Sejak kecil hidup berpindah-pindah membuat saya butuh definisi yang tepat untuk sebuah kata "rumah".
Dulu saya pikir, rumah adalah tempat dimana kita paling banyak menghabiskan waktu.
Tapi nyatanya, saat SMA, hanya satu minggu dalam empat bulan saya bisa merasakan tidur di rumah orangtua saya, selebihnya saya habiskan waktu di sebuah asrama nun jauh di tepian kota Sibolga.
Dulu saya pikir, rumah adalah tempat tinggal yang pertama kita miliki dan beli dengan uang sendiri.
Namun saat akhirnya saya punya rumah sendiri, saya bahkan malas untuk menginap disana karena saat itu tak ada suami yang menemani saya.
Saya bahkan sempat berfikir bahwa rumah adalah sebuah istana kecil. Dimana ada seorang raja dan ratu beserta para putri dan pangeran di dalamnya.
Karena takdir Allah, selama bertahun-tahun istana kecil kami hanya dihuni leh raja dan ratu tanpa putri dan pangeran, maka sepertinya istilah rumahku istanaku pun belum pas bagi saya.
Setelah saya pikir-pikir, ternyata arti rumah jauh lebih luas dari apa yang saya tahu.
Apa yang saya harapkan dari sebuah rumah?
Rumah adalah...
Tempat berlindung
Tempat melepas lelah
Tempat bersenda gurau
Tempat menjadi diri sendiri
dan rumah adalah Tempat Kembali.
Alangkah bahagianya jika memiliki rumah seperti itu. Tentu cita- cita bahagia di rumah akan menjadi nyata.
Hingga akhirnya kami dikarunia seorang putri kecil setelah penantian bertahun-tahun, saya semakin bertekad untuk menciptakan rumah yang sebenarnya rumah bagi keluarga kecil saya.
Rumah bersih ,terawat, nyaman, tidak bau merupakan sebuah standar minimal bagi saya. Hingga saat suami meletakan handuk sehabis mandi dengan sembarangan, saya akan marah.
Karena saya ingin rumah menjadi tempat istirahat yang nyaman, ternasuk nyaman di mata.
Saat anak saya menyerakkan mainanannya di lantai, saya akan buru- buru membereskannya, karena saya takut nanti dia terinjak lego.
Karena rumah harus menjadi tempat paling aman untuk buah hati saya.
Tak heran, saat pulang dari kantor, melihat rumah berantakan, anak ngga mau makan, suami asik dengan gadgetnya, saya langsung emosi jiwa.
Serentetan omelan pun akan keluar dari mulut saya. Yang berujung suami kesal dengan saya, anak menangis, dan ART di rumah merasa bersalah karena dianggap kurang becus bekerja.
Kalau sudah demikian, maka tagline home sweet home pun ambyar.
Malu sama tagline.
Akhirnya saya merenung dan berfikir kembali, bagaimana bisa menciptakan bahagia di rumah saya ini.
Ternyata ada satu hal yang saya lupakan.
Bahwa rumah yang sesungguhnya adalah diri saya sendiri.
Saya adalah rumah bagi keluarga saya.
Yup, bagi seorang anak, ibu adalah tempat ia mengadu, bercerita tanpa takut dihakimi. Baginya, ibu adalah orang yang akan selalu menerima dia apa adanya.
Bagi seorang suami, sang istri adalah sebaik-baik tempat melepas lelah, orang yang paling bisa diajaknya bercerita dan berbagi.
Di pelukan saya terdapat kehangatan dan kelembutan sejati untuk anak tercinta. Di tangan saya adalah tempat paling aman suami mempercayakan pengasuhan anaknya dan penjagaan harta dan kehormatannya.
Di senyuman sayalah, suami mendapat ketenangan dan penghiburan dari penatnya berlelah-lelah sepanjang hari.
Ternyata, saya adalah rumah itu sendiri. Kebahagiaan di rumah tergantung bagaimana saya menghidupkan nyala cinta setiap harinya.
Kebahagiaan di rumah tergantung bagaimana saya menjaga kesehatan diri pribadi dan diri mereka dengan menyiapkan makanan bergizi.
#BahagiadiRumah adalah saat Saya bisa bahagia menjadi diri saya sehingga bisa memberi kebahagiaan untuk keluarga saya.
Karena rumah adalah Tempat Kembali.
Dan bagi seorang anak, tempat kembalinya adalah ibunya.
Dan bagi seorang suami, tempat berlabuhnya adalah istrinya.
Sayalah rumah itu. Rumah yang memberi kenyamanan,keceriaan, perlindungan, dan kasih sayang untuk semua orang yang saya cintai.
Sama seperti Nova yang di #Novaversary nya ini selalu berperan sebagai rumah bagi pembacanya. Tempat berbagi dan memberi.
Happy anniversary Nova.
Kalau kamu, #Bahagiadirumah versimu yang seperti apa?
Dulu saya pikir, rumah adalah tempat dimana kita paling banyak menghabiskan waktu.
Tapi nyatanya, saat SMA, hanya satu minggu dalam empat bulan saya bisa merasakan tidur di rumah orangtua saya, selebihnya saya habiskan waktu di sebuah asrama nun jauh di tepian kota Sibolga.
Dulu saya pikir, rumah adalah tempat tinggal yang pertama kita miliki dan beli dengan uang sendiri.
Namun saat akhirnya saya punya rumah sendiri, saya bahkan malas untuk menginap disana karena saat itu tak ada suami yang menemani saya.
Saya bahkan sempat berfikir bahwa rumah adalah sebuah istana kecil. Dimana ada seorang raja dan ratu beserta para putri dan pangeran di dalamnya.
Karena takdir Allah, selama bertahun-tahun istana kecil kami hanya dihuni leh raja dan ratu tanpa putri dan pangeran, maka sepertinya istilah rumahku istanaku pun belum pas bagi saya.
Setelah saya pikir-pikir, ternyata arti rumah jauh lebih luas dari apa yang saya tahu.
Apa yang saya harapkan dari sebuah rumah?
Rumah adalah...
Tempat berlindung
Tempat melepas lelah
Tempat bersenda gurau
Tempat menjadi diri sendiri
dan rumah adalah Tempat Kembali.
Alangkah bahagianya jika memiliki rumah seperti itu. Tentu cita- cita bahagia di rumah akan menjadi nyata.
Hingga akhirnya kami dikarunia seorang putri kecil setelah penantian bertahun-tahun, saya semakin bertekad untuk menciptakan rumah yang sebenarnya rumah bagi keluarga kecil saya.
Rumah bersih ,terawat, nyaman, tidak bau merupakan sebuah standar minimal bagi saya. Hingga saat suami meletakan handuk sehabis mandi dengan sembarangan, saya akan marah.
Karena saya ingin rumah menjadi tempat istirahat yang nyaman, ternasuk nyaman di mata.
Saat anak saya menyerakkan mainanannya di lantai, saya akan buru- buru membereskannya, karena saya takut nanti dia terinjak lego.
Karena rumah harus menjadi tempat paling aman untuk buah hati saya.
Tak heran, saat pulang dari kantor, melihat rumah berantakan, anak ngga mau makan, suami asik dengan gadgetnya, saya langsung emosi jiwa.
Serentetan omelan pun akan keluar dari mulut saya. Yang berujung suami kesal dengan saya, anak menangis, dan ART di rumah merasa bersalah karena dianggap kurang becus bekerja.
Kalau sudah demikian, maka tagline home sweet home pun ambyar.
Malu sama tagline.
Akhirnya saya merenung dan berfikir kembali, bagaimana bisa menciptakan bahagia di rumah saya ini.
Ternyata ada satu hal yang saya lupakan.
Bahwa rumah yang sesungguhnya adalah diri saya sendiri.
Saya adalah rumah bagi keluarga saya.
Yup, bagi seorang anak, ibu adalah tempat ia mengadu, bercerita tanpa takut dihakimi. Baginya, ibu adalah orang yang akan selalu menerima dia apa adanya.
Bagi seorang suami, sang istri adalah sebaik-baik tempat melepas lelah, orang yang paling bisa diajaknya bercerita dan berbagi.
Di pelukan saya terdapat kehangatan dan kelembutan sejati untuk anak tercinta. Di tangan saya adalah tempat paling aman suami mempercayakan pengasuhan anaknya dan penjagaan harta dan kehormatannya.
Di senyuman sayalah, suami mendapat ketenangan dan penghiburan dari penatnya berlelah-lelah sepanjang hari.
Ternyata, saya adalah rumah itu sendiri. Kebahagiaan di rumah tergantung bagaimana saya menghidupkan nyala cinta setiap harinya.
Kebahagiaan di rumah tergantung bagaimana saya menjaga kesehatan diri pribadi dan diri mereka dengan menyiapkan makanan bergizi.
#BahagiadiRumah adalah saat Saya bisa bahagia menjadi diri saya sehingga bisa memberi kebahagiaan untuk keluarga saya.
Karena rumah adalah Tempat Kembali.
Dan bagi seorang anak, tempat kembalinya adalah ibunya.
Dan bagi seorang suami, tempat berlabuhnya adalah istrinya.
Sayalah rumah itu. Rumah yang memberi kenyamanan,keceriaan, perlindungan, dan kasih sayang untuk semua orang yang saya cintai.
Sayalah Rumah Mereka |
Sama seperti Nova yang di #Novaversary nya ini selalu berperan sebagai rumah bagi pembacanya. Tempat berbagi dan memberi.
Happy anniversary Nova.
Kalau kamu, #Bahagiadirumah versimu yang seperti apa?
#BahagiadiRumah versi saya, banyak2 bersyukur aja :) salam kenal mbak windi, mampir juga di blog saya :)
ReplyDeleteiya mba bersyukur membuat kita bahagia
DeleteSeorang isteri dan ibu, bener mbak merupakan rumah bagi suami dan anak anaknya...
ReplyDeleteiyaaa, kita adalah rumah itu sendiri
Deleterumah, tempat dimana kita merasa aman tanpa mengkhawatirkan apapun
ReplyDeletesetujuuuuuu
Deletemanteb mbk win, bahagia di rumah adalah saya, sbg istri, ibu,
ReplyDeletetnpa kita trasa hampa hahaha
iyaaa, rumah gimanapun bagusnya, nyamannya, kalau ga ada ibu, kok rasanya beda yah. ya kaaaan
DeleteSetuju mbak, ibu adalah tempat kita mengadu segala hal. goodluck ya mbak
ReplyDeleteSalam buat Tara dan dedeknya
iya mba , ibu itu tempat kembali deh. disampein salamnya ntar yaaa
DeleteWindiii semoga sukses selalu yaaaaa ^^
ReplyDeleteKarena bahagianya seorang Ibu akan menjadi kebahagiaan bagi anggota keluarga lainnya..
ReplyDeleteyes, bahagia di rumah adalah kita. Hidup emaaaak-emaak
Yes, Emak merupakan rumah untuk pulang... Sukses, Mba Win. Lama kenal mba Windi di fb, baru inget belum follow blog-nya, haha...
ReplyDeleteKarena setiap orang punya makna #bahagiadirumah yang berbeda-beda.
ReplyDeleteMari saling menginspirasi
Bisa berkumpul bersama keluaga dalam keadaan sehat, itu sudah kebahagian bagi saya,,
ReplyDelete