Diskriminasi Bangsa Sendiri

Tuesday, September 8, 2015
Desclaimer : Postingan ini tidak bermaksud Sara, hanya curhat semata.


Lagi iseng BW , baca tentang Diskriminasi terhadap bangsa sendiri disini. Ih jadi pengen cerita juga. Judulnya ga saya ubah, Iyaaa saya ngga kreatif hahah.

Kalian pernah ngga sih mengalami yang namanya deskriminasi? Tapi bukan oleh orang luar atau orang lain tapi oleh bangsa sendiri. 


Kalau yang tinggal di Medan udah kenyanglah sama perlakuan model begini. FYI aja yah , di kota Medan itu penduduknya terdiri dari berbagai macam suku. Mulai dari Jawa, Melayu, Batak, Karo, Arab, India, sampai warga Tionghoa. Jadi salah banget yah kalau bilang orang Medan mayoritas suku batak. Ngga lho, kalau di daerah Tapanuli, Toba atau tanah Karo iya mayoritas , tapi kalau di kota Medan nya sih udah berbaur semua.

Nah , sialnya yah di Medan itu, penguasa ekonominya mayoritas adalah warga Tionghoa. Sebagian besar para pedagang skala besar adalah mereka. Mulai dari pedagang elektronik, otomotif, gadget, waaah hampir semualah. Coba aja ke Jalan Asia, jalan Sutomo, Jalan Pemuda, semuaaalllah toko-tokonya milik orang Tionghoa. Makanya berbeda dengan di Jawa, Jakarta, Bandung yang mana warga Tionghoanya gape berbahasa daerah setempat, China Medan wah boro-boro, yang ada malah kita yang orang pribumi yang harus belajar bahasa Tionghoa kalau mau melebur bersama. Aneh kan yah. Itulah sankin berkuasanya mereka disini.

Nah ngomongin diskriminasi, itu yang bikin saya sebal. Kadang perlakuan para pelayan toko yang notabene orang pribumi suka sekali membeda-bedakan antar pembeli orang Indonesia asli dengan orang keturunan. Kalau sama orang Tionghoa pasti perlakuannya manis banget, eh giliran kita yang belanja kadang diterge pun ngga. Ngga hanya belanja, kalau sedang bertransaksi di bank aja, customer service suka beda-bedain. Ngga semua sih yah tapi kebanyakn seperti itu. Pokoknya tinggal di Medan itu,, kalau masalah kayak gini, bikin empet deh.

Tapi kalau mau jujur sih ya, ini bukan salah mereka sepenuhnya. Namanya manusia pasti senanglah diperlakukan istimewa. Tapi yang bikin annoying itu ya, orang pribuminya sendiri yang suka beda-bedain orang.

Saya pikir cuma di Medan aja yang seperti itu, ternyata ngga lho. Rata-rata orang Indonesia ya kayak gitu itu. Suka berlaku diskriminatif terhadap bangsa sendiri. Mungkin karena merasa inferior yah . Padahal kita lho yang punya negeri ini. Bukan kita yang numpang

Ada suatu kejadian yang saya inget banget.

Jadi ceritanya pas saya honeymoon di Bali. Saya sudah pesan tiket jauh-jauh hari sebelumnya, biar dapat tiket promo. Semua berjalan lancar saja, sampai tiba saatnya pulang. 

Dan bencana pun datang saat saya check-in.

Begitu saya serahkan print out tiket dan kode booking ke petugas check-in, dengan heran si petugas memandangi saya.

“ Bu, penerbangan ini tidak ada di jadwal kami, sudah dibatalkan”

APAAA, saya kaget bukan kepalang, namun masih tetap bisa tenang.

“ Ngga ada gimana maksudnya mas, itu saya pesan online udah jauh-jauh hari lo”
“ Iya bu,namun beberapa minggu lalu kami telah memberitahukan kepada seluruh penumpang tentang perubahan jadwal yang kami lakukan “

Haduh, makin spanning saya mendengarnya.

“ Ibu silahkan ke bagian ticketing disana untuk memastikannya” kata si petugas sambil menunjuk kantor perwakilan maskapai tersebut.

Bergegas saya menuju ke tempat yang ditunjuk.

Di kantor maskapai berinisial M itu,petugas menegaskan kembali bahwa jadwal penerbangan yang tertera di tiket saya itu sudah dibatalkan. Oh my God, bukan dicancel atau di delay tapi DIBATALKAN, yang artinya kami tidak bisa terbang ke jogja hari itu. Padahal saya sudah pesan tiket lanjutan Jogja-Jakarta untuk keesokan harinya. Ya kami memang hanya merencanakan sehari saja di Jogja karena hari cuti yang terbatas.Itu artinya lagi kalau kami tidak bisa sampai di Jogja hari ini,berarti tiket lanjutan kami bakal hangus juga,Pun tiket Jakarta-Medan berikutnya. Wooow panik tingkat brahmana.

Sambil berfikir saya tetap mendengarkan penjelasan si petugas.

“Jadi bu,kami akan mengembalikan uang tiket ibu 100 %” katanya sambil menyerahkan tujuh lembar uang seratus ribuan.

Tentu saja saya tidak terima

“ Maaf ya mas kenapa tidak ada pemberitahuan kepada saya”
“Ada bu,semua penumpang telah kami beritahu melalui SMS”
“Tapi saya tidak mendapat SMS nya” saya mulai emosi.

Capek berdebat dengan si petugas, akhirnya saya minta dipertemukan dengan kepala perwakilan maskapai tersebut. Awalnya mereka tidak mau, dengan alasan si manajer sedang tidak berada di tempat. Namun karena saya ngotot ( sampai adu urat syaraf) kira-kira 2 jam kemudian datanglah si Manajer. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 siang.

Lagi-lagi penjelasan si manager sama, mereka hanya mau mengganti tiket saya dengan uang tunai 100 persen dan saya dipersilahkan untuk membeli tiket di maskapai lain secepatnya karena hanya tinggal dua penerbangan lagi ke Jogja untuk hari itu.

“ Saya ngga mau uang, saya mau diganti tiket, jadi kalian saja yang beli tiketnya, karena kesalahan bukan pada saya” ujar saya bersikeras

Si Manajer tetep ngotot bahwa semua penumpang telah diberitahu. Duuuh rasanya saya sudah pengen mengobrak-abrik itu kantor. Saya minta ditunjukkan bukti bahwa mereka sudah mengirim pemberitahuan ke saya. Saya juga minta disambungkan ke kantor pusat maskapai tersebut di Jakarta.

Saat itulah, setelah dilakukan pengecekan ke system mereka, terbukti bahwa hanya saya penumpang yang tidak diSMS untuk pemberitahuan pembatalan penerbangan. Namun demikian mereka tetap tidak mau mengganti tiket saya. Waktu semakin berjalan, jam menunjukkan pukul 5 sore, satu pesawat telah tinggal landas menuju Jogja, berarti tinggal satu penerbangan lagi.

“ Bu, percuma ibu berdebat dengan saya, nanti ibu juga yang rugi, karena kalau ibu tidak segera membeli tiket, ibu tidak bisa ke Jogja hari ini”

Sebenarnya dalam hati saya mulai ragu, terfikir untuk mengalah saja. Penerbangan yang tersisa tinggal satu itupun hanya tersisa dua kursi di kelas bisnis. Yang memberatkan saya tentu saja harga tiket yang akan diganti oleh si maskapai M tidak sebanding dengan tiket yang akan saya beli, karena dulu saya belinya saat promo, bahkan pengembalian dua tiket pun tak bisa membeli satu tiket di maskapai GI.

Tak terasa air mata saya menitik membayangkan tiket-tiket berikutnya yang bakal hangus juga. Apalagi tujuan kami ke Jogja untuk menemui orangtua suami yang tidak dapat menghadiri pernikahan kami karena factor usia dan kesehatan. Saya tahu kalau saya bersikap lemah, saya akan kalah. Padahal sekali lagi bukan saya yang melakukan kesalahan. Maka saya pun mulai mengeluarkan sisi keras diri saya.

“ Kalau kalian tidak menerbangkan kami ke Jogja malam ini saya akan kirim surat pembaca ke Kompas” ancam saya

“ Silahkan saja bu” jawab si manajer yang membuat amarah saya makin naik ke ubun-ubun.

Si manajer tidak bergeming. Ia tetap bersikeras dengan pedoman perusahaan tentang peraturan penggantian tiket.

Waktu semakin berjalan. Jam menunjukkan pukul 6 sore, hanya tersisa satu jam sebelum penerbangan terakhir ke Jogja untuk hari itu. Kalau saya tidak segera membeli tiket maka pupuslah sudah. Artinya saya tidak akan ke Jogja hari itu dan tiket Jogja-Jakarta-Medan hari berikutnya juga akan hangus.

Setengah putus asa,sedih,kecewa bercampur amarah saya pun berkata dengan ketus

" Kalian memperlakukan saya seperti ini karena saya orang pribumi, coba kalau kejadian ini terjadi pada bule-bule itu, saya yakin 100 % perlakuan kalian akan sangat berbeda. Saya yakin kalian akan langsung mengganti tiketnya dengan penerbangan lain. Tapi sayang, bagi kalian bangsa sendiri itu tidak ada harganya. ".

Setelah berkata demikian, saya segera berdiri bersiap untuk pergi.

Tiba-tiba si manajer menyuruh saya duduk kembali. ENtah apa yang dikatakannya kepada pegawainya yang pasti tak lama kemudian, dua lembar tiket sudah ada di tangan saya, tertera disana nomor kursi 2A dan 2 B kelas bisnis. Satu jam kemudian kami telah menjejakkan kaki di Bandara Adi Sucipto Jogjakarta.

Tuh lihat kan, apa yang saya katakan benar. Mungkin karena malu saya skak mat langsung beitu, makanya si Manajer langsung mengganti tiket kami. Tapi memang demikian adanya.

Oya, cerita tentang pembatalan penerbangan ini pernah saya tulis di blog ini,, tapi di postingan sebelumnya saya ngga mengutarakan percakapan terakhir itu. Tapi saya pikir-pikir ngga ada salahnya juga saya posting, biar nih ya siapa saja dari kita entah itu pegawai bank, penjual, pedagang, siapa aja deh, jangan lah sampai membeda-bedakan perilaku gitu, apalagi sampai mendiskriminasikan bangsa sendiri, ngga malu apa. Dan lagian kalau kita yang ngalaminya, percayalah itu sangat menyakitkan da mengecewakan.

Saran dari saya kalau mengalami atau melihat perlakuan diskriminatif seperti itu :

1. Jangan diam saja. Tegur tuh pelayan. pegawai bank, tukang parkir, pedagangnya. Bilang kita juga konsumen yang harus dilayani.

2. Jangan mau ngalah. Enak saja. Sekali-kali biar mereka sadar kalau apa yang mereka lakukan itu tidak benar.

3. Langsung saja skak mat dengan kalimat langsung kayak saya itu, biar merasa tertampol. Tapi kalau orangnya ndableg yah sudahlah.

Pokoknya jangan terima kalau diperlakukan diskriminatif, enak saja, di mata Allah aja kita semua sama kok,, masa di mata manusia kita terima aja.

Kalau kalian, pernah ngga ngalamin perbuatan diskriminasi?

25 comments on "Diskriminasi Bangsa Sendiri"
  1. ihhhh ini yang dulu kamu jalan2 ama tara bukan?
    ihhh kok gitu :v padahal ada seat kan :v
    tapi g dipungkiri...kadang atau sering gitu :(
    trus kita kudu macak apa ini biar g didiskriminasi

    ReplyDelete
  2. Kalo di bank sih saya belum ngalami ya. Tapi pernah dapat perlakuan yang mirip seperti ini pas beli di toko material. Yg pakaiannya keren didahulukan. Salah saya juga sih belanja material di mall khusus gini, pada pakai baju cantik. Tapi saya kan belinya banyak, jadi saya bilang kalo nggak segera dilayani, bakal beli di tempat lain. Saya bilang, mbak yang rugi loh, nggak jadi dapat banyak komisi karena saya kan belinya nyampe belasan juta. Ealahh, sales keramik langsung nyamperin dan senyum ramah banget. Males deh, masa kudu pamerin jumlah order yang mau dibeli :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak, bahkan ada beberapa bank yang menerapkan gaji yang berbeda antara pekerja pribumi dengan non pribumi. Kesel ngga seeeh

      Delete
  3. Saya pernah ngalami dan itu nyebelin banget, makanya saya sebagai pedagang belajar untuk memperlakukan pembeli seperti raja. Karena pernah suatu hari ada bapak2 pakaian lusuh penuh lumpur sawah, beli rokok terus pas duduk istirahat keluarin smartpon samsung galaxinya. Nah lho... Saya aja ga punya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha tuh kan mak, kalo lihat dr penampilan suka salah

      Delete
  4. Wah ikut tegang baca pengalamannya mbak..saya ada pengalaman juga, lebih sederhana sih..ah kalau saya ceritakan bkin sakit hati saja..hehe. Thanks for sharing dan tipsnya mbak :-)

    ReplyDelete
  5. sebetulnya bukan karena ras saja. banyak kok kita diperlakukan seperti karena ada ayng merasa dirinay lebih tinggi dalam hal kekayaan, gelar,jabatan, kecantikan shg meremehkan orang lain .

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya yah ga hanya ras aja. ih kalo diceritain semua bisa puanjaaaaang

      Delete
  6. Sering banget mb, tapi ya itulah mental bangsa kita. Saya sering bilang "Gimana bangsa ini mau maju kalau begitu kelakuannya". Malahan baru2 ini yg skak Kementrian Pendidikan loh...!

    ReplyDelete
  7. Wah, kok aneh banget ya Mbak gak Ada pemberitahuan jika ada pembatalan, saya banget ini mah jika memang benar gak mau dikalahkan meski harus debat wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyaaaa. makanya aku berani debat sampai otot2an karena memang aku ga salah

      Delete
  8. Kalau mau dihargai, kita harus dandan ala princess syahrini mak. Pasti deh, dari jauh aja mereka sudah senyum ramah. Alhamdulilah, sejauh ini aku belum pernah mengalami diskriminasi gini mak. Dan jangan sampai deh. Aamiin..
    Pasti rasanya sakit bgt :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha iya yah masih banyak org yang cuma ngeliat penampilan doang ga tau dia penipu2 itu malah yang dandanannya paling kece

      Delete
  9. Bukan cuma soal ras Mak. Penampilan bisa bikin kita didiskriminasi. Pernah sy dan temen makan di sebuah resto baru. Yg nyebelin, pelayannya ngasih menu dengan setengah dilempar dan tanpa melihat kami. Temen saya sampe bilang gini saking keselnya (ga bilang langsung ke pelayannya sih): emang penampilan kita kayak orang miskin banget yak. Belum tau dia kalo penghasilan kita jauh lebih besar dr gaji dia di sini (sombong dikit gpp yak hahaha)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo gitu langsung buka dompet maaak, jembrengin duitnya xixixix

      Delete
  10. Bravo Mak! Saya ikut tegang sih bacanya, tapi syukurlah dirimu "menang".
    Kadang kita memang gak sadar sudah membeda-bedakan orang lain, dari penampilan bahkan SARA.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak, bukan soal menang kalah tapi biar lain kali ga seenaknya aja

      Delete
  11. betul mbak..kadang aku paling sebel kalo beli2 dibedain..jadi kalo beli yg kulit putih si punya tokok sok manis..nah giliran aku yg kulitnya hitam dia judes banget...soale kenyataan sih....

    ReplyDelete
  12. Nice topic, bermanfaat sekali pengalamannya seperti kata pepatah "pengalaman adalah guru yg terbaik" . Salam :)

    ReplyDelete
  13. Keren mbak Windy. Ternyata harus diomongin begitu ya setelah berjam-jam diperlakukan diskriminatif. Moga ajasesudah kejadian itu si manajer dan stafnya sadar.

    ReplyDelete
  14. Manajernya dah habis kata2 kyknya y heheee

    ReplyDelete

Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)

Custom Post Signature