cocok makan disini, karena dia perpaduan selera Medan dan Jawa, klop dah.
Tempatnya
enak, ngga sempit, banyak tumbuhan hijaunya, jadi sejuk . Biasanya paling ramai
kalau Sabtu Minggu, diisi sama orang-orang pulang olahraga sepedaan.
Harganya
juga ngga terlalu mahal, seporsinya Rp 10.000, udah ada perkedel kentangnya.
Camilannya ada tempe goreng, sate daging dan sate paru. Plus ada kerupuk. Bagi
pembaca yang dari Jawa, saya beritahukan di Medan, jarang sekali ada rumah
makan yang menyediakan kerupuk. Jadi sekali lagi saya yakin banget ini pasti
puyanya orang Jawa ( iya iya, percaya ).
Nih biar gampang lihat di
streetdirectory
Rumah
makan favorit kami untuk makan siang sebenarnya dikota lain juga ada, soalnya
cabangnya ada dimana-mana. Yup “ Bumbu Desa” terpilih menjadi tempat teratas
pilihan. Letaknya di jalan Gajahmada, pas di sebelah lampu merah. Menurut
saya, lokasinya sih kurang strategis, sebab tamu yang mau makan jadi susah
masuk, dengan satu pintu masuk yang letaknya persis sebelum lampu merah. Namun termaafkan
dengan parkir yang luas dan interior yang cozy. Di tengah-tengah restoran itu
ada kolam ikan yang lumayan besar dengan ikan-ikan yang berseliweran. Tempatnya
juga semi terbuka gitu, jadi ada udara keluar masuk lah.
Menunya,
ngga usah diragukan lagi , memang udah enak dari sononya. Disini berasa makan
di rumah, karena memang andalannya menu rumahan. Dari ayam, ikan, udang, bebek,
digoreng maupun dibakar. Trus ada tahu, tempe bacem. Sambal terong, sambal
udang, sambal cumi, sambel kerang, dan sambel-sambel lainnya. Sayurnya juga
banyak banget macemnya, tauco bunga pepaya, tumis jamur, gulai daun singkong ,
gulai pakis, kangkung tumis, sayur lodeh sampai sayur asem. Yang paling saya
suka, gulai pakis nya, yummy banget. Pakisnya lembut dan santannya mantap.
Oya, cara pesannya, kita langsung ke display makanannya. Tunjuk-tunjuk sendiri. Soalnya menu utamanya belum dimasak, jadi setelah kita pilih, misalnya mau ayam goreng, atau bebek atau ikan, baru ntar digoreng sama mereka. jadi so fresh.
Trus
kita bebas ngambil sambal sendiri. Disana ada meja tempat nyedian sambal dalam
mangkuk gede, beserta lalapannya, timun, kol, daun kemangi, salada. Sambalnya
juga ngga satu macam, ada sambal terasi, sambal merah, dan sambal ijo. Langsung
saya ngambil sepiring sendiri.
Kalau
kita minumnya mau teh tawar, gratis tinggal ambil aja, disedian segentong gedee
banget, ada keran untuk ngeluarin teh di dalamnya.
Mengenai
harganya, hmmm agak sedikit mahal sih. Perkedel jagungnya aja satu biji 4000
perak. Saya dan suami biasa makan berdua, kira-kira kena 120 ribuan lah, tapi ya
karena selera kami beda. Mungkin kalau seleranya samaan bisa lebih hemat. Tapi
worthed lah sama rasanya, enak dan sesuai sama namanya, berasa alami gitu dah
makanannya.
Kelebihannya,
tempatnya luas banget, jadi jangan khawatir ngga kebagian tempat. Kalau untuk
buka puasa seperti sekarang ini pas banget. Karena mereka juga nyediain mushola.
Kalau bawa anak kecil, disedian kursi khusus balita, jadi ngga takut anaknya
jatuh kemana-mana.
Sebenarnya
ada lagi satu tempat makan yang suasananya enaak banget di Medan. Namanya
restoran Ndesa Deso, di jalan setiabudi. Kalau dari arah Tasbih, 50 m dari
lampu merah pertigaan USU yang menuju ke arah Gatot Subroto. Letaknya ngga di pinggir jalan,
agak masuk kira-kira 100 meteran. Konsep restonya adalah alam Bali.
Pertama
kali kesitu, saya malah ngga percaya masih ada di tengah kota suasana persis
kayak di tengah hutan, rindaaang banget dan sangat romantis, persis berasa lagi
bulan madu di Bali deh. Gitu masuk, kita ngelewati jembatan kecil buatan yang
dibawahnya ada sungai kecil. Trus di tengah-tengah ada pohon bamboo gedeee
banget. Tampaknya saat land clearing sengaja ngga ditebang. Di sisi kanan kiri,
isinya pohon-pohon dan tumbuhan hijau. Sejuuuk banget. Suasananya benar-benar replika
Bali, pelayannya pake pakaian Bali, lagu yang diputar juga gamelan Bali. Trus
untuk menambah kesan alami, ada suara-suara burung berkicau. Walaupun siang
hari, karena tertutup rindangnya pohon, maka suasana disitu agak temaram,
sehingga ada lampu-lampu warna chrom gitu di setiap sudutnya. Kamar mandinya
cantik banget. Kursinya juga cantik, dengan tirai-tirai putih yang menambah
suasana honeymoon.
Tapiiiii,
harganya mahal gilak. Saya makan berdua, menunya cuma sup kepiting jagung,
bebek goreng, dan jus, kena 280 ribu. Kalau untuk ngerayain sesuatu bersama
pasangan bolehlah. Tapi kalau sering-sering tidak baik untuk kesehatan kantong.
Makan
Sore
Misop Kampung
Terkadang,
kalau lagi sore-sore sering juga pengen ngunyah sesuatu. Lihat ke dapur yang
ada cuma mi instant. Buka kulkas yang nongol Cuma minuman, langsung lah
menyeret suami keluar.
Tempat
yang menurut saya enak buat makan ringan sore hari adalah warung “ Misop
Kampung”. Lagi-lagi di ringroad. Ya saya rasa ringroadnya Medan, bisa disebut
sebagai tempat wisata kuliner, karena mau makan apa aja ada disana, dari yang
ecek-ecek kaya restoran fast food sampe
yang seriusan.
Misop
kampong ini ngga ada waktu sepinya. Perasaan rame terus. Parkirnya penuh terus.
Soalnya memang misopnya enak. Berasa makan misop di kampung-kampung. Menunya
sih ngga Cuma misop, ada bakso, ayam penyet, nasi goreng, macem-macem. Tapi
yang rekomended sih misopnya. Ada banyak pilihan, ada misop ayam, misop daging,
misop bakso, misop iga.
Harganya
juga murah. Semangkok misop kampungnya cuma 7000 perak. Buat camilan, oke deh.
Oya,
yang ngga tau apa itu misop. Misop itu mirip bakso cuma baksonya diganti sama ayam suir. Kalau di jawa mungkin lebih
mirip soto bening, soalnya dia pakai mie putih. Kalau yang suka mi kuning juga
bisa, atau malah dicampur mi putih dan kuning.
Makan
Malam
Nah
ini dia juaranya. Tempat makan malam favorit saya. Kalau malam kan pengennya
makan yang enak tapi ngga kenyang-kenyang banget.
Kalau
jalan-jalan ke Medan, biasanya dibilang, jangan lupa makan durian di Ucok
Durian, atau makan mie Aceh di Titi Bobrok. Nah ada satu lagi yang ngga boleh
ketinggalan. Makan di Nelayan.
Di
Medan, ada beberapa cabang Restoran Nelayan, di tiap mall pasti ada. Tapi yang
paling asik sih yang di Merdeka Walk. Karena letaknya di udara terbuka. Terus
dikelilingi oleh tempat-tempat makan yang lain. Merdeka Walk itu suatu kawasan
makan yang terletak di tepi lapangan merdeka. Persis di depan bangunan-bangunan
tua bersejarah, kayak gedung Lonsum, gedung BI dan kantor pos yang sudah
berusia ratusan tahun. Di pinggirannya terdapat pohon-pohon gede dengan
diameter kambium yang super lebar. Di batang-batangnya digantungin lampu-lampu
cantik yang menambah semarak kawasan Merdeka Walk. Kalau di Bandung, mirip
Ciwalk lah.
Nelayan,
atau bisa juga Jala-Jala, adalah restoran dengan masakan cina. Menu andalannya aneka
dimsum, dimsum goreng maupun dimsum steam. Mungkin dikota-kota lain juga ada
dimsum, tapi yang membedakan adalah saus sambalnya. Hmmm, maknyuss banget.
Pedes banget, bikin lidah melintir. Saya beberapa kali makan dimsum di Jakarta,
tapi ngga ada yang bisa nyamain saus sambelnya Nelayan. Enaaak banget, bikin kita mendesis-desis. Suami saya ngga pernah nyentuh ni sambel.
Dari
semua dimsum yang ada. Wajib banget dicoba adalah Leng Hong Kien, dimsum goreng
campuran udang dan kepiting, dengan mayones yang lembuut dan rasanya pas
sekali. Satu porsi ngga akan cukup. Kalau dimsum steamnya harus coba siomay
nelayan atau kadang disebut siomay tiga rasa. Terbuat dari campuran, udang,
kepiting dan ayam. Mantaaaap. Dicocolin saus yang pedes itu, top markotop.
|
Leng Hong Kien |
Siomay
rumput laut nya juga oke punya, dan pangsit gorengnya sayang untuk dilewatkan.
Setelah puas menyantap dimsum. Jangan pernah pulang sebelum mencoba aneka
dessertnya. Ada aneka pudding dan pancake. Very Recommended pancake durian. Pancake
dengan isi durian utuh, yang enaaaak banget. Kalau makan durian kan bisa saja
ketemu yang ngga enak. Kalau pancake udah dijamin pasti enak. Makannya, berasa
mati masuk surga, mati lagi, masuk surga lagi sankingkan enaknya ( ini kata Raditya
Dika ).
Selain
aneka dimsum, ada juga makanan yang beratnya. Kayak aneka mie, nasi goreng,
bebek peking, sup kepiting, sapi lada hitam, kerang , wah banyak deh. Tapi
kalau yang kayak gitu kan biasa di restoran lain juga ada, makanya yang saya
rekomendasikan dimsumnya deh.
Bagi
orang Jakarta, ngga perlu jauh-jauh ke Medan, di mall Taman Anggrek lantai GF
juga ada kok.
Masalah
harga, sekitar 16 ribu sampai 18 ribu seporsi dimsum yang terdiri dari 3 atau
empat potong dengan ukuran sedang. Yang paling mahal pancake duriannya, seporsi
2 potong seharga 26 ribu ( belum termasuk pajak). Tapi dibanding rasanya dan
pelayanannya ngga mahal deh.
Oya
saya belum cerita, pelayanannya tuh ngga biasa. Jadi si pelayan akan
mondar-mandir membawa satu nampan besar berisi aneka dimsum, dessert, pudding dan
mendatangi tiap meja. Kita tinggal tunjuk-tunjuk saja. Seperti display
berjalan, jadi ngga sekedar lihat di halaman menu. Kalau kita ngga tau apa
isinya, tinggal tanya aja sama pelayannya, mereka akan memberitahu apa aja
komposisi dimsum tersebut. Dan biasanya mereka akan merekomendasikan yang
paling sering dipesan tamu, gitu. Jadi kalau baru pertama kali, jangan
khawatir, ngga akan kecele.
Setiap
pulang ke Medan, saya pasti ngga pernah absen kesini. Sekalian menikmati kota
Medan di Merdeka Walk. Kalau malam minggu bisa buka sampai tengah malam, jadi
pas juga buat yang insomnia trus kelaperan. Untuk temen nonton bola juga oke.
Nah
itulah beberapa tempat makan rekomended versi saya. Tapi sebenarnya kalau di
Medan sih, semua tempat makan hanya ada dua rasa, enak dan enaak banget. Jadi kemanapun
anda makan, selama masih di kota Medan, tetap juara lah. Mau makan Padang?. Rumah
makan ACC sip banget. Atau mau makan makanan Mandailing, rumah makan sidempuan
pilihannya. Selain yang khas-khas gitu, semuanya ngga ada yang ngga enak.
Ayo
ke Medan, dan manjakan lidahmu di kotanya si Feri AFI dan Rini Idol ini ( salah
focus ).
Biar ngga kesasar, lihat petanya dulu di http://www.streetdirectory.co.id. Tuh di titik yang biru itu tempatnya. Kalau masih kesasar kebangetan mah ente.
Eh dari tadi pasti ada yang nanya, dapet darimana tuh peta-peta keren gitu. Sekarang kamu, kalau mau kemana-mana ngga usah khawatir kesasar atau kehilangan arah. Langsung cari aja alamat yang kamu tuju di
streetdirectory.
Streertdirectory itu adalah situs peta Indonesia-peta jalan & satelit. Caranya gampang banget. kamu tinggal buka http://www.streetdirectory.co.id, trus ketik aja alamat yang mau kamu cari. Contohnya , mau cari alamat Restoran Nelayan tuh, ketik : jalan Balai kota, Medan. Ntar langsung muncul petanya. Bahkan kamu bisa cari jalan tercepat atau jalan terpendek menuju kesitu dari titik dimana kamu berada. Keren yah. Dengan begitu, jadi lebih hemat waktu kalau mau jalan-jalan.
Udah ah, kebanyakan ngomong saya. Langsung datengi ya tempat-tempat makan favorit saya di atas. Kalau anda puas, sampaikan sama teman, kalau tidak puas, bilang sama yang punya restoran yah, jangan sama saya ( kabuuur ) :))