This Is it, Master Chef Wanna Be

Sunday, October 14, 2012

Benar juga kata orang, kalau apa yang kita baca, kita tonton itu bisa mempengaruhi diri kita. Ya itu, gara-gara nonton Master chef tiap weekend, jadi ngimpi pengen bisa masak yang yummy-yummy kayak mereka. 

Dulunya saya pikir saya bisa masak. Ngga jago tapi bisa. Makanya minggu lalu waktu pulang ke rumah , dengan semangat membara pagi-pagi buta minta dianter suami belanja. Jiaah gaya banget saya. dan anehnya suami mau tuh, dengan senang hati ia mengantar saya ke tukang sayur. Beli bayam, beli seledri, kepiting, udang ,tahu, cabe merah,cabe ijo, cabe rawit, bawang dan antek-anteknya.


Niatnya pengen buat sup kepiting, karena kata adik saya, sup itu masakan paling gampang sedunia, tinggal dicemplungin bahan-bahannya. Saya pun sudah berpesan sama suami, ntar kita ngga usah makan di luar, saya bakal masak enak, hihihih.

Setelah tidur-tiduran dulu, kira-kira jam sepuluhan barulah saya mulai berkutat di dapur. Rebus kepitingnya, trus cemplungin semua bahan sop, bawang merah dan bawang putih dikeprek, masukin seledri, masukin tomat, masukin daun bawang. Hmm melihat penampakannya kayaknya lumayan lah. Sambil  nunggu si kepiting mateng, saya pun menggoreng udang pake tepung bumbu, kalau ini sih keciiiil, tinggal plung. Trus goreng tahu. Nah disini saya bingung, goreng tahu itu bumbunya apa yah. karena di dapur saya ngga ada apa-apa, ya sudah saya rendem pakai garam aja. langsung sreng sreng. Dari harumnya kelihatannya juga enak. Terakhir rebus bayam. Kenapa udah ada sup, masih ngerebus bayam ?. Buat jaga-jaga siapa tahu supnya ngga enak, hahahaha.

Nah setelah semua jadi, dengan bangganya saya upload ke BB dan pamer sama suami. 


Tibalah saatnya makan. Setelah semua ada di piring, satu suapan, hueeek ngga enak banget. Supnya asin doang, ngga berasa sup. hadeeh apa gerangan yang salah ya.  Tahu gorengnya juga anyep nyep. Yang bisa dimakan cuma udang goreng sama rebus bayamnya ( tuh kan bener keputusan saya ).

Segera saya telepon kakak ipar saya, nanya apa yang salah dengan sup saya. 

K :" Udah dimasukin bawang putih?" 
S :" Udah"
K :" Merica? "
S :" Ngga"
K :" Jahe?"
S :" Ngga"
K : " Wassalam "

Hmm, hmmm, gimana mau dimasukin, lah semua itu ngga ada di dapur saya. 

Nggak lama suami nelfon, " Ade, mas mau pulang nih, udah selesai masakannya kan ?"
" Mas makan di luar aja sana, udah habis ade makan semua " xixixi, malu saya.

Duuuh, need a help nih, dimana yah di Medan yang ada kursus memasak, ternyata pengetahuan memasak saya nol besar. Bedain mana merica mana ketumbar aja masih sering salah.



Cerita Ngga Penting

Thursday, October 11, 2012
Ternyata saya mengalami juga yang namanya writer's block. Aaah. ngga enak banget rasanya. mau nulis tapi ngga tau mau nulis apa. Buntu tu tu, otak kosong melompong. Bisa jadi karena kecapekan , mungkin. Kayaknya emang butuh cuti buat mengistirahatkan pikiran. Akhirnya saya langsung ajukan surat permohonan cuti ke atasan. Satu hari doang, Jumat, sekalian pulang . 

Hari Kamis sore udah siap-siap beresin kerjaan. Kebetulan si bos lagi keluar kantor, yess, pikir saya, bisa naik kereta yang jam 5 nih. Tepat setengah lima saya beres-beres meja. Matikan komputer, ngerapiin berkas-berkas. Ready to Go. 

Ealah, tiba-tiba si bos muncul di tangga, tuk tuk tuk. " Windi, ke ruangan saya sebentar", perintahnya. Saya ngelirik jam, duh bakalan lama nih.Ngobrol ini itu, nanyain kerjaan, jarum jam pun bergeser sedikt demi sedikit. Saya mulai gelisah, aduuh ketinggalan kereta dah nih gw. Trus tiba-tiba si bos minta saya merevisi Exsum debitur yang udah saya kerjakan. " Win, ini diperbaiki dikit yah, diganti kata-katanya jadi ini ... itu..., lima menit jadi ya". 

Wew, secepat kilat saya keluar ruangan, nyalain komputer yang udah terlanjur shut down. Revisi bentar, langsug print, bawa ke ruangannya lagi.Pyuuuh, pas lima menit ngerjainnya. 

Setelah ok, tanpa menunggu saya segera ngibrit ke luar kantor. Naik becak , bilang sama si abang becak, " cepetan baaang, cepetan. Udah buru-buru gitu. begitu saya menginjakkan kaki di stasiun si kereta pun bergerak. Meninggalkan saya yang hanya bisa menatapnya sambil ngelus perut, eh dada . Sebenarnya kalau boleh langsung lompat ke kereta sih bisa, tapi dilarang sama petugasnya, hadeeh.

Apa boleh buat, hangus deh tiket saya, terpaksa beli lagi. Si abang tukang tiket, senyum-senyum aja melihat saya misuh-misuh.

Ketinggalan kereta itu ternyata lebih sakit dari sakit gigi, suerr, apalagi di Rantau Prapat, dimana jadwal keretanya terbatas banget. Harus nunggu 6 jam ke depan baru ada kereta lagi. Huhuhu, gagal deh mau malam sabtuan sama suami. 

Itu ceritaku, cerita ngga penting banget. tapi penting ngga penting, dipenting-pentingin, biar ada isinya nih blog ;)).

Kado Untuk Pasutri

Monday, October 8, 2012

Alhamdulillahi rabbil alamin....


Yey, akhirnya terbit juga nih buku. Dari lomba nulis antologi beberapa bulan yang lalu. Tulisanku ada disini nih friend. Xixixi, sebenarnya malu juga mau posting. Secara antologi mulu, belum ada nelurin satu karya solo sebiji pun. Tapi ah gpp lah ya. Semua butuh proses kan. Bahkan Thomas Alfa Edison pun harus mencoba beribu-ribu eksperimen baru bisa menciptakan bohlam. bahkan Dewi Lestari pun nulis sejak jaman sekolahan baru bisa nerbitin buku solo nya. bahkan.... bahkan.... Ah pokoke walaupun tulisanku baru secuil ada di buku ini, yang penting udah berkarya, dudududu. 

Penasaran nih buku tentang apa?. 


Yah seperti judulnya, nih buku mengisahkan suka-duka dalam pernikahan. Macem-macem deh kisahnya. Mungkin ada kisahmu juga disini.  Okelah, ga perlu berpanjang lebar. Baca keterangan di bawah ini yah ;)))



Telah terbit buku ASK-1, yang akhirnya kami beri judul "Kado untuk Pasutri". Buku dapat dibeli di toko-toko buku seluruh Indonesia pada pertengahan bulan Oktober. 

Berikut deskripsi buku tersebut:

Judul: Kado untuk Pasutri
Penulis: Norma Juliandi, dkk
Editor: Norma Juliandi dan Berry Juliandi
Desain Sampul: Leo Sastra Candra Winata
Penerbit: Pena Nusantara
ISBN: 978-602-18878-0-6
Cetakan: pertama
Jumlah Halaman: x + 240 halaman 
Harga: Rp. 40.000 (Indonesia), 600 yen (Jepang).
Harga kontributor: Diskon 40%
Harga Reseller: Diskon 40% (minimal pembelian 20 eksemplar buku). 

Sinopsis:
"The success of marriage comes not in finding the 'right' person, but in the ability of both partners to adjust to the real person they ineveitably realize they married" (John Fischer).

Mengisahkan 46 kisah nyata inspiratif tentang suka dan duka dalam pernikahan, buku ini sangat cocok dibaca oleh pasangan suami-istri, calon pengantin, ataupun pasangan yang telah berpisah. 

Kisah-kisah dengan problematika umum dalam rumah tangga yang diangkat, sangat mewakili isi hati para pasutri di masyarakat. Tangis, tawa, haru, dan semangat mewarnai kisah-kisah perjuangan cinta mereka. 

Dengan menggunakan gaya bahasa yang sangat sederhana, mudah dipahami, dan mengalir apa adanya, buku ini dapat dibaca di saat santai ataupun di sela-sela kesibukan. Dengan desain buku yang sangat unik menyerupai kado, buku ini juga sangat cocok digunakan sebagai kado pernikahan ataupun kado untuk pasangan Anda.

Komentar Pembaca:
"Manis asamnya pernikahan dapat ditemukan dalam buku ini. Kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dikisahkannya. Kisah-kisah yang diungkapkannya mampu menjadi motivator bagi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik dalam keluarga."

Riris Istighfari (Dosen Fakultas Farmasi - UGM dan ibu dari seorang putra).

Selain pembelian melalui toko-toko
buku, buku juga dapat dipesan melalui sms, email, website, atau melalui para kontributor.

1. Pemesanan melalui telepon.
Mengirimkan sms dengan menyebutkan judul buku, jumlah buku dan alamat kirim secara lengkap ke nomor berikut:
Norma Juliandi: 08040169369 (Softbank, Japan)
Deri Alhudri: 0815 36219777 atau 0857 70199060 (Indonesia)

2. Pemesanan melalui email.
Mengirimkan email ke pena.nusantara@yahoo.com, yaitu dengan menyebutkan judul buku, jumlah buku, dan alamat kirim secara lengkap. Subjek email "PESAN BUKU KADO UNTUK PASUTRI"

4. Pemesanan melalui website www.penanusantara.com

3. Memesan melalui para kontributor

Semoga bukunya dapat bermanfaat, menginspirasi, dan menghibur untuk para pembacanya.

Happy reading... :)


Tentang Kredit di Bank

Saturday, September 15, 2012
kredit di bank


Bagaimana cara mendapatkan kredit di bank

“ Win, aku punya rumah, lokasinya strategis, besar lagi, bisa ga aku agunkan di bank dan dapet kredit?’

Seorang teman menghubungi saya seminggu yang lalu. Bukan pertama kalinya saya mendapat telepon bernada serupa dan menanyakan hal yang sama. Mulai dari teman, sodara, teman suami, teman adek, temen ortu, pokoknya siapa saja yang tahu saya kerja di bank.

Siapa Yang Teroris, Siapa Yang Dituduh ???



Baru baca berita tentang tuduhan MetroTV terhadap Rohis, sebagai tempat rekrutmen dan kaderisasi teroris. Ya ampuun, aya-aya wae. Yakin seratus persen yang nurunin berita itu pasti dulunya ngga pernah ikut Rohis di sekolahan dan salah mengartikan kata Teroris. Gara-gara berita itu, saya lihat status temen di FB, ortunya langsung nelfon dan ngingetin dia untuk ga terlalu aktif di Rohis, malah kalau bisa ngga usah ikutan Rohis.

Bukannya bermaksud mau ikut-ikutan heboh mengomentari, hanya saja heran kok sekarang gampang banget ya ngeluarin tuduhan terhadap semua kegiatan yang berbau keagamaan terhadap kegiatan teror. Orang pakai cadar dibilang teroris, jenggotan teroris, celana ngatung dituduh teroris. Lah yang beneran teroris malah asik melenggang kesana kemari dan dianggap orang suci.

Sebagai seorang mantan Rohis jaman sekolahan dan jaman kuliahan dulu saya sangat geli membaca berita tersebut. Setahu saya sih dulu saya ikut Rohis dengan kerelaan, ga pake dipaksa-paksa. Trus kegiatan ROhis tuh malah bagus banget untuk remaja, apalagi jaman sekarang. Kalau saya sebagai orangtua , mungkin nantinya saya malah lebih tenang kalau anak saya aktif di Rohis. Ngga ada tuh kegiatan Rohis yang mendatangkan mudharat. Di Musholla kita baca Qur'an, membahas isi Al Qur'an, ikut bantu mentoring keagamaan adik kelas, yang semuanya itu isinya mengajak kebaikan, mendekatkan diri ke agama yang malahan belum tentu bisa diajarkan orangtua di rumah. Dan semua kegiatan itu tidak menganggu kegiatan belajar mengajar sama sekali. Wong dilakukan di jam istirahat atau kalau kuliah di sela-sela pergantian jam kuliah. 

Setiap minggu dulu saya dan temen-temen Rohis dikasih tugas buat menghapal ayat-ayat pendek, ntar minggu depan kita setor tuh hapalan. Makin lama ayat yang dihapal makin panjang, lama-lama kalau emang anaknya punya daya ingat yang kuat bisa hapal Al-Qur;an deh. Ada juga kajian rutin mingguan, yang materinya ngga berat-berat amat, seperti menyemangati kita-kita yang kuliah dengan biaya pas-pasan. Ajakan menghormati orangtua, kewajiban menuntut ilmu. Pokoknya, bagus lah buat remaja yang terkadang suka kebablasan kalau ngga ada yang ngingetin.

Trus ya kalau ada temen yang kesusahan, misalnya ngga bisa bayar uang kuliah, ntar dari pihak Rohis kita bakal urunan buat bantu temen tersebut, kalau belum cukup kita ajak juga temen-temen di luar Rohis ikut nyumbang. Malah ngajarin ukhuwah yang erat.  

Saya inget dulu saya punya grup nasyid favorit namanya Izzatul Islam. Lagunya bagus-bagus dan selalu mengobarkan semangat. Suatu saat mereka mau konser di Semarang, wah saya pengen banget nonton, tapi ngga punya duit. Temen Rohis yang tau tanpa mikir langsung membelikan saya tiket untuk nonton. Wih, ikut Rohis itu membuat kita nemuin temen-temen dengan hati seluas Samudra dan sebening embun.

Belum lagi, pernah ada mahasiswa di jurusan lain di Fakultas Teknik yang terancam DO karena ngga mampu bayar kuliah,penyebabnya dia diusir keluarganya ( saya kurang jelas masalahnya apa), tapi yang jelas Rohis yang turun langsung ke tiap jurusan, ngumpulin iuran buat dia, trus nyariin tempat tinggal buatnya sampai masalah dengan keluarganya selesai. Itu ROhis yang saya tau.

Trus kegiatan lain yang saya ingat ya, kami rutin mengadakan bazar sembako bersubsidi yang kami bagikan di desa-desa terpencil, pemerintah aja belum tentu ngadain kegiatan begituan. Belum lagi kegiatan ngumpulin baju layak pakai untuk nantinya dibagi-bagikan ke orang ngga mampu. Nah lho, ikut Rohis tuh malah mengasah rasa empati , melatih toleransi dan menyingkirkan rasa egois di dalam diri. Bahkan lagi yah, dulu di Rohis saya ada juga kok yang ngga pakai jilbab ya ikutan Rohis, dan diterima dengan baik, ngga ada tuh paksaan buat pakai jilbab seketika itu juga. Namun  pelan-pelan, mungkin karena sering dengar kajian dan mendapat hidayah akhirnya teman tersebut memutuskan mengenakan jilbab juga.

Apa ada kegiatan keagamaan yang ngajarin teror?

Ya mungkin ada, tapi menuduh rohis sebagai tempat rekrut teroris ya sungguh terlalu.

Mungkin perlu liputan khusus soal Rohis kali ya biar ga salah kaprah

Saya Rohis dan saya bukan teroris.

Custom Post Signature