Showing posts with label pregnancy. Show all posts
Showing posts with label pregnancy. Show all posts

Menunggu..... ( Gambarku Bercerita )

Monday, January 28, 2013

Menunggu.....

Saya yakin, semua orang pasti setuju kalau yang namanya menunggu itu adalah sesuatu yang sangat membosankan. Menunggu seseorang, menunggu panggilan kerja, menunggu pengumuman lomba, menunggu di dokter, apa sajalah. It's soooooo boring.

Tapi dari semua jenis penungguan eh maksud saya penantian yang paling sakit itu adalah penantian yang kita tidak tahu kapan yang ditunggu akan datang.

Saya pernah mengalami yang namanya penantian tanpa kepastian. Setelah hampir lima tahun menikah sesuatu yang dinanti-nanti seluruh pasangan suami istri di muka bumi ini tidak juga menampakkan tanda-tanda kehadirannya. Si buah hati, titipan Allah yang begitu suci. Berbagai usaha telah kami jalani, dari terapi, pijet, sampai hampir melakukan inseminasi buatan.

Namun alhamdulillah lima bulan yang lalu penantian saya berakhir, doa-doa saya terjawab, makhluk mungil titipan Ilahi bersemayam di rahim saya. Rasanya sungguh luar biasa, Amazing...

135933752446040056
Bahagia sudah pasti.  Namun yang paling istimewa dari semua itu adalah perlakuan suami yang sangat khusus. Sudah mahfum kalau yang namanya ibu hamil itu badannya akan pegal-pegal di masa-masa kehamilan. Saat saya mengutarakan kepada suami keluhan saya tersebut, esoknya buru-buru suami membelikan kasur baru buat saya. Duuh terharu banget melihat perhatiannya, padahal udah diganti juga kasurnya ya tetap saja pinggang saya masih pegal-pegal :)

Begitu pun dengan pekerjaan rumah tangga. Kami memang tidak memiliki pembantu selama ini, karena hanya tinggal berdua di rumah rasa-rasanya belum membutuhkan asisten untuk pekerjaan sehari-hari. Apalagi saya adalah perempuan bekerja, maka lebih praktis kami melakukan semua secara instatn. Cucian ke Laundry, makan tinggal beli. Namun pekerjaan seperti mencuci piring, mengepel dan menyapu rumah tetap saya yang melakukan.

Setelah saya hamil??. Suami saya yang sangat baik hatinya itu mengambil alih semua pekerjaan rumah tangga. Dari mulai mencuci baju, mencuci piring, ngepel, bersih-bersih rumah semua dilakukannya. Berasa perempuan paling beruntung di dunia.

1359337716604418702
13593377541697396989
13593377861181116843
Biasanya ngga seberantakan ini lho :)


Dan sementara suami saya berlelah-lelah di dapur, apa yang saya lakukan ?.

Suami membebaskan saya bersantai di ruangan pribadi yang saya sebut my inspiration corner. Membaca, menulis, nonton tivi, apa sajalah yang penting saya nyaman. Di salah satu sudut rumah yang telah disulap suami menjadi ruang privat untuk saya. Memang dari dulu saya bermimpi ingin memiliki perpustakaan pribadi. Walau belum benar-benar berfungsi sebagai perpustakaan ( koleksi bukunya masih sedikit) tapi sudut ini selalu menjadi tempat saya menghabiskan waktu-waktu senggang.

13593378341753852177
13593378641551776232
Di sudut inilah tulisan-tulisan saya lahir, beberapa memenangkan lomba, bakan tivi yang ada disitu pun hadiah hasil lomba yang saya ikuti.

Selama hamil ini saya memiliki lebih banyak waktu lagi untuk menulis, apalagi ditambah keringan tanganan suami yang dengan ikhlas mengambil alih pekerjaan saya. Suamiku idolaku laaah pokoke judulnya.

Kehamilan itu memang sesuatu yang menakjubkan. Anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa. Ditambah lagi peran suami yang tidak segan-segan memberi perhatian lebih membuat masa-masa ini sebagai masa keemasan bagi saya.

Saya ingin momen ini abadi, ketulusan yang dicurahkan suami untuk saya, lebih dari apapun yang saya harapkan.

Ya Allah Beri Aku Kekuatan. Aida MA

Tuesday, January 8, 2013
Memasuki usia kehamilan ke 5 bulan ini saya semakin berhati-hati dalam bersikap. Katanya di usia ini bayi sudah bisa mendengar dan ikut kontak batin dengan ibunya. Makanya saya diingatkan suami untuk lebih menjaga emosi, ngga gampang marah, dan menjaga kata-kata yang keluar dari bibir saya. Setiap malam, saya luangkan waktu untuk bercerita kepada si calon buah hati ini. Untung saya tinggal dengan tante yang punya anak masih kecil-kecil jadi ada stok bacaan anak yang bisa saya bacakan, ngga perlu beli. Kisah-kisah para nabi dan kisah bermakna. Saat itulah saya merasakan " me time" dengan bayi saya.

Kalau mengingat-ngingat perjalanan panjang saya sampai hari ini rasanya bersyukur banget untuk setiap tetesan rezeki yang diberi Allah. Namun ada saat-saat saya teringat masa-masa berat yang saya jalani. Bukan bermaksud mengingat yang sedih-sedih, tapi hanya berbagi kisah saja.

Betapa berat rasanya, 4,5 tahun menikah belum ada tanda-tanda kehidupan di rahim saya. Gerah rasanya setiap ada orang yang bertanya tentang isi perut saya. Tidak di acara pertemuan keluarga, di undangan, lebaran bahkan ketemu teman lama pun pertanyaannya sama. Ngga cukup sampai disitu, SMS, BBM-an, bahkan teman FB pun seperti tak bosan-bosannya menanyakan pertanyaan yang itu-itu saja.

" Sudah isi win?".  " Jangan ngejar karir aja, inget umur lo".

Duuh Sedih sekali rasanya. Hati saya seperti teriris-iris saat mendapat serbuan pertanyaan seperti itu. Terkadang sempat terlintas di benak saya, Ya Allah apa salahku, mengapa ujian ini begitu berat. Secara tidak sadar saya jadi menarik diri dari pergaulan. Saya jadi enggan ke acara kumpul-kumpul keluarga seperti arisan. Acara kantor suami pun sering saya hindari, karena pembicaraannya ngga jauh-jauh dari tentang anak dan printilannya. Kalau hanya bicara anak sih saya senang mendengarnya, tapi kalau udah sampai ke semua mata menuju ke saya, hih rasanya kayak didakwa, apalagi saya merasa ada sebagian kecil yang menuduh seolah-olah sayalah sumber masalah ketidakhamilan ini. 

Saat mudik lebaran pun, saya jadi enggan keluar rumah, Kerjaan saya hanya mendekam di kamar. Saat suami mengajak saya bersilaturahmi ke tetangga  dengan enggan akhirnya saya ikut juga. Soalnya kan setahun sekali, masa ngga sowan. Tapi, lagi-lagi perasaan saya harus terlukai dengan pertanyaan menyebalkan itu. Apalagi ditambah tatapan mengasihani. Saya paling tidak suka dikasihani orang. Akhirnya acara silahturahmi pun berbuah amarah bagi saya. 

Bersyukur saya memiliki suami yang sabarnya luar biasa. Ia yang selalu menguatkan saya. Walaupun saya tahu di dalam hatinya juga pasti merasakan hal yang sama dengan saya. Sering di malam-malam sepi, di sujud-sujud saya berdoa, " Ya Allah beri aku kekuatan menjalani semua ini". Saya tidak ingin menggugat Allah, saya percaya semua adalah takdirNya, dan saya sungguh ikhlas akan semua ketentuanNya. Namun sebagai manusia biasa, ada keterbatasan dalam diri untuk menerima rasa terpuruk dan tak berdaya.

Mungkin yang bertanya pada saya tersebut tidak tahu bagaimana usaha saya dan suami yang tak kunjung putus. Ikhtiar dalam menjemput rezeki yang dinanti-nantikan semua pasangan. Mulai dari periksa ke dokter. Ngga main-main, periksa kesuburan itu menyakitkan saudariku. Bayangkan sakitnya saat anda haid, kalikan sepuluh. Entah berapa jarum suntik yang menembus kulit saya. Periksa darah, periksa hormon, semua diperiksa. dari mulai luar sampai ke dalam. Namun bersyukur ternyata semua normal, saya tidak sampai mengalami yang namanya rahim ditiup, karena katanya luar biasa sakit. Saya pun tidak harus minum obat apapun karena hasil pemeriksaan tidak ada yang bermasalah di diri saya.

Disamping waktu, tenaga, tekanan psikis, tidak sedikit biaya yang harus kami keluarkan. Sekali datang ke dokter sudah bisa dipastikan minimal 1,5 juta melayang dari dompet. Sempat disarankan oleh salah seorang dokter agar kami menjalani inseminasi buatan atau sekalian bayi tabung. Tapi kami menolaknya, karena kami yakin Allah punya rencana yang lebih indah untuk keluarga kami.

Tidak putus asa, kami mencoba cara alternatif. Saya pernah dipijet, katanya untuk memperbaiki letak rahim, siapa tahu rahim saya terlalu naik atau terlalu turun. Dan pijet itu juga sakit saudariku, percayalah. Awalnya saya enggan melakukannya karena toh dokter sudah bilang saya baik-baik saja, namun tak tega rasanya melihat ibu saya. Beliau yang menyarankan saya untuk pijet, katanya siapa tahu berhasil. Ya sudahlah ngga ada ruginya pikir saya. Mencari tukang pijet juga bukan perkara mudah. Kami sempat ke pelosok desa di Siantar, saat ada yang bilang disana ada tukang pijet yang sudah banyak membuat oarng hamil. Ternyata saat kami akan mengunjungi, si nenek tukang pijet keburu dipanggil Ilahi. Benar-benar ujian kesabaran.

Masih tidak cukup, kami pun menerima saran-saran orang. Dari mulai makan kurma ijo yang katanya berkhasiat, disuruh makan delima hitam, segala macam yang katanya berkhasiat. Bahkan dari seorang teman yang 11 tahun baru dikarunia anak kami mendengar cerita yang lebih miris lagi. Sampai harus minum ramuan yang pahitnya luar biasa, makan torpedo kambing, segalanya dicoba. Namun saya tidak sampai seekstrim itu. Kurma ijo kami konsumsi, karena menurut hemat saya kurna memang berkhasiat untuk kesehatan. Saya lebih percaya dengan khasiat alami makanan yang terjamin kesehatannya dibanding mencoba-coba ramuan yang saya tidak yakini. Segala sumber protein kami konsumsi, mulai dari kecambah, kerang, segala macam seafood  sampai madu.Empat tahun berlalu, tak satupun usaha tersebut membuahkan hasil

Hai, saudariku, lihatlah ikhtiar kami. Percayalah kami menginginkannya lebih dari siapapun, lebih dari orang-orang yang bertanya, yang begitu perhatiannya setiap saat tanpa kenal lelah melempar pertanyaan bernada sama.

Rezeki, jodoh pertemuan, maut, semua sudah tertulis di Lauhul Mahfudz-Nya. hanya Dia yang tahu kapan saat itu sampai pada kita. Rezeki tidak akan tertukar, baik waktu maupun takarannya.

Sungguh, untuk semua perasaan sakit, terhina yang saya terima bertahun-tahun tersebut rasanya lunas dalam sekejab, hilang tak bersisa. Saya berterima kasih untuk semua bentuk perhatian yang mungkin tidak saya pahami dari orang-orang sekitar saya. Saya yakin Allah tak akan memberi ujian kepada hambanya melebihi batas kemampuannya.

Teruntuk semua wanita yang sedang menunggu kehadiran si buah hati, semoga Allah memberi kekuatan kepada kita dalam penantian panjang yang hanya Dia yang tahu kapan berujung. 

Teruntuk Saudariku yang lain, masih ingin bertanya?. Think Again


Kun Fayakun

Thursday, March 15, 2012


Katakanlah alam semesta ini terbentuk oleh sebab akibat. Dan kita manusia dan segala isinya terhubung secara tidak kasat mata oleh benang yang bernama takdir. Sesuatu tidak akan terjadi kalau yang lain belum terjadi. Si A tidak akan menjadi A kalau B belum menjadi B.

Jadi apa yang dilakukan Jono akan berpengaruh terhadap Joni dimana bila Joni tidak melakukan itu maka Juminten akan gagal melakukan yang lainnya sehingga kalau Juminten gagal akibatnya Jumadi tidak akan berhasil melaksanakan misinya, maka dunia akan kacau balau .

Ibarat sebuah lukisan yang terbentuk dari campuran berbagai warna, dari ratusan garis yang dihubungkan oleh beribu titik. Semua saling terhubung menciptakan harmoni sehingga sim salabim jadilah lukisan bunga matahari.

Sebenarnya saya mau ngomong apa sih??

Jadi gini ceritanya, tadi siang saya lagi di toilet kantor. Disitu ada cewek yang sebelahan sama divisi saya . Selama ini kalau ketemu di kamar mandi, di mushola, di lift, saya dan dia tidak pernah saling sapa. Tapi hari ini saya tergerak untuk menyapanya.

Adegan di Toilet

Sambil cuci tangan di wastafel, lirik-lirik ke kaca, sapa ngga ya, sapa ngga ya. Sapa ngga sapa ngga sapa. Oke .

Setelah basa-basi nanyain udah sholat belum, bicarain ac yang terlalu dingin, trus percakapan berlanjut.

Saya :“ Mba udah lama ya nikahnya?”
Si Mba : “ Iya, udah 6 bulan”
Oooo ( dalam hati, masih lamaan aku dong udah 4 tahun )
Si Mba : “ Udah punya baby mba ?”

Detik itu saya  langsung menyesal menyapa, tau gitu dari tadi diem aja, daripada ditanyain pertanyaan itu lagi. Namun demi kesopanan saya pun menjawab

Saya : “ Belum mba, hehehehe ( dalam hati meringis)
Si Mba ; “ Wah sama dong mba, saya juga belum ( pelukan berasa senasib)

Dan seterusnya akhirnya saya dan dia malah mengobrol panjang lebar . Banyak banget yang kami omongin yang menghantarkan kami ke satu kesimpulan. Semua hal ada sebab akibatnya.

Setelah keluar dari toilet saya jadi mikir. Hmm bener juga yah kata si mba tadi bahwa semua itu udah ada yang ngatur, jadi ga perlu sedih kalo belum dapet apa yang kita inginkan.

Nah disinilah saya mulai berpikir tentang alam semesta seperti yang di paragraph pertama tadi. Jadi saya mau menganalisa, bagaimana proses terlahirnya seseorang ke dunia yang fana ini. Hasil analisa sementara saya begini.

Memiliki anak itu, bukan hanya antara si suami dan istri. Bukan pula tentang ayah, ibu, dan anak itu kelak. Tapi ada suatu system yag lebih besar dari itu. Bahwa kehadiran seorang manusia di bumi ini ada pengaruhnya dengan kehadiran orang lain.

Dalam kasus ini, saya mengambil contoh, saya dan suami yang terpaut usia sebanyak lima tahun.

Di dalam AlQuran dikatakan, bahwa sejak seorang anak di dalam kandungan, maka telah ditulis tentang rezeki, jodoh dan umur, dan jalan hidupnya. Saat suami saya lahir, maka malaikat menulis di dalam kitab lauhul mahfuz nya.

Nama : Teguh S
Rezeki : Bekerja di perusahaan X di sumatera utara
Jodoh : Windi Widiastuty, bertemu di usia 29 tahun.Beda usia 5 tahun
Umur : YYY, penyebab : ZZZ

Saat suami saya dilahirkan pada Juni tahun 1978. Pada bulan itu terjadi ledakan pertama wahana antariksa di GEO (Geostationary Earth Orbit) .Yang mana saat itu Ayah dan ibu saya masih pacaran di Medan. Dua tahun kemudian, saat suami saya baru selesai disapih ibunya, ayah dan ibu saya memutuskan menikah.

Karena saya sudah ditakdirkan untuk berjodoh dengan suami dimana saya dan suami tertulis terpaut 5 tahun, maka saya harus lahir di tahun 1983,makanya saya tidak bisa menjadi anak pertama ibu saya. Ahirnya tahun 1981 setahun setelah pernikahan mereka abang saya lahir.

Dimana saat abang saya masih di dalam kandungan, ditulislah jalan hidupnua, ia akan berjodoh dengan seorang wanita bernama Roslina yang terpaut umurnya sebanyak 4 tahun, maka saat itu orang tua kakak ipar saya kelak pun harus sabar menunggu mendapatkan bayi perempuannya demi kesesuaian cerita tadi.

Nah di satu sisi, kelak saya akan dikenalkan ke suami melalui salah seorang teman kuliah saya yang nantinya adalah teman kerja suami. Nantinya di saat abang saya masuk sekolah, saya merengek-rengek kepada ibu saya untuk ikut sekolah, akhirnya saya kecepetan 1 tahun masuk SD. Sehingga usia saya dan teman kuliah saya tadi harus berbeda 1 tahun, Dia harus lebih tua dari saya. Maka harus diatur pula kapan tepatnya lahir teman saya tersebut. Karena saya lahir tahun 1983, maka di tahun 1982 dia harus brojol, sebutlah namanya Wati.

Sementara itu, pada tahun 1960, seorang bayi laki-laki lahir, kita namakan di Albert. Jalan hidupnya tertulis nantinya di umur 40 dia akan menjadi atasan saya di perusahaan Y. Nah karena di jalan hidup saya, saya akan kerja di BRI pada usia 22 tahun. Berarti usia kami akan terpaut sebanyak 18 tahun.

Maka saya harus lahir saat Mr Albert umur 18 tahun, dan suami saya umur 5 tahun dimana teman saya Wati harus berusia 1 tahun.

Terserah mau percaya atau tidak, mau setuju atau tidak. Analisa saya tersebut, akhirnya membawa kesadaran penuh kepada saya. Bahwa kelahiran seseorang itu sangat banyak hal yang mempengaruhi. Bukan tingkat kesuburan suami dan istri, bukan pula factor kuantitas bertemu. Tapi memang system yang sudah diatur sampai rigit terkecil oleh yang Maha Kuasa.

Kun maka Kun. Ga pake tawar menawar.

Mau ada gunung meletus, gempa bumi, tsunami kalau memang seorang bayi harus lahir, ya lahir dengan selamat. Tidak peduli seberapa dahsyat bencana yang ada.

Kemarin-kemarin saya sempat sediih banget, kalau ada yang nyinggung-nyinggung soal isi perut saya. Kejadian saat lebaran. Baru rumah pertama bertandang saya langsung diberondong dengan pertanyaan, " Udah isi Belum?, ditunda ya?, kapan lagi ?. Duuuh, kalau saja yang nanya itu tahu bagaimana perasaan saya. Tapi sekarang, saya ingin selalu berpositif thinking padaNya. Karena sudah begitu banyak doa-doa saya yang dijabahNya, kalau ada satu dua yang belum terkabul, hanya belum waktunya saja.

Teman-teman pasangan suami istri senasib, saya ingin mengatakan hal ini. Mungkin terlalu sering kita mendengar orang berkata “ Sabar, semua ada waktunya”. Atau “ Coba berobat kesini, manjur lho”. Terlalu sering pertanyaan-pertanyaan yang mengusik telinga kita. Bisa jadi pertanyaan itu memang bentuk kepedulian, atau hanya ingin tahu saja, atau apalah yang hanya si penanya yang tahu. Tapi pastinya dibalik semua itu, memang ada suatu rahasia yang membuat kita harus menunggu lebih lama dari orang lain.

Siapa tahu, calon baby kita kelak harus lahir beberapa tahun setelah seorang pria soleh dihadirkan dulu melalui rahim seorang wanita di suatu tempat yang entah, jika bayi itu perempuan. Siapa tahu, nantinya ia akan menjadi penemu bahan bakar yang terbuat dari debu pada tahun 2028  sehingga lahirnya harus tepat hitung mundur saat ia berumur 25 tahun.

Atau bisa jadi calon bayi kita harus menunggu untuk meramaikan hiruk pikuk dunia ini, karena si pemilik alam rahim itu sendiri, Sang Rahim ( Maha Pengasih) masih ingin mengajarinya banyak hal di sana

Anggap saja, Yang Kuasa masih ingin mendengar doa di sujud-sujud panjang kita. Mungkin pula, dia ingin menguatkan mahligai rumah tangga kita dengan membuat kita selalu mendukung satu sama lain. Ia terlalu sayang kepada kita sehingga ingin memberi suatu rasa nikmat dengan dosis tinggi yang mungkin  orang lain tidak rasakan pada saat kita menerima titipannya kelak

Apapun itu, seperti yang sudah-sudah, sebagai pemeran di panggung sandiwara ini kita harus mengikuti skenario yang sudah di tulis Nya.




Bersamamu Aku Sempurna

Friday, March 2, 2012


Tak sabar rasanya untuk segera melihat hasilnya. Kupandangi jam di pergelangan tanganku, Ah lambat sekali jarumnya bergerak dari satu titik ke titik berikutnya.
Tik tik tik….Hmm kurang satu menit lagi, 3,2,1. Akhirnya cepat-cepat kulihat test pack di kamar mandi.

AArgh, seketika itu juga rasa mulas menyerangku, ugh serasa ada yang menohok dadaku, hanya ada satu garis, NEGATIF. Gagal lagi kali ini. Ingin rasanya kulempar benda ini ke mana saja, Ingin kumaki-maki pabrik pembuatan test pack ini yang mungkin saja membuat kesalahan.
 .
Dengan muka ditekuk-tekuk tujuh aku keluar dari kamar mandi.

“ Gimana sayang …… apa hasilnya “ suamiku yang sedari tadi menunggu di kamar berharap-harap cemas.

Aku tak mau menjawab, biarlah dia artikan sendiri tujuh tekukan di wajahku ini.

“Hehh, ga apa-apa sayang,mungkin belum waktunya” katanya menghiburku.


Ah suamiku , bukannya malah menghiburku,perkataanmu malah membuatku makin sedih. Ingin sekali aku keluar kamar mandi tadi sambil melonjak-lonjak kegirangan. Memelukmu,dan memberikan kabar gembira kepadamu. Tapi apalah dayaku,yang kuasa sepertinya belum mempercayai kita.

Sudah 3 tahun kami membangun istana cinta ini. Namun tampaknya belum ada tanda-tanda kehadiran penghuni baru yang akan meramaikan istana ini. Hanya kami berdua, sang raja dan permaisuri ,tanpa pangeran ataupun putri. Bah istana apa ini…. mana ada istana kalau isinya cuma dua orang.

Makin hari aku makin sensitive dengan pertanyaan teman-teman.
“ Sudah isi belum say? , kok ditunda-tunda sih, pengen ngejar karir dulu ya?”
Atau ga, “ Eh sudah berobat kesini belum” atau “minum ini deh biar subur “

Huh dasar orang-orang tidak punya perasaan. Isi apa? Isi batu?,
Ditunda?, aduuuh plis deh hari gini nunda punya baby, orang gila apa,.dan wow kenapa tiba-tiba semua orang berubah jadi dokter dadakan yah, nyaranin ini itu, Biar subur , biar subur apaan. Emangnya aku pohon cabe apa, disiram pupuk gitu biar subur. Adddduh udah deh ga usah nanya-nanya, yang ada bukannya mual karena isi ,tapi mules karena kata-kata kalian.


Belum lagi status FB temen-temenku.

“Anak adalah harta yang paling berharga”
atau ga
“ Kesempurnaan seorang wanita adalah saat ia menjadi Ibu”

Hadeeeh kata siapa anak itu harta paling berharga, ga pernah baca kisah malin kundang ya, iya berharga kalo jadi anak soleh,anak yang berbakti sama orang tua, lha kalo jadi anak durhaka? Bukannya malah jadi musibah sama orang tuanya. Ck ck ck jangan takabur.

Astaghfirullahal Adzim” tanpa kusadari aku sudah memaki-maki dan berkata kasar kepada saudariku.

Suamiku mendekatiku.
“ Jangan sedih sayang” katanya sambil mengelus rambutku.
“ Tapi ini sudah tiga tahun mas, ade ingin merasakan jadi ibu, ingin jadi wanita sempurna” jawabku sambil membuat kerucut di bibirku.

Dengan lembut diraihnya kepalaku ke pangkuannya. Setelah itu panjang lebar ia menenangkanku dengan ucapannya.

Kata suamiku, kesempurnaan seseorang tidak dilihat dari apa yang dimilikinya, Lha wong yang ngasih rezeki aja ga pernah bilang gitu kok. Suamiku juga bilang, memangnya harus punya anak untuk menjadi seorang ibu. Buktinya dari sebelas istri nabi, yang benar-benar memiliki anak hanya Khadijah, yang lain juga tidak dikarunia anak dari Rasulullah, kecuali Maria Al Qibhtya yang sempat melahirkan putra bernama Ibrahim.

“ Apa menurut ade, kesembilan istri nabi lainnya tidak sempurna? Tanyanya sambil tersenyum.
Aku menggeleng.

“ Mereka adalah wanita-wanita terbaik yang pernah dimiliki dunia ini. Mereka adalah ummul Mukminun, ibunya para mukmin. Memiliki anak, menjadi ibu, tidak menjadikan dirimu sempurna. Demikian juga sebaliknya, tak perlu seorang anak untuk menjadikan dirimu seorang ibu” , lanjut suamiku.

Aku terdiam mendengar kata-katanya.

“ Lagian apa ade pernah tahu siapa anak Ibu Pertiwi? Kapan ia mengandung? “ tanyanya lagi sambil mengacak rambutku

Hihihi aku tertawa mendengar pertanyaannya yang konyol.

Aku jadi malu tadi sudah mengata-ngatai saudariku. Aku ini hanya seorang istri yang ingin membahagiakan suaminya. Aku ini seorang wanita yang juga ingin merasakan manisnya menjadi seorang ibu walaupun tanpa ada yang memanggil ‘‘Bunda”. Aku ini hanya seorang wanita yang sangat halus perasaanya,sehingga terkadang perhatian seseorang kuanggap sindiran. Aku semakin tenggelam dalam pikiranku.

“ Sayang…. Ayo kita sholat lail “ tiba-tiba suamiku memutuskan dialog batinku.

Terlihat sisa air wudhu di wajahnya, wajah yang selalu memberikan kesejukan dihatiku. Wajah yang memberikan cahaya di kehidupanku.

Ah suamiku….. tak perlulah aku berkeluh kesah seperti tadi. Dirimu adalah anugerah terindah yang dikirimkan Allah untukku. Bersamamu aku SEMPURNA.

“Aku sayang kamu mas” sambil tersenyum kukenakan mukenaku.


Custom Post Signature