Apalagi yang dicari?
Pertanyaan itu menari-nari di otakku. Mengisi ruang-ruang kosong disana seperti hantu di tengah malam. Saat memutuskan pergi hanya ada satu kata yang melintas di kepalaku, " Kesempatan tidak datang dua kali" dan " Rezeki tidak boleh ditolak". Dengan mengesampingkan semua omongan orang, aku hanya fokus pada satu suara, suamiku.
Kuserahkan segala keputusan padanya.
" Pergilah, kita tidak akan tahu apa yang terjadi kalau belum menjalaninya, kalau mas larang ade saat ini, suatu saat mungkin ade akan menyesalinya"
Dan begitulah aku pergi dengan banjir airmata. Bolak -balik boarding room ke luar ke tempat ia melepasku. Satu roll tisu habis dalam sekejap. Keputusan telah dibuat, tak boleh mundur lagi.
Sehari berlalu, air mataku masih menetes. Seminggu berlalu, setiap ditelepon pasti berurai air mata. Sebulan waktu yang kubutuhkan untuk konsentrasi ke masa depan. Setahun berlalu, Jakarta-Medan ternyata hanya seperti jarak sepenggal galah. Tidak ada jarak yang jauh, yang ada hanya jarak yang mahal.
Tak terhitung lembaran boarding pass menyesaki dompet mungilku.
Menyesal?
Pengalaman berharga tidak untuk disesali.
Dua tahun berlalu, dan aku semakin mensyukuri langkah-langkah yang membawaku ke segala tempat yang kusinggahi.
Apa lagi yang dicari?
Sayangnya , aku tak mencari apa-apa. Namun aku mendapat begitu banyak hal yang sama sekali tak terpikirkan akan kutemui. Perjalanan mempertemukanku ke pencarian yang tak tersebut.
Life is adventure.
Menyesal?
Pengalaman berharga tidak untuk disesali.
Dua tahun berlalu, dan aku semakin mensyukuri langkah-langkah yang membawaku ke segala tempat yang kusinggahi.
Apa lagi yang dicari?
Sayangnya , aku tak mencari apa-apa. Namun aku mendapat begitu banyak hal yang sama sekali tak terpikirkan akan kutemui. Perjalanan mempertemukanku ke pencarian yang tak tersebut.
Life is adventure.
mbak windi, aku punya blog sekarang hehe... :D
ReplyDeletewah senangnya.... sowan dulu ah ke blognya si green :D
Delete