sumber:www.jalanhidup.jpg |
Hidup adalah perjalanan
Membuka mata, melihat luasnya
cakrawala
Di dalam perjalanan selalu ada
hal istimewa
Karena perjalanan selalu akan
memperkaya jiwa
Saya percaya tidak ada suatu
kebetulan di dunia ini. Semua terjadi karena adanya sebab akibat. Bahkan rumput
di atas pusara pun tumbuh karena suatu alasan.
Sebagai wanita bekerja , saya
sering mendengar omongan miring dari orang-orang. Beberapa kali malah ada yang
dengan terang-terangan mempertanyakan apa yang saya cari sehingga mau bersusah
payah bekerja dari pagi sampai sore. Padahal gaji suami saya bisa dibilang
cukup untuk menghidupi keluarga kecil kami.Bagi saya itu merupakan bentuk perhatian yang harus saya hargai.
Namun tak sedikit juga yang
mengapresiasi pilihan yang saya jalani.
Ada yang salah dengan kata-kata
bersusah payah. Karena pada kenyataannya saya sangat menikmati peran sebagai wanita karir sekaligus seorang istri.
Menurut saya, apapun pilihan yang
diambil oleh seorang wanita terutama yang telah berkeluarga, bekerja di luar
rumah atau menjadi full mother itu kembali ke diri masing-masing.
Sejak kecil saya selalu melihat
ibu saya bangun pagi, menyiapkan sarapan kami, bersiap diri untuk kemudian
pergi mengajar. Saya sangat mengagumi ketangguhan ibu. Sepulang mengajar , ia
akan bergegas kuliah dan tiba di rumah hari sudah menjelang senja. Namun itu
tidak dilakukan setiap hari, hanya 3 hari dalam satu minggu. Tapi entahlah,
saya tidak pernah sekalipun merasa kehilangan perhatian dan kasih sayang dari
ibu.
Saat saya ingin jalan-jalan ke
mall ibu selalu ada. Saat saya mengenal cinta pertama ,ibu juga ada mendengarkan
curhatan saya, dan saat hati remaja saya lebur , ibu ada untuk memeluk saya. Sungguh
tak sekalipun saya merasa ibu mengabaikan keluarga demi pekerjaan. Bukti
konkritnya, empat anak ibu memiliki prestasi belajar yang memuaskan.
Melihat itu, membulatkan tekad
saya untuk tak ragu menjadi wanita karir. Saya sudah melihat contoh, bahwa ibu
bekerja bisa menyeimbangkan antara keluarga dan dunia kerja.
Setamat kuliah Alhamdulillah saya
langsung diterima bekerja di salah satu bank nasional. Tak lama berselang, saya
pun menikah. Suami sama sekali tidak melarang saya untuk terus berkarya. Saya
tidak menampik, bahwa dengan bekerja maka ada satu dua hal pekerjaan rumah
tangga yag tidak dapat saya tangani. Memasak, mencuci misalnya. Tapi itu hal
yang sangat mudah diatasi, karena saya melihat, para ibu yang bekerja di rumah
pun kebanyakan menyerahkan pekerjaan tersebut ke tangan asisten rumah tangga.
Sampai saat ini saya belum
dikarunia buah hati. Hal ini, saya tidak tahu menyebutnya seperti apa. Ada yang
bilang mumpung belum punya anak, bolehlah bekerja. Ada juga yang mengatakan,
gimana mau punya anak kalau kerja terus. Apapun itu, saya yakin rejeki tidak
akan tertukar dan tidak akan salah alamat, apalagi datang terlambat. Menurut
saya, sudah banyak doa-doa saya yang dikabulkan oleh-Nya. Kalau toh satu dua hal
saya disuruh menunggu, saya akan terima itu sebagai bentuk kasih sayang-Nya.
sumber: http://retnodamayanthi.files.wordpress.com/2008/06/wanita-karir21.jpg |
Selagi diberi Allah berupa
kelonggaran dalam hal waktu, saya memanfaatkannya semaksimal mungkin. Saya
merasa memiliki kemampuan yang sangat disayangkan jika tidak didaya
gunakan. Bagi saya, itu merupakan salah satu bentuk rasa syukur terhadap
talenta yang diberikan.
Namun memang tak selamanya hal
tersebut semudah yang dikatakan. Dua tahun lalu, perusahaan memutasikan saya ke
Jakarta. Berpisah dengan suami di Medan. Mutasi tersebut bukan tanpa sebab,
tapi merupakan apresiasi perusahaan terhadap kinerja saya. Tentu saja saya
bangga, senang. Namun ada dilemma di hati, harus memilih antara meninggalkan
suami atau menerima tugas tersebut.
Kesempatan tidak datang dua kali. Setelah berdiskusi dengan suami,
akhirnya saya berangkat. Bagi saya dukungan dari suami sangat penting untuk menciptakan rasa nyaman saat bekerja. Ternyata tantangan yang saya hadapi semakin berat.
Disamping tanggung jawab yang semakin besar, saya pun harus memikirkan suami di
Medan. Bukan hal yang mudah bagi kami melewati semua itu.
Namun, di era digital ini, begitu
banyak kemudahan yang bisa kita dapati. Semua seolah berada dalam genggaman. Jarak
beratus kilometer pun dapat terjembatani dengan kecanggihan teknologi. Saya sangat
bersyukur kepada Allah yang telah memberi otak-otak pintar kepada para penemu
internet. Karena bantuan alat tersebut, saya dan suami bisa berkomunikasi
dengan lancar. Dimanapun selama ada sambungan internet dan computer, saya bisa
skype-an bersama suami. Terkadang, webcam bisa aktif nyala semalaman, sementara
saya melakukan apa, suami juga melakukan pekerjaannya, berasa seperti di dalam
satu ruangan.
Gambar dari sini |
Disamping internet, kami juga
menggunakan ponsel sebagai media berkomunikasi. Setelah ada BB, menjadi lebih
mudah lagi. Setiap pagi saya akan mengirim foto diri saya, sebagai pelepas
rindu. Bahkan dengan dukungan para pebisnis termasuk perbankan, memudahkan saya
melakukan reservasi tiket pesawat dan melakukan pembayaran-pembayaran yang
seabrek-abrek. Jadi walaupun, saya tidak ada di rumah, segala jenis tagihan
seperti telepon, listrik, air, bisa teratasi hanya dengan memencet sejumlah
angka di ponsel. Teknologi yang sangat memudahkan.
Hal yang dikhawatirkan tentang
keharmonisan rumah tangga yang akan terganggu oleh jarak, Alhamdulillah tidak
kami alami selama ini. Semoga selamanya seperti itu. Bahkan , jarak yang
memisahkan membuat kami merajut rindu setiap hari. Rasanya , kembali seperti
pacaran. Saling menyapa, bertanya sudah makan belum, sedang apa, persis abege
jaman sekarang. Siapa sangka kami malah tambah mesra.
Saya tidak mengingkari kuantitas
pertemuan dalam suatu keluarga itu sangat penting. Namun, kalau kondisi tidak
memungkinkan, pilihan ada pada kita, mau menyesalinya, atau mencari cara untuk
menikmatinya. Untuk menyiasatinya, saya memilih daerah-daerah yang saya kunjungi untuk perjalanan dinas yang berdekatan dengan Medan. Agar bisa sekalian bertemu suami. Malah pernah saat saya ke Bali, suami saya ajak serta selama seminggu, sekalian honeymoon deh jadinya. Selalu ada kemudahan dalam kesempitan.
Dengan keterbatasan waktu saat bertemu, membuat saya dan suami menjadi saling menghargai. Saling mengerti tanpa harus diutarakan. Kami bisa duduk berdua dalam diam, hanyut dalam kegiatan masing-masing, namun kami tahu kami ada dalam frekuensi dan gelombang yang sama.
Dengan keterbatasan waktu saat bertemu, membuat saya dan suami menjadi saling menghargai. Saling mengerti tanpa harus diutarakan. Kami bisa duduk berdua dalam diam, hanyut dalam kegiatan masing-masing, namun kami tahu kami ada dalam frekuensi dan gelombang yang sama.
Begitu pula, waktu yang terbatas
tersebut membuat kami lebih kreatif mencari cara agar tetap bisa bersama,
mengunjungi orangtua, bermain dengan keponakan, dan menghadiri undangan pesta
rekan kerja atau kerabat. Hal tersebut bisa karena terbiasa.
Banyak hal yang saya dapati saat bekerja. Apalagi saya bekerja di bank yang bergerak di sektor mikro. Membantu membiayai usaha nasabah, melihat jatuh bangun mereka, memberi saja pelajaran baru tentang semangat pantang menyerah. Saya jadi tahu bagaiaman kiat-kiat untuk membangun usaha yang bagus. Selain itu, bertemu orang-orang dengan berbagai type kepribadian, makin memperkaya dan mengasah rasa empati dan toleransi yang saya miliki. Saat
saya berinteraksi dengan nasabah, baik eksternal maupun internal, bisa
menyelesaiakan masalah mereka, menjawab pertanyaan, dan membantu mempermudah
pekerjaan mereka, hal itu bagi saya sudah merupakan kontribusi saya dalam
kehidupan.
Dengan bekerja pula, saya belajar
hal-hal baru, yang semakin meluaskan wawasan. Diakui atau tidak, saya dan
suami bisa menjadi teman diskusi yang sangat klop, karena dia bergerak di
bidang perkebunan dan industry sedangkan saya perbankan membuat kami saling
take and give terhadap berita-berita dari masing-masing pihak. Menyenangkan
sekali bukan, memilki teman diskusi yang kita cintai. Bahkan banyak teman suami
yang sering bertukar pikiran dengan saya untuk masalah-masalah perbankan yang
mereka alami.
Dan yang paling menyenangkan, saya bisa mengunjungi banyak daerah saat perjalanan dinas. Hal yang mungkin akan sulit saya lakukan kalau saya tidak bekerja. Sara pernah ke daerah rawan bencana di pelosok negeri ini. Melihat dari dekat lokasi-lokasi tersebut membuat saya semakin mensyukuri hidup ini.
Dan yang paling menyenangkan, saya bisa mengunjungi banyak daerah saat perjalanan dinas. Hal yang mungkin akan sulit saya lakukan kalau saya tidak bekerja. Sara pernah ke daerah rawan bencana di pelosok negeri ini. Melihat dari dekat lokasi-lokasi tersebut membuat saya semakin mensyukuri hidup ini.
Ketahun, Bengkulu |
Bagi saya bekerja bukan untuk
membebaskan diri dari tanggung jawab terhadap keluarga. Malah membuat saya
belajar untuk lebih gesit, lebih pintar mengatur waktu dan kemampuan mengatur
strategi antara membagi waktu kerja, keluarga, liburan dan kegiatan social. Tak jarang saya mengambil cuti jika ada acara kantor suami yang mewajibkan saya hadir. Sebisa mungkin, bekerja tidak menjadi penghambat.
Saat saya jauh dari suami,
membuat saya lebih berhati-hati dalam menjaga sikap dan perilaku. Karena saya
tidak ingin menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikannya. Saya selalu
mengusahakan mengabari dimanapun saya berada. Walaupun ia tidak disamping saya,
saya akan selalu meminta izin padanya jika ingin pergi ke suatu tempat yang
agak jauh. Bagaimanapun saya adalah tanggung jawabnya. Dan saya juga
berkewajiban menjaga kehormatannya.
Demikian pula, waktu-waktu luang
sepulang kerja, yang mungkin kebanyakan wanita melewatkannya dengan berbagai
kesibukan di rumah, saya mengisinya dengan melakukan hal-hal yang menjadi
passion saya. Membaca, menulis, berselancar di dunia maya, yang mungkin tidak
akan seleluasa saat saya berada di rumah. Tidak banyak, namun ada beberapa tulisan saya yang sudah mejeng di buku dan nangkring di rak Gramedia. Saya hanya berusaha menerima keadaan
dengan melakukan hal-hal yang memberi nilai lebih.Dengan teknologi digital, melalui media sosial seperti facebook, twitter saya juga sering mengikuti lomba-lomba menulis. Jadi jangan gunakan media sosial hanya untuk menghabiskan waktu. Dari hobi saya itu, saya malah
berkesempatan memenangkan hadiah dari yang kecil-kecil sampai yang terbilang
lumayan. Nah kan, hobi kalau ditekuni jadi sangat menyenangkan.
Bekerja juga turut memperngaruhi cara saya berpenampilan. Saya jadi terbiasa tampil rapi kemanapun. Setidaknya
saya akan berdandan saat ke kantor.Bukan dandan yang berlebihan, seperlunya dan
sepantasnya saja. Dan karena terbiasa
dengan rutinitas, maka saya pun terbiasa dengan ritual kecantikan yang membuat
saya selalau merasa fresh. Agar selalu tampil segar, setidaknya melakukan
perawatan wajah dan tubuh menjadi rekreasi tersendiri bagi saya. Minimal
sebulan sekali ke salon, memanjakan diri, merilekskan otot-otot yang tegang . Dan
untuk itu semua, saya bisa melakukannya sesering saya mau, karena saya memiliki
budget dari uang pribadi yang saya hasilkan sendiri.
Antologiku |
Bekerja juga membuat kebutuhan pakaian saya menjadi spesifik. Cukup tiga kategori, baju kerja, baju santai, dan baju
kondangan atau arisan. Karena sudah terkategori demikian, saya tidak pusing.
Baju kerja saya sangat simple, hanya berupa blazer dan kemeja. Dengan begitu
menghindarkan saya dari belanja yang tidak perlu. Karena saya sudah tahu jenis
pakaian yang saya butuhkan. Disamping itu dengan bertemu berbagai macam orang dari berbagai kalangan, memberi saya kemudahan melihat trend fashion yang lagi in. Lumayan, referensi gratis.
Satu hal yang mungkin tidak
banyak disadari, keuntungan bekerja adalah memiliki networking yang luas,
dari berbagai macam orang dan berbagai macam kalangan. Setidaknya saya memiliki
relasi dari Sabang sampai Merauke, juga dari instansi-instansi yang berhubungan
dengan pekerjaan saya. Hal tersebut sangat bermanfaat, karena semakin banyak
orang yang kita kenal dan mengenal kita maka semakin banyak kesempatan dan
keberuntungan yang bisa kita raih.
Ya bekerja memberi saya triple
bonus sekaligus, gaji setiap bulan, peluang belajar menjadi ahli, serta
pengalaman yang laku dijual.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang wanita, karena itu ia disebut makhluk multitasking. Di era digital ini, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan. Wanita di era digital adalah wanita yang tahu apa yang ia mau.Bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang tercipta untuk memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya .
Keterbatasan waktu dan ruang bukan menjadi penghalang untuk berkarya. Tidak ada excuse dalam setiap hambatan. Teknologi yang ada , manfaatkan sebesar-besarnya untuk mendukung segala aktivitas kita. jangan hanya sebagai pengisi waktu luang yang kurang menghasilkan.
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang wanita, karena itu ia disebut makhluk multitasking. Di era digital ini, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan. Wanita di era digital adalah wanita yang tahu apa yang ia mau.Bisa memanfaatkan setiap kesempatan yang tercipta untuk memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya .
Keterbatasan waktu dan ruang bukan menjadi penghalang untuk berkarya. Tidak ada excuse dalam setiap hambatan. Teknologi yang ada , manfaatkan sebesar-besarnya untuk mendukung segala aktivitas kita. jangan hanya sebagai pengisi waktu luang yang kurang menghasilkan.
Saya sangat mensyukuri apa yang
saya miliki saat ini. Suami yang mencintai saya, keluarga yang selalu mendukung,
sahabat yang peduli. Hal-hal tersebut semata-mata adalah curahan kasih
sayang-Nya kepada saya. Apa yang telah diberi-Nya membuat saya semakin merasa
semakin kecil .
Me, My Life |
Sampai hari ini, saya masih
berharap dan tak henti berdoa agar diberi jalan untuk bisa berkumpul bersama
keluarga. Juga agar diberi kepercayaan menerima titipan-Nya. Sembari menunggu
doa-doa saya diijabah, saya hanya bisa mengisinya dengan menghargai setiap
tetes cinta-Nya dalam kehidupan saya.
Menjadi wanita bekerja diluar
rumah, atau bekerja di dalam rumah, atau menjadi ibu rumah tangga adalah
pilihan yang memiliki sisi positif masing-masing. Apa yang saya utarakan
panjang lebar diatas semuanya dapat dimiliki dan dilakukan oleh ibu yang
bekerja di dalam rumah maupun ibu rumah tangga.
Setiap orang mungkin
ditakdirkan untuk memainkan peran yang berbeda- beda yang dibutuhkan untuk
membentuk keharmonisan dalam dunia yang tak selebar daun kelor ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan suatu saat saya menjadi ibu rumah tangga. Dan karena tuntutan kebutuhan, ibu rumah tangga menjadi wanita karir. Bukankah hidup adalah misteri?. Apapun
peran kita, selama kita menjalaninya dengan sungguh-sungguh, ikhlas maka akan ada
imbalan dari yang maha Kuasa untuk itu semua.
Perjalanan, seperti kendaraan yang membutuhkan bahan bakar yang cukup untuk sampai di tujuan. Semoga dengan rute yang
berbeda-beda, perjalanan hidup kita masing-masing berakhir di tempat yang
paling indah.
Let's Check This Story
Let's Check This Story