Suatu
pagi Di Benhil
Di satu sisi kota, diantara rumah-rumah yang berdiri di atas
sepetak tanah dengan harga melangit yang tak terjangkau akal. Bahkan oleh otak
seorang bankir yang kerjanya menghitung angka-angka trilyunan rupiah setiap
saat. Memantau pergerakan rupiah dari menit ke menit, menganalisa belasan digit
yang entah siapa yang bisa menjamin bahwa angka tersebut real nyata adanya atau
hanya merupakan pergerakan rekening tak berwujud yang bahkan tidak bisa diraba
dengan indera.
Lihatlah kawan, orang-orang yang lalu lalang. Lihat ke
kananmu atau ke kirimu.
Tidak bisa, aku terlalu sibuk dengan musik yang menyumbat
telingaku. Hanya dengan itu aku bisa menikmati pagi yang entah mengapa tak
pernah ingkar janji.
Lihat lagi ke kanan dan ke kirimu
Langkah-langkah kaki yang berburu waktu. Kaki yang bahkan
tak menginjak bumi, melayang diatas sebuah hak yang lebih tinggi dari
kewajiban.
Wajah-wajah senada,bosan dijejali rasa yang sama.
Ini
bukan tentang uang
Bukan
tentang pergerakan saham
Bukan
pula tentang harga
Bukan
tentang ……
Ini
tentang rasa. Tentang syukur yang sering terlupa. Mungkin ini penyebab pintu
tertutup
Karena
kita terlalu sibuk
Sekali
lagi ini bukan tentang uang.
Ini
tentang mimpi yang belum berwujud
Bukan
mimpi kita
Sering
kita tidak sadar kalau apa yang kita dapat hari ini adalah mimpi orang lain
sejak dulu.
Saat
sekolah ingin segera kuliah. Di kampus ingin segera bekerja. Setelah bekerja
ingin usaha. Saat Usaha ingin pensiun.
Mungkin
kitalah penyebab semua pintu tertutup
Atas
syukur yang tak pernah terucap
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)