Showing posts with label life happens. Show all posts
Showing posts with label life happens. Show all posts

Life Happens

Tuesday, March 6, 2012

Ada beberapa pertanyaan dalam hidup yang tidak ada jawabannya. Beberapa lagi memang tidak butuh jawaban.

Pertanyaan tentang jodoh, rezeki, maut. Kebanyakan tidak ada jawaban yang tepat sebelum benar-benar telah terjadi.

Seperti pertanyaan tentang mengapa kita dicintai, mengapa si A selalu gagal, mengapa dewi fortuna sepertinya suka sekali menguntit ke si B. Dan Mengapa mengapa yang lain.

Terkadang jawabannya hanya sesimple menjawab alasan kenapa terlambat masuk ke kantor. Kenapa Jakarta semakin hari semakin menor. Kenapa pocong semakin lama semakin tenar.. Kenapa Timnas ga pernah menang dan kenapa gaji kita ga naik-naik.

Life happens

Dulu saya punya kakak kelas di SMA yang super duper pinter. Kita semua berpendapat dan hampir bisa memastikan bahwa jalan hidupnya akan semulus pantat bayi.  Dimulai dengan angka-angka di rapornya yang selalu terancam angka sempura 10, bahkan untuk nilai Ebtanas. Kemudian ia menjuarai olimpiade Sains, lengkaplah gambaran kesuksesan di peta hidupnya.

Setelah lulus SMA , ia diterima di ITB  jurusan yang termasuk salah satu jurusan terfavorit, Teknik Informatika.  Namun ternyata di tengah jalan beliau DO. Dengan kapasitas otaknya yang mendekati otak Habibie, kami hanya bisa menduga-duga apa penyebabnya.

Tidak hanya beliau, mungkin bayak teman-teman kita dahulu di masa sekolah yang mengalami hal yang serupa. Yang dulunya “seseorang banget” kini bukan siapa-siapa. Sebaliknya yang dulu namanya saja kita tidak pernah dengar sekarang sudah menjadi pembicara handal.

Tak salah kalau di acara reunian. sering terdengar kata-kata “ Gile ya, lu berubah banget sekarang”

Yah. It’s true, Life Happens

Pun demikian, saat  saya lulus SMA, saya begitu ingin melanjutkan kuliah di kedokteran. Namun karena kondisi yang tidak memungkinkan, cita-cita saya tersebut kandas di awal jalan. Ternyata keputusan untuk menulis Teknik Kimia di formulir UMPTN adalah keputusan terbaik dalam hidup saya. Karena disitulah saya bertemu dengan seorang sahabat yang dikemudian hari merupakan orang yang dipercayakan Sang Kuasa untuk menjembatani pertemuan saya dengan suami.

Sekali lagi Life happens.

Saat ini saya sedang memikirkan begitu banyak peristiwa yang telah saya lalui di umur yang hampir mendekati kepala tiga.  Saya ingat saat wawancara pekerjaan dulu, saya disuruh menceritakan tentang kegagalan yang pernah saya alami.

Dengan percaya diri saya menjawab, bahwa dalam hidup saya tidak pernah merasa gagal. Sesuatu yang tidak tercapai sesuai keinginan, saya anggap sebagai sesuatu yang memang harus terjadi dan merupakan hal yang terbaik untuk saya. Bagi saya,  seluruh jalan hidup yang saya lalui sudah sesuai dengan yang direncanakan. Lulus di jurusan yang memang merupakan pilihan pertama . menyelesaikan kuliah tepat waktu, hingga mendapat pekerjaan yang sesuai dengan harapan saya. Saya merasa tidak ada yang dapat saya sebut sebagai kegagalan.  Bukankah kegagalan merupakan keberhasilan yang tertunda. Tapi saya tidak mau mengutip kata-kata itu. Terdengar sangat klise.

Tampaknya jawaban tersebut cukup ampuh meloloskan saya setidaknya di tiga wawancara akhir ( BRI 1,BRI 2 dan BRI 3 ).

Dan sekarang, kembali saya bertanya-tanya, benarkah apa yang telah saya jalani ini?. Keputusan-keputusan yang saya ambil. Ada saat-saat dimana saya terlalu takut untuk mengambil suatu keputusan. Saya takut apa yang saya putuskan bukanlah yang terbaik untuk hidup saya. Namun saya juga berfikir, jangan-jangan kalau saya tidak mengambil keputusan apa-apa, itu juga salah. Aaaagh siapa bilang pasrah itu gampang.

Beberapa hari lalu saya sempat mengobrol di telepon dengan salah seorang sahabat saya yang cantik. Kami bercerita panjang lebar mengenai ketidakpuasan-ketidakpuasan yang kami rasakan. Mengenai tidak adilnya hidup ini sampai rencana-rencana yang ingin kami lakukan. Di akhir pembicaraan masing-masing dari kami sangat menginginkan berada dekat dengan keluarga. Bagaimanapun caranya.

Siapa sangka, dua hari kemudian sahabat saya tersebut menerima SK mutasi yang memungkinkan ia untuk berkumpul bersama buah hatinya.  Saya turut bersyukur atas doanya yag begitu cepat diijabah Allah. Ah semua memang sudah ada jalannya.

Melihat fenomena hampir 60 persen pekerja di kantor saya sekarang adalah orang-orang yang hidup berjauhan dengan keluarga, membawa saya pada satu kesimpulan jawaban. Suka tidak suka, mau tidak mau itulah yang harus dijalani.

Barusan suami menelepon saya. Dari percakapan kami di telepon, He’s fine. I’m fine. So..

Terkadang ada banyak pertanyaan yang kita tidak tahu jawabannya. Membuat kita menggungat Tuhan, menggugat keadaan, merasa tidak puas dengan apa yang diraih hari ini.

Padahal bisa jadi apa yang kita nikmati saat ini, merupakan mimpi orang lain sejak dulu.

Kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari. Yang penting kita berusaha berbuat yang terbaik untuk diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar. Sehingga apapun keadaanya, tetap ada sisi positif yang kita syukuri.

Yang jelas sekarang jika ada yang bertanya pada saya atau anda. Atau suatu saat jika kita bertemu dengan teman lama yang di luar dugaan kita. Saat pertanyaan itu muncul.

What happened to you?

Jawab saja Life happens

Custom Post Signature