Hai, ketemu lagi sama
aku. Dulu aku pernah lho bicara sama kalian melalui blog bunda ini, waktu aku
masih dalam kandungan. Sekarang aku sudah lahir, umurku sudah hampir 2 tahun
saat ini. Walau aku belum mengerti benar apa yang dikatakan bunda, tapi aku
tahu pasti, setiap kata yang disampaikan bunda kepadaku mengandung hal-hal baik
yang ingin ditanamkan bunda untukku. Mungkin agar di masa depan aku bisa
menjadi putri terbaik negeri ini.
Setiap malam, sambil
menyusuiku, ada saja yang dilakukan bunda agar aku cepat terlelap. Terkadang
bunda membacakan tahlil anak kecil. Kadang juga menyanyikan lagu-lagu lucu.
Terkadang bunda mendongeng.
Beberapa hari ini bunda
suka menceritakan kisah tentang suatu negeri. Sepertinya negeri itu berada di
antah berantah, karena nama-namanya susah sekali diucapkan.
Bunda bercerita, bahwa
ada sebuah pulau di pesisir Barat bernama Svwarnadwipa. Yang berarti pulau
emas. Konon katanya pulau tersebut diduga sebagai tempat armada Solomon (
Nabi Sulaiman), mengambil muatan emas dan gading. Emas tersebut dikeruk dari
pegunungan yang berbaris disana. Sedikitnya ada beribu ton emas yang bisa
dikeruk. Emas tersebut diangkut melalui sebuah pelabuhan tua bernama Barus. Di
Barus, juga terdapat pohon besar berwarna hitam yang tinggi menjulang. Dari
getahnya bisa dihasilkan benda yang disebut kapur barus . Kapur barus itu
dulunya digunakan bangsa mesir untuk mengawetkan mummi firaun. Harganya sangat
mahal di kala itu. Pulau itu menjadi tempat persinggahan para pedagang dari
berbagai penjuru dunia.
Di hari lain, bunda bercerita tentang pulau lain bernama Labdiu,
atau pulau padi.
Di pulau tersebut, segala tanaman pangan tumbuh dengan suburnya. Padi, palawija, kacang-kacangan , buah, sayur, kopi terlihat dimana-mana. Tanah yang kita injak pun begitu gembur. Tanah andosol, regosol tersebar dimana-mana. Tanah yang berasal dari abu vulkanis. Di pulau tersebut terdapat gunung-gunung api yang menyebabkan tanahnya gemah ripah akan kandungan hara. Bahkan kata bunda, kita lemparkan saja biji cabai sembarangan, niscaya dalam seminggu dua minggu akan tumbuh pohon cabai di atasnya.
Besoknya, bunda bercerita tentang sebuah pulau yang katanya
pulaunya para dewata.
Disana kita bisa melihat sunset yang begitu indah diantara Pura Pura menjulang. Siluet alam paling menakjubkan yang mungkin bisa kita saksikan. Pantai dengan ombak membuih,Sawah berundak.
Di seberang pulau itu, akan terlihat para pedagang Cina mondar-mandir mengangkut kayu-kayu cendana .Di pulau itu juga puluhan ekor Komodo akan bersiweran layaknya ayam di rumah oma. Kalau berani, bahkan aku bisa memegangnya.Pulau itu bernama Warunadwipa. Disana juga pedagang asing wara-wiri membawa sarang burung walet yang dibarter dengan guci keramik yang terlihat mahal. Aku terpukau mendengarnya.
Terkadang bunda bercerita tentang sebuah lembah, dimana aku bisa
menyaksikan tambang batubara dengan para pekerjanya yang sibuk memacul
batu.Tetesan emas hitam berupa minyak yang mengalir melalui pipa-pipa dan
tangki serta gas yang menyembur-nyembur ke luar pun tak luput dari perhatian. Semua
itu tercurah begitu saja sebagai anugerah Ilahi.
Kata bunda, kalau aku sudah besar, bunda akan ajarkan aku untuk menghitung berapa nominal yang bisa dihasilkan dari semua itu.
Selesai melihat tambang batubara dan gas, bunda mengajakku menaiki sebuah kapal menuju pulau di seberangnya. Di seberang menanti sebuah pulau bernama Sholibis atau pulau besi. Disini segala jenis bahan tambang ada. Mulai dari besi, tembaga, perak, nikel, titanium, mangan, semen, pasir besi, belerang, kaolin sampai bahan galian C seperti pasir, batu,kerikil dan trass. Bayangkan saja betapa makmurnya penduduk di pulau ini.
Ternyata semakin jauh bunda mengajakku berpetualang semakin menakjubkan hal-hal yang dibicarakan nya. Kami tiba di sebuah kepulauan bernama Jazirah Al-mulk, yang artinya semenanjung kerajaan. Pulau ini ternyata penghasil rempah-rempah, termasuk tanaman purbakala bernama cengkeh yang merupakan tanaman asli pulau ini. Konon harga cengkeh di masa lampau melebihi harga emas sehingga menjadi sebab peperangan. Astaga.......
Lalu bunda mengajakku menjelajah pulau Labadios. Disana kami bisa melihat burung yang sangat indah bulunya. Burung Cendrawasih, dengan warna-warni yang memukau. Tidak hanya cendrawasih, disana terdapat juga puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam sejarah. Kata bunda, seorang sejarahwan mengatakan di bukunya bahwa pulau Labadios merupakan dunia yang hilang. Ada juga yang menyebutnya sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi. Bahkan di sebuah daerahnya terdapat sumber emas yang bisa membuat rakyatnya kaya raya hanya dengan menambang dan mengolahnya. Emas disana bisa menghasilkan dua juta rupiah per detiknya. Tik... dua juta... tok ..dua juta.
Aku begitu terpesona dengan kisah yang didongengkan bunda. Saat kutanya bunda, dimana negeri itu berada, bunda katakan besok akan memberitahuku.
Ya, dan hari ini bunda
membuka misteri itu. Ternyata pulau-pulau yang diceritakan bunda dari kemarin
itu adalah Indonesia. Tanah tempat aku dilahirkan. Tempat bunda dan papa
dilahirkan juga. Oma, opa, dan semua orang yang kusayangi juga dilahirkan di
Indonesia. Aku hampir tak percaya mendengarnya. Betapa kayanya negeriku ini.
Wow kalau memang seperti
itu, sungguh beruntung aku dilahirkan menjadi salah satu anak Indonesia. Bunda
bilang, sebagai putri yang akan menjadi pewaris negeri ini kelak aku harus
berbuat sesuatu untuk bangsaku. Bukan hanya sebagai penonton saja. Seperti yang
terjadi saat ini. Bangsa Indonesia malah menjadi penonton di negeri sendiri.
Kekayaan kita dibawa pergi, untuk kemudian kita bayar kembali saat menikmatinya
Kata Bunda, kekayaan itu
sampai saat ini belum diberdayakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyatnya
sesuai amanat Undang-Undang 45 pasal 33. Aduh beratnya bahasa bundaku. Tapi
intinya, semua kekayaan tanah airku ini masih banyak yang dikelola oleh bangsa
asing.
Bukan, bukan karena kita
tidak mampu tapi karena kurangnya rasa nasionalisme di diri penduduknya.
Gimana ngga ? Pemuda-pemuda negeri ini, yang pintar-pintar, yang memiliki
pemikiran hebat, kebanyakan lebih suka mencari nafkah di negara lain. Alasan
utamanya tentu saja materi yang lebih menggiurkan. Tidak salah sih, soalnya
kalau di dalam negeri sendiri mereka kurang dihargai. Misalnya saja, di sebuah
perusahaan ada dua pekerja yang sama kemampuannya. Yang satu pemuda Indonesia
yang satu bule, gaji yang diterima masing-masing mereka berbeda. Paradigma
disini, orang bule itu lebih mumpuni, lebih pintar sehingga akan dibayar lebih
mahal. Padahal di negara lain pemuda-pemuda negeri ini dihargai sekali
prestasinya. Mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri itu selalu
menjadi juara lho di kelasnya. Mereka diakui disana. Giliran kembali ke
negeri sendiri malah dinomorduakan dibanding ekspatriat.
Malah di sebuah
perbankan swasta yang terkenal disini. Gaji antara pekerja pribumi dan pekerja
bermata sipit berbeda lho. Sama-sama orang Indonesia tetapi berbeda ras saja
bisa berbeda perlakuannya, oleh orang Indonesia sendiri. Bagaimana coba? Pusing
ngga sih.
Ya contoh kecilnya saja.
Kalau di keluarga sendiri kita selalu diremehkan, dibanding-bandingkan dengan
anak tetangga, apa kita bakal percaya diri?. Yang ada malah sebal sama orangtua
kita. Terus giliran anaknya teman ortu kita datang pas keran air rumah rusak,
dia bisa memperbaikinya, ortu langsung pasang muka manis, dibeliin martabak deh
dia. Padahal sebenarnya kita bisa juga memperbaikinya, hanya tidak dipercaya
saja sama ortu. Bagaimana mungkin kita bisa memliki rasa bangga dengan keluarga
kita. Yang ada, malah kita berniat ntuk hengkang dari rumah dan merantau
sejauh-jauhnya. Ya ngga?
Jadi perkara
nasionalisme dan rasa kebangsaan bukan hanya harus ada pada diri
penduduknya terutama para pemudanya. Tapi juga dari pemerintahan Indonesia
sendiri. Pemerintah juga harus percaya dengan kemampuan anak negerinya. Percaya
bahwa mereka bisa sebaik bahkan lebih baik dari para ekspatriat itu. Dengan
kepercayaan yang diberikan, anak negeri ini akan lebih percaya diri. Tentu
nantinya akan menumbuhkan juga rasa nasionalisme mereka. Hmm, aku sebenarnya
tidak tahu bagaimana caranya. Tapi bunda membantuku dengan mengutip perkataan
pendiri bangsa ini .
“ Siapa yang mau mencari mutiara, haruslah berani menyelam ke dasar
laut yang sedalam-dalamnya
Siapa yang dengan senang hati hanya berdiri di pinggir saja, ia
tidak akan dapat apapun”
Akhirnya bunda
menasehatiku bahwa kita semua adalah generasi penerus dari sebuah perjalanan
sejarah bangsa pada suatu masa. Yang suka atau tidak suka harus menerima
keburukan ataupun kebobrokan pendahulunya. Suka atau tidak suka semua persoalan
bangsa yang dihadapi pada saat ini kelak harus diberikan kepada generasi
berikutnya. Sehingga tidak ada alasan bahwa kita semua tidak berjalan meski
harus tertaih-tatih. Mengingat bahwa kita semua bertanggung jawab atas generasi
mendatang yang tak lain adalah anak cucu kita. Untuk itu, saat ini bundaku
berusaha melakukan apapun yang ia bisa untuk kebaikan bangsa ini, termasuk dari
hal terkecil. Mendidik aku dengan sebaik-baiknya, menanamkan nilai-nilai baik
kepadaku, karena kelak aku juga akan mewariskan apa yang diajarkan bunda kepada
anak cucuku.
Bunda juga berusaha
untuk melakukan pekerjaanya sebaik mungkin, sehingga bisa turut berkontribusi
untuk pertumbuhan ekonomi negara. Kalau bunda bekerja baik, target tercapai,
perusahaan laba, bisa memberi deviden ke negara. Trus negara menggunakannya
untuk pembangunan, membiayai pendidikan anak negeri, memperbaiki kualitas
kesehatan dan kualitas hidup rakyatnya, akhirnya semua berefek domino terhadap
kemajuan dan perbaikan negeri ini.
Nah saat tiba waktuku
nanti, bunda pun berharap aku menjadi anak yang bisa memberi manfaat bagi
lingkunganku. Mungkin diawali dengan bisa memberi manfaat untuk diriku sendiri,
keluarga, perusahaan dan negari ini. Kata bunda, segala hal besar dimulai dari
langkah kecil. Jadi tidak ada kata terlambat untuk memberi sumbangsih kepada
negeri ini. itulah cara mensyukuri Dan berterima kasih pada negeri dan bangsa
ini. Seperti Kata pepatah :
Setiap orang ada masanya,setiap masa ada orangnya.
Aku pikir mass mendatang adalah milk kita.Pilihannya adadalah menjadi pelaku sejarah atau cuma menjadi penonton Saja?.
Setiap orang ada masanya,setiap masa ada orangnya.
Aku pikir mass mendatang adalah milk kita.Pilihannya adadalah menjadi pelaku sejarah atau cuma menjadi penonton Saja?.
Sayup-sayup kudengar
bunda bersenandung.
Indonesia sejak dulu kala.... tetap di puja puja bangsa.
Aku tidur dulu ya. Jayalah negeriku Indonesia.Salam sayang dariku.
Keterangan :
Svarnadwipa : Pulau
SUmatera
Labdiu : Pulau Jawa
Warunadwipa:
NTT
Sholibis:
Pulau Sulawesi
Labadios
: Pulau Irian jaya
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Terima kasih sudah berkunjung. Semoga senang yah main kesini :)