Pengen Resign Aja

Wednesday, December 28, 2016

ibu bekerja di luaran sana, setuju ngga kalau saya bilang menjadi ibu bekerja itu sungguh menyenangkan.

Hayoo coba angkat tangannya yang setuju.

Satu dua, 893652820 orang, wow.

Baca punya Gesi :

Haahaha, iyalah siapa sih yang ngga setuju kalau dibilang menjadi ibu bekera itu surga.

Gimana ngga?

Setiap hari bisa ketemu orang baru, pengalaman baru, melakukan hal-hal seru, dibayar pulak.

Mau beli baju tinggal ke toko, mau beli sepatu tinggal pilih warna.



Mau beli lipstik segambreng aneka warna sesuai warna baju pun ya tinggal klik-klik di onlen shop, ngga pake nunggu uang bulanan suami mampir di ATM.

Mau ke spa, creambath, pijet lulus ya tinggal ke salon tanpa khawatir memikirkan anak yang mengganduli


(Baca : Biar Kere Yang Penting Kece)


Iya, menjadi ibu bekerja itu memang sungguh menyenangkan.

Seharian bisa menjadi diri sendiri, tanpa embel-embel ibunya Tara atau istrinya pak Teguh.



Di kantor, kita dihargai sebagai diri kita sendiri, dihargai karena kerja kita, karena apa yang kita lakukan sebagai diri pribadi.

( Baca : Wanita dan Cita -Cita Yang Meredup )

Duh kebayang gimana adrenalin terpacu saat bos ngasih deadline kerjaan yang kita yakin bisa ngerjainnya tapi jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Bimbang memutuskan mau diterusin atau dipending besok nih.

Akhirnya, sejam kemudian masih berkutat di depan komputer demi semangat kerja yang masih menyala. Kadang heran deh, napa gitu menjelang jam pulang, otak malah on banget.



Saat perusahaan menghargai hasil kerja kita, pujian dari atasan, promosi jabatan menanti, saat itulah eksistensi diri seperti menemukan jodohnya.

Dikompare dengan bonus yang didapat, hati langsung berbunga-bunga. Kepercayaan diri melambung. Pulang ke rumah pun sumringah, seisi rumah langsung kecipratan aura bahagia.

Saat tahun berganti, kinerja dinilai, di kepala langsung terbayang deretan angka yang bakal nyemplung ke rekening. Uang tabungan anak bakal langsung terisi, liburan pun memanggil-manggil di depan mata.

Oh, sungguh menjadi ibu bekerja itu begitu menyenangkan.

Saat di kantor suntuk, berkumpul bersama rekan kerja menjadi refreshing yang menyegarkan.

Haha hihi sambil ngopi-ngopi atau sekedar ngumpul di pantry kantor, becandain teman atau gibahin si bos , sisa hari menjadi lebih berwarna.




Kantor adalah sebenar-benarnya me time.

Belum soal perjalanan dinas.

Berkeliling Indonesia tanpa mengeluarkan uang seperak pun. Mengunjungi kota-kota yang tak mungkin dijabani kalo harus merogoh kocek pribadi, tiba-tiba punya teman dari Sabang sampai Merauke.

Mencicipi hotel demi hotel saat pendidikan, menikmati plesiran colongan, tidur senyenyak yang bisa dilakukan.

Karena perjalanan dinas adalah sebenar-benar liburan.

Plesiran colongan


Iyaaa, menjadi ibu bekerja itu sungguh menyenangkan.

Sampai drama itu datang.

Sehabis libur lebaran atau libur tahun baru, si mba di rumah tak kunjung terlihat sosoknya di depan pintu.

Hati dag dig dug menunggu kabar darinya, cemas melihat hape di tangan, dengan tak sabar akhirnya mencoba menelfon yang akan disambut dengan bunyi tuuuut tuuut tuuut.

Tak lama sebuah dering sms akan berbunyi.

" Maaf bu, saya ngga balik lagi, mau istirahat dulu di kampung"

(Baca : Drama ART )

Hari yang tadi penuh warna pun langsung kelabu.

Keesokan hari, hati galau tiada tara, mau ngantor anak sama siapa?. ngga ngantor apa kata dunia.

Maka sebuah pesan pun dilayangkan ke atasan, ijin memperpanjang cuti.

Tiga hari tak menemukan pengganti si mba, anak dititipkan ke ortulah, ke saudaralah, ke adiklah, atau sementara di daycare dulu.

( Baca : Finally Daycare )

Sepanjang hari di kantor hati tidak tenang, memikirkan sudah makankah anakku?, rewel ngga?, mau tidur ngga? Duh gusti, saat itu juga dalam hati langsung bertekad " Mau resign aja mamaaaaa" huhuhu. Langsung bertekad dalam hati, ngga lagi-lagi ninggalin anak ke tangan orang, berjanji dalam hati akan resign secepatnya.

Di tengah kegalauan, terdengar kabar dari si oma, bahwa ART baru sudah didapat, hati langsung membuncah bahagia. Sirna semua gundah gulana. Janji resign pun pupus sudah. Yeaaaay, Aku punya ART baru.

Karena mba, wawak, teteh, kakak adalah pahlawan sejati penyelamat keluarga.

Hari-hari kembali normal.

Pekerjaan di kantor kembali menanti.

"Target, i'm comiiiiiing"

Ooooh, sungguh menjadi ibu bekerja terasa begitu menggairahkan.

Membuat hidup tidak monoton.

Sampai kemudian, si kecil imut-imut pelita hati tiba-tiba demam, mengigau di malam hari dengan suhu tubuh mencapai 40 derajat.

" Bunda.. bunda" suara lirihnya menggema sambil tangan mungilnya bergelayut manja di leher. Hangat tubuhnya menyatu dengan nafas panas dari mulut mungilnya.

Kembali panik melanda.

Keesokan pagi, tanpa perlu berpikir, sebuah sms kembali melayang ke atasan " Maaf pak/bu, saya tidak masuk kantor karena anak sakit, potong cuti saja"

(Baca : Dear Rekan Kerja, Maafkan Kami Para Working Mom)

Karena anak adalah sebenar-benar harta paling berharga di dunia ini, maka tidak ada yang bisa menggantikan, pun kewajiban menghadiri  rapat dengan direksi yang datang dari kantor pusat.

Karena anak adalah sebenar-benar sumber kebahagiaan. Sebenar-benar muara kasih sayang, tujuan berlelah-lelah bekerja selama ini, maka kantor pun menjadi serpihan debu semata.

" Ya Allah, aku mau resign ajah, anakku lebih membutuhkanku"



Maka, surat resign pun kembali dikonsep. Kali ini bertekad bulat untuk berhenti menjadi ibu bekerja dan kembali ke rumah, menjadi sebenar-benar rumah bagi keluarga.

***

Dear working mom

Pernahkah kalian mengalami yang saya rasakan?

Kalau pernah, sini-sini kita ngopi bareng.

Menjadi ibu bekerja memang sungguh menyenangkan. Namun ada kalanya keinginan untuk berhenti begitu kuat.

Bukan, bukan karena lelah, bukan pula karena tidak sanggup menghadapi tekanan pekerjaan.

Ah itu mah cuma seujung upil dibanding kenikmatan bekerja.

Namun, saat ART tidak balik, saat anak sakit, rasanya semua hal yang dilakukan di luar rumah menjadi tidak berharga.

Karena anak dan keluarga adalah sebenar-benar surga di dunia, maka ada kalanya pekerjaan terasa begitu memuakkan.

Tapi.......

Ada denda yang harus dibayar

Ada cicilan yang masih panjang waktunya

Ada orangtua yang punya harapan pada anak perempuannya.

Ada sesuatu yang hanya kita yang tahu yang begitu berat untuk ditinggalkan.

Aaaaah, menjadi ibu bekerja memang sungguh menyenangkan

Namun, pasti ada limit tertentu, entah kapan.

Mungkin hari ini, besok lusa, atau tahun depan.

Kalimat " Pengen resign aja" kembali menggantung di udara.

Rasa khawatir kehilangan momen emas anak mengusik.

Ada kalanya pula ingin bermalas-malasan saja di pagi hari.

Kalimat " Pengen resign aja" kembali menari-nari.

Siapkah kehilangan mimpi-mimpi dan cita-cita?

Sanggupkah sepanjang waktu melakukan pekerjaan rumah tangga?

Relakah tidak memiliki penghasilan sendiri lagi?

Kebimbangan kembali melanda.

Ada konsekuensi dalam setiap keputusan.

( Baca : Profesionalisme Ibu Bekerja )

Maka menjadi ibu bekerja memang sungguh menyenangkan, tapi ada saatnya menjadi ibu rumah tangga tampak begitu membahagiakan.


Dear working mom

Hingga saat itu tiba, mari kuatkan diri.

Pelukan dulu yuk sini.

I feel You moms.

Karena sehebat apapun seorang ibu bekerja, pasti terselip keinginan menghabiskan waktu lebih banyak untuk keluarga.




24 comments on "Pengen Resign Aja"
  1. Mbak Windii...... salam kenal yaa :D
    Wah sama nih, lagi galau-galau "pengen resign aja". Tapi ada cicilan yang harus dibayar :'))) (syedi jadinya)

    saya sekarang bersemangat untuk belajar kerja freelance, (persiapan sebelum bener resign) tapi emang dasar manusia yaa, selalu ada ke khawatiran dari yang tidak pasti. Semangat yuk mbaa :D *peluk* ^_^

    ReplyDelete
  2. Ini pas banget buat aku yang masih muda mau menikah, pilihan antara full mother atau mother working.

    Nice share Mba :)

    dewdepe.blogspot.co.id

    ReplyDelete
  3. Hai mbaaak...
    Duh kalo ga ada mahluk bernama kpr sih aku udah resign ajah deh 😅😅
    Tapii konon kabarnya biaya kuliah belasan tahun nanti pun udh M M an.. So, pilihan paling logis saat ini adl bertahan, semoga dikasih pintu rejeki lainnya sama Allah..

    ReplyDelete
  4. Aku srg bgt lah kepikiran utk resign mba. Trutama kalo kerjaan kantor sedang menggila, ato iri aja liat temen2 yg tinggal d rmh bisa lbh santai sepertinya :D. Tp aku tau kok, itu cm pikiran sesaat doang, krn dipikir2 aku toh ga bakal mau ngelepas semua jerih payah, fasilitas, yg udh aku dpt dr kantoran ini.. Bisa traveling rutin, bisa shopping tanpa minta suami, itu bener2 obat yg bisa bikon aku seger, ceria, good mood dan pd akhirnya berpengaruh k keluarga sendiri.. :D. Jd kalo kdg aku berpikir ttg resign, itu mah aku biarin aja, krn tau bgt di kenyataannya aku g bakal mau jg tandatangan surat resign :p

    ReplyDelete
  5. Walau ngga ada anak, dulu aku memutuskan resign ya karena bosan. Iya, BOSAN! Hahahaha... aku sadar ternyata dibalik senangnya bersosialisasi sama temen2 di kantor, aku tipe org yang kalau kerja pake pressure malah ngga produktif. Yasud, beralih jadi wirausahawan, buka salon. Bahagia maksimal! Nemu passion dan ngerjain hobi yang dibayar. Sampe akhirnya hrs berdamai dgn kondisi saat wira-wiri medan-batam hrs dilakoni slama 4 thn. Bisnis yg udah jalan 4 thn lbh hrs direlakan tutup krn lelah n hilang fokus. Ya, resiko LDM ;). Skrg mencoba tetap bahagia walo jobless. Positifnya, aku bisa milih mau ngapain aja dan bebas kalo mau upgrade diri. Kangen kerja kantoran? Sesekali aja, Win. Selebihnya... aku ngerasa ini yg paling pas buat aku. Hehehe :D.

    ReplyDelete
  6. Aku sama mba peluk kenceng mba :) dan dari semuanya juga ada orang yang ga berhenti nyinyir "KOK TEGA BANGET SIH NINGGALIN ANAKNYA" padahal mereka semua kagak pernah tahu apa yang kita rasakan. semangat mba ^^ resignya bilang-bilang yah biar barengan hahaha.

    ReplyDelete
  7. Ini barusan terjadi padaku, pagi ini memikirkan resolusi 2017: resign. Cuma apakah bisa bertahan nggak kerja? Kecuali kalo suami ai bergaji puluhan juta :D *sigh *salim dulu lah, kenalan

    ReplyDelete
  8. Terpujilah bagi2 ibu2 yang masih bekerja
    Hampir smeua partner kerja saya ibu2 mbak dan masih punya anak kecil
    Sering gak tega juga kalau udah waktunya pulang tapi masih kerjaan belum selesai

    ReplyDelete
  9. Aku mau resign karena mau pindah kerja, hehehe.

    ReplyDelete
  10. kadang kepikiran gimana kalo kerja tapi di rumah..hhahahaa..mask nyuci...

    ReplyDelete
  11. Kepikiran resign ini nggak cuma menghinggapi ibu-ibu. Kalau gadis kaya aku pengen resign karena pengen fokus ke hal lain yang sama-sama menghasilkan atau pindah kantor. Tapi suka sulit gitu

    ReplyDelete
  12. ayoo pelukan Mbaa, saya pun ibu bekerja yg kadang berpikir pengen resign tp banyak pertimbangan

    ReplyDelete
  13. Nggak kebayang kalo nggak kerja, misalnya nanti kalau punya anak. Cicilan KPR belum lunas, ngga bisa jajan lippen dan traveling. Huhuhu.

    ReplyDelete
  14. sebenernya balik lagi ke pilihan yah, saya pernah menjadi keduanya, semua ada plus minus nya tapi mending menjadi seseorang itu harus mandiri punya uang sendiri jangan bergantung siapapun terutama yg masih bantu keluarganya yah dan yang kedua adalah

    KUALITAS terutama dengan anak
    menurut saya kuantitas ibu rmh tangga yang punya waktu seharian dengan anak belum tentu berkualitas, ada yg ttp main hp, ada yg juga titip pembantu sibuk sosialita, ada yg malah marah2 rungsing krn ya di rumah juga bosen

    Jadi meski cuma ketemu anak pagi sebentar dan pulang kerja sore cenderung malam hari saja tapi berkualitas, gak masalah

    salam kenal yah ;)

    ReplyDelete
  15. Akuuuuu banget. Paling galau deh kalau anak pas sakit. Paling jengkel kalau ada yang nyinyir gini,

    Ijin lagi ijin lagi, anaknya dikasih makan apa sih kok sakit mulu.

    Atau,

    Ninggalin 36 anak demi 1 anak saja. Oke fix, galaunya Bu guru.

    ReplyDelete
  16. Salam kenal mbak..
    Dulu resign sebelum punya anak sih. Sekarang kalau bosen pengen kerja lagi, tapi mikir lagi anak-anak sama siapa? :D

    ReplyDelete
  17. kata-kata resign adalah kata-kata yang sering ada di kepala saya mbak, terutama kalau anak sakit, rasanya pengen resign saat itu juga.... *pelukan dulu kitaaa

    ReplyDelete
  18. kegalauan yang melanda teman-temanku juga. okelah mumpung maish single, semangaaattt

    ReplyDelete
  19. Postingan yang bagus dan jujur, enak dibaca... menurutku bekerja itu enak karena hasilnya nyata dan langsung kelihatan, tapi sebetulnya hasil,pengalaman, dan kekayaan pengalaman ibu di rumah dan bekerja itu sebetulnya sama, jenis sambungan otak yang kita latih saja berbeda, pandai-pandainya kita menjalani..di rumah kita nggak akan kehilangan semua kenikmatan juga mimpi dan cita-cita..hanya menunda atau ganti jalur saja, misal, mau cari hal-hal baru atau teman baru ya coba saja cari kegiatan baru. Yang tersulit kan mengubah point of view kita dulu sebelum orang lain. Saat resign paling enak itu ketika hati sedang senang, jangan sampai ya resign karena terpaksa gara-gara ada kejadian, karena proses adaptasi dan penerimaannya jauh lebih berat. Moga-moga bisa memutuskan pilihan ya mba Win...

    ReplyDelete
  20. Kerja di tempat yang sama dengan kegalauan yang hampir serupa, semoga mendapatkan jalan bahagia terbaik

    ReplyDelete
  21. Sambil nangis baca ini ���� ini yang sedang aku alami, prepare untuk resign dalam hitungan hari kedepan. Masih ga berenti nangis baca artikel ini berulang - ulang ����

    ReplyDelete
  22. Ya ampun hampir sama seperti yang kualami, tp akhirnya diputuskan resign demi anak tadinya nangis bombai eman eman udah lama kerja dan lumayan bgt lah tapi karena Aku pernah keguguran dan ternyata aku harus berjuang khusus untuk mendapatkan momongan (bedrest total untuk kehamilan ke 2 krn risiko keguguran lagi). 3 bulan di rumah setelah resign rasanya aku kangen sama meja kantor dan tugas kantor. Biasa keliling dinas dan seneng seneng dg rekan kantor, serta mandiri, dan mengembangkan skil tentunya. Masih kepengen kerja sehabis melahirkan tp selalu dinyinyirin orang dikata nggak sayang sama anak. Sedihhhhhhh.. tapi demi impian punya rumah sendiri supaya lebih cepat sy bantu suami. Semoga saya kuat bertekad bekerja lagi pasca melahirkan. Nyari Art yg cocok gampang gampang susah. Tips dong gimana nyari Art krn orang tua jauh ga mungkin juga ngasih.

    ReplyDelete
  23. Ya Allah,,aku juga sekarang lagi bimbang bgt..
    Antara resign atau tetap bekerja..
    Aku adalah karyawati,,yg mana setiap hari udh star kerja dr jm 7 kurang berangkat dr rumah sampe akhirnya malam baru balik lagi ke rumah.
    Saat ini aku memiliki 2 org anak,yg setiap hari dititip ke mertua..
    Niat resign udh lama ada di benakku,sejak kehamilan anak kedua,hampir 4 thn yg lalu...tapi aku masih bertahan,karena memang kondisinya lingkungan sekitar dan keluarga tidak mendukung aku utk resign.sampai akhirnya bbrp hari yang lalu anakku yg kedua jatuh dan dahi nya dijahit..aku makin galau,,nangis gak karuan..tekad resign makin kuat..
    Ini udh kedua kali nya kejadian serupa terjadi,,dua anakku harus mengalami luka jahitan di dahinya..

    Tapi lagi,lagi,, kegalauan menyelimuti hati.. akankah aku siap resign??
    Walau disisi lain hatiku juga gak kuasa utk kembali menitipkan anak-anakku..aku sudah kehilangan masa emas perkembangan anakku..

    Tapi ada keraguan dihatiku,,ketika bbrp rekan berkata bahwa aku akan merindukan masa masa bekerja,,bahwa anak akan besar dg sendirinya..

    Aku galau...gak tau harus bagaimana

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature