Junko Furuta, seorang siswi SMA di Jepang bertahun silam telah disiksa selama 44 hari hingga meregang nyawa.
44 hari yang lebih mengerikan dari neraka. Ia disiksa dengan teramat sadis. Diperkosa lebih dari 400 kali, dijatuhi barbel di perutnya, jari tangannya dihantam dengan benda keras sampai gepeng. Tak cukup sampai disitu, kemaluannya dijadikan asbak rokok, dimasuki segala benda dari yang kecil sampai batangan besi. Anusnya dimasukkan petasan dan disulut. Hingga akhirnya ia dibakar, dimutilasi, dimasukkan ke dalam drum, disemen dan dibuang begitu saja di Tokyo.
Bertahun silam saya menonton film berjudul Concerte itu.
Bukan.... cerita di atas bukan fiktif tapi kisah nyata yang terjadi di akhir tahun 1988 sampai awal tahun 1989.
Saat menontonnya saya sampai muntah-muntah dan bergidik ngeri. Di salah satu adegannya bahkan ia memohon -mohon kepada para penyiksanya untuk membunuhnya saja.
Di akhir cerita dikisahkan bahwa akhirnya para pelaku dijatuhi hukuman hanya 8 tahun.
Alasannya, karena pelaku masih di bawah umur.
Alasannya, karena pelaku masih di bawah umur.
Ribuan kilo dari Tokyo, puluhan tahun setelah Junko mati bagai binatang, Yuyun gadis kecil berusia 13 tahun di Bengkulu mengalami nasib yang tak jauh beda.
Sepulang sekolah, ia diperkosa 14 orang laki-laki, ia dipukuli, diikat tangan dan kakinya, dihinakan kehormatannya lalu dibuang begitu saja ke dalam jurang.
Ke 14 pelaku hanya diganjar 10 tahun penjara.
Alasannya karena pelaku masih di bawah umur.
Alasannya karena pelaku masih di bawah umur.
Saya pikir dua peristiwa tersebut sudah merupakan kejadian luar biasa di dunia ini. Ada manusia berhati iblis yang menghirup udara yang sama dengan kita.
Ada manusia durjana yang tidak memiliki setitik rasa kasihan terhadap korban yang sudah tak berdaya, yang memohon kematian di tangan kotornya.
Tapi ternyata saya salah.
Sebuah cangkul tertancap di kehormatan seorang Eno, gadis 19 tahun yang mungkin tak pernah punya mimpi namanya akan menjadi headline portal berita negeri ini.
Tak beda dengan Junko Furuta, ia pun memohon agar dihabisi saja nyawanya karena sakit yang tak terperi.
Jeri.... jeri saya membaca beritanya.
Saya pikir kekejaman setara setan itu hanya terjadi di negara nuuuun jauh di sana. Hanya dilakukan di negara yang memang tidak mengenal Tuhan. Hanya terjadi berpuluh tahun silam.
Bukan di sini. Di negeri yang katanya ramah ini. Yang berkeTuhanan Yang Maha Esa.
Bukan di masa ini.
Ya Allah, saya tidak bisa tidur.
Jam sudah merangkak ke angka 3 dini hari. Dan saya seperti mendengar teriakan Eno. Jeritan kesakitannya.
Sungguh saya ketakutan setengah mati.
Bahkan saya takut untuk menuliskan apa yang saya takutkan.
Akal saya belum bisa menerima bahwa ada manusia sedemikian kejinya.
Dan ia, si laknatullah itu usianya masih 15 tahun. Usia yang seharusnya sibuk berkutat dengan rumitnya matematika bukan sibuk menjadi algojo berhati batu.
Masih bisakah kita memgkategorikan mereka di bawah umur lagi?
Masih bisakah kita memgkategorikan mereka di bawah umur lagi?
Dalam hening malam, saya pandangi wajah dua anak perempuan saya.
Ya Allah dunia seperti apa yang akan ditempati anak saya kelak.
Seraya berusaha menenangkan degup jantung, saya merapal doa lamat-lamat. Semoga nasib si pembunuh Eno tidak seperti pembunuh Furuta dan Yuyun.
Furuta, Yuyun dan Eno hanya butiran debu diantara ribuan kasus kekerasan seksual pada wanita. Hukuman rajam sampai mati pun tak pantas bagi para durjana itu.
Bukan hanya untuk memberi efek jera bagi pelaku tetapi juga memberi keadilan kepada keluarga korban. Agar tidak ada lagi Furuta, Yuyun atau Eno lain.
Sungguh kami sangat takut akan keselamatan anak-anak kami, bahkan diri Kami sendiri jika kejahatan mengerikan seperti ini tidak mendapat hukuman seberat-beratnya.
Membentengi anak perempuan dengan keahlian bela diri sepertinya menjadi harga mati. Membekalinya untuk menjaga diri tak bisa ditawar lagi.
Hanya doa mohon perlindunganNya , sebaik- baik tempat kami berharap.
Hanya doa mohon perlindunganNya , sebaik- baik tempat kami berharap.
Namun tolonglah, para orangtua yang memiliki anak laki-laki. Bantu kami menjaga putri-putri tercinta kami dengan menanamkan sebanyak mungkin bekal agama ke putra kalian, ke putra-putra kita.
Karena sebengis-bengisnya manusia, sepanjang ia takut akan Tuhannya tidak mungkin ia akan berani menjadi Izroil bagi nyawa yang bukan miliknya.
Tanda tangani Petisi ini kalau kamu tidak mau nasib Eno seperti Furuta dan Yuyun.
https://www.change.org/p/presiden-republik-indonesis-hukum-rajam-pemerkosa-dan-pembunuh-enoTanda tangani Petisi ini kalau kamu tidak mau nasib Eno seperti Furuta dan Yuyun.
Ngeri banget ya. Anak perempuan juga harus dibekali pesan agar berhati2, jangan pulang sendiri lewat tempat sepi, jangan membawa masuk lelaki ke dalam kamar kalau belum menikah, jangan mudah percaya dg orang asing, sering berdoa agar selalu diberi perlindungan, jangan pulang larut malam. Itu yg dulu diwanti-wanti orangtuaku.Dan sebagai ortu harus terus mendoakan keselamatan anak2nya.
ReplyDeleteiya mba. tindakan preventif kayaknya saat ini perlu bgt diingatkan berulangkali. sebelum ada hukuman yg tegas kita ga bs berharap org lain yg menjaga keselamatan kita dan keluarga.
Deleteya Allah ngeri kali mba. sedih kali aku
Aduh aku berkaca2... jahat emang jahat
ReplyDeletejahaa banget
DeleteSemoga Allah selalu melindungi kita dan orang-orang yang kita sayangi, aamiin ya Rabb
ReplyDeleteaamiin ya Allah
DeleteMerinding bacanya. Dunia sudah gila banget
ReplyDeleteiya windah kaya ga punya nurani
Deleteaduuh Mba Windi, nggak sanggup saya membacanya, air mataku tumpah membaca perlakuan keji ini :'( :'(
ReplyDeletesama maaaak aku marah dan geram sekali. sampe nangis2 pas nuliss ini
DeleteMembaca Dan men yaks ikan berita INI biking ngilu mbak, kok ada manusia sejahst ITU...
ReplyDeleteiya mba. apa ya yg ada dipikirannya kok bs sejahat itu
DeleteKuwi bocah2 do mangan opo tho kok iso sadis men :( so sad
ReplyDeleteiya. apa ga ada . takutnya pas berbuat itu
DeleteAduuh...aku bacanya merinding, ngilu, ngeri sampe geram. rasanya pengen semua pelaku kejahatan seksual di rajam sampe mati...
ReplyDeleteiya pantasya dirajam sampe mayi baru setimpal
DeleteKemarin saking ga teganya, saya ga berani baca beritanya mbak... :(
ReplyDeletememang tega banget mba . pelakunya
Deletesetelah baca beritanya, saya menangis sendiri dan refleks bergidik mbak. Innalillahi, kok ya ada orang-orang setega itu... (peluk anak2) dunia macam apa yang sedang kita tinggali ini ya mak? *cry*
ReplyDeleteaku sampe ga bisa tidur mbaaa terbayang bayang
DeleteAku juga nulis topik ini mba win. Nggak tahan rasanya memikirkan apa yang dilakukan orang2 tak berhati nurani itu. Sementara baru hukuman kebiri saja sudah banyak yg berkoar2 soal hak asasi manusia. Apa pelaku bukan hanya melanggar hak asasi korban, bahkan mencabik2. Hukuman mati rasanya paling pas untuk orang2 jahanam seperti mereka.
ReplyDeleteiya yg kayak gitu kok dibela ya mba
DeleteKarena berkeTuhanan Yang Maha Esa itu memang cuma katanya saja. Katanya.Toh, hukumannya tidak berlandaskan Tuhan, yg harusnya hukuman mati. Di bawah umur patokannya berapa? 17? Kalau sudah baligh? Cewek aja 12 th udah baligh.
ReplyDeleteSemoga anak2 kita terlindungi dari dunia setan semacam ini
iya. udah baligh harusya dah bisa dianggap dewasa kah. lha udah sekejam itu kok
DeleteSama mbak,aku juga ngeri, ngilu baca berita seperti ini. Cry. Saling menjaga, dan semoga kita semua dihindarkan dari hal-hal sepeti ini :(
ReplyDeleteaamiin. iya mba semoga anak2 dan keluarga kita terlindung dari kejahatan seperti ini
DeleteSewaktu kasus Yuyun, saya sampai bilang, kenapa pelakunya ngga dipotong saja anunya..
ReplyDeleteBegitu ada kasus Eno lagi..duhh..nyeri. Nyeri banget. Rasanya ngga puas jika mereka langsung dihukum mati. Disiksa dulu lah, ditampilkan di tv secara live. Biar semua laki-laki mikir kalau mau berbuat seperti itu pada wanita.
iya kalau cuma mati belum setimpal. maunya mrmang disiksa dulu biar tau dia gmn rasaya si korban waktu disiksanya
DeleteAstagfirullahaladzim..sadis yaa orang-orang ini, merinding bacanya..bertambah miris dengan hukuman ringan yang jauh dari rasa keadilan, saya juga punya anak perempuan, juga punya anak laki, kekhawatirannya sama juga. semoga semua kita selalu di jauhkan dan di lindungi dari hal semacam ini.
ReplyDeleteapalagi punya anak laki dan perempuan ya mba. dobel peernya
DeleteNgeri bgt mak.tega banget cowok2 itu
ReplyDeleteiya mak. sedih kali baca beritanya
DeleteSaya juga begidik ngeri membayangkannya mbak, sedih, marah, geram kok ada manusia sekeji itu. Jadi terbayang juga masa2 nanti pas anak2 dewasa dunia ini sudah seperti apa.
ReplyDeleteiya mba. sebagai orangtua pengen kekep anakku di rumah aja jadinya
Deleteiya mba. sebagai orangtua pengen kekep anakku di rumah aja jadinya
DeleteNgeri banget ini, mba Win :(( Ga kebayang jadi junko dan eno yang sampe kena mutilasi plus disemen pulak. Huhu. jadi paranoid sama orang jadinya ya. *peluk adek2*
ReplyDeleteaku punya anak laki2 n perempuan, pengen tak taruh di pondok pesantren aja biar lebih banyak ilmu agama. Masyallah.. itu gambar cangkul sampai di paru2?
ReplyDeletengeri banget ya, nasibnya tragis sekali, harus meninggal di tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab, cara mereka pun sangat sadis sekali, disiksa hingga para korban memohon tapi tetap saja tidak berhenti, pada akhirnya para korban itu pun meninggal dengan sangat tragis, astagfirullah..
ReplyDeleteKlo org gk punya otak seperti itu sudah tidak bisa di kategorikan ke dalam hak asasi manusia lagi, dan apanya yg masih di bawah umur? Klo dibawah umur mah main nya mobil2an ato maen ama teman, bukan main siksa ato maen bunuh, yg berbuat seperti itu bukan manusia namanya, dan tidak pantas di dlam kategori hak asasi manusia, yg berbuat seperti itu harus di telanjangin dan pake mobil diseret keliling jalan raya sampe mati, biar bisa jadi pelajaran agar yg laen tidak berbuat demikian. Emosi saya liat yg berbuat kyak gt, yg kyak gt lbh bgs dpt hukum dari masyarakat dari pada dpt hukum dr polisi ato hakim.
ReplyDeletetulisan dalam postingan ini benar-benar menunjukan keresahan dalam perspektif seorang warga--yang bisa saja menjadi calon korban. naudzubillahimindzalik. semoga kita semua dijauhi oleh orang-orang keji seperti itu.
ReplyDeletehanya 1 yang buat saya kecewa dengan postingan ini; yakni foto sang korban.
meski banyak di portal berita online yang "lupa" menyensor wajah korban, tolong jangan membantu "mengedarkan" wajah korban.
JIKA saya adalah keluarga korban, dan melihat postingan ini, saya pasti akan marah dan sama sekali tidak terima--meski mungkin tidak ada niat untuk menghina, mengolok atau bagaimanapun.
Lagipula, ada UU IT yang mengatur mengenai peredaran foto.