Showing posts with label ramadhan. Show all posts
Showing posts with label ramadhan. Show all posts

Berkah Ramadhan

Saturday, August 11, 2012
Gambar dari sini

Berkah Ramadhan

Dalam bulan ini entah sudah berapa kali saya mendengar kata-kata itu terucap. Melihat kata itu tertulis di media cetak, di status facebook , di twitter bahkan dalam perbincangan sehari-hari. 

Teman saya menulis status di FB nya. " Yey, menang lomba nih dapet uang 3 juta plus sepeda, berkah ramadhan kayaknya ". 

Yes, Ramadhan memang bulan penuh rahmah, bulan penuh pengampunan, dan tentu saja bulan penuh berkah. Kemarin-kemarin, saya sempet berujar dalam hati, apa saya bakal dapat berkah ramadhan ya tahun ini. 

Ramadhan kali ini adalah ramadhan tahun kedua saya tidak bersama suami. Ih sedih banget rasanya. Bukan sediah mikirin diri sendiri sih, kalau saya di kos-an kan banyak temen. Sahur bareng-bareng, ntar buka juga bareng. Masih ada teman lah. Kalau suami saya, dia kan sendirian di rumah. Membayangkan ia sahur sendirian hati saya teriris-iris. Berasa istri yang sangat tidak bertanggung jawab. Kalau lagi melow, bisa  menetes air mata saya setiap ingat dia disana.

Perbedaan waktu antara Jakarta dan Medan yang terpaut sekitar hampir setengah jam-an baik sahur maupun buka memang menguntungkan. Jadi, setiap sahur saya makan dulu, udah selesai baru nelfon suami, bangunin dia buat sahur. Berasa kayak orang pacaran. " Udah sahur belum, makan apa sahurnya". 

Perkara bangun membangunkan ini terkadang tidak mudah. Bisa saja saya nelfon sampai setengah jam-an dan si beliau disana ngga bangun juga. Hadeh, kalau udah begini, rasanya pengen punya pintu ajaib, agar bisa meneriaki di telinga suami, " Bangun maaaas". Apalah daya, terkadang entah karena mimpinya terlalu indah, atau suara dering telepon sudah ibarat menina bobokan, suami saya kelewatan waktu imsak. Duh Gustii.

Kalau waktu berbuka lain lagi ceritanya, suami akan kirim message " Selamat berbuka sayangku ". Setiap membacanya, bibir saya akan melengkung ke bawah, dan ujung-ujungnya pengen pulang.

Sanking pengennya saya berkumpul bersama suami, sepanjang ramadhan ini , setiap selesai sholat,  doa saya bunyinya selalu dengan nada dan melodi yang sama . " Ya Allah, berilah jalan agar hamba dan suami bisa berkumpul kembali, hanya kepadaMu kuserahkan segala urusanku".

Pagi, siang,sore, malam , doa tersebut selalu terucap dari bibir saya. Terkadang ada rasa putus asa, kenapa doa saya tidak kunjung dikabulkannya. Sampai seorang sahabat terbaik saya berkata " Yakin Win, dengan seratus persen keyakinanmu, bahwa Allah pasti mendengar doamu". Begitu terus ia menyemangati saya . Astaghfirullah, sungguh saya sama sekali tidak bermaksud meragukan ketentuan-Nya.

Tanpa bermaksud riya. Beberapa malam yang lalu, saya tumpahkan segala resah di hati kepada-Nya. Bermunajat dalam sujud panjang. saya benar-benar pasrah. Menyerahkan segalanya. Yakin apapun yang saya jalani adalah yang terbaik dari-Nya. Saya benar-benar mohon petunjuk, mohon diberi tanda. Kalau memang saya harus resign dari pekerjaan saya sudah rela. Apapun, yang penting saya mohon diberi kemantapan hati.

Dua hari kemudian, tepat hari Kamis, Allah menjawab doa saya, dengan cara yang begitu indah. 

Mungkin kalian pernah dengar kalimat ada tawa di dalam tangis, dan ada tangis di dalam tawa. Itu adalah kondisi dimana kebahagiaanmu sudah  mencapai titik kulminasi. Saat doa-doamu dikabulkan. Bukan sesuai dengan pintamu, tapi sesuai degan butuhmu. Karena tidak usah diragukan lagi, Ia yang maha tau apa yang terbaik untuk kita.

Pagi itu, saat doa rutin seperti biasa, tiba-tiba pak Kadiv memberitahukan sebuah pengumuman. Dengan cara yang begitu dramatis. 

" Ada kesempurnaan dalam angka sepuluh. bahkan angka-angka dari satu sampai sembilan tercipta untuk melengkapi kesempurnaan itu. 
Satu + sembilan, dengan awalan sama-sama 'S' adalah sepuluh. 
Dua + Delapan= sepuluh. 
Tiga + Tujuh = sepuluh. 
Empat + Enam = sepuluh
Lima + Lima = sepuluh  "

Sampai disini pak Kadiv mengambil jeda sebentar, membuat kami menerka-nerka apa yang ingin disampaikannya. Akhirnya ia melanjutkan.

" Begitupun dengan nama yang tertera di SK Mutasi ini. Dengan hurup nama awal dan nama akhir yang sama. Selamat kepada  Windi Widiastuty, kamu pindah ke daerah asalmu ".

Allahu Akbar. Mendengarnya saya hampir pingsan. Tidak menyangka doa saya terkabul sebegitu cepat. Hanya dalam hitungan hari. Tanpa bisa saya bendung, air mata saya mengalir deras. Saat diminta mengucapkan sepatah dua kata. Saya hanya mampu mengucapkan terima kasih ya Allah, terima kasih pak, terima kasih semuanya. Saya yang biasanya seperti tak pernah kehabisan bahan omongan, kali ini tak mampu  mengucapkan apapun. Sungguh Allah Maha baik. 

" Maka nikmat Tuhan  yang manakah yang kamu dustakan "

Ya, akhirnya SK itu saya terima juga. Dalam minggu ini saya akan meninggalkan kota ini. Jakarta, kota yang dulu saya caci maki, tapi ternyata memberi saya begitu banyak pengalaman berharga.

Ternyata, bahagia itu sederhana, sesederhana mendapat SK mutasi.  Alhamdulillah

Dan akhirnya saya bisa mengucapkan kata-kata itu. Berkah Ramdhan ternyata menghampiri saya. Lebih dari apapun yang pernah saya bayangkan. Ramadhan terindah yang saya jalani. Apapun kondisi hidupmu saat ini, yakinlah dengan sepenuh keyakinan tanpa keraguan setitik pun, bahwa Allah tidak tidur.












Untung Gw Puasa

Wednesday, July 25, 2012

" Huh, untung gw puasa, kalau ngga udah gw bales omongannya" , teman kantor saya berlalu sambil menghela nafas dalam sekali, terlihat ia menahan emosi yang berkobar.

" Hush, ngga baik ngomongin orang, bulan puasa nih", bu Mira membubarkan geng "toilet" yang tengah asyik berbisik-bisik.

" Suer, mana mungkin gw bohong, gw kan puasa". kata suara yang lain.

Wow, saya takjub bukan buatan. Betapa Ramadhan menjadikan begitu banyak alasan untuk tidak berbuat hal-hal yang merugikan orang lain. Mencegah perbuatan sia-sia dan mengerem nafsu amarah.

Ramadhan, bulan penuh pengampunan. Bulan dimana semua amalan dilipatgandakan pahalanya. Kalau main games, ibarat grand prize, atau apalah istilahnya, dapat point tambahan yang mendongkrak skor berkali lipat.
Begitu banyak kebajikan yang menyebar seperti wabah di bulan Ramadhan.

Hanya karena puasalah alasan satu-satunya yang membuat para perokok tahan off dari memproduksi asap beracun selama 12 jam. Hanya karena puasa pula, sesorang akan berfikir dua kali dalam menyebar kebohongan. Sedekah terasa ringan. Amarah mampu ditekan.

Ramadhan, memang bulan penuh berkah. 

Saat inilah, makan bersama terasa begitu nikmat. Tetangga menjadi sahabat. Interaksi sosial pun kian dekat, karena sudah menjadi kebiasaan sebelum puasa , orang akan saling bermaafan, biar puasanya afdol. Kosong-kosong istilahnya.

Maka, kenapa tidak menciptakan Ramadhan sepanjang tahun??


 

Aku Rindu Ramadhanku


Saat melewati pasar Benhil sore ini, saya terbawa euforia Ramadhan. Berjejalan para penjual makanan menggelar dagangan khas berbuka puasa. Mulai dari kolak, es buah, aneka kue, sampai makanan berat sebangsa ikan bakar dan lauk-pauknya.

Tak lama azan pun berkumandang, dengan mengucap basmallah segera saya basahi tenggorokan yang kering dengan segelas teh hangat, aaaah. Tuntas sudah dahaga sedari siang. Setelah tarawih, tiba-tiba saya menyadari sesuatu. Ada rindu yang begitu mendesak-desak. Rindu kampung halaman. Ya, saya memang perantau di ibukota ini.

Sebenarnya bukan kampung halaman yang membuat akhirnya saya menulis ini. Saya rindu suasana ramadhan ketika tinggi badan saya masih sepinggang orang dewasa. Saat malam-malam, mesjid begitu semarak. Subuh begitu semangat. Ramadhan yang begitu membekas di hati.

Saya rindu tadarusan di mesjid kampung dekat rumah. Berlomba-lomba saya dan teman-teman rebutan mike untuk membaca Al-Qur'an. Rasanya bangga sekali kalau bisa ngaji dan suara kita terdengar kemana-mana. Terutama, pengen orangtua saya tahu, kalau anaknya udah pinter baca Qur'an nih.

Biasanya, setiap malam, akan dibagi beberapa kelompok tadarusan, terdiri dari 5-10 orang. Kemudian ditetukan juz mana yang harus dikhatamkan setiap kelompok. Dibaca satu persatu. Jatahnya satu ain bergantian. Waduh, saya paling sebel kalau dapat ain yang pendek. Pengennya dapat yang panjang-panjang. Untuk mensiasatinya, dengan cepat saya akan menghitung kira-kira di ayat berapa giliran saya. Kalau kebagian yang pendek, saya minta tuker posisi duduk. Itu sangkin semangatnya menghidupkan malam-malam selama Ramadhan.

Dalam satu malam, kalau tidak dibatasi juz-nya bisa-bisa langsung khatam tuh Al-Qur'an. Itu aja udah pakai aturan ngga boleh baca cepat-cepat. Ibarat pakai irama 3/4 lah. Coba kalau dibolehkan satu nafas satu ain, wah bisa-bisa dalam satu Ramadhan khatam sampai 30 kali.

Tidak hanya itu, sholat subuh pun begitu menyenangkan. Di mesjid kampung saya dulu, selesai sholat subuh akan ada kuis berhadiah. Setiap hari di lempar satu pertanyaan, yang jawabannya harus ditulis di selembar kertas dan dikumpul keesokan subuh lagi. Begitu seterusnya selama satu bulan. Di akhir Ramadhan nanti akan diundi pemenangnya. Hadiahnya berasal dari sumbangan warga desa. Tujuannya agar anak-anak semangat ke mesjid. Wah, tidak satu subuh pun akan saya lewatkan tanpa sholat di mesjid. Kecuali hujan deras, dan badai menghadang.

Terkadang, di hari-hari tertentu, ada saja warga desa yang menyumbang uang untuk dibagi dalam bentuk pertanyaan spontan. Siapa bisa jawab, langsung ngacung. kalau benar dapat 500 perak. Wew, seneng banget rasanya. Pertanyaanya biasanya tentang kisah nabi, atau disuruh hapal ayat pendek.  Jadinya setiap hari kudu ngapalin juz amma, biar bisa dapet 500 perak itu.  

Hmm, saya terduduk sendiri di kamar kos, menerawang ke masa lalu. Berusaha menangkap suara-suara yang mungkin terdengar dari speaker mesjid seberang pasar Benhil. Namun, nihil, hanya hening yang tercipta.

Ah, kemana anak-anak jaman sekarang pergi. Apakah mereka terlalu sibuk belajar?, sehingga tidak sempat meramaikan mesjid?, ataukah trend Ramadhan sudah berubah? berpindah ke Mall?

Saya rindu suasana ramadhan itu, masa dimana kata " remaja mesjid " terdengar begitu eksotis. Ingin segera saya lahirkan jundi-jundi Islam untuk kembali meramaikan mesjid kita.

Custom Post Signature