Semua ciptaan Yang Maha Kuasa di alam semesta begitu menakjubkan, begitu indah dan begitu istimewa. Namun dari kesemuanya, manusia adalah ciptaan yang paling mencengangkan. Dengan segala kerumitan dan kompleksitas di dalamnya.
Jika manusia adalah ciptaan terbaik Allah ( menurut saya ), maka musik adalah ciptaan terbaik manusia. Banyak hal luar biasa yang ditemukan manusia, mulai dari bahasa, seni, ilmu pengetahuan, sampai temuan tentang rekayasa genetic. It’s very amaze. Namun, tidak ada temuan yang begitu universal dan dapat diterima di seluruh pelosok bumi kecuali musik.
Kita tidak perlu menjadi ahli musik untuk bisa mengatakan sebuah lagu itu enak didengar. Kita juga tidak perlu harus masuk sekolah khusus musik untuk bisa sekedar berdendang dan menyiulkan irama-irama. Walau saya tak tahu apa arti lirik yang dinyanyikan Fathin Sidqia di X Factor, saya toh bisa mengatakan bahwa lagu yang dibawakan Fathin sangat memukau. Pun saya tidak terlalu ngeh saat Bryan Adams menyanyikan I’ll be right here for you, tapi saya bisa terhanyut sedemikian rupa saat mendengarnya. Atau saya akan begitu bersemangat saat Izzatul Islam mendedangkan “ Mujahid Muda” nya, dan bisa menangis tersedu-sedu saat mendengar lagu “Mother How are you today” .Ya itulah musik, kamu bisa merasakan apa yang ingin disampaikan tanpa harus tahu artinya. Bahasa universal
Musik adalah satu-satunya hal yang meskipun kita menyebutnya dengan berbagai jenis nama, namun tetap bisa dinikmati oleh siapapun. Mau jenis pop, jazz, country,rock, it’s just a music. Musik juga adalah suatu hal yang bisa memacu panca indra dan anggota tubuh bereaksi hanya dengan mendengarnya. Saat sebuah lagu didendangkan, mulut akan ikut bernyanyi, kepala akan bergoyang, kaki akan menghentak, badan akan mengikuti irama, dan pada akhirnya tangan akan bertepuk. Seperti itulah musik.
Satu hal yang penting adalah, musik dapat menghubungkan banyak orang dengan berbagai ras, suku, budaya dan agama. Musik juga bisa menggambarkan perasaan, membangkitkan kenangan, dan melukiskan suatu keadaan. Tak heran , lihat saja di infotainmet atau acara-acara televise. Saat di layar menggambarkan seseorang yang miskin, yang berjuang dengan hidup otomatis lagu yang paling tepat untuk menggambarkannya adalah “ You Rise Me up “. Atau saat menggambarkan keadaan orang disabilitas, orang tak berdaya, maka akan mengalun lagu D’massive
“ Tak ada manusia yang terlahir sempurna
Seakan hidup ini tak ada artinya lagi….
Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah “ #nyanyi
Contoh lagi, saat di layar kaca muncul berita peperangan, lagu Michael Jackson “ Heal The World” begitu pas menggambarkannya. Dan semua orang pasti akan setuju dan terhanyut di dalam melodinya tanpa harus mengerti kata-katanya. Musik memang universal.
Maka menurut saya, apapun itu, jika disampaikan dengan musik, akan lebih gampang diterima. Makanya lihat saja, saat kampanye, ARB membuat jingle khusus untuk dirinya. Tujuannya? Tentu saja agar mudah diingat. Jokowi contoh nyatanya, lagu One Direction yang digubah membuat ia menjadi populer dalam sekejab. Saat suatu ormas atau golongan masyarakat berorasi, demo, pasti tak ketinggalan akan dibawakan sebuah lagu yang gampang, mudah diingat dan bisa dinyanyikan semua orang. Tentu saja hal itu dilakukan untuk membakar semangat. Produk-produk tertentu, seperti ayam goreng si kakek itu, dengan jinglenya yang terkenal membuat kesan yang mendalam di alam bawah sadar kita. Sehingga mendengar kata ayam goreng, otomatis akan tergambar di benak kita ya ayam goreng itu. Atau contoh lagi, sebuah provider telekomunikasi yang menciptakan jingle dan tagline yang begitu mudah diingat.
Terkait dengan semua itu,salah satu komoditi yang paling menguasai hajat hidup orang banyak saat ini yaitu bahan bakar pun perlu sosialisasi dengan pendekatan musik ke masyarakat.Jika selama ini masyarakat telah dinina bobokan dengan subsidi dari pemerintah dalam bentuk bahan bakar berjenis premium, sudah saatnya Pertamina sebagai produsen utama BBM di negeri ini mulai memprenetasikan kampanye penggunaan Pertamax untuk konsumsi kendaraan masyarakat sehari-hari.
Kalau hanya sekedar himbauan, kampanye, iklan layanan masyarakat, tampaknya belum terlalu mengena. Diperlukan program khusus yang menyelusup ke alam bawah sadar. Sehingga tanpa dipaksa pun, para pengguna kendaraan bermotor akan selalu berfikir. “ Ingat Isi BBM, Ingat Pertamax”.
Caranya?
Pertama, dengan menciptakan lagu atau jingle yang asik, yang gampang diingat, yang bisa menggambarkan keinginan untuk membeli Pertamax. Sama dengan produk-produk lain yang begitu kuat image. Seperti kalau menyebut pasta gigi, otomatis orang akan menyebut merk X, menyebut air mineral, tanpa berfikir orang akan otomatis mencetuskan merk Y.
Saya bukan pencipta musik, jadi saya tidak akan merekomendasikan lagu tertentu. Karena sebaiknya adalah lagu baru, jingle baru yang bisa diperdengarkan di setiap SPBU. Diiklankan di radio, di televisi sehingga semakin sering didengar akan terbentuk pola di pikiran yang mendengar, bahwa bahan bakar ya Pertamax, bukan yang lain. Dan sebagai penariknya, lagu atau jingle tersebut dinyanyikan oleh grup musik terkenal, yang memiliki image positif dan disukai masyarakat. Hmm saya terfikirnya The Rock atau Nidji.
Kemudian, setelah jingle Pertamax dilaunching, adakan lomba untuk anak muda dengan Tema " Pertamax, untuk hidup lebih baik". Hal ini turut mengasah kreativitas anak bangsa, agar lebih banyak lagi kegiatan positif, dibanding harus ugal-ugalan di jalan, mending kan ikut lomba Pertamax, bisa dapet hadiah lagi.
Ketiga, lagu-lagu para pemenang lomba jingle tadi dijadikan CD kompilasi. Bisa dijadikan promosi, dengan minimal pembelian Pertamax berapa liter gitu, dikumpulin struknya, bisa dapat CD kompilasi tersebut.
Keempat, di setiap SPBU ,Jingle-jingle tadi harus diperdengarkan, sehingga melekat di ingatan konsumen.
Dengan begitu, musik tidak hanya berperan dalam hal-hal romantic, mellow, dramatis atau hingar bingar panggung hiburan. Tapi juga bisa digunakan untuk menciptakan hidup yang lebih baik. Karena dengan perantara musik sehingga orang tergerak menggunakan pertamax sebagai bahan bakar kendaraannya, begitu banyak hal yang tadinya buruk bisa diubah menjadi hal yang positif. Seperti lebih ramah lingkungan, lebih friendly untuk kendaraan, dan tentu saja turut meringankan APBN sehingga membantu pemerintah menghemat anggarannya dan bisa dipergunakan untuk hal lain yang lebih bemanfaat.
Kelima, bekerjasama dengan leasing atau dealer-dealer kendaraan bermotor untuk membundling penjualan kendaraan dengan voucher Pertamax sejumlah tertentu. Jika dari awal mesin kendaraan sudah memakai Pertamax dan pemilik kendaraan juga bisa merasakan keunggulan Pertamax, seterusnya akan lebih mudah untuk mengajak konsumen memakai Pertamax. Apalagi dengan keunggulan Pertamax yang
Oiya saya jadi inget dengan Kaskus. Tahu kan yah? itu sebuah website gaul, berisi berita-berita, jual beli, info-info sampai humor-humor segar. Nah disitu kalau kita bisa komen pertama kali otomatis kita bakal dapet predikat " PERTAMAX". Entah darimana asal muasalnya, tapi sebenarnya image di masyarakat itu, Pertamax itu adalah sesuatu yang eksklusif, yang susah dijangkau. Coba deh kalau ngga percaya, betapa susahnya kita menjadi komentator pertama disana dalam setiap postingan, makanya predikat Pertamax itu menjadi hal yang mahal. Nah image seperti itu tuh yang harus dihilangkan.
Dengan musik, sesuatu yang universal, yang dikenal orang, yang begitu mudah merasuki kita, kebiasaan menggunakan Pertamax akan tertular dengan sendirinya. Seperti irama yang menghentak dengan teratur, seperti itulah gerakan piston mesin kendaraan yang menggunakan Pertamax, teratur . Seperti semangat kita yang terbakar saat mendengarkan Akhmad Albar mendendangkan lagu "merah darahku putih tulangku" ( Ketauan saya umur berapa ), layaknya Pertamax sebagai pembakar pada mesin, penuh semangat dan memberi energy lebih dengan angka oktan yang lebih tinggi dari BBM biasa. Musik yang berkualitas membuat jiwa kita terisi, menghadirkan kreativitas dan merangsang otak untuk terus beraktivitas, sehingga ngga lumutan. Sama dengan Pertamax, yang menjaga mesin kendaraan tetap awet dan menjaga lingkungan lebih nyaman.
Sembari Pertamax bekerja untuk kendaraan, sambil menyetir kita bisa menyetel musik-musik yang menenangkan. Dengan mendengarkan musik, laju kendaraan juga akan teratur karena otomatis kita akan mengikuti iramanya. Memang musik bisa merasuki alam bawah sadar kita sesuai jenis musiknya. Perhatikan, kalau di toko-toko buku, di swalayan, pasti akan diputar lagu slow yang meloow, sehingga tanpa sadar kita akan berjalan perlahan, lambat, dan ujung-ujungnya bakal lama berada di toko tersebut yang kemungkinan juga bakal lebih banyak barang yang kita beli. Makanya ngga heran kalau udah ke mall ngga berasa tiba-tiba udah berjam-jam disana padahal perasaan baru sebentar.
Nah, itu juga bisa diterapkan saat berkendara. Dengan mendengarkan musik yang tenang, kita akan terhindar dari ngebut, yang pastinya berdampak tidak baik pada mesin. Kita juga akan santai, mengerem juga tidak mendadak sehingga bisa menghemat bahan bakar yang digunakan, karena pengereman mendadak dan kecepatan kendaraan yang tidak stabil merupakan salah satu penyebab boros bahan bakar. Apalagi ditambah pakai Pertamax yang angka oktannya tinggi, ya udah jelaslah keuntungannya berlipat-lipat. Hemat dan turut mengurangi polusi lingkungan tentunya.
Jadi, musik dan Pertamax itu bisa bersinergi secara kompak lho. Musik untuk hidup yang lebih baik. @PertamaxInd untuk hidup yang lebih berkualitas
Ini Ideku, #apaidemu??
Gambar : Dr Google, dimodif oleh windi ^_^