Tentu saja Hawa ,istri Adam adalah orangnya.
Kenapa??
Karena ia TIDAK PUNYA ibu mertua.
Hahahaha , itu adalah teka-teki yang paling bisa membuatku tertawa terbahak-bahak, ...dulu...
Tapi sekarang...., hmmm kayanya udah ga lucu lagi.
Aku jadi teringat bagaimana rasanya pertama kali menjadi seorang menantu.
****
Tiga tahun yang lalu
Akhirnya, aku akan bertemu dengan keluarganya. Kutenangkan debaran di dada ini. Kulirik suamiku yang tak henti-hentinya menyunggingkan senyum. Ada kerinduan di matanya, aku jadi tak sabar ingin segera sampai. Akhirnya mobil yang membawa kami mulai melambat dan berhenti di sebuah rumah bergaya jawa, joglo tepatnya.
Rumah itu terletak di lingkungan yang tenang, sepanjang jalan tadi aku melihat hamparan sawah yang begitu menyejukkan mata. Saat kami datang, keluarganya menyapaku ramah. Aku menikah dengannya, berarti menikah juga dengan keluarganya, kan ?
Hari itu semua keluarga suamiku yang tinggalnya berdekatan berdatangan.Dan coba tebak, wah ternyata satu desa itu hampir semua adalah keluarga, surprise banget, tiba-tiba dapat tambahan keluarga begitu banyak dalam satu hari. Aku diperkenalkan kepada mereka, kakak ipar yang begitu ramah dan lembut ( sangat berbeda dengan diriku 0), ponakannya yang masih malu-malu, tetangga yang begitu akrab. Sesekali aku bertatapan mata dengan suamiku tercinta. Ah aku merasakan nikmatnya mendapat keluarga baru. Apalagi saat sepupunya mengatakan “ Wah Teguh pintar cari istri, “ hehe GEER Banget rasanya. Dan mereka mengatakan bahwa hanya aku wanita yang pernah dibawa ke rumah itu. Duh senengnya.
Bapak mertuaku ?
Terus terang awalnya aku sungkan dengan Bapak. Tapi itu tidak lama, aku mencoba membuka komunikasi, menanggapi apa yang ia tanyakan. Usia Bapak yang terpaut jauh dengan orang tuaku sendiri membuatku merasa sangat menghormatinya. Bapak orang yang sangat bersahaja, tutur katanya halus, dan masih terlihat energi dan semangatnya yang tinggi. Dari perkataanya terlihat ia begitu bangga dengan anak-anaknya, terutama suamiku dong. Dan wow, siapa sangka di umurnya yang terbilang senja, beliau masih bisa membahas politik, pendidikan bahkan geografi ( sorenya kami langsung membeli peta Sumatera untuk menunjukkan kepada Bapak dimana letak rumahku di Medan hehehe).
Sehari itu aku merasakan energi keakraban dari Bapak, para iparku, keponakannya. Ibu Mertua ?? Hmm sayang sekali ibu telah lebih dulu meninggalkan kami. Bahkan aku tidak sempat mengenalnya. Padahal melihat bagaimana baiknya Bapak, ramahnya mba Heri, Mba Nur, dan lembutnya suamiku aku yakin ibu seorang yang begitu penyayang.
Akhirnya aku menjadi menantu terakhir di keluarga ini. Menantu putra terakhir mereka.
Rasanya baru kemarin aku menjadi bagian dari keluarga ini. Hari ini tiba-tiba ada rindu yang mendesak-desak pada ibu mertua yang belum sempat kukenal. Hmm bagaimana ya,andai aku punya ibu mertua.??
Seperti kata pepatah ” setajam-tajamnya lidah buaya masih lebih tajam lidah ibu mertua”, bahkan tanaman hias Sansevieria yang daunnya keras dan panjang-panjang diberi nama ”lidah mertua” .Padahal tanaman ini sangat bermanfaat untuk menyerap zat polutan dan sebagai antibiotik.Duh kasihan sekali nasib ibu mertua disamakan dengan tumbuhan.
Setelah kupikir-pikir, mungkin ada rahasia di balik kehendak Allah. Setidaknya Ia tidak membiarkanku berpotensi mempunyai konflik dengan ibu mertua. Aku jadi teringat kisah sahabat rasulullah yang bernama Alqomah.
Dikisahkan bahwa ia sangat menderita dalam sakaratul mautnya, padahal ia seorang sahabat rasulullah yang sangat terkenal dengan kesalihan dan ketakwaannya. Ketika rasulullah melihat betapa berat ia menghadapi sakaratul mautnya, beliau menyuruh sahabat memanggil ibu Alqomah. Ternyata penderitaan Alqomah menghadapi sakaratul maut bukan disebabkan kurangnya amal ibadah. Tetapi karena ketidakrelaan sang ibu melihat putranya lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya. Maka setelah sang ibu memaafkannya, Alqomah pun wafat dengan husnul khatimah.
Begitulah, saat kita menjadi menantu, yang harus kita sadari adalah bahwa seorang anak laki-laki memiliki tanggung jawab yang berkelanjutan terhadap orang tuanya apalagi ibunya. Jadi tidak perlu merasakan “ diduakan “ jika suami kita terkesan mendahulukan orang tua dan saudaranya, apalagi berusaha menyaingi kedudukan ibu mertua, no no no, sama saja dengan menempatkan suami kita pada kemurkaan Allah.
Bagaimana dengan bapak mertuaku?.
Dua bulan yang lalu ia meninggalkan kami semua. Tanpa tanda-tanda,tanpa pesan, tanpa firasat sama sekali. Beliau meninggal dalam keadaan tenang, damai dan diikhlaskan semua keluarga. Kalau saat ini bapak telah bersama dengan ibu di surga aku ingin beliau menyampaikan salamku pada ibu yang tak sempat kusapa, yang tak sempat menceritakan kepadaku kenakalan putranya semasa kecil.
Aku juga ingin bapak menanyakan pada ibu, Apakah ia menyukaiku?? Apa yang akan dikatakannya padaku saat pertama bertemu?. Apakah ia akan setulus ibu kandungku? Atau seperti ibu mertua kebanyakan yang diceritakan teman-temanku?.
Well, aku tidak akan pernah tahu jawabannya. Tapi aku yakin ibu pasti menyayangiku karena aku juga menyayangi putranya.
Dan apakah aku termasuk wanita yang paling bahagia? Yes, i am,
bukan karena aku tak punya ibu mertua tapi karena semua nikmat yang telah diberikan Allah kepadaku, suami,orang tua,keluarga,sahabat dan bahkan mertua yang sudah meninggalkan kami.
Alhamdulillah..............
Sebegitu parnonya sama ibu mertua sampai tercipta pepatah yang di awal uituh ya mak hihihi. ALhamdulillah ibu mertuaku baik, ibu mertua makwind pasti begitu juga kalo melihat orang di sekelilingnya pada baik2 yah
ReplyDeleteBentar..lidah buaya dan lidah mertua kalo diadu emang menang lidah mertua lagi daunnya. Lidah mertua lebih panjang soalnya dan lebih bertenaga...hahahhaa (*jadi ngomongin tanamam dah)
ReplyDeletewahahaha, ibu mertua kadang2 terlihat horror ya :")
ReplyDeletebetul juga sih, hawa nggak punya ibu mertua..
Sedih Mba Wind baca ceritanya :(
ReplyDeleteKok aku jd suka ya mb ama tulisan tulisanmu..
ReplyDeleteKepoin ah dari awal awal nulis