Saya ingat,saat pertama kali menginjakkan
kaki di Semarang pada tahun 2000, saya begitu penasaran dengan warung-warung
tenda di sepanjang jalan daerah Tembalang.Tertulis besar-besar di spanduk yang
menutupi bagian depan tenda tersebut “
PECEL LELE”. Lele dipecel? Hmm gimana tuh,apa lelenya diulek sama bumbu kacang
ya ? pikir saya. Setahu saya pecel itu adalah campuran sayur-sayuran , daun
singkong,kacang panjang,timun, ditambah tahu tempe trus disiram sama bumbu
kacang,seger-seger pedes gitu,dan ga pernah tahu kalau ada campuran lelenya.
Maka dengan rasa keingintahuan yang besar, malam pertama di Semarang pun saya
langsung memesan pecel lele sebagai santap malam.
Saat hidangan tersedia di depan mata,di
piring tergolek manis seekor lele yang
digoreng kering dengan asesoris berupa sambal semacam sambal terasi,plus lalapan
berupa timun,daun kol,dan tak lupa daun aneh yang belum pernah saya lihat.
Belakangan saya tahu kalau itu adalah daun kemangi. Ow ..ow… bayangan saya akan
pecel buyar seketika. Spontan saya
bertanya “ Mana pecelnya mas”, xixixixi. “ Lhaaa itu mba, kan pesen pecel lele”