“Kapan
nih undangannya”
Selalu
pertanyaan yang sama. Di setiap pertemuan keluarga, undangan pernikahan, bahkan
bertemu dengan teman yang sudah lama menghilang pun, tetap pertanyaan satu itu
yang keluar mendahului pertanyaan mengenai kabarku. Sepertinya pertanyaan iru
wajib sebagai pembuka obrolan, lalu disusul dengan tatapan prihatin saat dengan
tergagap aku berlalu . Seolah-olah dunia akan lebih cepat kiamat kalau aku
belum melangsungkan sebuah resepsi pernikahan.
Aku
mulai jengah. Bahkan di kota sebesar ini, masih saja ada segelintir orang
yang memasang parameter hidupnya ke hidup orang lain. Apakah mereka pikir
dengan pertanyaan itu, tiba-tiba akan hadir seorang pangeran tampan di hadapanku.
Pasti bagi mereka, kebahagiaan hanya akan didapat jika sudah menemukan
pasangannya. Betapa relatifnya arti kebahagiaan.
“
Apalagi sih yang kamu tunggu Rin, karirmu sudah mapan, umur juga sudah cukup,
ibu ingin segera menimang cucu nak” berkabut mata ibu saat mengucapkannya.
Ah
ibu, ada yang berdenyut di dada ini saat mendengarnya. Bukannya aku tidak ingin
membahagiakanmu. Aku pun ingin segera melabuhkan hatiku. Aku juga ingin
bersandar pada seseorang saat aku terlalu letih dengan hiruk pikuk dunia ini.
Tapi aku terlalu malu untuk mengatakannya.
*****
Karina
Suwandi, Associate Vice President Bank Comercial Asia di Jakarta. Tak ada yang
kurang pada dirinya. Sebutir lesung pipi menghiasi wajah orientalnya. Jilbab yang
melindungi rambut hitamnya terlihat kontras dengan mata biji almond yang mengukuhkan
darah Chinese yang mengalir di urat nadinya. Sudah beberapa kali ia menjalani
taaruf, namun saat melihat fotonya, para ikhwan akan mundur teratur. China. Ah
tak disangka atribut itu yang selalu menciptakan aral di hadapannya.
“Perempuan
itu tidak perlu terlalu sukses, laki-laki malah takut mau deketin.,
minder”
Kutulikan
telingaku terhadap ocehan-ocehan nyinyir yang keluar dari mulut-mulut berbisa
di kantorku. Biarlah mereka mau bicara apa. mungkin aku sosok yang begitu
penting, sampai dengan sukarela mereka memikirkan ke single anku di usia yang
memang sudah tidak muda lagi.
******
Halo, siapa namamu?
Kembali
kusapa dirimu dalam anganku
Duhai
calon imamku
Telah
kubentangkan sajadah cinta di atas sujudku
Telah
kukosongkan ruang di dalam hatiku
Memberi tempat bagimu yang
datang karena-Nya
Duhai
pemilik tulang rusukku
Telah
kurajut rindu detik demi detik di tiap tarikan nafasku
Telah
kujaga harumku hanya untuk kupersembahkan padamu
Aku
tahu, disana kau pasti sedang berjuang
Menyiapkan
bekal untuk keluarga kecil kita kelak
Tak
ada batasan waktu untukmu
Namun
sudahlah, jangan terlalu keras pada dirimu
Aku
tak butuh semua itu
Cukuplah
niat sucimu
Yang
akan menyempurnakan separuh dienku
Duhai
kekasihku
Halalkan aku dengan
akadmuJemput aku ke peraduanmu
Sudahi perjalananmu
Datanglah,
aku telah siap menjadi makmummu
****
Di
sudut kamar di ujung kota, seorang lelaki tengah bermunajat kepada ilahi, dua
rakaat istikharah tengah ditunaikannya.
Ya Allah, jika memang ia baik
untukku, mudahkanlah jalan ini dan berilah keberkahan
Dilipatnya
sajadah tempatnya mencurahkan segala gundah. Kembali dicermatinya biodata
seorang akhwat di tangannya. Dia kah orangnya ? terselip rasa takut di hatinya. Akankah
pemilik biodata ini menerimanya ?
Ia hanyalah seorang PNS golongan rendah,
ditambah lagi usia yang terpaut tiga tahun lebih muda. Namun ada getar halus dan
keyakinan di dadanya, saat mengeja nama yang tertera disana
Karina
Suwandi
Aku benny.....hehe
ReplyDeleteoooh kirain namanya siapa.
Deletemana link blog kamu, mo blog walking nih :))
*speechless* kalau untuk urusan itu. haha :p
ReplyDeletehahaha, masalah sensitif ya..
DeleteBaguuus.. :)
ReplyDelete*salam kenal*
^^
terima kasih.
ReplyDeletesalam kenal juga rachma :)
assalamu'alaykum mbaa :) blognya informatif bgt niy dgn berbagai info lomba menulis..:) tfs yaa
ReplyDeletewaalaikum salam.
Deletesilahkan lihat-lihat mba nadia, deadline nya masih lama tuh, masih cukup waktu kalo mo ikutan.
Alhamdulillah kalo berguna buat orang lain :)
Duhai kekasihku…….
ReplyDeleteHalalkan aku dengan akadmu
Jemput aku ke peraduanmu
Sudahi perjalananmu
Datanglah, aku telah siap menjadi makmummu
suka banget dengan paragraf yang diatas!
titik titiknya dihilangkan saja, biar sama dengan kalimat paragraf atas2nya..
Like this yo!!
like this yo, makasi @laksmisatiti.
DeleteSalam kenal:)