Showing posts with label jilbab. Show all posts
Showing posts with label jilbab. Show all posts

Tips Memilih dan Memakai Jilbab Segi Empat

Thursday, June 30, 2016
Tips Memilih dan Memakai Jilbab Segi Empat




Bagi perempuan berjilbab kayak saya, memilih jenis jilbab itu kadang bisa jadi peer banget lah. Gimana ngga, kadang udah suka modelnya, motifnya, tapi bahannya kurang oke. Bahan kurang oke itu ntar jatuhnya di kepala jadi ngga nyaman.

Ketemu yang bahannya nyaman, tapi motifnya kurang suka, halah, rempong ya sis. 


Tapi ada sih, satu jenis jilbab yang kayaknya semua orang suka deh. Soalnya disamping bahannya enak, makainya juga gampang banget, simple dan ngga neko-neko. Voilaaa, bener banget model jilbab segi empat  nih yang jadi favorit sejuta umat.  

Dulu saat mulai pakai jilbab ya taunya model jilbab segi empat begini, belum tahu lah yang model pashmina-pashmina kayak sekarang. Ini jilbab penolong banget dah dikala buru-buru, tinggal sret-sret, sematin peniti di bawah dagu, selesai deh, ngga pakai putar-putar di kepala. 

Jilbab, Hati atu Fisik?

Thursday, June 28, 2012
Mana lebih penting jilbabi hati dulu apa jilbabi fisik?

Ini hanya cerita tentang awal mula aku memutuskan mengenakan jilbab. Just sharing aja.

Aku memutuskan membalutkan hijab menutupi auratku saat usiaku menginjak usia tujuh belas tahun, kelas dua SMA. Masa-masa puber yang sangat menggelora. Gelora hura-hura, senang-senang dan gelora khas remaja yang menginjak usia ingin diakui sebagai insan yang beranjak dewasa.

Aku berjilbab tanpa dasar ilmu yang cukup. Aku hanya tahu jilbab itu wajib,Titik. Aku tidak tahu etika berjilbab yang baik bagaimana, wanita muslimah yang baik itu seperti apa,aku tidak tahu sama sekali. Bagiku yang penting saat itu aku menutup auratku. Jadi walaupun berjilbab aku tetap pacaran. Yah saat itu aku tidak mengerti hukum pacaran dalam Islam. Aku hanya mengerti kalau pacaran dilarang karena dapat mengganggu sekolah karena jadi tidak konsentrasi belajar, itu saja. Sama sekali tidak tahu bahwa itu dilarang agama. Tidak tahu bahayanya dan tidak mau tahu.

Dengan ilmu yang sangat minim itu aku pun nekad berjilbab. Jilbab pertamaku hanya dua biji. Warna putih dan biru sesuai dengan warna seragam sekolah. Alasan utamaku berjilbab salah satunya karena aku merasa lebih cantik kalau mengenakan jilbab. Selain itu untuk menutupi tubuhku yang terkesan kurus. Di samping itu karena di kelasku hanya ada dua orang cewek muslim, aku ingin terlihat berbeda dengan jilbabku.

Kelakuanku setelah berjilbab dan sebelum berjilbab tidak ada bedanya. Aku masih suka kumpul bareng cowok-cowok di kelas. Masih suka teriak-teriak. Masih suka tertawa ngakak, dan belum bisa menjaga pandangan.

Sampai suatu hari saat pelajaran agama Islam di kelas, seorang teman bertanya pada guruku,

"Bu,mana lebih baik,cewek yang berjilbab tapi akhlaknya tidak baik atau cewek tidak berjilbab tetapi akhlaknya baik"

Terus terang pertanyaan itu sangat menohok hatiku. Karena di dalam kelas itu hanya aku yang berjilbab, sedangkan yang lain belum mengenakan jilbab. Pertama mendengarnya aku emosi. Aku merasa pertanyaan itu ditujukan untukku. Yah karena teman cewekku yang lain memang lebih kalem dan lebih santun dibanding aku.

Namun untunglah jawaban bu guru menenangkanku. Sejatinya seorang perempuan itu wajib menutup auratnya terlepas dari bagaimanapun akhlaknya. Seharusnya seorang wanita yang sudah berjilbab harus lebih memperhatikan kelakuannya. Menjaga dan memperbaiki akhlaknya setiap saat. Tidak boleh menjadikan hal yang satu untuk menunda berjilbab, termasuk alasan menjilbabi hati dahulu baru kemudian jilbabin fisik. Itu hanyalah akal-akalan orang yang belum siap menutup auratnya saja. Entahlah

Sejak itu aku mulai mengurangi kebiasaanku berteriak-teriak di kelas. Beberapa teman ada yang bilang bahwa aku berubah, jadi ga asik lagi. Hihihi akhirnya aku mulai sedikit kalem walau belum bisa dibilang santun.

Di samping itu berjilbab membuat penampilan menjadi praktis. Kalau dulu aku setiap pagi heboh mengeringkan rambut agar penampilan ☀☺Ќξ²☀;) .., sekarang tidak perlu lagi. Cukup selembar kain segiempat yang menutup kepalaku, hanya dikancing di bawah leher, hup aku sudah selesai berpakaian, sesimpel itu. Siapa bilang pakai jilbab ribet ?.

Hanya saja setelah mengenakan jilbab, ada beberapa kegiatan yang tidak bisa kuikuti lagi. Seperti ekstrakurikuler yang kupilih yaitu tari. Saat itu sekolahku akan mengadakan pentas seni untuk merayakan hari pendidikan nasional. Aku yang sedianya menjadi salah satu penari utama di perayaan tersebut terpaksa rela melepaskan acara itu. Awalnya guru tariku membujukku untuk melepas jilbab khusus untuk pentas tersebut. Karena tari yang akan kami bawakan adalah tari sunda berpasangan. Dimana kostumnya mengenakan kebaya yang terbuka di bagian bahu. Tentu saja aku menolaknya, aku ingin tetap menari tapi dengan memakai jilbab. Guruku tidak mengabulkan permintaanku. Akhirnya kuputuskan untuk mengundurkan diri dari acara tersebut.

Sebenarnya aku sedih sekali, karena sudah latihan selama sebulan lebih untuk pentas akbar tersebut, tapi ya hidup adalah pilihan.

Memang setelah mengenakan jilbab, banyak kegiatan yang harus aku lepas dan batasi. Seperti misalnya olahraga. Aku yang sangat suka berenang terpaksa menahan diri untuk tidak sering-sering berenang. Kalau sudah kebelet pengen berenang, aku harus memakai baju renang khusus muslimah dan mencari waktu selang yang sepi. Seiring semakin banyaknya pelajar yang berjilbab, maka sekolahku memberikan hari khusus untuk kegiatan berenang para muslimah berjilbab. Alhamdulillah selalu ada kemudahan.

Kendala lain yang pernah kualami, saat hendak berfoto untuk kepentingan ijazah kelulusan. Syarat pasfoto yang diminta adalah harus kelihatan telinganya. Sampai sekarang aku tidak tahu apa korelasi antara telinga dengan syah nya sebuah ijazah.

Pada hari yang ditentukan didatangkanlah seorang photografer ke sekolah untuk mengambil foto para siswa dan siswi. Foto digelar di halaman sekolah. Aku dan teman-teman berjilbab lainnya bersikeras tidak mau difoto tanpa jilbab. Namun keinginan kami tidak dikabulkan. Pihak sekolah hanya memberi dispensasi kepada kami, berupa izin untuk tidak ikut sesi foto massal. Kami diberi ruangan khusus untuk berfoto. Tapi tetap harus membuka jilbab. Apalah daya akhirnya foto yang terpampang di ijazah SMA ku adalah foto tanpa jilbab. Miris

Dulu saat aku pertama kali berjilbab, begitu banyak kendala dan tantangan yang harus dihadapi. Namun seiring waktu,jilbab semakin diterima masyarakat kita. Bahkan sekarang sudah seperti trend. Dari mulai desa sampai kota, menjamur wanita-wanita berjilbab. Mulai dari pekerja kantoran sampai artis pun banyak yang sudah menyadari kewajiban menutup aurat. Semoga ke depannya aku dan semua wanita tetap istiqomah dengan pilihan jilbab ini. Bukan sekedar trend sesaat atau ikut-ikutan belaka. Pun demikian dengan wanita-wanita yang memutuskan untuk menjilbabi hatinya dahulu baru kemudian menjilbabi fisiknya, semoga hatinya segera terjilbabi. Amin

Custom Post Signature