Showing posts with label Gado-gado. Show all posts
Showing posts with label Gado-gado. Show all posts

Rumah Kedua -Lufols- Freedom

Saturday, April 28, 2012
Dan setelah dua tahun tersesat di belantara ibukota, hari ini saya menemukan rumah kedua setelah my home sweet home di Medan.

Sudah sebulanan yang lalu tiba-tiba saya sangat terobsesi dengan sebuah buku," Rubber" karya M.H.Szekely Lufols. Buku tua, pertama kali diterbitkan tahun 1933. Setelah mengulak-ulik si raja Tahu segalanya Google, saya menemukan terjemahan bahasa Indonesia nya " Berpacu Nasib di Kebun Karet", diterbitkan oleh Grafiti Pers.

Dengan mata berbinar-binar saya mulai mencari buku tersebut di semua toko buku online. Mulai dari " Buka Buku", KutuKutubuku"," Buku Kita", "Ini Buku","Belbuk","Gilabuku", "bukubekas". Singkat kata, semua toko buku online yang tersaji di page nya google saya jambangi. Hasilnya Nihil. Buku tersebut sudah tidak diterbitkan lagi. Satu-satunya kabar baik yang saya terima adalah dari "Palasari.com", yang membalas email saya, dengan sebaris kalimat " Kami akan membantu anda mencari buku yang anda butuhkan, selanjutnya kami akan menghubungi anda" , kira-kira begitulah bunyinya. Ya sudah, tampaknya saya memang harus menunggu.

Tapi saya tidak mau menyerah.Saya coba hubungi salah seorang teman kolektor buku-buku lama Om Ahmed Doank. Dan jawabannya lagi-lagi "Nihil". Saya disarankan untuk mencari ke Kwitang saja. Sebenarnya saya sudah sempat terfikir untuk kesana, tapi saya tidak berani ke Kwitang, tepatnya lagi saya tidak tahu dimana Kwitang, dan masalah utama sebenarnya adalah saya tidak punya teman untuk ke Kwitang.

Saya tahu Kwitang ya yang ada di adegan film " Ada Apa Dengan Cinta". Pergi sendirian kesana , menurut saya bukanlah ide yang cemerlang. Bukan, bukan karena saya kuper atau sosok penyendiri yang tidak punya satu orang pun untuk menemani jalan. Tapi setelah dua tahun disini, saya bisa menyimpulkan, tidak ada satu orang pun teman saya yang benar-benar suka membaca, suka buku, lebih jauh lagi cinta buku. Dan mengajak seseorang untuk menemani saya mencari kebutuhan saya - yang mana hal tersebut bukan merupakan kesukaannya- adalah sesuatu yang berat, setidaknya itu menurut saya. Jauh lebih mudah mencari teman ke salon dan teman shopping ternyata .

Saya sudah hampir melupakan tentang buku tersebut, sampai seminggu yang lalu, saya coba lagi mencari-cari di internet. Kali ini saya tidak mencari toko buku, tapi saya cari di seluruh perpustakaan di Jakarta. Dan... yup memang benar tempatnya buku itu ya selain di toko buku di perpustakaan. Kenapa ga terfikir dari kemarin-kemarin ya.


Dan, sekarang saya ada di perpustakaan itu, letaknya di jalan proklamasi no 41. Tepat berseberangan dengan tugu proklamasi. Tidak sulit mencari alamatnya, tinggal naik ojek dari depan kos, langsung sampai di depan gedungnya. Awalnya saya membayangkan perpustakaan kecil, tua dan berdebu yang akan saya temui. Ternyata..... wuih. ni perpustakaan keren banget. Gedungnya modern, bersih, canggih dan dingin. ada layanan internet gratis, dan ada Wifi nya.Benar-benar di luar ekspektasi saya. Dan yang lebih membuat saya takjub, koleksi bukunya yang sangat bermutu. Mulai dari filsafat, ekonomi, sejarah,ilmu sosial, biografi sampai sastra. Tidak main-main , koleksinya bener-bener TOP BGT deh. Buku-buku yang sudah lama hilang dari pasaran, tersedia disini.




Tempat Membacanya Nyaman Banget

Bagi yang suka membaca Biografi tokoh-tokoh dunia. Semua ada, lengkap komplit plit. Mulai dari Lincoln, Churchill, Jhon Adams, bahkan ada buku Perjalanan Ibnu Batuta.

Favorit saya tentu saja, rak sastra. Dan sastra yang dimaksud disini, benar-benar sastra. Dari karya Sutan Takdir Ali Syahbana, NH Dini, Chairil Anwar, Sumanjaya, Pramoedya Ananta Toer sampai Seno Gumira Ajidarma. Belum lagi koleksi sastra asingnya. Rak -raknya dikelompokkan ke dalam sastra Perancis, sastra Itali, Sastra Jerman, Sastra Rusia, Sastra Jepang, sampai Sastra China. Aduuh saya mulai melayang nih. Dan saya menemukan Albert Camus, Jean paul Sartre Nausea. Oh tempat ini benar-benar surga.

Taman Luar, bawa anak juga asik lo
Sayang sekali, semua buku yang ada disini tidak bisa dipinjam. Namun mereka menyediakan layanan fotocopy sampai penjilidan dalam bentuk buku. Wah sebenarnya saya kurang setuju nih. Bisa dibilang pembajakan buku ga sih kegiatan foto copy begitu. Tapi, ah sudahlah, saya memkalumi, soalnya koleksi bukunya benar-benar tidak seperti perpustakaan yang lain. Dan yang mantapnya, kita bisa pesan buku yang akan difotocopy via telepon, atau email. Lima jempol deh untuk perpustakaan ini.

Mengenai buku Lufols yang saya cari. Akhirnya saya benar-benar menemukannya, bahkan ditambah lagi dengan sastra Belanda yang lain "Max Havelaar" karya Multatuli. Awesome.

Kenapa saya begitu terobsesi dengan buku Lufols?

Tersebab oleh tempat tinggal saya yang selalu dikelilingi oleh perkebunan karet dan sawit. Dari lahir sampai SD, saya tinggal di komplek perkebunan karena ayah saya bekerja di salah satu perkebunan di Sumatera Utara. SMP sampai kuliah, walau ayah saya masih bekerja di perkebunan, tetapi kami sudah tidak tinggal di komplek perkebunan lagi. Eh ga taunya, saya dapat suami yang pekerjaannya di perkebunan sawit juga. Ya memang jodoh saya , ga bisa jauh-jauh dari kebun karet dan kebun sawit.

Entah kenapa, setiap berada di lingkungan perkebunan, terutama saat melihat pemanen sawit meng-egrek tandan-tandan buah tersebut, atau melihat penderes karet melintas di depan rumah setiap pagi dengan sepeda yang disamping kanan kirinya membawa kaleng seukuran kaleng cat 25 kg tempat menampung getah yang akan disadap,  seperti ada sesuatu yang berkelabat di kepala saya. Berada di lingkungan  rumah dinas yang masih berbentuk asli peninggalan jaman kolonial Belanda membuat saya mereka-reka siapa ya yang mendiami rumah ini dahulu. Apakah ada yang bunuh diri disini ( banyak kisah-kisah horor yang menghantui rumah-rumah Belanda).Apalagi, sering saya mendengar ibu-ibu istri atasan saya berkata " Kalau jaman sekarang sih enak udah lebih bebas, kalau dulu , mana bisa karyawan bertemu sesuka hati dengan asisten", dan mengalirlah cerita-cerita adab dan pergaulan di lingkungan perkebunan yang menurut pendengaran saya menggambarkan kehidupan yang masih bergaya feodalisme.

Hal tersebut membuat saya selalu membayangkan seperti apa kehidupan di awal berdirinya perkebunan-perkebunan ini. Bagaimana kehidupan percintaan noni-noni Belanda. Bahkan saya sempat membayangkan di kamar mana ia menghabiskan hari-harinya, apa yang dilakukannya, apa isi lemari pakainnya.  Terkadang saat melintas diantara pohon-pohon saga ( pohon besar berbuah kecil, sangat keras dan berwarna merah darah), saya seperti tersedot ke tahun-tahun dimana pakaian noni Belanda menggembung manyapu jalan, dengan payung cantik yang melindungi kulit putihnya, mungkin juga ia menngendarai kereta kuda kemana-mana, persis seperti gambaran serial Little Missy di TVRI dahulu.Sayang, di Sumatera Utara sendiri, sangat sedikit saya temukan literatur yang membahas tentang zaman kolonial tersebut.

Dan ternyata di perpustakaan ini, tersaji lengkap semua yang saya ingin baca. Mungkin kalau tidak lapar saya akan bertapa disini sampai malam.

Oya, nama perpustakaan ini Perpustakaan freedom, dan ternyata buku Lufols yang sekarang lagi saya baca adalah buku sumbangan dari Rizal Malarangeng (penting ga informasi ini :)).




Jam Buka Perpustakaan

Hari Senin-Jumat, pukul 09.00-19.00 WIB
Hari Sabtu, pukul 10.00-17.00 WIB
Minggu dan Hari besar nasional tutup.

FREEDOM INSTITUTE

JL. Proklamasi No. 41 Menteng Jakarta 10320
Tel. 021-3100349 Fax. 021-31909227 SMS 021-920 44 888
Yahoo Messenger : perpustakaan_freedom
Email: perpustakaan[ at ]freedom-institute.org
Kontak: Ujang
http://www.freedom-institute.org

Potong Saja Kukunya, Jangan Kaki Yang Diamputasi

Wednesday, April 18, 2012


Sebenarnya saya mau nulis ini dari beberapa minggu yang lalu, tapi tersebab beberapa hal yang membuat saya seolah-olah dikejar waktu, akhirnya baru sempet corat-coret sekarang. Makanya harap maklum kalau isu yang diangkat sudah begitu basi. Mudah-mudahan yang baca ga sakit perut hehehe.

Kira-kira dua minggu yang lalu saya berada dalam kondisi kesehatan yang sangat rendah. Malam hari sepulang dari Medan tubuh saya menggigil hebat. Malam itu saya demam tinggi. Tapi keesokan paginya saya paksakan diri untuk ke kantor, soalnya saya baru cuti selama seminggu. Dan sakit setelah cuti adalah suatu hal yang sangat diharamkan di kantor saya.

Setelah memeriksakan diri ke dokter, didiagnosa saya menderita infeksi saluran kemih atau dalam bahasa gaulnya ISPA ( Infeksi Saluran Pipis Akut). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dan bakteri inilah yang menyebabkan saya demam yang diikuti rasa menggigil. Namun, lagi-lagi saya tidak mau istirahat di kos, karena pekerjaan yang menumpuk setelah cuti panjang tadi.

Tapi apa daya, dihari keempat saya ambruk juga. Demam saya tinggi sekali, kepala pusing, perut mulas dan pinggang saya sakit bukan main. Pagi-pagi buta saya keluar dari kos, menyetop taksi langsung menuju rumah sakit terdekat, sendiri.

Saya langsung menuju IGD ( instalasi Gawat Darurat), mendaftarkan diri saya yang diikuti dengan pertanyaan dokter jaganya.

“ Siapa yang sakit mba”
“ Saya dok”
“ Tadi kesini diantar siapa?”
“Sendirian”

Kemudian si dokter dan perawat saling memandang ( emang aneh ya ke dokter sendirian?)

Saya beritahu, biaya pendaftaran pasien di rumah sakit tersebut adalah Rp 120 ribu. Catatan : ini adalah rumah sakit umum dengan fasilitas ala kadarnya dan pelayanan yang memprihatinkan ( saya sempat dibentak sama perawatnya karena saya protes kok tangan saya yang diinfus sebelah kanan, saya minta yang kiri saja)

Kemudian setelah menanyakan keluhan saya, saya pun disuruh berbaring di tempat tidur yang tersedia. Periksa tensi, ambil darah, nampung urine, dibawa ke lab. Hasil lab keluar, positif saya memang terkena ISPA plus typus. Biaya lab Rp 176 ribu. Saya dianjurkan untuk opname. Saya pasrah saja. Toh di kos juga ga ada yang merawat saya.

Maka saya harus mendaftarkan diri lagi untuk rawat inap. Setelah melihat harga kamar, saya putuskan untuk menempati kamar kelas II. Biaya satu malam Rp 245 ribu. Sebelum dipindahkan ke kamar, saya diinfus dulu, plus diijeksikan antibiotik. Biaya tindakan gawat darurat Rp 138 ribu. Obat-obatan plus administrasi Rp 325 ribu. Total biaya yang saya keluarkan, bahkan saya belum diantar ke kamar adalah Rp 1.004.000. Heeeeh, sampai disini saya ingin menarik nafas panjang. Dompet saya langsung kosong.

Kamar kelas II diisi oleh tiga orang pasien. Di sebelah saya, terbaring seorang ibu yang ditunggui anak lelakinya. Entah berapa kali si ibu merengek untuk dibawa pulang oleh anaknya. Saya dengar dia berbisik pelan ke lajangnya.

“ Ibu sudah sehat kok, besok pulang aja ya, sayang uangnya”

Saya hanya bisa menghela nafas panjang (lagi).

Tak lama, masuk pasien baru. Gadis remaja, demam berdarah. Ia ditemani oleh ibunya. Mungkin karena bosan si ibu jalan-jalan ke tempat tidur saya. Berbincang ala kadarnya. Dari situ saya tahu ia seorang janda, pekerjaanya berdagang. Sampai detik ia berbincang dengan saya, ia sudah harus mengeluarkan uang Rp 3 juta untuk biaya berobat putrinya, karena ia diwajibkan si rumah sakit untuk membayar biaya kamar langsung sepuluh hari di depan. Itu belum termasuk obat-obatan dan pemeriksaan lab.

Siangnya teman kantor saya datang menjenguk. Melihat kondisi rumah sakit yang sepertinya bisa diramalkan saya akan bertambah sakit disitu, maka saya dipindahkan teman saya ( atas persetujuan kantor) ke rumah sakit yang jauh lebih baik . Syukurlah…

Rumah sakit yang baru berbeda 180 derajat dari RS pertama. Bagai surga dan neraka perbandingannya ( kaya pernah aja kesana  hihi ). Rumah sakit ini wangi, bersih, mewah, dan pelayanannya sangat memuaskan. Namun, “ ada rupa ada harga”, selama dua hari saya dirawat disitu, biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp 5.600.000. Untunglah saya tidak harus mengeluarkan biaya sepeser pun, karena saya dijamin oleh perusahaan.

Setelah pulang dari RS, hati saya teriris-iris, membayangkan dua pasien yang sekamar dengan saya kemarin. Bayangkan, saya saja yang punya penghasilan tetap dan belum mempunyai tanggungan merasa berat sekali harus mengeluarkan uang sebesar 1 juta lebih  di rumah sakit yang pertama. Itu adalah rumah sakit umum, tempat dimana masyarakat kelas menengah ke bawah berobat.

Alangkah mahalnya biaya kesehatan di negeri ini. Baru mendaftar sebagai pasien saja sudah harus mengeluarkan biaya ratusan ribu rupiah. Belum obat-obatannya. Pantas lah banyak orang sakit yang tidak mau berobat ke rumah sakit. Mati mengenaskan di deretan rumah-rumah kardus. Menikmati perih dalam diam.  Boro-boro menyisihkan dana kesehatan, kalau untuk meredam nyanyian di perut pun harus berfikir sampai rigit terkecil.

Makanya, orang miskin dilarang sakit.

Saat isu kenaikan BBM menguar, akal sehat saya berkata, kenaikan adalah hal yang tidak dapat dihindari. Secara logika, ketersediaan bahan bakar di alam semakin lama semakin menipis. Sudah merupakan prinsip ekonomi, semakin sedikit barang yang tersedia, dan semakin besar permintaan, maka harga akan semakin melangit. Supply yang berbanding terbalik dengan demand akan membuat pricing gonjang ganjing.

Kemarin-kemarin saya tidak terlalu pusing dengan wacana kenaikan BBM. Toh saya jalan kaki ini. Gaji saya juga masih cukup walau tidak berlebih untuk memenuhi kebutuhan saya sendiri. Namun setelah kejadian di rumah sakit tersebut, saya memilih membuang akal sehat saya.

Kalau saya saja merasa sesak nafas saat mengeluarkan uang untuk biaya kesehatan saya sendiri, bagaimana lagi dengan saudara-saudara kita yang tidak punya pekerjaan tetap. Yang pendapatannya dibawah UMR. Yang untuk makan besok saja harus dicari hari ini. Bagaimana dengan nasib tukang cuci di kos saya yang gajinya hanya sebesar tiga buah novel “ Serial Anak Emak”  karya Tere Liye.

Walaupun secara gamblang saya menyadari, bahwa subsidi BBM itu memang memberatkan keuangan negara. Saya juga baca berita, harga minyak mentah dunia semakin melambung. Saya juga tahu, di negara-negara lain BBM harganya jauh lebih mahal dari di negeri kita.

Tapi……

Saya ga peduli kalau gara-gara BBM ga jadi naik, APBN bakal jebol
Saya juga ga mau tahu kalau APBN jebol akan berbahaya bagi ekonomi bangsa
Saya ga mau ambil pusing jika dengan terancamnya ekonomi kita menyebabkan para investor kabur membawa uang mereka

Saya benar-benar ga mau tahu.,

Yang saya tahu, saya baru melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana berartinya lembaran-lembaran ribuan di dompet seorang janda yang anaknya terserang penyakit mematikan. Lembaran yang mungkin saat ini bisa ditukar dengan seliter beras, namun bisa dipastikan akan berkurang nilainya saat kebijakan sang penguasa itu terealisir.

Yang saya tahu, bukankah negara punya ahli-ahli ekonomi yang handal. Ahli-ahli berdebat di gedung parlemen. Menteri-menteri yang mumpuni di bidangnya. Saya setuju rakyat tidak boleh tergantung pada subsidi pemerintah. Saya juga setuju , negara perlu mengurangi biaya untuk melangsingkan APBN yang semakin hari semakin gemuk.  Tapi…….. bisa tidak yang dicabut jangan subsidi BBM. Cabut saja subsidi dari pos lain. Kurangi biaya yang membebani anggaran negara, kecuali BBM. Apa saja, asal bukan BBM.

Orang idiot juga tahu, kenaikan harga BBM punya efek domino terhadap harga barang-barang kebutuhan pokok yang lain. Bahkan jauh sebelum kenaikan benar-benar terjadi.

Biaya rapat yang beritanya sampai menghabiskan milyaran rupiah, SPJ pejabat negara yang bisa untuk makan ratusan pengemis di Jakarta bahkan mungkin ribuan. Kalau perlu hentikan dulu semua pembangunan infrastruktur yang tidak bersinggungan langsung dengan hajat hidup orang banyak terutama rakyat kecil. Ngapain pajak dialokasikan untuk pembangunan, kalau yang menikmati pembangunan tersebut orang yang digembar-gemborkan sebagai orang yang tidak layak disubsidi BBM. Apa gunanya menginjeksikan ke pikiran rakyat bahwa selama ini subsidi BBM turut dinikmati oleh orang yang tidak berhak kalau toh akhirnya mereka juga yang paling banyak menikmati pajak yang dikumpulkan dari tetes keringat dan darah rakyat yang katanya justru dibela tersebut. Omong kosong. Benar-benar basa-basi busuk.

Kalau bisa hanya memotong kuku kaki, Buat apa harus mengamputasi kakinya??

Saya sarankan sebaiknya , para manusia setengah dewa tersebut sekali-kali disuruh ikut tantangan hidup di belantara Jakarta dengan uang seminim mungkin di dompetnya, dan disuruh kerja seperti rakyat jelata. Biar tahu apa arti uang sepuluh ribu, yang mungkin selama ini hanya digunakan untuk beli sebotol air mineral di pesawat. Ups , saya lupa, mana pernah mereka naik pesawat kelas ekonomi yang harus tabah menunggu delay berjam-jam.

Atau boleh jadi mereka harus melewati On The Job Training dulu ke daerah-daerah yang jauh dari bling –bling metropolitan agar belajar kebersahajaan dan lebih terasah empatinya.

Mungkin saya sok tahu. Mungkin apa yang saya tulis ini pemikiran yang sangat sempit. Yang ga pakai akal sehat, ga logis. Whatever lah.

Walau demikian saya mengerti, beratnya beban menjadi pemimpin negeri ini. Seperti makan buah simalakama. Sebenarnya, saya tidak pernah tahu seperti apa buah simalakama itu. Tapi saya yakin rasanya tidak pahit. Sebab kalau pahit, toh buktinya masih mau terus-terusan memakannya. Buktinya lagi, masih banyak yang berebut untuk memakannya.

Nostalgia Dudul

Saturday, December 17, 2011
Iseng-iseng ngetik nama sendiri di google ( narsis dot com tingkat akut), eh ga tau nya nemu yang kaya gini

Apa rekasimu jika menemukan tulisan seperti diatas.

Bangga….????
Seneng ….???
Berasa keren gitu ………….

Whehehehe, sebenernya malu juga waktu bacanya. Tulisan diatas dipost-kan oleh salah seorang teman SMU ku yang bernama Umi Salmah di website angkatan. Coba perhatikan baik-baik

“Aku bukan WIndi Windiastuty, cewek cantik, pinter,anak UA yang jadi inceran cowok-cowok”,

Ckckckck ternyata keren banget yah gw dulunya. Tapi……………….ih kok ga ada satu katapun yang nyerempet-nyerempet akhlak ku sih.

“Inceran?”, sialan banget, berasa kaya buruan aja gw

Nah lho ketauan banget kan, jaman nya SMA dulu cowok-cowok tuh sukanya sama atribut-atribut gak penting gitu. Cewek-cewek juga ngirinya sama hal-hal gak mutu gitu. Padahal waktu itu aku dah berjilbab lho, kok ga ada kata-kata, solehah, alim, pinter ngaji. Heghhh, nostalgia…… parrraaah.

What the hell lah,

Pernah nonton serial jepang “Proposal Daisakusen “ ga?.



Nah Soundtracknya tuh keren gila…. Judulnya CHIISANA KOI NO UTA

Ga usah aku share bahasa Jepangnya yah, kalo di translate kira-kira gini nih lagunya


In this wide universe, there is
A big world in a blue earth
A small memory of love will reach
You who are living in a small island

Time has passed since I met you
The letter with my piled up feelings increases
Without us realising, it is already echoing between us
Sometimes we’re full of intensity,
sometimes we’re
full of sadness


These feelings echoes distantly
This gentle love song will change the world
Look, the person who is important to you
Is right beside you
I just want you to receive
This echoing love song
Listen, listen, listen to this echoing love song

You’ve realized even when we walked
In the dark, the moonlight will shine on us
I won’t let go of you hand
I swear that these strong feelings will last for eternity
In the depths of forever, I’ll definitely say

These same words without any change of feelings
Even if it’s still not enough, it’ll change into tears
And it’ll change into joy that I can’t put into words
I’ll just hold you, I’ll just hold you

If it’s a dream don’t wake up, if it’s a dream don’t wake up
The time I’ve spent with you will become an everlasting star

Look, the person who is important to you
Is right beside you
I just want you to receive
This echoing love song
Listen, listen, listen to this echoing love song


Ceritanya tuh tentang seorang cowok yang udah lama bersahabat dengan seorang cewek yang diam-diam sangat dikaguminya. Namun karena ketidakberaniannya mengungkapkan perasaan, maka akhirnya si cewek menikah dengan orang lain. Nah pada hari pernikahan si cewek, si cowok merasa nyeseeeel banget kenapa dulu ga pernah bilang cinta sama si cewek, akhirnya dia mohon sama Tuhan untuk diberi kesempatan balik ke masa lalu agar bisa mengungkapan perasaannya ke si cewek. Singkat cerita Tuhan mengabulkan permohonanannya dan dia kembali ke masa mereka SMA, namun walaupun sudah ada kesempatan tetep aja dia ga berhasil nyatakan cinta, yang bisa dilakukannya hanya memperbaiki kenangan si cewek akan dirinya sehingga semua yang dulunya dia bikin si cewek kesel berubah menjadi kenangan-kenangan manis. Hmm so sweet banget lah filmnya

Ngerasa ga dulu kayak gitu, waktu seakan berhenti sejak ketemu si Dia, berasa ketemu belahan jiwa dan seluruh waktu yang dihabiskan bersama yakin banget bakal berakhir dengan happy ending. Pokoknya semua kata-katanya terngiang-ngiang siang malam. Semua yang dilakukannya manis banget, dan dia adalah the most important person yang selalu ada kapan pun , dimanapun, hehe.

Dan hal yang terparah dari semuanya adalah janji-janji konyol yang sempat terucap saat malam perpisahan.

“ aku janji, 10 tahun ke depan ( kalo kurang panjang bisa ditambah jadi 15 tahun ato 20 tahun ) aku bakal jadi orang sukses dan kita bakal ketemu lagi di tempat ini”

Norak abis…..hmm walau gitu tetep aja pengen senyum-senyum sendiri kalo ingat masa-masa super duper konyol itu. Seperti kata obi mesakh

‘ tiada masa paling indah, masa-masa di sekolah’
Tiada kisah paling indah, kisah-kasih di SMA’

Banyak orang bilang masa SMA masa yang tak terlupakan, baah aku malah pengen banget ngilang dari masa-masa SMA. Biar ga ada cerita sama si X, Y ,Z. Bikin rusak pasaran aja di mata suami.












Custom Post Signature