Showing posts with label cerita bankir. Show all posts
Showing posts with label cerita bankir. Show all posts

Mutasi

Thursday, June 7, 2012
Gerbong kepemimpinan di kantor saya tampaknya mulai berjalan lagi. Satu persatu pengumuman SK kepindahan mulai dibacakan. Ada yang promosi, ada yang hanya sekedar rotasi, bahkan ada yang demosi.  Beragam emosi mewarnai penugasan yang tidak mungkin ditolak tersebut.

Si X pulang kampung, pindah ke daerah asalnya, Alhamdulillah.
Si Y harus ke pulau nun jauh disana, Duuuh cuma bisa diem dengernya.

Saya..... cuma bisa menghela nafas ( lagi), karena namaku tidak tersebut. Padahal gosip-gosipnya saya dimutasi ( ini mah ngarep bukan gosip) :). Dan begitulah , hanya bisa memberi selamat kepada mereka yang dimutasi dan dipromosi.MySpace

" Bersedia ditempatkan di unit kerja seluruh Indonesia"

Sebaris kalimat itu merupakan senjata pamungkas pihak manajemen dalam mengambil keputusan memindahkan para pekerja dari satu unit kerja ke tempat yang lain. Beuuugh, gak nyangka ,baru kali ini saya menyesalkan kenapa wilayah Indonesia itu dari Sabang sampai Merauke, kegedeaaan. Coba kalau Sumatera aja trus Medan jadi ibukota negaranya, kan asik ya. You Wish

Mutasi, berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Sejatinya, kita manusia seumur hidup tidak akan pernah terhindar dari yang namanya mutasi.

Mutasi dari  alam rahim, ke dunia, sampai nanti dimutasi kembali ke akhirat. Setiap perpindahan seharusnya membawa kita menuju ke tempat yang lebih baik lagi, dengan pengalaman baru, orang-orang baru dan cerita baru.

Ya sud lah, dinikmatin aja yang sekarang ini. Itung-itung jalan-jalan di ibukota sebelum kembali mendaki gunung lewati lembah, sambil tak lupa berdoa semoga segera didekatkan.

Hmmm, btw kapan ya daku di mutasi kembali ke pelukan suamiku tercinta, ihiir




In Busway

Sunday, May 27, 2012

Pengalaman saya naik busway selama ini bisa dibilang so so lah, ga ada hal-hal menarik yang saya temukan. Orang berjubelan, berebut masuk  dengan gaya khas orang Jakarta. Earphone atau headphone yang tak pernah lepas seolah tidak mau diganggu oleh keadaan sekeliling.

Selama tiga hari berturut-turut kemarin, saya bolak-balik kos di daerah Sudirman ke Pusdiklat di bilangan Jakarta Selatan tepatnya di Ragunan. Pagi-pagi jam enam saya sudah harus keluar dari kos kalau mau tepat waktu sampai di tempat.  Dari halte Benhil saya hanya harus berganti busway sekali untuk sampai ke tujuan saya. Beruntung rute yang harus saya tempuh melawan arus pekerja di pagi hari. Jadi saya tidak perlu berdesak-desakan dengan para pekerja kantoran metropolitan. Demikian juga pulangnya, saya bisa naik di halte Ragunan yang mana merupakan pull pertama, jadi bisa dipastikan saya mendapat tempat duduk tanpa harus bersusah payah.

Saat saya naik di halte Ragunan, ada 5 orang cowok yang ikutan naik bareng saya. Masih muda, berpakaian ala kantoran rapi jali. Setelah seluruh kursi terisi, busway pun melaju. Saya berusaha tidur, karena tempat saya turun masih jauh, Dukuh atas yang notabene termasuk halte terakhir. Kira-kira tiga halte dari situ, di Duren Tiga seorang bapak naik, Usianya sekitar 60 puluhan. Cukup tua untuk bepergian sendiri. Kondisi di dalam busway lengang hanya saja semua kursi sudah terisi. Karena  itu, si bapak berdiri di seberang saya. Saya pikir secara nurani, akan ada salah satu dari pemuda tersebut yang merelakan kursinya untuk si bapak. Anehnya 5 orang pemuda sehat yang seger bugar tadi tak satupun yang berdiri dan mempersilahkan si bapak duduk. Mereka malah asik bbm an. Saya hitung satu sampai sepuluh, saya pandangi dengan tajam mereka, berharap ada yang mengalah dan mau berdiri, tapi sepertinya saya terlalu berharap. 

Oh yeah, saya tidak cukup tega untuk membiarkan si bapak terhuyung-huyung di sana. Padahal tujuan saya masih jauh banget. Its oke, sepertinya ngedumel di dalam hati bukan solusi yang tepat saat itu. Melihat tak seorang pun bergeming, saya segera berdiri dan menyilahkan bapak tersebut duduk. Senyum lebar dan lega  langsung menghiasi wajahnya. Saya ambil posisi berdiri senyaman mungkin di dekat pintu biar ada senderannya mengingat halte saya masih jauh banget.

Right. Saudara-saudara. That’ s Jakarta. Saya tidak tahu apakah ini terjadi sehari-hari atau hanya pas kebetulan saja saya mengalaminya, karena saya jarang naik angkutan umum selama disini. Kos saya terletak di belakang kantor, jadi saya jalan kaki setiap hari.Dan karena saya tidak terlalu hapal jalan-jalan disini saya lebih suka naik ojek kemana-mana.

Banyak sudah yang bercerita, yang menulis, yang membahas bahwa tingkat kepedulian masyarakat di kota ini setipis kulit bawang.Tapi saya tetap tidak percaya sebelum mengalami sendiri. Kata orang hidup disini membuat orang menjadi apatis, bisa jadi memang benar sekali. Saya tidak menghakimi si 5 orang pemuda tadi dan beberapa penumpang laki-laki di dalam  busway,bisa jadi mereka terlalu capek sepulang kerja. Atau mungkin hal tersebut memang sudah biasa. 

But to be honest, saya tidak mau menjadi bagian dari mereka. Mudah-mudahan anda pun bukan typical warga Jakarta seperti mereka.


Umbrella Girl Wanna Be

Monday, May 7, 2012


Perjalanan dinas saya kali ini termasuk dalam kategori yang terburuk selama ini. Dimulai dari saya dicuekin sama staff yang saya datangi di Kanwil Surabaya. Kemudian saat akan pulang, pesawat yang rute seharusnya Surabaya-Jakarta-Medan, tiba-tiba berubah menjadi Surabaya-Yogyakarta-Jakarta-Medan. Beuugh berarti semakin jauh jarak yang harus tempuh dan semakin lama waktu saya di dalam pesawat. Saya termasuk orang yang tidak tahan berlama-lama di dalam pesawat, bosen, bete.

Dan setibanya di Soetta, ternyata pesawat saya ke Medan delay selama 3 jam. Oh sempurna sudah hari saya.

Sambil menunggu waktu keberangkatan saya menuju ke executive Lounge, and tampaknya saya masih harus diuji kesabaran dengan kartu kredit saya yang sudah tidak bisa digunakan untuk check in di Exc Lounge karena dalam bulan ini saya sudah mencapai batas maksimal gratisan nya , malu deh jadinya. Ya seingat saya memang dalam bulan Mei ini saya banyak bepergian.

Ya sudah saya langkahkan kaki keluar dan menuju Solaria, karena kesal saya jadi lapar dan haus. Sambil meminum segelas es teh manis dan seporsi ayam nanking, saya kembali mengingat-ingat hari saya yang cukup berantakan. Saya jadi inget kejadian saat transit tadi.

Tadi di pesawat dari Yogya ke Jakarta saya ketemu cewek yang super ajaib.

Saat transit di Yogya, penumpang yang akan meneruskan perjalanan ke Jakarta, tidak perlu turun pesawat, karena pihak maskapai hanya akan menurunkan penumpang dan menaikkan penumpang selanjutnya. Saya duduk di pinggir gang, di tengah kosong, di samping jendela mas-mas berusia sekitar tiga puluhan. Tak lama penumpang dari Yogya mulai naik. Dan sesosok cewek tinggi semampailah penghuni kursi kosong diantara saya dan si mas.

Yang bikin saya terbelalak takjub adalah dandanan si cewek tinggi semampai. Ia mengenakan celana jeans ketat dengan sepatu higheels setinggi 9 cm ( trust me saya mengukurnya), rambut hitam terurai lurus sebahu, ditangannya tersampir jaket berwarna coklat diselipkan diantara tali tas merk Guess berwarna senada. Ada yang belum saya sebut ya. Yup, bajunya.., ia mengenakan tank top bermotif animal print macan tutul berpotongan dada sangat rendah. Hampir menunjukkan setengah assetnya.

Saya sudah sering melihat cewek berdandan seperti itu, tapi… tidak dalam jarak yang sangat dekat dengan batang hidung saya. Kalau saya terbelalak takjub, si mas samping jendela melongo nafsu.

Belum sempat hilang ketakjuban saya, tiba-tiba si cewek seksi mengeluarkan BB Torch nya dan langsung melingkarkan tangannya di leher saya, “ Mba, foto bareng ya sama aku”, cpret cpret , sebelum saya sempat mengatakan iya, si cewek udah asik jeprat jepret sambil tersenyum manis ke kamera hp nya.

“ Sekali lagi yah mba, mas tolong dong ambilin foto kita”. Saya dan si mas samping jendela dengan tanpa sadar, begitu saja mengiyakan nya. Kalau si mas jelas, dia lagi mabuk kepayang lihat dandanan si cewek seksi. Lah kalau saya?,
gak tahu juga kenapa saya diam saja.

Dan sepanjang perjalanan, saya melihat si mas samping jendela gelisah tak menentu, bingung memutuskan mau melihat pemandangan awan putih di luar jendela atau melihat pemandangan setengah perbukitan di samping kiri. Dan baru kali ini saya berharap agar AC di pesawat suhunya turun beberap puluh derajat. Mulut saya sudah gatal ingin menyuruh si cewek seksi untuk mengenakan jaketnya.

Kenapa saya bilang ni cewek ajaib?.

Setelah puas berpose dengan saya, dari bibirnya meluncur deras alasan kenapa dia berfoto bareng saya.

“ Buat bukti mba sama cowokku kalau aku beneran pergi bareng teman cewek” katanya sambil sibuk menukar profil Picture BB nya dengan foto saya dan dia. Posenya tentu saja ia yang tersenyum manis berangkulan dengan saya yang bermuka shock. Sial, saya dijadiin alibi sm tuh bocah.

“ Kalau kamu bohong sama cowok kamu, ntar-ntar kamu bakal dibohongin juga sama dia” saya mulai berpetuah sok bijak.

“ ih ngga mba, InsyaAllah cowok saya ngga gitu mba, dia orangnya jujur”

Saya geli mendengar ia mengucap kata InsyaAllah. Fasih juga dia ngucap kata itu disamping dandanannya yang bikin mata saya kelilipan. Penampilan luar belum tentu mencerminkan di dalam.

Tak lama tanpa saya minta ia bercerita tentang profesinya. Ternyata ia SPG khusus event-event memasarkan suatu produk. Ya makanan, mobil, produk perbankan, sampai rokok. “ oh Pantes” dalam hati saya.

Saya asik-asik saja mendengar ia bercerita. Mulai dari tarif per event, kehidupan SPG di luar jam kerja, sampai barang-barang bermerk yang menjadi ajang persaingan diantara rekan seprofesi.

“ Nih ya mba, tas ini aku beli harganya satu juta., tapi bagus kan mba”

Hiks, saya melirik tas di pangkuan saya yang harganya tak lebih dari dua ratus ribu perak. Hmm, saya mengangguk-angguk mendengarkan ceritanya. Sesekali saya tersenyum mendengar celotehannya yang serabutan.

“ Ga pengen nyoba jadi pramugari? “ Tanya saya iseng saat seorang pramugari melintas di samping saya.

“ Pengen sih mba, tapi bahasa Inggris saya jelek. Alah mba, pramugari sih sama aja dengan SPG, kehidupannya ya gitu-gitu juga”

“ Gitu-gitu gimana” tanya saya penasaran

“ Ya gitu mba, kalo dah berumur dikit aja ga kepake lagi, sama dengan SPG” jawabnya lugas.

Saya membenarkan dalam hati.

“ Jadi SPG itu enak mba, kalo mau ndapetin satu event, cukup ngelampirin CV dilengkapi foto, udah gitu aja, ga perlu ijazah, ga perlu fotocopy KTP” lanjutnya.

“ Oya” saya mulai tertarik

“Sebulan saya bisa dapet 3 jutaan mba, cukup lah buat belanja sepatu Rotelli, tas KW super dan beberapa baju mba, kerjanya bebas ngatur sendiri, bisa jalan-jalan lagi”

“ Wah, habis dong gajinya kalau buat belanja barang bermerk gitu” tanya saya

“ Ah ga apa-apa mba, kalau habis ya tinggal minta pacar, kalau ga mau ngasi ya pecat aja jadi pacar”

Buseeet, nih cewek kaya buku bacaan terbuka lebar di hadapan saya. Si mas samping jendela senyam senyum menguping pembicaraan kami.

Setiap lima belas menit ia merogoh-rogoh tas Guess nya, mengeluarkan cermin dan mematut-matut wajahnya, mengecek apakah make-up nya perlu di re-touch atau tidak. Sesekali ia mengibas-ngibaskan rambut panjangnya ke belakang, memberikan kesempatan sejenak ke si mas samping jendela untuk melirik malu-malu. Dalam hati saya masih berdoa semoga suhu AC semakin dingin.

Lima menit kemudian, akhirnya ia kedinginan juga. Saya menghembuskan nafas lega, dan si mas samping jendela menghembuskan nafas kecewa.

Seperti kebanyakan profesi, pasti punya suatu parameter yang bisa dikatakan sukses. Kalau bagi saya pribadi, menjadi pegawai Bank Indonesia adalah merupakan suatu pencapaian yang tinggi. Bagi pramugari mungkin bisa keterima di Singapure Airlines adalah suatu prestise. Bagi cewek disamping saya?

“ Cita-cita saya bisa direkrut jadi Umbrella Girl mba, minimal jadi SPG rokok Marlboro deh. Kalau bisa keterima disitu mba, maka karir SPG saya akan mulus lus, mau event apapun pasti bisa saya dapetin “

Dan begitulah, saya menyematkan julukan cewek ajaib kepadanya.

Di balik keribetan dandanannya, ternyata keinginannya hanya sesederhana itu. Ralat, sederhana di mata saya, mungkin bagi dia itu adalah puncak prestasi seorang SPG.

Sekarang saya jadi senyum-senyum sendiri sambil mengetik tulisan ini di sudut Solaria. Ah hari ini ternyata tidak terlalu mengerikan.

Saya jadi sadar, di setiap situasi yang terjelek sekalipun, ada hal-hal menyenangkan yang tidak kita duga sebelumnya. Bisa jadi kalau pesawat saya tidak transit si Yogya, maka saya tidak ketemu dengan cewek antik ini, padahal darinya saya dapat banyak kisah menarik soal SPG yang selama ini tidak saya ketahui.

Oke, panggilan untuk penerbangan saya sudah terdengar.  Ciaaou

The Right Man in The Right Place and The Right Time

Tuesday, March 6, 2012
Orang pintar banyak cara, orang bodoh banyak alasan

Kata-kata itu terpampang besar-besar di atas spanduk ukuran jumbo menghiasi sudut-sudut strategis Kanca BRI Tebing Tinggi.

Sebagian dari diri kita memang selalu berupaya mencari dalih untuk apapun hal yang kita lakukan jika tidak sesuai dengan yang seharusnya. Misalnya, terlambat datang ke kantor, maka otomatis otak kita tanpa sadar akan mencari, menelusuri file di dalam, merangkainya menjadi kalimat yang keluar dalam bentuk alasan. Karena ban motor kempes, bangun kesiangan, angkotnya mogok. Dan segala macam bentuk pembenaran lain.

Saat keragaan unit kerja tidak tercapai, kembali kita mencari-cari alasan. Persaingan bisnis, nasabah ditarik bank lain, sampai menyalahkan target yang terlalu tinggi.

Apakah itu salah ??. Menurut saya itu alamiah,natural. Adalah hal yang sangat manusiawi, kita akan melindungi diri kita dari perasaan tak berdaya, tak mampu dan berusaha memindahkan factor penyebab ke sesuatu di luar diri kita pribadi.

Namun kalau terlalu sering berdalih, maka benar apa yang dikatakan Dahlan Iskan, apa gunanya yang Maha Segalanya memberikan kita suatu alat tercanggih di dunia bernama “Otak”. Tentu agar kita bisa menemukan cara yang lebih baik untuk memperkecil terjadinya gap antara harapan dan kenyataan.

Dulu saat di kanca Tebing Tinggi, spanduk ukuran Jumbo itu seperti hakim tanpa wujud. Daripada terkena klausa kalimat kedua mending langsung angkat tangan menyerahkan diri, tidak perlu berdalih apalagi berbohong seperti yang terjadi di persidangan Nazaruddin vs Angelina Sondakh. Kalau salah, ya bilang salah, setelah itu jangan diulangi dan temukan cara agar tak terjadi kesalahan berulang. Titik.

Adalah seorang Pria kelahiran 26 Februari 1966 yang mempopulerkan kalimat diatas spanduk tersebut. Perawakannya sedang , berkumis tipis, dan berpenampilan selalu necis. Jika hari ini memakai celana coklat, maka, dasi berwarna senada ,demikian juga sabuk dan sepatu.

Walaupun asalnya dari Purwodadi, jangan bayangkan sosoknya seperti orang jawa kebanyakan, yang lemah lembut dengan suara halus. Suaranya tegas, to the point dalam menyampaikan arahan dan instruksi. Pandangan matanya, hmmm membuat para pekerja tertunduk dan tak berani menatap terlalu lama.

Ia datang di saat yang sangat tepat. Istilah The right man in the right place and the right time cocok sekali menggambarkan keadaan pada saat itu. Jajaran pekerja kanca BRI Tinggi, yang dari sononya adalah orang-orang pilihan dengan kualitas yang mumpuni di bidangnya, memang perlu seseorang yang mengerti benar bagaimana membuat nasi yang terlanjur menjadi bubur menjadi lebih nikmat dengan ditambah kerupuk, bawang goreng dan sambal.

Saat itu yang dibutuhkan kanca Tebing Tinggi bukan koki yang bisa mengolah segala macam bahan makanan menjadi masakan dengan cita rasa tinggi. Yang dibutuhkan adalah keahlian mengkombinasi masakan jadi yang telah ada sehingga menjadi lebih lezat dan menggungah selera. Bagaimanapun segarnya soto thamrin pasti tidak akan nikmat kalau dimakan bersama rawon . Demikian juga menyajikan pecel dan gado-gado bersamaan adalah hal yang mubazir.

Disinilah Kepiawaian pria lulusan jurusan perikanan Undip ini teruji. Awalnya mungkin karena lidah yang belum terbiasa, maka saat mencicipi masakan yang dihidangkan terasa asing. Ada yang berbeda. Beberapa langsung memuntahkannya, tanpa memberi kesempatan enzim-enzim di mulut bereaksi dan menstimulus lidah mengecap berbagai rasa . Ada juga yang menelan dengan setengah hati. Yang lain, mencoba menikmati sambil mendengarkan alunan musik ringan. Hmm lezat.

Yup. Tidak perlu menunggu lama, sampai menu-menu si koki andalan tercium aromanya ke tetangga sebelah, sampai ke istana induk.

The rising star yang dicapai para frontliner, mengantarkan pria ini ke pulau Dewata dan membawa pulang hadiah jutaan rupiah. Seperti oase di padang gurun setelah sekian lama kemarau prestasi tak menjambangi kantor yang berseberangan dengan bank pesaing tersebut. Tentu saja pencapaian itu bukan hasil kerja seorang diri. Tetapi merupakan sinergi dari seluruh pihak, baik pemimpin sebelumnya, pekerja sendiri, yang didukung penuh oleh motor penggerak yang sedang dikemudikan saat itu.

Man jadda wa jadda, siapa bersungguh-sungguh akan berhasil

Ibarat kecambah . saat yang satu memunculkan tunasnya, yang lain pun akan turut bermunculan. Begitulah, rasa-rasa yang hambar satu persatu mulai ditemukan resep pelengkapnya. Dari Lay out kantor yang semakin rapi, hingga angka NPL yang perlahan namun pasti mulai beringsut turun pun membuat semakin lega pernafasan.

Tampaknya, selain kerja keras, Dewi fortuna pun tak mau jauh-jauh dari sisinya. Entah mengapa setelah sekian kali undian untung beliung ada, baru saat itulah angin puting beliung Britama singgah dan mengeluarkan mobil Nissan Xtrail dari pusarannya di kanca Tebing Tinggi.

Saya tidak dapat menguraikan satu persatu , kesan-kesan yang saya rasakan selama kepemimpian beliau. Tapi yang pasti, bagi saya beliau adalah sosok pemimpin berkarakter, tahu apa yang harus dicapai dan mengerti bagaimana menuju kesana. Mungkin terkadang beliau agak keras kepada bawahan. Slogan di spanduk tersebut, merupakan tamparan keras bagi jiwa-jiwa rentan selama ini. Termasuk saya pribadi. Awalnya berfikir, tidak adakah kata yang lebih halus??. Namun sepertinya saya tahu jawabannya sekarang.

“ Walaupun nasi padang, dimana-mana tampilan restorannya sama, menunya sama, cara penyajiannya sama, namun ada sedikit yang membedakannya. Gulai yang dijual di Jawa lebih encer sedikit santannya dari yang di Sumatera. Demikian juga rendangnya, sedikit lebih pedas yang dijual di Sumatera dibanding yang di Jawa “


Oya, hampir lupa., The right man in the right place and the right time itu bernama Huru Priyono Ambarwito. Selamat Ulang Tahun pak. Semoga tambah disayang penghuni langit dan bumi.

Are you happy now?

Saturday, January 7, 2012

Dua tahun yang lalu, setelah melewati seleksi ketat yang sampe bikin nervous saking ga jelasnya nunggu kapan tahap test berikutnya, akhirnya pada suatu senin yang rempong karena itu adalah akhir bulan yang artinya, lo harus siap pulang sampe malam ditambah kemungkinan akan banyak permintaan dari kantor wilayah dan kantor pusat yang entah mengapa sepertinya punya hobi untuk menyusahkan orang-orang di kantor cabang seperti kami ini, datanglah pengumuman itu. 

Aku dinyatakan lulus dalam  Program Pengembangan Staff. Judul yang sangat keren, tapi sebenarnya artinya belajar mati-matian sampe gempor, ga peduli apa latar belakang ilmu kita yang penting lo harus bisa nelen tuh ilmu hukum, spreadsheet, akuntansi, management dan segala tetek bengek ilmu kepemimpinan  lainnya, dipingpong dari satu divisi ke divisi lain selama dua bulan cuma untuk tahu ngapain aja orang-orang disitu, dilempar ke salah satu daerah yang cuma Tuhan yang tahu apa dasar pemilihannya dan dituntut menjadi manusia setengah dewa ( buka cabang, ngisi ATM-termasuk kadang-kadang harus ngisi mesin ATM yang kosong di ujung kota yang biasanya aku pasti  ketiduran di perjalanan, , nyelesain selisih kas dan rekening menggantung, mendengar repetan nasabah  ,pulang paling akhir setelah seluruh pekerja pulang demi menghindari kata-kata yang ga enak mampir di kuping kalo pulang saat matahari masih menampakkan wajahnya,  sampe buat paket kredit yang tebalnya mengalahkan skripsi jaman kuliahan dulu). 

Setelah lolos dari yang nama kerennya On the job Training itu, masih harus di bekam lagi didiklat selama satu setengah bulan penuh, memperdalam semua masalah yang ditemukan di lapangan, sampe akhirnya  disuruh buat ide segar dalam waktu dua minggu dan mempresentasikannya di depan direksi plus siap-siap dengan  pertanyaan bola liar yang biasanya meleset seratus delapan puluh derajat di luar prediksi dan siap-siap spot jantung menunggu keputusan lulus atau harus mengulang beberapa bulan lagi.

And here I am, setelah 12 bulan perjuangan menahan diri untuk tidak menjedutkan kepala ke dinding ditambah dua bulan deg-degan menunggu placement yang hanya SDM beserta staf-stafnyalah yang tahu  kemana nasib kami selanjutnya, akhirnya surat berbentuk selembar kertas yang menentukan jalan hidupku beberapa tahun ke depan kuterima. 

Terkadang mikir, gimana yah kok bisa aku ngelewati itu semua. Kalo disuruh ngulang lagi, swear deh , dikasi duit lima puluh juta pun aku ga akan mau ( kalau satu brandkas aku akan pikir-pikir dulu deh ). 

Sekarang kalau ditanya, apa aku menyesal? 

Ngga tuh, pengalaman yang aku jalani, tidak akan pernah aku dapatkan andai aku ga nekad terjun bebas ke dalamnya.

Tapi apa aku bahagia? Aku tidak tahu. 

Kebahagiaan  adalah  hal relative yang bisa berubah sepanjang waktu. Detik ini aku merasa orang paling beruntung di dunia, namun beberapa jam kemudian bisa saja aku teriak “ what did I do wrong to be stuck in this shitty place?

Biarlah waktu yang akan  menjawabnya. Karena kata Take it or Leave it, bukanlah kata tepat yang harus kudengar saat ini.

Hidup adalah pilihan.  

Namun tidak selamanya pilihan itu harus seperti dua sisi mata uang. Hitam-putih, ya-tidak, baik-buruk, Masih ada ruang abu-abu untuk mensinkronkan ketidakharmonisan diantaranya.

Kenapa aku begitu yakin??

Karena ditengah semua hal yang relative, ada satu hal yang pasti,

 ALLAH TIDAK TIDUR

Beri aku Jawaban

Wednesday, February 16, 2011


Sesuatu yang tidak pasti akan menimbulkan berbagai prasangka, bisa baik bisa buruk. Saya yakin tak ada satu pun orang di dunia ini yang suka jika berada dalam ketidak pastian, apalagi dalam situasi menunggu dengan tidak pasti ( too much words "tidak pasti")
Menunggu saja sudah menyiksa apalagi ditambah menunggu yang tidak pasti. Saya mengalaminya saat ini. Berada dalam posisi tidak tahu apa yang harus dilakukan, Tidak bisa memutuskan untuk bergerak atau diam saja,semuanya serba abu-abu.

Mengeluh hanya membuat semua bertambah keruh
Mengumpat bukan solusi yang tepat
Meradang memancing yang lain tambah garang,

Marah ... pasti
Kesal .... ga usah ditanya lagi

Trus harus bagaimana, apa aku harus lari ke hutan lalu ke pantai ( kenapa tiba-tiba AADC yah )

Hai si pembuat keputusan
Aku tak peduli apa yang kau rencanakan
Akan kubiarkan kau berfikir panjang
Menimbang hal yang kau sudah tau takarannya
Menggantung aku yang sudah tergantung

Terserah apa maumu
jangan salahkan aku yang mulai acuh
jangan salahkan jika aku kehilangan empati padamu

jalan ini memang berliku, tak perlu kau jelaskan lagi
jalan ini tidak mudah, itu pun aku tau

yang tidak aku tau, kapan ini akan berakhir
dimana ini akan berujung
Jawab aku....... jangan mengelak lagi
karena aku sudah muak


Custom Post Signature