Showing posts with label lingkungan. Show all posts
Showing posts with label lingkungan. Show all posts

Pintar Pintar Resolusi Hijau

Monday, January 26, 2015
Bulan pertama di tahun 2015 sudah hampir berlalu. Bagaimana, sudah mulai belum melaksanakan resolusi-resolusi yang dibuat?. Atau malah tidak punya resolusi apa-apa?. Kalau belum punya resolusi, yuk baca cerita saya dulu, siapa tahu dapat inspirasi.

Kali ini saya mau cerita soal Konservasi Sumber Daya Alam. Biar kita-kita lebih aware nih sama lingkungan.

Karena Dia Begitu Berharga

Sunday, August 31, 2014
Main tebak-tebakan yuk…..

Penyakit apa yang tidak menyakitkan, sepele namun membuat penderitanya mengidap panas dingin karena malu??

Ayoo apa??

Yup Benar… PKK alias Panu Kadas Kurap

Jangan anggap remeh tiga penyakit ini, karena bisa menyebabkan kematian. Iya MATI GAYA.

Bayangin aja kalau kita mengidap salah satu dari three musketeers tersebut. Kalau perempuan, sudah pasti ga akan lolos seleksi kontes Miss Universe. Kalau laki-laki? Haqqul yakin gagal audisi iklan susu Tiga huruf itu El EM EN. Tuh kan, bukan cuma mati gaya, malah bisa mematikan kesempatan berkarir dan mendapat rezeki plus kesempatan eksis di dunia entertainment.

Penyebab penyakit sepele namun berdampak sistemik tersebut disinyalir adalah karena si penderita kurang menjaga kebersihan, lebih jauh lagi karena si penderita jarang mandi. Soalnya, sumber malapetaka itu bernama jamur dan bakteri yag suka sekali tumbuh di tempat-tempat lembab.

Tahukah anda negara mana yang memiliki jumlah pengidap PKK terbanyak di dunia?

Kalau tahu kasih tahu saya ya. Belum ada sih data yang secara pasti menyebutkan negara mana yang beruntung itu, karena kebanyakan penderita PKK tidak pernah mengeluhkan penyakit ini ke dokter atau ke pusat-pusat kesehatan, tak lain dan tak bukan karena MALU. Paling bisa kita teliti dengan jumlah penjualan obat PKK di apotik. Namun yang pasti penyakit ini bisa tumbuh dan berkembang di daerah yang memiliki suhu hangat dengan kelembaban yang tinggi, ya seperti di negara kita tercinta ini.

Pengidap PKK pastinya serta merta akan dicap sebagai orang yang Jorok. Tapi pernahkan kita menyadari apa penyebab mendasar berkembangnya PKK di tubuh manusia yang normalnya kalau tahu penyebabnya pasti akan menghindari pemicunya. 

Kita telusuri yuk. Ambil contoh Panu aja deh. Kadas dan kurap kita kurung di kamar dulu.

Benar banget penyakit PKK timbul karena si empunya kurang menjaga kebersihan, akibatnya tumbuh jamur yang merupakan cikal bakal bentol-bentol putih bernama panu tadi. Biasanya diderita oleh orang-orang yang banyak berkeringat dan tidak membersihkan diri dari keringat itu.Muncullah tunas-tunas jamur di area yang lembab. Seperti leher, punggung, dada bahkan di wajah. Nah cara paling praktis untuk mencegahnya, yaaa jagalah kebersihan, salah satunya dengan mandi yang bersih secara teratur. Pakai sabun dan pakai air bersih tentu saja. Sebab percuma juga sering-sering mandi kalau pakai air penuh kuman dan bakteri, sama aja bohong dong.

Usut punya usut, berdasarkan hasil penelitian, ternyata jumlah penderita penyakit kulit , terbanyak berada di daerah Indonesia Timur yang kalau ditelusuri lagi ternyata daerah-daerah yang memiliki masalah keterbatasan air bersih.  Wajar sekali, alih-alih memikirkan mandi  tiga kali sehari untuk menjaga kebersihan tubuh dan kulit,  kalau buat masak, minum, dan bersih-bersih dari buang hajat saja susah. Hayoooo kalau kalian dikasih air bersih seember di tengah kondisi air sulit, pastilah mandi menjadi prioritas terakhir. Betul tidak??.

Trus kenapa saya bilang di paragraph awal tadi bahwa ada dampak sistemik dari orang yang jarang mandi. Coba lihat gambar di bawah ini




Tuh kan sistemik banget. Itu baru akibat dari satu penyakit sepele karena kelangkaan air. Belum lagi 30 penyakit lain yang disebabkan bukan saja karena kelangkaan air tapi karena air yang tidak bersih. Sebut saja kolera, hepatitis, polymearitis, tupoid, disentri trachoma, malaria, yeloow fever,diare dan penyakit cacingan.

Karena itu ngga salah kalau kita katakan bahwa air adalah sumber segalanya, termasuk sumber kebahagiaan dan sumber kesehatan. Ada dan tiadanya berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap keberlangsungan hidup penghuni bumi ini. Kelangkaannya saja bisa membuat kehidupan kacau balau apalagi ketiadaannya. Bisa koit kita semua.

Sering dengar kan, istilah “ Api, kecil jadi kawan, besar jadi lawan”.

Lain api lain pula air. Kurang bikin merana, lebih bikin masalah. Duuh serba susah ya.

Apakah Negara kita kekurangan sumber air bersih?

Sebenarnya tidak. Kita tahu, bahwa tidak semua air yang ada di bumi ini bisa dikonsumsi dan digunakan oleh makhluk hidup. Air laut, air salju, jelas tidak bisa. Padahal sebagian besar air permukaan ada di lautan.




Sumber air bersih yang paling sering kita lihat adalah air sungai, air danau dan air tanah.

Indonesia memiliki hampir 500 buah sungai. Namun sayangnya, menurut Kementrian Lingkungan Hidup ( KLH), sebanyak 75.25 % dari jumlah titik pantau terhadap 411 sungai tersebut memiliki status tercemar berat. Mulai dari limbah industri, limbah rumah tangga, sampah organic, tinja manusia sampai bakteri coliform dan fecal coli penyebab diare. Ngga heran masyarakat di daerah aliran sungai tercemar banyak mengalami diare dan penyakit lain. 

Jakarta contohnya, ibukota yang dialiri oleh 13 sungai itu, ke 13 sungainya sudah tercemar. Sungai Ciliwung termasuk yang paling besar tercemar bakteri E coli. Kadar pemcemaran mencapai 1.6 juta individu per 100 cc, padahal standar baku mutunya 2.000 incividu per 100 cc. Dari jumlah tersebut, terdapat 20-30 jenis penyakit yang bisa timbul akibat mikroorganisme di dalam air yang tidak bersih. Bakteri yang sama juga mencemari 70 persen tanah di ibukota yang juga berpotensi mencemari sumber air tanah. Makanya saya acungin jempol deh buat pemerintah Jakarta sekarang yang sedikit demi sedikit sudah mulai membersihkan sungai-sungainya. Ciliwung sekarang sudah jauh berbeda dari tempo dulu.


ciliwung dulu


Apakah hanya sungai di daerah perkotaan saja yang tercemar?

Pencemaran limbah pabrik pengolahan sawit di Riau
Eiits nanti dulu. Lain di kota lain di desa. Contohnya di daerah Sumatera dan Kalimantan,dimana perkebunan sawit terhampar luas. Kebanyakan perkebunan sawit tersebut berlokasi di sekitar aliran sungai yang notabene merupakan sumber mata air bagi masyarakat sekitar. Sebagai informasi, untuk memelihara perkebunan sawit di Indonesia dibutuhkan 2,5 juta ton pupuk dan 1,5 juta liter pestisida secara regular. Akibatnya kualitas air di sekitar pun menurun karena tercemar oleh limbah dari pestisida dan pupuk tersebut. Apalagi ternyata masih banyak praktek pembuangan limbah oleh pabrik kelapa sawit yang dibuang secara langsung ke sungai. Akibatnya kondisi air sungai berubah menjadi berbau dan berminyak. Masyarakat pun tak berani mengkonsumsi air sungai untuk memasak dan minum karena dikhawatirkan mengandung racun. Apalagi untuk lahan g
ambut, karena tanah gambut mengandung sebagian besar carbon yang bisa mengeluarkan gas methan.

Di daerah pertambangan seperti Bangka, Belitung, pulau  Buton, di Jayapura, penyebab pencemaran air pun berbeda lagi. Pencemar yang ada berasal dari limbah tambang. Jadi bisa ditarik kesimpulan, bahwa dimanapun, air sungai kita prosentase tercemarnya lebih tinggi daripada yang layak konsumsi.

Selain air sungai, sumber air lain yang tak luput dari pencemaran adalah air tanah. Timbunan sampah menahun yang meresap ke dalam tanah turut mempengaruhi kualitas air tanah kita. Di tambah lagi maraknya penggunaan sumur bor oleh masyarakat sebagai upaya pencarian air bersih.

Selain itu, apa masih ada lagi?

Ternyata masih ada. Banjir adalah salah satu penyebab berkurangnya pasokan air bersih di negeri ini. Curah hujan yang tinggi, dikombinasi dengan perilaku masyarakat yang seenaknya plus ambisi pemerintah melakukan pembangunan tanpa melihat keseimbangan tata kota dan tata lingkungan menyebabkan banjir menjadi pelanggan setia beberapa kota dan daerah di tanah air.

Apakah kondisi ini hanya terjadi di Indonesia saja?

Hohoho ternyata di negara lain juga mengalami hal yang tidak jauh berbeda. Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 2 milyar manusia perhari terkena dampak kekurangan air di 40 negara, dan 1.1 miliar tak mendapat air yang memadai. Itu jumlah orang lho, bukan jumlah uang.

Di Indonesia sendiri, 119 juta rakyat kita belum memiliki akses terhadap air bersih.  Padahal kebutuhan air bersih per orang setiap hari diperkirakan 175 liter air per orang. Dan untuk 9 juta penduduk , diperlukan 1.5 juta meter kubik per hari. Itu terdiri dari kebutuhan untuk mandi, minum, cuci dan buang air.  Kalau dikalikan jumlah penduduk Indonesia  kira-kira sekitar 33.5 juta meter kubik per hari. Jumlah yang cukup fantastis. Saat ini perusahaan air minum (PAM)  baru bisa memenuhi kebutuhan 50 persen lebih, itu pun kalau tidak ada gangguan. Kalau ada gangguan, pelanggan PAM pun bisa mengalami krisis air.

Padahal krisis air dapat membangkitkan epidemic penyakit.Ngga heran berbagai penyakit-penyakit seperti diare, muntaber, tifus menjadi penyakit yang lumrah kita temui sehari-hari.
Terbatasnya air bersih juga akan mengganggu kenyamanan dan kebersihan lingkungan. 

Kok bisa?. 

Iya, soalnya kegiatan bersih-bersih kan juga membutuhkan air. Gara-gara krisis air keadaan sekitar jadi relative kotor dan menimbulkan banyak lalat. Kalau lalat sudah merajalela, makanan dan minuman pun akan mudah dihinggapi lalat dan penyakit seputar pencernaan pun berdatangan

Trus apa tidak ada yang bisa kita lakukan?

Tentu saja banyak hal yang bisa kita perbuat, untuk menambah pasokan air bersih atau minimal mempertahankan jumlah yang ada sekarang ini.

Salah satunya , memanfaatkan air yang ada. Agar layak dikonsumsi kita bisa mengolahnya sendiri.

Sebenarnya proses pemurnian air tidaklah terlalu sulit. Ada 5 hal yang harus dilakukan, yaitu :netralisasi, aerasi,koagulasi,pengendapan dan penyaringan. Masing-masing langkah memilki tujuan tersendiri.

1.       Netralisasi, 
Bertujuan untuk mengatur PH air agar menjadi netral (7-8). Hal ini dilakukan karena contohnya air gambut memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Penetral yang paling murah dan mudah didapat adalah kapur.

2.       Aerasi
Maksudnya adalah mengontakkan air dengan udara. Tujuannya agar zat-zat dan senyawa berbahaya di air bereaksi dengan oksigen. Contohnya zat besi dan mangan yang jika bereaksi dengan udara akan membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang tidak larut dalam air. Maka nantinya mudah terpisah. Selain itu aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun seperti H2S, gas methan dan karbon dioksida. Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan pompa sepeda untuk proses aerasi.

3.       Koagulasi
Koagulasi bertujuan untuk menggumpalkan kotoran dalam air seperti lumpur, bakteri halus, zat warna. Caranya dengan melarutkan bahan kimia ke dalam air. Bahan yang paling murah dan mudah didapat adalah tawas. Tawas dicampurkan, kemudian diaduk, maka akan terbentuk gumpalan berupa flok-flok

4.       Pengendapan
Setelah proses koagulasi, kurang lebih 40-60 menit diamkan air tersebut sampai gumpalan kotoran mengendap.Setelah kotoran mengendap, air yang tadinya keruh akan tampak lebih jernih

5.       Penyaringan
Walaupun sudah diendapkan, namun kotoran-kotoran berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Karena ini diperlukan proses penyaringan. Biasanya saringan yang digunakan terdiri dari, batu kerikil, pasir, batu koral, ijuk dan arang.


Gbr Pengolah Air Minum Sederhana
Cara kerjanya :
  • Pertama, air ditampung dalam tangki atau drum. Pada tangki tersebut dipasang dua buah keran. Satu keran di samping untuk menyalurkan air ke penyaringan, dan satu lagi berada di dasar tangki untuk pembuangan kotoran.
  • Setelah dinetralkan PH nya, dilakukan proses aerasi, yaitu dengan memompakan udara ke dalam tangki meggunakan pompa sepeda.Pompa tersebut dihubungkan dengan sebuah pipa untuk menyebarkan udara yang dihembuskan ke dalam air. Proses aerasi ini menghasilkan endapan senyawa mangan dan senyawa besi pada dasar tangki
  • Selanjutnya larutkan tawas untuk proses koagulasi. Akan terbentuk gumpalan kotoran. Setelah didiamkan beberapa saat maka kotoran tersebut akan mengendap di dasar tangki.
  • Untuk memisahkan endapan tersebut, buka keran air pada dasar tangki.
  • Air yang telah bebas dari gumpalan kotoran tadi dialirkan melalui keran samping ke bak penyaringan dengan susunan sebagai berikut:

  • Setelah melalui proses penyaringan, akan diperoleh air jernih dan bebas kotoran .
                              Air Baku, Air Olahan yg Belum disaring, Air Olahan Setelah Disaring

Proses pemurnian air  (water purifier ) tersebut tergolong sederhana, mudah dan murah. Bahan-bahan yang digunakan juga relative mudah diperoleh. 

Namun, walaupun prosesnya tergolong mudah dan murah dibutuhkan waktu untuk memprosesnya dari mulai penampungan, penggumpalan, pengendapan sampai penyaringan. Disamping itu air hasil olahan memang secara fisik terlihat jernih, namun kualitasnya belum dapat diyakini terbebas dari segala jenis bakteri penyebab penyakit. Kebanyakan masyarakat di daerah perkebunan tetap melakukan treatment lanjutan berupa perebusan air sebelum dikonsumsi untuk meyakini air tersebut terbebas dari kuman.

Untuk masa sekarang, hal ini bisa teratasi dengan membeli air kemasan. Air kemasan mudah diperoleh dimana saja dengan berbagai merk. Air kemasan ini berasal dari sumber mata air pegunungan setelah melalui proses pemurnian dan tentu saja dengan ditambahkan mineral. Salah satunya adalah Aqua. Berbeda dengan merk air mineral lain, sumber air aqua berasal dari mata air terpilih setelah dilakukan penelitian dan obsenrvasi selama bertahun-tahun. Jadi tidak ujug-ujug ngambil dari air gunung. Ada parameter-parameter kandungan mineral yang ada di dalam air yang menjadi standar Aqua.

Selain itu, ada hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dampaknya mungkin tidak secara langsung terhadap penanggulangan kelangkaan air bersih, tapi jika dilakukan dalam jangka panjang, ujung-ujungnya kesana juga. Kan sitemik saya bilang. Diantaranya:


Memanfaatkan sampah domestic rumah tangga. 

Saya pernah baca di tweet Dewi lestari tentang ide lubang sayur. Jadi kalau ibu-ibu masak, kan pasti ada cabe, bawang, trus akar-akar sayur tuh kayak kangkung, bayam yang selama ini kita buang. Nah mulai sekarang bisa dibuat lubang di sekitar dapur. Ngga perlu halaman yang luas. Setiap habis potong-potong sayur, plung masukin ke lubang sayur. Tapi jangan dicampur sama sisa nasi , atau lauk pauk kemarin malam ya, murni sampah sayur. Dua minggu yang lalu, saat saya membersihkan kulkas, baru deh kelihatan banyak cabe yang saya beli udah hampir membusuk. Oleh ART saya, biji cabenya dikeluarin trus disebar-sebar di tanah, satu dua tunas mulai muncul. Bawang juga ada yang tumbuh. Lumayan kan buat penghematan dan mengurangi sampah domestic. Ntar kalau dilakukan berjamaan setidaknya mengurangi timbunan sampah yang bisa menyebabkan air tanah tercemar.

Menggganti kantong plastic dengan kantong kertas. 

Ah ide basi. Iya sih sudah banyak kayaknya yang ngasi ide ini. Tapi, yang mau saya himbau disini bukan bagi pembeli, tapi bagi penjual. Saya salut dengan pedagang batik di jogja. Hampir semua toko batik disana menggunakan kantong kertas sebagai pengganti plastic. Banyak keuntungan yang bisa didapat. Pertama lebih ramah lingkungan. Kedua bisa ditulisi macam-macam termasuk untuk ngiklan. Ketiga, kalau kantongannya bagus dan keren, tidak jarang kita akan memakainya untuk membawa sesuatu di lain waktu, Buat bawa buku, buat tempat bekal ke kantor, bawa perlengkapan sholat. Artinya tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan, pembeli akan mempromosikan toko kita secara tidak sadar. Hubungannya dengan air bersih apa coba?. Yaaa itu tadi, lagi-lagi pengurangan sampah karena limbah plastic yang bisa merusak air tanah

Gunakan kembali plastic yang telah dipakai.

Nah yang ketiga ini khusus untuk pembeli. Jadi, ngga ada salahnya kita bawa plastic bekas di tas. Jadi saat membeli barang contohnya ke supermarket yang entah apa alasannya suka sekali memberi kantung plastic berbagai ukuran,kita bisa menolaknya dan memakai plastic yang kita bawa sendiri. Hemat sampah hemat sampah

Hemat Kertas

Trus bagi pegawai kantoran, anak kuliahan, mari kita memakai kertas seefisien mungkin. Kalau ngga penting-penting amat ngga usah diprint, bisa pakai email. Kertas print yang gagal, sisi baliknya bisa dipakai lagi, misalnya untuk nota dinas atau keperluan intern. Kalau perlu, disobek dua, dikumpulin, dikasi judul lucu, dijilid, trus kasih ke anak, atau ponakan buat kertas latihan ngerjain soal. Hemat sampah hemat sampah

Kalau dari masyarakat sudah timbul kesadaran berubah dari hal-hal kecil, dampak sistemiknya bisa kita rasakan mungkin berpuluh tahun kemudian.

Pentingnya Peran pemerintah

Nah, peran pemerintah juga ngga kalah pentingnya. Ada beberapa hal yang wajib pemerintah lakukan dalam rangka memenuhi hak warga negara mendapat air bersih layak konsumsi demi terciptanya generasi Indonesia yang sehat dan berkualitas.

  1. Sesuai pemaparan saya di atas, pemerintah harus menindaktegas para pengusaha perkebunan yang melanggar UU lingkungan, khususnya terkait penanaman kebun sawit di wilayah DAS dan pencemaran limbah pabriknya
  2. Kalau subsidi BBM jadi dicabut, saya harap pemerintah mengalokasikan anggaran tersebut sebagian untuk penyediaan air bersih bagi daerah-daerah krisia air.
  3. Mewajibkan perusahaan-perusahaan besar untuk memasukkan program penyediaan sarana prasarana air bersih dalam program CSR atau bina lingkungannya. Jadi ngga melulu untuk kaum dhuafa dan dunia pendidikan saja. Generasi cerdas bisa dilahirkan dari lingkungan yang sehat. Aqua sudah melakukannya untuk beberapa daerah. Inget iklan orang papua itu kan?.
  4. Menyediakan tempat sampah sebanyak-banyaknya di setiap sudut kota, kalau perlu di metromini pun disediakan tempat sampah
  5. Edukasi…. Edukasi. Hal yang teramat penting. Edukasi dini terhadap anak usia SD tentang pentingnya menjaga sumber air bersih. Kalau perlu ditambahkan dalam kurikulum pendidikan program kunjungan ke perusahaan air minum plus ditambahkan materi cara-cara melestarikan air seperti cara menabung hujan, membuat biopori, membuat sumur resapan , atau cara mengolah air.


Semoga saja, Indonesia yang lebih sehat dapat tercipta di masa mendatang. Mari lestarikan air kita, karena dia begitu berharga.


Sumber :
http://www.tempo.co/read/news/2011/09/07/060354927/30-Penyakit-Ini--Akibat-Krisis-Air-Bersih)
http://www.kelair.bppt.go.id
http://www.mongabay.co.id 



Yamaha Xeon RC, Motor Impianku

Saturday, March 16, 2013

Tadi sore di kantor iseng saya mengadakan survey kecil-kecilan kepada  rekan kerja yang kesemuanya pria berusia 23-30 tahun. Mereka adalah pengguna berbagai merk motor. Pertanyaan yang saya ajukan adalah, “ Kalau kalian ingin membeli motor, apa yang menjadi pertimbangan utama?”

Dan ternyata jawaban mereka hampir semua sama, berdasarkan urutan seperti ini:
  • Merk
  • Keiritan Bahan bakar
  • Model 
  • Mesin
  • Harga

Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim

Saturday, March 2, 2013
Setelah hampir 8 tahun tinggal di Sumatera, baru nyadar ternyata suami saya belum pernah sekalipun ke Berastagi. Daerah Puncaknya Sumatera Utara yang terkenal dengan Bukit Gundalingnya. Kalau di Jawa ya mirip-mirip Kaliurang atau Tawangmangu. Daerah bukit dengan udara yang sejuk. Rasanya kok Mesake banget si mas belum pernah ke daerah wisata kebanggaan orang Medan ini. Jadi, setahun yang lalu, saat ponakan saya Fadlan berulangtahun kami pun berbondong-bondong sekeluarga besar merayakannya di Berastagi. Kami menyewa sebuah villa yang  besar untuk menampung 4 keluarga.

Saya sendiri, terakhir ke Berastagi sudah beberapa tahun yang lalu. Soalnya kalau liburan mau kesana, sudah bisa dipastikan macetnya poll, persis keadaan lalu lintas kalau mau ke puncak saat libur panjang. Karena sudah lama ya memory saya masih merekam kondisi Berastagi beberapa tahun yang lalu.

Jejak-Jejak Karbon

Wednesday, February 27, 2013

Jejak-jejak Karbon

Belakangan saat saya menonton televisi, begitu banyak berita-berita mengerikan dan membuat terhenyak berseliweran. Mulai dari kasus korupsi yang melibatkan partai politik, narkoba, pengasuh yang membunuh bayi, sampai ibu yang membunuh anak kandungnya sendiri. Terlalu banyak berita buruk yang kita dengar memenuhi ruang publik dan ruang pribadi. Sangkin banyaknya kita sampai lupa pada masalah lain yang dari dulu sampai sekarang sedang mengancam kita sebagai manusia dan bumi yang kita tinggali ini.

Tengoklah beberapa waktu yang lalu, saat banjir besar menghantam Jakarta yang menyebabkan kerugian jiwa dan materi yang tidak sedikit. Ibukota sempat lumpuh selama beberapa saat. Atau lihat juga hantaman Topan Botchan di Filipina yang menewaskan sekitar 477 jiwa . Belum lagi Topan Nargis di Myanmar, dan yang masih basah diingatan kita bagaimana dahsyatnya Topan Sandy yang memporak porandakan Amerika Serikat pada November 2012 lalu.

Wedding Invitation - Go Green and Elegant

Tuesday, February 19, 2013
( Pemenang Hiburan Lomba Blog Datangya.com )


Kalau mendengar kata pencemaran lingkungan, pemanasan global, perubahan iklim, pasti yang terlintas pertama kali di benak saya penyebabnya adalah penggunaan bahan bakar. Karena secara kasat mata polusi udara paling banyak disebabkan asap knalpot kendaraan bermotor yang berasal dari pembakaran bahan bakar di mesin. 

Namun setelah membaca dan mencermati isu-isu lingkungan , saya dikejutkan oleh beberapa fakta tentang sumber pencemaran lingkungan yang berasal dari benda yang akrab dengan kehidupan sehari-hari dan terlihat bersih. Yup, KERTAS. 

Tahukah anda dengan fakta-fakta berikut ini, ternyata :

Save The Water, Sebuah Pesan dari Alam Rahim

Thursday, January 31, 2013


Halo.. perkenalkan . 

Hmmm... namaku siapa yah. Aku belum tahu siapa namaku, tapi aku sering dengar bunda dan papaku manggil aku dede.. dede... gitu. Bunda sering bicara padaku, walau aku belum bisa menjawabnya tapi aku mengerti apa yang dikatakannya. Biasanya aku memberi jawaban dengan cara menendang perut bunda, atau mengetuk-ngetuknya. Sepertinya bunda suka sekali kalau aku bergerak-gerak, karena setiap aku bermanuver, sebuah tangan halus langsung mengelus-ngelusku, rasanya nyamaan banget.

Setiap malam bunda sering membacakanku buku cerita. Jadi di dalam sini aku sedikit-sedikit tahu apa yang terjadi di luar sana. Kemarin malam bunda bacain tentang air. Sebenarnya ngga bacain sih, cuma bunda membaca dalam hati, tapi kan karena aku satu jiwa sama bunda jadi aku tahu apa yang dibaca dan di pikirannya. Wah aku jadi ingin menyampaikan sesuatu dari sini. Karena aku belum bisa nulis, jadi bunda yang nulisnya.

Lestari Alamku, Lestari Airku

Friday, December 28, 2012

Hamparan Kebun Sawit di Labuhan Batu Sumatera Utara
Foto koleksi pribadi

Mungkin sudah ditakdirkan bahwa hidup saya harus selalu dikelilingi oleh perkebunan sawit. Masa kecil saya di habiskan di perkebunan karena ayah saya bekerja di salah satu perusahaan perkebunan negara. Sangkin terbiasanya dengan lingkungan perkebunan, bahkan setamat kuliah ayah menyarankan saya mencari lowongan kerja di perkebunan. Demi menghormati orangtua, saya ikuti saja permintaan mereka, mendaftar di salah satu perkebunan di Sumatera Utara. Syukurlah saya tidak lulus,karena sejujurnya saya sudah bosan hidup melihat pohon sawit dan karet selama bertahun-tahun. Namun tampaknya Allah berkehendak lain, sudah suratan takdir saya memang tak boleh jauh-jauh dari yang namanya sawit dan karet. Menginjak usia 25 tahun saya bertemu dengan jodoh saya yang tak lain tak bukan adalah salah satu pegawai di perusahaan perkebunan di Sumatera Utara, oalah nasib-nasib. Jadilah setelah menikah saya kembali harus mendekam di belantara perkebunan sawit.

Setelah dua tahun menikah saya dipindahtugaskan oleh kantor tempat saya bekerja ke Jakarta. Perasaannya sedih-sedih senang gimanaaa gitu. Sedih karena pisah dengan suami, namun ada sedikit rasa senang membayangkan bakal melihat hingar bingar kota Jakarta setelah bertahun-tahun yang dilihat sawit ,karet,penderes,CPO dan atributnya.

Namun sepertinya memang hidup saya ngga boleh jauh dari si pohon sawit tersebut. Dua tahun di Jakarta saya kembali ditugaskan ke Sumatera Utara, tepatnya di Rantau Prapat, pusatnya perkebunan sawit di pulau tersebut, hadeeeeh emang kalau jodoh ngga akan kemana. Jadi bisa dibilang seumur-umur selama 29 tahun saya menghirup udara di dunia ini, sebagian besar udara yang saya hirup keluar dari hasil fotosintesis daun-daun sawit.

Saya jadi ingat, saat kecil saya sering diajak ayah mengunjungi perkebunan. Ayah saya bekerja pindah-pindah. Pernah di Duri, Pekan Baru, Jambi, Bengkulu, bahkan Kalimantan. Setiap ayah saya pindah tugas minimal sekali saya pasti pernah mengunjunginya. Dan dari pengamatan saya ternyata seluruh daerah tempat ayah saya bekerja tersebut memiliki satu masalah yang sama. Ya, hampir di tiap tempat ayah saya selalu mengeluhkan susahnya mendapat air bersih. Makanya saya kalo lagi main ke perkebunan juga ngga lama-lama paling lama seminggu, soalnya males dengan kondisi air tanahnya.


Kondisi Tanah di daerah Perkebunan Sawit
Foto Koleksi Pribadi

Usut punya usut ternyata salah satunya dipengaruhi oleh perkebunan sawit itu sendiri. Industri sawit memang industry yang sangat menggiurkan. Apalagi beberapa tahun belakangan harga sawit yang melonjak tajam. Tak menyia-nyiakan kesempatan, berbondong-bondong orang membeli ladang untuk ditanam sawit. Gimana ngga, rata-rata 1 hektar sawit bisa menghasilkan 1 ton TBS ( Tandan Buah Segar) dalam satu bulannya. Kalau 1 kg TBS saja harganya Rp 1500, maka dalam 1 bulan bisa meraup penjualan sebesar 1,5 juta. Dan sangat jarang orang hanya punya satu hektar, minimal 5 hektar sudah bisa goyang-goyang kaki setiap bulannya. Apalagi beberapa tahun lalu harga TBS pernah menembus angka Rp 2000/kg, wih rasanya kalau lihat tanah kosong mata langsung hijau kebayang pohon sawit melambai-lambai.

Penanaman Sawit di Daerah Aliran Sungai
Namun tanpa disadari, ternyata perkebunan sawit tersebut berperan andil terhadap kualitas air di daerah sekitar tumbuhnya. Rata-rata 1 pohon sawit membutuhkan 8-10 liter air setiap harinya. Sebenarnya hal tersebut tidak masalah, apalagi perkebunan sawit biasanya berada di daerah dengan curah hujan relative tinggi seperti Kalimantan dan Sumatera. Namun menjadi masalah, saat lokasi perkebunan tersebut melanggar rambu-rambu lingkungan yang telah diatur. Kebanyakan perkebunan sawit apalagi perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar berlokasi di sekitar aliran sungai yang notabene merupakan sumber mata air bagi masyarakat sekitarnya.  Padalah berdasarkan  UU lingkungan hidup, aliran sungai harus bersih dari perkebunan dengan jarak minimal 60-100 meter dari tepi sungai. Akibatnya, akar sawit tersebut lama-kelamaan akan menyerap air dari sungai, yang berdampak ke menurunnya debit air sungai tersebut.

Sungai Bilah Negeri Lama Rantau Prapat, Sumut
Foto Koleksi Pribadi

Belum lagi, dengan semakin maraknya penanaman kelapa sawit, tak ayal lahan yang tersedia pun semakin terbatas. Tak habis akal, lahan gambut yang dulunya dihindari para pengusaha dan petani sawit disebabkan karena biaya perawatan yang mahal pun kini mulai dilirik. Laju konversi lahan gambut untuk perkebunan pun terjadi besar-besaran. Tiap tahun, setidaknya 50.000 hektar lahan gambut berubah menjadi kebun sawit. Dampaknya, terjadi kelangkaan air di sekitar perkebunan kelapa sawit. Padahal salah satu fungsi lahan gambut tersebut adalah sebagai mitigasi perubahan iklim dan mengurangi pemanasan global..

Pencemaran limbah pabrik pengolahan sawit di Riau
Tidak itu saja, selain debit air yang berkurang kualitas air pun turut terpengaruh. Sebagai informasi, untuk memelihara perkebunan sawit di Indonesia dibutuhkan 2,5 juta ton pupuk dan 1,5 juta liter pestisida secara regular. Akibatnya kualitas air di sekitar pun menurun karena tercemar oleh limbah dari pestisida dan pupuk tersebut. Apalagi ternyata masih banyak praktek pembuangan limbah oleh pabrik kelapa sawit yang dibuang secara langsung ke sungai. Akibatnya kondisi air sungai berubah menjadi berbau dan berminyak. Masyarakat pun tak berani mengkonsumsi air sungai untuk memasak dan minum karena dikhawatirka mengandung racun. Apalagi untuk lahan gambut, karena tanah gambut mengandung sebagian besar carbon yang bisa mengeluarkan gas methan.

Sebagai contoh, di desa Sebanga, Duri,Riau yang dikelilingi oleh perkebunan sawit. Karena sumber air sungai sudah tidak dapat dipergunakan, maka masyarakat menggantungkan kebutuhan airnya pada tadahan air hujan. Jarak desa tersebut yang cukup jauh dari pusat kota tidak memungkinkan untuk membeli air mineral atau air kemasan, disamping juga harganya yang sudah pasti akan menguras pengeluaran rumah tangga. Maka, masyarakat menyiasatinya dengan melakukan pemurnian air secara tradisional.


Akses Jalan ke Desa Sebanga,Duri,Riau

Sebenarnya proses pemurnian air tidaklah terlalu sulit. Ada 5 hal yang harus dilakukan, yaitu :netralisasi, aerasi,koagulasi,pengendapan dan penyaringan. Masing-masing langkah memilki tujuan tersendiri.

1.       Netralisasi, 
Bertujuan untuk mengatur PH air agar menjadi netral (7-8). Hal ini dilakukan karena contohnya air gambut memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Penetral yang paling murah dan mudah didapat adalah kapur.

2.       Aerasi
Maksudnya adalah mengontakkan air dengan udara. Tujuannya agar zat-zat dan senyawa berbahaya di air bereaksi dengan oksigen. Contohnya zat besi dan mangan yang jika bereaksi dengan udara akan membentuk senyawa besi dan senyawa mangan yang tidak larut dalam air. Maka nantinya mudah terpisah. Selain itu aerasi juga berfungsi untuk menghilangkan gas-gas beracun seperti H2S, gas methan dan karbon dioksida. Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan pompa sepeda untuk proses aerasi.

3.       Koagulasi
Koagulasi bertujuan untuk menggumpalkan kotoran dalam air seperti lumpur, bakteri halus, zat warna. Caranya dengan melarutkan bahan kimia ke dalam air. Bahan yang paling murah dan mudah didapat adalah tawas. Tawas dicampurkan, kemudian diaduk, maka akan terbentuk gumpalan berupa flok-flok

4.       Pengendapan
Setelah proses koagulasi, kurang lebih 40-60 menit diamkan air tersebut sampai gumpalan kotoran mengendap.Setelah kotoran mengendap, air yang tadinya keruh akan tampak lebih jernih

5.       Penyaringan
Walaupun sudah diendapkan, namun kotoran-kotoran berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Karena ini diperlukan proses penyaringan. Biasanya saringan yang digunakan terdiri dari, batu kerikil, pasir, batu koral, ijuk dan arang.

Gbr Pengolah Air Minum Sederhana



Pengolah Air Sederhana di Pangkoh, Kalimantan Tengah

Cara kerjanya :
  • Pertama, air ditampung dalam tangki atau drum. Pada tangki tersebut dipasang dua buah keran. Satu keran di samping untuk menyalurkan air ke penyaringan, dan satu lagi berada di dasar tangki untuk pembuangan kotoran.
  • Setelah dinetralkan PH nya, dilakukan proses aerasi, yaitu dengan memompakan udara ke dalam tangki meggunakan pompa sepeda.Pompa tersebut dihubungkan dengan sebuah pipa untuk menyebarkan udara yang dihembuskan ke dalam air. Proses aerasi ini menghasilkan endapan senyawa mangan dan senyawa besi pada dasar tangki.
  • Selanjutnya larutkan tawas untuk proses koagulasi. Akan terbentuk gumpalan kotoran. Setelah didiamkan beberapa saat maka kotoran tersebut akan mengendap di dasar tangki.
  • Untuk memisahkan endapan tersebut, buka keran air pada dasar tangki.
  • Air yang telah bebas dari gumpalan kotoran tadi dialirkan melalui keran samping ke bak penyaringan dengan susunan sebagai berikut :
Gbr Penampang Saringan Pasir
    Air Baku, Air Olahan yg Belum disaring, Air Olahan Setelah Disaring

-         Setelah melalui proses penyaringan, akan diperoleh air jernih dan bebas kotoran .

Proses pemurnian air  (water purifier ) tersebut tergolong sederhana, mudah dan murah. Bahan-bahan yang digunakan juga relative mudah diperoleh. Hitungan sederhananya:

Untuk satu kali pengolahan dengan kapasitas tangki 500 liter, dibutuhkan :
-          Tawas 60-80 gram x Rp 1500/kg = Rp 120,-
-          Kapur tohor 60-100 gram x Rp 1000/kg= Rp 100,-
-          Kaporit 1-2 gram x Rp 9000/kg = Rp 18,-
Jadi biaya untuk menghasilkan 500 liter air = Rp 238 atau Rp 0,48/liter

Namun, walaupun prosesnya tergolong mudah dan murah dibutuhkan waktu untuk memprosesnya dari mulai penampungan, penggumpalan, pengendapan sampai penyaringan. Disamping itu air hasil olahan memang secara fisik terlihat jernih, namun kualitasnya belum dapat diyakini terbebas dari segala jenis bakteri penyebab penyakit. Kebanyakan masyarakat di daerah perkebunan tetap melakukan treatment lanjutan berupa perebusan air sebelum dikonsumsi untuk meyakini air tersebut terbebas dari kuman.

Tentu masyarakat akan sangat terbantu jika ada alat yang dapat melakukan proses pemurnian air tersebut dengan cara lebih praktis, terjamin kesehatannya namun tetap dengan harga yang terjangkau.

Percontohan Alat Pengolah Air minum sederhana 
di daerah rawa Sragi, Lampung


Baru-baru ini, Unilever melakukan terobosan dengan mengeluarkan produk pemurni air bernama Pure It.  Pure it berfungsi untuk memurnikan air mentah tanpa melalui proses pemasakan  / pendidihan terlebih dahulu sehingga layak untuk dikonsumsi.

Jika dilihat dari cara kerjanya, konsep dasar yang dilakukan oleh Pure It hampir sama dengan proses pemurnian air secara tradisional. Terdiri dari 4 tahapan yaitu:


Tahap 1 : Saringan serat mikro- menghilangkan semua kotoran yang terlihat
Tahap 2 : Filter karbon aktif- menghilangkan pestisida dan parasit berbahaya
Tahap 3 : Proses pembunuhan kuman - menghilangkan bakteri dan virus
Tahap 4: Penjernih- menghasilkan air yang jernih, tidak berbau dengan rasa yang alami.

Sepintas lalu terlihat proses yang dijalani untuk menghasilkan air bersih sama dengan cara tradisional. Namun Yang paling membedakan adalah Pure it merupakan satu kesatuan alat pemurni air yang simple, praktis dan tidak ribet. 

Konsumen hanya perlu memasukkan air ke dalam  Pure it. Selanjutnya melalui 4 tahapan tersebut akan dihasilkan air bersih, bebas kuman dengan rasa alami.

Keistimewaan Pure it dibanding dengan cara pemurnian tradisional adalah kemudahan cara pemakaiannya. Disamping tidak memerlukan kran air, juga tidak dibutuhkan gallon atau tangki untuk penampungan air. Kita langsung bisa menuangkan air mentah yang biasanya kita rebus untuk diminum. Namun, dengan Pure It tidak perlu lagi proses perebusan air. Karena itu Unilever mengklaim Pure It sebagai pemurni air yang hemat  dan ekonomis bagi pemakainya karena digunakan tanpa gas, tanpa listrik. Apalagi 1 unit Pure It hanya dibandrol seharga Rp 550 ribu. Dengan uang segitu, bisa digunakan dalam jangka panjang.

Satu lagi keunggulan Pure it dibanding unit pengolah air tradisional, Pure it dilengkapi Germkill Kit. Alat ini berfungsi untuk membunuh kuman dan bakteri yang terdapat di dalam air sehingga air yang dihasilkan terlindungi dari kuman berbahaya penyebab penyakit dengan menggunakan standar terketat EPA (Environmental Protection Agency) USA yang menghilangkan log 6 bacteria, log 4 virus, dan log 3 parasites. Tentu saja dengan begitu kesehatan kita lebih terjamin.

Untuk menjamin kualitas air yang dihasilkan, Germkill kit ini harus diganti selama periode tertentu. Di dalam Pure it terdapat indicator yang akan memberi tanda kapan Germkill kit harus diganti. Jika tidak diganti pada waktunya, Pure It secara otomatis akan menghentikan aliran air sampai penggantian dilakukan. Mekanisme penghentian otomatis ini akan menyebabkan air meluap dari Germkill life indicator. Hal ini akan menjamin air yang dihasilkan selalu aman untuk dikonsumsi. Hal yang mungkin tidak bisa dijamin oleh unit pengolah air tradisional.

Kalau dihitung-hitung nilai ekonomisnya, biaya per liter pemurnian air menggunakan Pure It hanya Rp 100. Jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 liter air dari proses pemurnian air tradisional  ( Rp 0,48/liter ) memang terlihat lebih mahal. Namun perlu diingat air yang dihasilkan Pure it bisa langsung diminum, berbeda dengan proses tradisional yang memerlukan proses lebih lanjut berupa perebusan air. Sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih besar. Ditambah kenyataan bahwa air yang dihasilkan dari proses tradisional belum terjamin bebas dari kuman dan bakteri yang mikro, maka Penggunaan Pure it jauh lebih efisien.  Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan air layak minum pun lebih cepat sehingga jelas menghemat waktu yang mungkin bisa dipergunakan untuk kegiatan lain.
Jika dibandingkan dengan harga air gallon, Pure it jauh lebih murah. 1 liter air gallon merek ternama Rp 526, sedangkan air isi ulang Rp 187/liter dan air rebus Rp 107/liter. Jelas menggunakan Pure it adalah pilihan yang cerdas.
Namun meskipun sejak September 2012 Pure it sudah tersedia di supermarket-supermarket besar, namun keberadaan Pure it belum terjamah sampai ke pelosok perkebunan seperti daerah-daerah yag sempat saya datangi. Jika saja pihak Unilever bisa mendistribusikan dan mensosialisasikan Pure it sampai ke daerah terpencil tentu hal ini merupakan solusi dan penolong yang sangat praktis bagi masalah kelangkaan air bersih di daerah perkebunan.
Namun demikian, walaupun Pure it merupakan solusi untuk mendapatkan air layak minum dengan cara mudah, hemat dan praktis, tetap saja yang terpenting adalah kita harus menjaga sumber air di lingkungan kita agar terjaga kebersihan dan ketersediannnya.

Dalam hal masalah kelangkaan air dan pencemaran air di lingkungan perkebunan, ada baiknya pemerintah mulai bertindak tegas terhadap pelaku bisnis dan petani kelapa sawit yang tidak mengindahkan undang-undang lingkungan hidup tentang jarak minimal penanaman kelapa sawit terhadap Daerah Aliran Sungai ( DAS ) yang notabene merupakan sumber air bagi lingkungan sekitar.
Selain itu, restorasi perkebunan juga perlu dilakukan. Pembatasan penggunaan lahan untuk perkebunan juga harus diatur lagi, sehingga tidak semua lahan kosong terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan diubah menjadi perkebunan sawit. Bagaimanapun hal tersebut akan turut melindungi ketersediaan pangan kita. Bagaimana tidak? Kalau semua petani lebih tergiur dengan keuntungan yang bisa diperoleh dari bertani sawit , bisa-bisa nantinya tidak ada lagi petani yang tertarik menama padi, palawija dan hasil pertanian lainnya. Dengan pembatasan ini, penyerapan sumber air tanah dalam jumlah besar pun dapat turut dicegah.
Banyak cara untuk melindungi sumber air bersih kita. Dimulai dari sendiri, dimulai saat ini, seperti jangan membuang sampah ke sungai, menanam pohon di pekarangan rumah hingga melakukan pemakaian air secara hemat dan efisien. Mengacu kepada misi utama Unilever dengan penekanan terhadap sustainbality masa depan yang lebih baik dan mengurangi dampak lingkungan, maka hal-hal tersebut diatas merupakan salah satu cara mencegah kerusakan lebih lanjut. Memang sudah sepantasnya kita turut menjaga kelestarian sumber air bersih, karena bumi ini bukan warisan nenek moyang tapi titipan anak cucu kita kelak, jadi jangan sampai mereka menerimanya dalam keadaan rusak. Dan terhadap sumber air yang telah tercemar, maka Pure It menjadi jawaban atas misi tersebut.


Sumber :
- http://www.kelair.bppt.go.id
- Tribunnews 16 Juli 2012
- http://www.mongabay.co.id



Custom Post Signature