Heboh berita mahasiswa ITN Malang bernama Fikri yang tewas saat Ospek.
Naudzubillahi min zalik. Iih walau ngga ada hubungan kerabat, kenal juga ngga tapi begitu membaca berita ini di internet kok hati saya sakit sekali. Terbayang bagaimana perasaan orangtua Fikri. Dan kemudian saya langsung teringat berbagai Ospek yang pernah saya jalani di masa silam, ya di SMA ya di kuliahan.
Tanpa perlu menyebut yang mana, saya juga pernah mengalami yang namanya di ospek senior. Dari yang katanya " seneng-seneng" sampai yang membuat saya mau muntah. Duluuuuuu banget saya dan beberapa teman putri pernah dikerjai oleh kakak kelas.
Dibangunin malam-malam? ah itu sih masih biasa banget.
Dipermalukan di depan umum ? Aih jangan ditanya
Dan yang mungkin tidak pernah saya lupakan adalah saya pernah direndam di dalam bak mandi berukuran sangat kecil, hanya pas-pasan badan saya sambil jongkok dengan hanya memakai (maaf) pakaian dalam saja di jam 2 dini hari. Habis direndam saya dijemur ( tanpa matahari tentunya karena itu dini hari) di udara malam ditemani nyamuk-nyamuk nakal dengan kondisi menggigil kedinginan ( jam 2 pagi booooo ). Belum puas, mereka pun mengambil foto saya dan teman-teman dalam kondisi yang ala kadarnya itu. Katanya untuk kenang-kenangan.
Kedengarannya lucu yah. Iya, saya masih ingat sekali wajah-wajah mereka yang tertawa-tawa melihat saya dan beberapa teman dalam keadaan seperti itu. Jangan ditanya apa alasan mereka melakukannya.
UJI MENTAL katanya. Biar ngga cengeng, biar ngga ngelawan, biar menghormati senior.
Hare geneeee masih ada aja yang berfikir picik, dan belagu.
Apa saya tidak melawan?
Tentu banyak yang bertanya seperti itu.
Jawabannya TIDAK.
Buat apa?, kalau saya melawan yang terkena getah bukan saya sendiri tapi teman-teman yang lain juga ikut. Dan lagian itu sudah tradisi jadi kalau kita ngelapor yang ada malah dibilang cemen, manja, lebay.
" Kalian sih masih enak deeek cuma kami beginiin, kalau kami duluuuuu bla bla bla...." rasanya kalimat seperti itu menjadi senjata pamungkas melegalkan apa yang mereka kerjakan.
Percaya atau tidak itulah yang terjadi beberapa tahun silam pada diri saya.
Makanya saat mendengar kata OSPEK, maaf saja saya begitu antipati, muak plus jijik. Bagi saya senior-senior yang melakukan OSPEK itu adalah orang-orang yang CARI PERHATIAN, pengennya dihargai, dianggap punya pengaruh, dong dorodong dong dong. Cari perhatian dengan PRESTASI atuh, masa dengan membully anak unyu-unyu.
Lanjut ...
Beberapa tahun berselang, saya kembali bertemu dengan yang namanya si OSPEK ini, kali ini saya bukan korbannya tapi termasuk penyelenggara.
" Saya tidak setuju dengan yang namanya OSPEK pakai kekerasan, pakai acara kerja-mengerjai junior, saya rasa Orientasi itu mestinya menimbulkan keakraban, kebersamaan, bukan kebencian apalagi kekerasan "
Kira-kira seperti itu kalimat saya saat rapat pembentukan panitia berlangsung
Menurut kalian, apakah pendapat saya itu mendapat sambutan hangat? Mimpi Kali yeeee
" Usul windi bagus, tapi menurut kami, yang namanya kasih sayang itu tidak hanya berbentuk belaian atau kata-kata halus. Ibarat orangtua, terkadang kasih sayang juga bisa ditunjukkan dengan cara kekerasan, cara tegas" Jawab si ketua panitia yang disambut dengan riuh tepuk tangan sebagai dukungan padanya.
" INI untuk membentuk jiwa kepemimpinan bagi mereka ( seolah-olah dianya adalah sosok pemimpin handal)"
" Ini agar terbentuk kebersamaan, Korsa antar sesama mereka ( kayak dianya udah tinggi aja empatinya terhadap sesama teman)"
Dan OSPEK pun berjalan sesuai keinginan mereka. Saya tidak tahu secara pasti bagaimana OSPEK berlangsung, karena saya mengundurkan diri dari kepanitiaan.
Kalian tahu? seperti itulah gambaran pemuda-pemuda Indonesia di masa lalu. Saya pikir masa-masa itu sudah berlalu. Saya pikir juga jaman batu itu sudah hilang.
Kasus kematian mahasiswa saat OSPEK bukan kali ini saja terjadi. Dulu di Universitas tempat saya kuliah juga pernah kejadian gitu, penyebabnya saya lupa hanya saja itu terjadi saat masa orientasi kanpus.Lagi-lagi institusi yang katanya tempat orang-orang pintar itu berada ternyata malah mejadi tempat sabung nyawa bagi si mahasiswa baru. Tragedi
Apakah tidak ada cara yang lebih baik untuk kegiatan OSPEK?
Saat saya diterima di perusahaan tempat saya bekerja sekarang, kami juga mengalami yang namanya orientasi perusahaan. Dididik di diklat selama 1 tahun penuh. Sepuluh jempol saya acungkan untuk pihak SDM yang menyelenggarakan masa-masa OSPEK tersebut.
Dua hari pertama kami dikenalkan dengan budaya kerja perusahaan. Nilai-nilai yang dianut disana beserta segala aturan yang ada. Cara penyampaiannya pun elegan sekali, dengan permainan psikologis dan pencarian jati diri ( halah istilahnya), semacam penggalian potensi dan kecenderungan karakter kita. Plegmatis, melankolis, sanguin. Action, Planning,Structuring atau Relation. Kami begitu antusias menjalaninya.
Ah kalau cuma gitu sih membosankan, ngga seruuuu ngga ada kenangannya.
Mungkin banyak yang berfikiran begitu, sehingga pihak SDM pun mengirim kami ke pelatihan SECAPA di Sukabumi. Ngga tanggung-tanggung yang menangani kami adalah para tentara langsung.
aiiih jeleknyoo lah diriku |
Trus apa kami dibentak-bentak? dihukum jalan jongkok?, direndam di kolam?
Hayoyoyoyo itu sih kalau yang ngadain kegiatan si oknum-oknum sok keren di atas.
Tentu saja ada uji nyali. Dengan cara apa?
- Flying Fox
Kalau kalian belum pernah mencobanya. Saya sarankan cobalah, benar-benar menguji nyali. Dari ketinggian 20 meter di atas permukaan tanah, kita disuruh terjun dengan diikat tali pengaman di paha dan punggung. Tangan memegang tali juga trus meluncuuuuur, aaaagrh rasanya ngeri-ngeri sedep.
Awalnya saya takut sekali, tapi melihat teman yang lain bisa, saya pun yakin pasti bisa. Saat meluncur saya teriak sekenceng-kencengnya. Gitu kaki menjejakkan tanah, eh malah kepingin ngulang, xixixi.
Awalnya saya takut sekali, tapi melihat teman yang lain bisa, saya pun yakin pasti bisa. Saat meluncur saya teriak sekenceng-kencengnya. Gitu kaki menjejakkan tanah, eh malah kepingin ngulang, xixixi.
- Jalan di atas Api
Mungkin pernah lihat ya di tivi-tivi. Ada bak panjang seluas kira-kira 1x 7 m di atas tanah. Dia atasnya diisi pasir dan arang. Ke atas arang tersebut disiram minyak tanah kemudain disulut api. Kobaran api menjilat-jilat. Trus kita disuruh melewatinya. Haduh serem banget.
Tapi kata si instrukturnya kuncinya adalah kita yakin dan percaya diri saat melewati api tersebut, jangan berlari dan tarik nafas dalam-dalam saat melewatinya.
Hiyaaaaa, setelah dicoba malah ketagihan. Percaya ngga percaya kaki saya sama sekali tidak terasa panas dan tidak terbakar. padahal yang diinjak arang lo yang sudah disiram minyak dan disulut api.
Tapi kata si instrukturnya kuncinya adalah kita yakin dan percaya diri saat melewati api tersebut, jangan berlari dan tarik nafas dalam-dalam saat melewatinya.
Hiyaaaaa, setelah dicoba malah ketagihan. Percaya ngga percaya kaki saya sama sekali tidak terasa panas dan tidak terbakar. padahal yang diinjak arang lo yang sudah disiram minyak dan disulut api.
Berani coba?? Itu baru uji nyali namanya.
Tapi kan masih kurang seru, ngga ada latihan kepemimpinannya
Mau latihan kepemimpinan, ngga perlu lah pakai merayap-rayap di gua cina. Atau merayap-rayap di lembah berduri.
Secara berkelompok kami ditempatkan di dalam sebuah perahu karet yang terapung di sebuah danau buatan yang lumayan luas. Empat diantara kami masing-masing memegang sebuah dayung. Mata kami ditutup rapat oleh kain hitam. Seorang lagi yang tidak memegang dayung dan tidak ditutup matanya memberi komando kepada kami.
" Sebelah kanan saya, dayung perahu ke arah kiri, lurus..... belok...." komando berbunyi sampai akhirnya kami tiba di seberang danau.
Itu yang namanya uji kepemimpinan dan uji kepercayaan. Bagaimana seorang pemimpin memandu anggotanya agar sama-sama selamat sampai di tujuan. Bagaimana seorang anak buah percaya penuh terhadap si pemimpin, karena yakin mereka dalam perahu yang sama. Keselamatan bersama adalah yang terpenting.
Ngga ada latihan fisiknya ah !!!!
Ngga perlu pakai angkat barbel segala kan untuk melatih fisik. Cukup kemana-mana pakai sepatu laras (bener ngga ya tulisannya) yang beratnya sekitar 5 kilo kali ya. Ampun deh, rasanya kayak jalan sambil diganduli batu.
Ngga ada latihan kejujurannya tuh
Hohoho siapa bilang. Kemanapun bergerak harus memakai ransel yang diisi dengan pasir seberat 2 kg. Botol minuman 2 liter. Aiiih kalau mau curang bisa banget, cukup tinggalkan pasir di kamar, ngga ada yang tahu ini, wong ngga diperiksa juga.
Bahkan ada satu kegiatan yang sayangnya saat angkatan saya tidak dilakukan padahal dulu-dulu katanya itu kegiatan wajib. yaitu ANGKAT SENJATA
Bukan senjata boong-boongan, senjata beneran, dengan isi peluru sungguhan. Konon katanya perasaan saat mengangkat senjata dan menembakkannya ke sasaran itu begitu WOOOOW. Membuat kita tahu bahwa saat kita menembakakn peluru ke sasaran ada risiko yang diambil. Bisa terkena teman, bisa salah sasaran atau malah bisa berbalik ke diri sendiri.
Jadi, HANYA orang-orang picik yang masih melindungi dan menghalalkan OSPEK ngga mutu kaya di ITN Malang itu.
Dan siapa bilang tuh kalau kasih sayang mesti pakai kekerasan. Hidup di jaman batu kali yah, dimana kalau si pria mengungkapkan kasih sayang dengan menarik rambut si wanita dan menyeretnya :).
waaawwww kerasa banget mommi Windi semosi banget nulisnya inih, ahaha, terlihat kok dari fotonya *eh?
ReplyDeleteiya ya mom, aku dulu juga ngerasain diperlakukan begitu sama mereka para senior. dan dari dulu sampe sekarang gak pernah bisa mencerna kalimat "biar mereka gak cengeng. biar mereka gak mental tempe. biar mereka bisa solid satu sama lain. bla bla bla." untuk melegalkan perbuatan itu.
non sense banget. huh. emosi akuh jadinyah.
:D :D
Ampuuuun keren banget nih Mak! Iya siy, kesel banget kalo baca berita2 soal Ospek. Alternatif Ospek yg baik & benar sudah disodorkan perusahaan tempat mak Windi kerja sekarang. Keren! Sangat recommended untuk diikuti.
ReplyDeleteSetuju agan windi.... hapuskan ospek2 g mutu...kasian nanti anak2 kita kalau ospek masih kaya jaman kita kuliah..bukan makin kompak makin ngeri aja menghitung hari #testimoni korban ospek
ReplyDeletewah artikel yang sangat menarik , mbak windy. jadi terinspirasi nih :) bikin artikel tentang ospek/MOS. soalnya saya calon tenaga pendidik juga :) dan berita tentang mahasiswa/i ITN yang dilecehkan itu bikin saya geram banget,.
ReplyDeletesebenernya gak harus ospek juga bisa dgn cara lain sih utk bisa lebih dekat dgn senior2 mungkin bisa dgn cara buka forum diskusi
ReplyDeleteSetuju sekali dengan artikel anda. Ospek itu makin membuat saya jadi trauma. Apalagi kalau melihat senior saya saat SMA ini. Makanya saya jadi gak semangat kalau ke sekolah. Rasanya hidup SMA lebih menjadi beban bagi saya. Katanya SMA itu masa terindah ,tapi nyatanya .....
ReplyDelete