Mempertanyakan Gaji

Friday, April 20, 2018



Wow judulnya sungguh karyawan banget yah. Kentara banget termasuk #sobatqismin abad ini yang masih hidup dari gaji.

Tadi siang ngobrol sama Icha, nanyain dia sekarang kerjanya ngapain aja di Femaledaily, karena yah sejujurnya aku sangat iri dengan orang-orang yang kerja di media. Bayangin aja bisa nulis tiap hari dan digaji, DIGAJI untuk hobi kita, wow sungguh lifegoals. Trus kata Icha, kerjaan dia salah satunya nulis artikel. Trus aku bilang dong yah, wah untung banget kantor kamu, kamu nulis di situ setiap hari tapi gajinya bulanan, itu kan jadi seperti dapat job blog tapi dibayar gelondongan #kemudianngitung bayaran satu artikel dikali 25 hari dikali rate blog wahahahaha.

Trus dijawab sama Icha " Ya kaleeeee nulis di media beda dong ah sama nulis blog"

Trus akhirnya Icha jembrengin kerjaan orang-orang media.

Aku baru tau kalo ternyata orang-orang media itu nulis artikel banyak banget ya sehari, bisa sampe puluhan, wow, kalo blog pribadi dapat job puluhan artikel sebulan, dapetnya bisa lebih gede tuh.

Trus deh akhirnya itung-itung gaji dan mulaaaaai mempertanyakan " Gaji gw segini sebenernya pantes ga sih untuk gw"

Nanya gitu udah jelaslah ya, maksud pantesnya bukan karena gedean tapi karena ya gitu suka iri sama rumput tetangga. Kalau di bank apalagi, sesama bank plat merah udahlah ya para pekerjanya pasti suka banget membanding-bandingkan gaji temen dengan jabatan serupa.

" Yah kok gaji dia lebih gede sih"

Ngga usahkan sama perusahaan yang sejenis, aku sama suami aja masih suka banding-bandingin gaji kami.

" Dek, coba itung gaji ade kalo dibagi hari dibagi jam, dapetnya berapa tuh, yakin gaji ade gede?"

Minta digampar kan yah suami aku.

Karena yang namanya pekerja mah, manaa ada yang pernah merasa kalau gaji yang didapatnya itu gede. Pasti merasanya kuranglah, kekecilanlah, harusnya aku dapet lebih gede dari inilah, sampe lama-lama bandingin sama penghasilan driver Gojek.

" Ini kalau hari Sabtu aku disuruh lembur, paling dapat berapa, coba kalau aku ngegrab, bisa dapat 4-5 kalinya nih dari uang lembur"

Hayoo siapa yang sering selftalk kayak gitu, hahahaha. #nuduhnggotasendiri.

Ngebayangin pasti lebih enak jadi pengusaha. Sama-sama kerja 25 hari tapi hasil pasti jauh lebih gede. Ini kejadian kalau saya lagi OTS. Kayak yang, "Astagaaa aku sok-sok ngasih kredit sama nih pedagang, gaya aja keren tapi kere" hahaha. Karena kalau lihat pedagang-pedagang di pasar itu, inang-inang di pajak, mereka mah pakaiannya kumel tapi penghasilnya jauh lebih besar dari pegawai bank yang petantang petenteng ke sana ke sini.

Normal sih ya, namanya manusia yang punya akal dan nafsu (bawa-bawa nafsu), pasti pengennya lebih dan lebih. Plus dikipas-kipasin sama syaiton ni roojim jadi suka merasa ga bersyukur, merasa iri, dengki dan penyakit-penyakit hati lainnya #gantiinmamahdedeh.

Tapi kadang kita suka lupa sama beberapa hal soal gaji ini. Mungkin di gaji beda, tapi di hitungan komponen lain ternyata kita lebih diuntungkan. Kayak soal kebebasan berpendapat misalnya, belum soal penempatan, soal jam kerja, trus soal kemudahan ngajuin cuti, soal kemudahan mengklaim pengobatan, termasuk soal kesempatan berkarir dan kesejahteraan lainnya.

Makanya bener-bener ngga bisa dibandingin. Pasti ada satu dua hal yang memang membedakan dan ntar ujung-ujungnya ya jadi square.

Kayak di grup kuliahku tuh, terkadang tanpa sengaja jadi membuka topik soal penghasilan. Sebagian besar mah temen-temenku yang ngga murtad dari jurusan kuliah, pasti kerjanya di Pertamina, di Medco, di Rekin, Total dan perusahaan-perusahaan sejenislah. Yah kalo bayangin gaji mereka tentulah kayak langit dan bumi dengan banker , hahahah #kemudiansedih.

Di grup itu, yang banker kerjaannya yang "Ayo dong bikin kartu kredit di aku, ayo dong gironya, tabungannya, investasinya sama aku aja", #sobatqismin.

Tapi aku ngga pernah iri sih karena ya udah bayangin kerja di perusahaan-perusahaan energy gitu pasti pressurenya lebih gede, dan ngepake otak lebih banyak #bagussadaryasis. Belum lagi kemungkinan mereka yang kerjanya di off shore, harus jauh dari keramaian, atau jauh dari fasilitas umum, yang bisa aja juga terpapar gas dan zat-zat yang mungkin membahayakan kesehatan.

Aku dulu pertama kerja kan di perusahaan gas gitu. Sebulan kerja, langsung opname seminggu wahahaha #dasar lemah kau. Ya gimana, tiap hari, kalau ngga kena panas pas di pabrik ya kena AC di control room yang dinginnya amit-amit. Udahlah, badan langsung remuk redam, mana pake sepatu safety yang beratnya ampun deh, dan yes make up luntur terooos, ga guna banget lah pake eye shadow dan sejenisnya. 

Itu masih soal fasilitas dan tantangan kerjaan, belum bicara soal pengalaman yang bisa di dapat. Mungkin pekerjaan kita saat ini gajinya yah pas-pas buat ngemall, nyekolahin anak, dan JJS ke kota sebelah doang, tapi kesempatan kita bertemu dengan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat, kesempatan ketemu masalah hidup orang, kadang menjadi hal-hal yang ga terukur.

Iya lho, ketemu masalah hidup orang itu kayak dapat guru tapi ngga bayar belajarnya. Kayak di kerjaanku sekarang, dengan anggota yang usianya beragam plus dengan masalah masing-masing, aku tuh mau ngga mau kadang jadi lebih tua dari umurku #plisakumasihmudalho.

Mulai dari masalah keluarga, masalah kerjaan, masalah utang piutang, masalah antar rekan kerja, drama mutasi. Jadi tau sudut pandang orang-orang dalam menghadapi masalah.

Yang dulunya, aku seringnya bersikap hitam atau putih kalau memandang masalah orang, sekarang aku punya warna lain, ya ada abu-abu, ada merah, kuning, hijau di langit yang biru.Belum lagi kalau pas kebetulan lagi membagikan bantuan pemerintah ke masyarakat, dengerin curhat mereka trus jadi membatin sendiri " Demi 110 ribu aja sampe ngantri gini ya, makanya jangan sampe ngelama-lamain bantuan deh"

Pokoke, menurutku tiap pekerjaan pasti punya nilai tambah dan ada hal-hal yang bisa kita dapat di luar itung-itungan gaji.

Kayak temenku tuh pernah cerita, dia kerja di media (kembali ke media) yang gajinya, yah mungkin dua kali ngemall juga abis, tapi dia bisa terbang kemana-mana, mewawancarai tokoh-tokoh nasional dan tokoh dunia. Melihat orang-orang yang statementnya menjadi penentu nasib bangsa. Seru banget kan. Walau gaji cuma lebih dikit di atas UMR tapi bisa ngobrol bareng Lee Min Ho tanpa harus berdesak-desakan, kan enak banget yah #recehologi.

Kita suka lupa bahwa membandingkan gaji kita dengan orang lain itu sebenernya meh banget. Karena ya mana ada sih gaji yang bisa apple to apple dibandingin. Pasti ada aja pembeda antara satu kerjaan dengan kerjaan lain.

Makin ke sini aku makin mikirin soal rezeki dan kok rasanya ngga pantes banget masih mempertanyakan gaji yang aku dapat. Makanya jujur aja, kalau ada temen-temen yang riweh soal gaji, ngeluh soal gaji aku ngga mau ikutan. Bukan karena aku begitu ngga butuh duit sampe merasa terlalu cukup atau gimana atau karena aku udah sampe level manusia yang penuh syukur. Ngga juga sih. Tapi lebih ke, ya sadar diri aja bahwa yang namanya manusia memang akan selalu merasa kurang, makanya kalo dikeluhkan ya tetap akan merasa kurang, jadi ngapa harus ikut-ikut ngeluh. Belibet kan yah.



Sekarang kalau ditanya soal gaji lagi, aku ngga mau komen hahaha, karena menurutku soal gaji sebenarnya setiap perusahaan pasti udah punya standard masing-masing. Tinggal kitanya sebagai pekerja mau nerima ngga. Kalau merasa seharusnya kita dibayar lebih dari itu, ya selalu ada pilihan untuk mencari pekerjaan yang lebih baik di luar sana. Namun sepanjang kita masih bertahan di tempat kerja kita, ya lakukan hal terbaik di job yang menjadi tanggung jawab kita.

Mulai berhenti berfikir kalau kita kerja tuh untuk atasan, atau untuk perusahaan, karena sebenernya kita kerja ya untuk diri kita sendiri. Kalau kita kerja bagus ya kembalinya ke diri sendiri, kalau kerja jelek ya balik ke diri kita juga.

Karena yang namanya kerja bagus atau tidak, ngga melulu harus dikonversi ke rupiah. Ada yang namanya pride, kepuasan, kepercayaan diri yang bisa didapat saat kita melakukan sesuatu dengan hasil memuaskan.

Analoginya tuh, kalau di masyarakat mungkin nilai diri kita dilihat dari seberapa pengaruh kita di lingkungan, seberapa bermanfaat kita dan dibutuhkan orang, nah di kantor juga gitu. Karena lingkungan kerja ya kantor kita itu jadi value diri kita ya memang mau ngga mau dinilai dari hasil kerja kita.



Ngga perlu khawatir atau marah-marah kalau apa yang kita lakukan ngga sesuai dengan kompensasi yang kita dapatkan. Karena kalau kita punya atasan pintar, dia pasti bisa melihat potensi yang ada di kita dan mempertimbangkannya. Mungkin dengan memberi reward, mempromosikan atau memberi penilaian kinerja yang memuaskan.

Karena jujur aja ya, sebagai atasan, aku kadang malu sama bawahanku yang kerjaannya tokcer kalau penghasilannya ga sebanding dengan kinerjanya. Pasti ada rasa tanggung jawab untuk memberinya lebih dibanding rekan kerjanya yang lain yang kerja seadanya. Tapi ya kaleee gw punya kekuasaan naikin gaji orang.  Palingan ya ngasi reward-reward yang masih dalam wewenang kita, kalau ngga bisa ya aku konversi menjadi "kemudahan", kemudahan meminta sesuatu, kemudahan cutilah, apa aja. Yang pasti dia ga akan sama aku perlakukan dengan yang kerjanya asal-asalan.

Kalau ternyata lu dapat bos yang ngga pintar gimana?

Ya ngga apa. Tetep kerja sesuai standar terbaik diri kita aja. Kalau si bos ngga bisa lihat juga, ya tinggal nunggu waktu aja, sampai lu nemu kerjaan yang lebih baik atau bos lain di luar sana yang nemuin lu, wakakakaka #rasainlubos.




Jadi kembali ke judul awal. Alih-alih mengeluhkan gaji, mempertanyakan penghasilan kita, ya selow aja, lakukan pekerjaan kita untuk diri kita. Percayalah yang namanya pekerjaan berserak di luar sana. Tinggal diri kitanya nih, pantes ngga buat diperebutkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Punya skill ngga?.  Kalau punya, dan merasa sekarang digaji terlalu kecil, cabslah cari yang lain. Jangan kayak pacar cranky yang ngeluhin pasangan ke sohibnya tapi disuruh putus ogah.

Namun kalau ngga yakin, ada perusahaan lain yang bisa menggaji kita dengan jumlah yang sekarang, yo wis kerja yang baik, tingkatkan kemampuan, dan berhenti mengeluh.

So, mari kita tutup postingan ini dengan himbauan untuk stop mempertanyakan gaji, tapi ganti dengan mempertanyakan bagaimana kualitas diri kita. Boleh tanya ke teman yang jujur kalau bicara atau tanya atasan. Input apapun terima dengan tulus ikhlas. Jangan pake perasaan-perasaan.

" Perasaan kerjaku dah bagus deh, kok aku dikasih nilai jelek" (tunjukin data)

Kadang memang kita ini sebagai pekerjanya banyakan main perasaan ya xixixi.

Semangat ya jadi karyawannya, hahahahaha.





Bijak sekali diriku sore ini.







Sebulan di Jakarta : Dari Ninggalin Anak Sampai Sendirian Diantara Para Pria

Saturday, April 14, 2018


Sebulan ngga update blog, kemana aja mbaaaa?.

Ke Jonggol hahaha.

Jadi ceritanya kemarin tuh aku pendidikan selama sebulan full di Jakarta. Mungkin karena dirikuh anaknya super narsis dan update di insta story terus jadi banyak juga yang nanyain beberapa hal. Kayak "Gimana itu anak-anak ditinggal sebulan"
sampai
" Lho mba Win pendidikannya cewek sendiri ya, waaah seru banget"

Iyaah pastinya seru banget, tapi ya seru-seru kangen sama anak.

Ada juga yang nanya, pendidikan apa sih, kok lama banget?

Ya sebenernya ngga lama sih. Di BRI mah biasa banget pendidikan berbulan-bulan. Bahkan dulu aku pernah pendidikan sampe 14 bulan. Gila ngga?. Ya ngga gila sih biasa aja. Paling cuma nangis-nangis pas nelfon suami karena rindu tapi kok ongkos mahal hahahah.

Aku kemarin pendidikan semacam development gitu, jadi ya memang agak seriusan. Di BRI itu ada juga pendidikan yang sifatnya cuma refreshing, kalo itu mah cuma 3 harian doang dan isinya biasanya lebih ke materi-materi soft skill. Kayak kepemimpinan, budaya kerja, dan review kebijakan-kebijakan terbaru.

Tapi kalo sifatnya development kayak pendidikanku kemarin memang agak serius. Materinya mayan dan ada ujiannya dong yah tiap materi. Makanya ya dibilang berat ga berat-berat amat, dibilang santai ya ngga juga. Mana di akhir pendidikan ada on the job training dan wajib bikin makalah plus presentasi, jadi ya gitu deh. Main-mainnya cuma ke mall doang ngga sempet yang jalan-jalan wara-wiri.

Beberapa temen ada yang ngajak ketemuan selama di Jakarta. Tapi akunya ngga bisa, huhuhu maaf yah, soalnya pulang dari Corpu (Corporate University) itu aja udah sore banget, jam setengah enam gitu, nyampe hotel udah malam, ya teparlah, mana besoknya juga ujian.

Jadi sebulan di sana, aku cuma ketemuan dua kali sama Icha, dan ketemu sama Gesi dan Nahla doang. Sisanya tiap weekend nginep di rumah abang dan ngadem di hotel, bobok. Apalagi ditambah jadwal pendidikannya agak sedikit kamvretor, dimana Sabtu masuk dan tiap Senin dong yah ujian, jadi ya salam, mau pergi-pergi jauh juga takut kualat.

Ketemuannya sama mereka doang


Ninggalin anak sebulan gimana?

Ini pertanyaan yang banyak dialamatkan padaku. Karena memang sebulan itu mayan lama ya untuk ninggalian dua anak di rumah.

To be honest, aku termasuk mamak-mamak yang nyantai dalam hal meninggalkan anak di rumah. Maksudku bukan yang drama-drama mellow gitu. Makanya selama kerja, kalo ada tugas ke luar kota, termasuk lembur di kantor aku ngga terlalu panikan. Sepanjang ada yang jaga di rumah dan suami ngijinin mah aku hayuk ajah.

Dan untungnya yah, mas Teg itu memang support banget sama kerjaanku. Kayak kemarin, aku sempet yang ngomong "Wah kalau sebulan gini pendidikannya, aku mesti balik-balik nih mas tiap Sabtu".

" Haaah ngapain?"

" Ya kan, masa aku ninggalin anak sebulan sama mas"

" Ga apa ah, kan mas bapaknya, masa ngga percaya sih. Udah tenang aja, anak-anak aman sama mas"


Luuv banget kaaaan. Pas di tengah-tengah pendidikan, minggu kedua gitu aku sempet yang nanya lagi "Aku pulang ngga nih mas. Tapi kalau pulang berarti aku bolos sih sehari, karena Sabtu ada kelas"

"Ngga usaaaaah, adek selesain aja di sana, mas handle anak-anak"

Wow, sungguh suami kesayangan.

Makanya kalau ada yang nanya gimana ninggalin anak sebulan, ya memang ngga gimana-gimana. Anak-anakku ada yang jagain di rumah. Soal logistik dsb mah gampang, asal ditinggalin duit, kulkas diisi penuh sebelum berangkat, ya udah lancar-lancar aja.

Anaknya sendiri gimana?

Nah ini aku ngga tau ya mau gimana jelasinnya. Mungkin karena udah terbiasa melihat aku kerja, maka saat ditinggal lama gini, aku cukup ngomong yang sebenernya aja ke mereka. Terutama ke Tara sih, karena Tara yang udah nalar, kalau Divya karena masih 2 tahun belum terlalu ngerti.

" Tara, bunda mau pergi kerja tapi agak lama boleh ngga?"

" Hwaaaa bunda mau ke mana? Tara mau ikut sama bunda, Tara mau ikut bunda kerja" (mulai drama)

" Ya ngga bisa, kan Tara sekolah, lagian kasianlah papanya ditinggal sendiri kalau Tara ikut bunda"

" Tapi lama ngga?"

" Lumayan. Ntar bunda telfon tiap hari, oke"

" Huhuhuhu tapi mau ikuuuut"

" Besok sebelum berangkat kita main dulu, boleh ya"

" Oke deh bunda, tapi jangan lama-lama ya"




Kemudian setelah bundanya di Jakarta dia lupa kalau bundanya ngga pulang-pulang, hahahahaha.

Percaya ngga percaya, ya emang segampang itu.

Selama di Jakarta, aku usahain banget telponan tiap sempet, pake video call, jadi tetap keep in touchlah sebulanan, biar ngga lupa mereka sama bundanya ini.#penting

Suami gimana?

Masteg mah orangnya nyantai, jadi ya no issuelah.

" Mas mau pendidikan sebulan, gimana pergi ngga nih? "
" Ya pergilah"


End.


Nah, ndilalahnya ya, satu kelas itu kan aku ber-22 orang, dan aku satu-satunya perempuan. Jadi pas aku insta story atau posting foto di IG, pasti ada yang komen, "Wah mba Win sendirian cewek ya, keren"

Hahaha, ini pertanyaanku dari dulu, pokoke tiap aku posting foto kerjaan di IG atau FB, pasti pada bilang gini. Padahal itu ngga keren-keren amat kok. Karena memang di BRI itu banyak banget yang kayak aku. Yang di satu unit kerjanya ya cewek sendiri. Ya gimanaaaa, emang untuk level managerial gitu masih didominasi para pria sih. Sebenernya cewek banyak tapi ngumpulnya di Jakarta dan sekitaran Jawa. Kalau untuk luar Jawa emang minim banget cewek.

Management Ismu 2017

Pinca,PCP, Manager dan Kaunit

Jadi begitu lho teman-teman, memang karena kondisinya aja, ngga ada yang mau penempatan luar Jawa, makanya aku beruntung bisa kerja di kampung halaman sendiri, luuuuv.

Balik ke soal pendidikan.

Gimana di kelas cewek sendiri apa ngga risih?

Ngga..

Palingan langsung mikir " Yah ga ada temen buat selfie selfie nih. Atau "Yah, ntar kalo mereka semua sholat Jum'at aku ngapain yah?" gitu doang.

Aku memang ngga pernah risih sih, karena udah biasa aja. Sehari-hari banget di kantor, mulai dari Pinca, pincapem, manajer ya semua laki-laki, jadi aku udah nyantai. Terkadang mereka malah udah ngga nganggap aku cewek lagi, rata aja dibuat mereka. Malah kadang suka dieksploitasi yang disuruh jadi ketua panitialah, disuruh jadi ketua anulah, dasar kampret, hahaha.

Nah sama, pas kemarin pendidikan juga gitu, langsung aja tanpa pake kompromi ditunjuk jadi ketua kelas. Sungguh mereka teman yang sangat asoe yah sodara-sodara. Jadilah selama pendidikan kejadiannya selalu gini :

" Bu ketua, materi soft copynya mintain yah"
" Bu ketua, bilangin ke fasilitator bisa ngga jadwal kita dimajuin"
" Bu ketua, usul dong ke Corpu supaya Sabtu kita libur"
" Bu ketua, gimana kalo kita ngadain acara barbeque setelah selesai pendidikan"

" Bu ketua nonton dong rame-rame"
" Bu ketua bikin baju seragaman dong"
" Bu ketua.... bu ketua''

Heeeeh gw ini ketua kelas atau emak kalian HAH.

Makanya pas ada yang bilang "Wah mba Win cewek sendiri di kelas, pasti dimanjain yah". Gw melengos aja, KARENA KENYATAANNYA TIDAK YA sodara sodara.



Gimana cara bersikap di antara para pria-pria segitu banyak, kan kalo cowok-cowok suka aneh-aneh gitu mba?

Ya ngga gimana-gimana. Biasa aja, beneran biasa banget. Walau aku sendirian cewek ya ngga membuat orang-orang sekitarku jadi kurang ajar, atau malah ngeremehin atau under estimate gitu sih. Mungkin karena- ya kale lihat aja wajah gw yang galak ini. Berani macem-macem aku hajarlah, #serius

Ngga ding, ngga gitu.

Tapi emang karena memang lingkungan kerja yang kondisinya seperti ini ya mau ngga mau kita kudu nyesuain dirilah. Jangan gampang tersinggung, jangan apa-apa dimasukin hati sekaligus ya jaga-jaga sikap juga.

Karena emang bener sih, berada di antara para pria-pria dewasa cukup umur, akil baligh dan jauh dari istri-istri itu BERBAHAYA, wakakakaka.

Obrolan di kelas yang awal-awal sok resmi, jaim-jaim, ya lama-lama karena udah kenal, akrab, jadi kadang ngga terkontrol. Apalagilah di grup. Mulai dari ngomongin ujian, bisa ujug-ujug menggelinding ke share-share video-video lucu (if you know what i mean).

Ya ngga usah marah, kalem aja. Ngga usah ikut nimbrung kalau begitu. Ya masa ya gara-gara ada kita di grup trus mereka jadi ngga bisa berekspresi, jadi sellow.



Di kelas juga gitu. Adaaaa aja ntar guyonan yang levelnya udah 17 ke atas. Karena levelnya masih becanda, saya mah nyantai. Justru kalo kita nyolotan malah aneh dan bikin orang ngga nyaman. Jadi ya kalem aja, diem aja, senyumin aja, dibawa asik aja. Karena becandanya juga masih becanda ringan.

Sempetlah yang difoto-foto candid pas lagi duduk sebelahan sama siapa gitu.

Marah?

Maleslah. Bodo amat.


Tanggapan suami gimana, ngeliat mba Win kok cewek sendiri?

Hmm, suami aku udah level mature. Masa-masa doi cemburuan udah lewat. Ada sih masanya dulu dia yang suka cemburu, suka nanya-nanya, tapi sekarang udah ngga.

" Mas aku di kelas sendiri lo cewek"

" Wah, jadi adek sekamar sendiri dong di hotel"


" Iya"

" Berarti kalo mas kapan senggang mau datang, bisa langsung ke hotel ga perlu pesen hotel lain?"


Oke yak, mantap, berfikir jauh ke depan.

Kok ngga cemburu sih

Ya ngga. Ngapain?, emang lingkungan kerja aku begitu. Kalau emang dia ngga suka ya pasti aku udah disuruh resign dari kapan tau. Nyatanya ga disuruh resign ya berarti ga kenapa-kenapa.Yang pasti kan bergaulnya emang profesional ya, karena kerjaan, ya jadi oke aja deh.

Punya tips ngga buat ciwi-ciwi yang kerja dengan lingkungan kebanyakan pria?

Ngga punyaaaaa. Karena tipe orang mah beda-beda. Aku emang tipe orang yang pintar bergaul sih #plakdigamparlangsung.

Yang pasti ya kayak yang aku bilang tadi. Kalem aja, santai, posisikan diri sewajarnya, ngga usah sok ngatur-ngatur cara bicara mereka, ngga ngatur apa yang mereka obrolin, be profesional. Jangan karena kita cewek trus minta diistimewain, jadi manja. No ya. Atau karena kita cewek jadi merasa harus apa-apa diduluin. Biasa aja. Karena toh digajinya sama, dikasih tanggung jawab juga sama, jadi ya posisinya sama.

Ini di bis. Letakin tas di samping kursi kita kalo mau tenang tidur PP


Kalau pulang malam dari kantor, apa suami ngga marah?

Karena aku selalu bilang ke masteg, maka sampai saat ini belum pernah sih kejadian mas Teg marah karena aku lembur atau pulang malam. Iya, pokoke kalau kira-kira bakal telat pulang ya kasih tau. Bukan minta ijin lho, kalo minta ijinkan berarti bisa diijinin bisa ngga, sifatnya cuma menginfokan, karena udah kesepakatan kami di keluarga, bahwa ya tugas kantor is tugas kantor, jangan dibawa baper dan lebay. Repot kalo dibawa lebay.

Maka saat misalnya aku harus meeting lewat jam kantor, ya fine-fine aja. Kalau ada acara kantor kayak yang perpisahan, atau makan bersama nasabah gitu yang memang jadwalnya makan malam, biar sama-sama enak  kadang mas Teg nawarin untuk jemput aku. Sekalian kenalanlah sama temen-temenku, biar tau juga istrinya pergi sama siapa aja.

Intinya sih, karena sama-sama mengerti gimana kerjaan dan tanggung jawab masing-masing, jadi walau lingkungan kerjaku mayoritas pria, masteg ngga merasa inferior atau curigation yang berlebihan sama dirikuh. #i Love You so much mas ah.

Jadi begitulah sodara-sodara tercinta.

Eh ini kok ngga ada cerita pendidikannya malah ya, xixixi.

Pendidikannya seru banget. Bukan karena materinya sih, kalo materi ya udah templatelah ya (dasar pegawai durhaka kau), tapi seru karena temen sekelasnya asik-asik banget. Kompak setengah mati. Dibawa santai oke, dibawa serius hayuk. Sebulan jauh dari rumah aku tetap hepi. Sampe sekarang juga, udah kelar pendidikan, di grup masih rame aja. Rame saling membully maksudnya.

Awalnya sempet yang kaku gitu, karena pendidikannya agak unik, segala latar belakang jabatan nyemplung di sini. Tapi ternyata lama-lama saat udah kenal, ya asik-asik aja.

Pendidikan kemarin ada materi in class, dan ada on the Job Trainingnya.

Selama di kelas, aku banyakan ngantuuuk. Karena mungkin selama ini kan aku kerja ga melulu di belakang meja ya. Kalo pengen keluar ya tinggal keluar, kalau ada nasabah yang harus dikunjungi ya OTS, kalo ada pembagian bantuan ke masayarakat misalnya ya pergi, jadi gitu disuruh duduk diam selama kurleb 10 jam itu rasanya pantat panas. Tapi ya udah sih ga apa juga karena ada selang coffee break tiap beberapa jam. Plus hiburan juga ngeliatin temen yang ngantuk, xixixi.

Ngantuk boss


Mereka juga asik-asik. Misal saat aku lagi bosen banget makan siang di Corpu, trus pengen ngebakso, ya udah sekelas ngebakso bareng. Pas aku pengen makan idomie, eh ditemenin nyari indomie. Bosen belajar terus, rame-rame nonton bareng.



Filmnya apa?

Pacific Prim, yang aku ngga ngeh samsek sebenernya tentang apa. Tapi ya udahlah mayan bikin ketawa-ketawa nontonnya. Oh plis itu robot ngapain sih, kenapa ceritanya serba kentang. Kisah cintanya kentang, perangnya kentang, endingnya sangat terduga dan yah pemerannya ngga ada yang good looking #ngeluh.

Nonton Film Yag Tak Kumengerti


Trus ternyata mereka rajin-rajin banget belajar. Kalau mau ujian pada belajar bareng, ngumpul di samping kamarku yang kebetulan berada di pojokan dan yang kebetulan juga ternyata lantai khusus smooking (why aku ditaruh di lantai ini?). Jadi ya kedengeran berisiknya tiap malam.

ckckckckcck


Apakah aku bergabung bersama mereka?

Ya tentu tidaklah ya. Aku mah lebih milih bobok, besok di bis tinggal minta hasil belajar mereka pas malam apa, xixixix.

Pas pendidikan kebetulan ada temen yang ulang tahun. Sebagai teman yang (sok) perhatian kami pun beli cakelah rame-rame (Gojek maksudnya yang beli). Mayan motong waktu belajar beberapa menit, buat nyanyi-nyanyi, foto-foto plus makan kue, wahahahahaha, moduuus.


Yang Ultah Siapa, Yang Disuapin Siapa

Trus di salah satu sesi, kami dapat materi kepemimpinan. Dan ngga tanggung-tanggung dong yah, yang ngisinya itu mantan Dirut BRI tahun 1993-2000 bapak Djoko S. Jadi bener-bener dapat pengalaman kepemimpinan langsung dari pemimpinnya BRI. Beruntung yah kami-kami ini.
Pas OJT, aku juga dapat tempat OJT nya yang saik banget, di KCP Mall Taman Anggrek dong yah. Di samping deket sama hotel (aku nginep di Ibis Slipi), juga ya karena di mall, jadi berasa lagi main aja. Tapi ternyata, pas giliran di mall gitu, kok aku malah ga terlalu antusias belanja ya, wow kusungguh bangga. Selama 3 hari OJT di MTA, aku cuma beli buku satu biji di Gramedia, plus beli pensil alis dan beli satu sepatu #proud. Padahal aku bayanginnya bakal kalap beli apaaa gitu, ternyata aku masih bisa menahan diri wahahaha.

Tapi positifnya aku berhasil mapping seluruh tenant yang ada di Mall Taman Anggrek. Aku jadi mayan hapal di mana letak Sephora, di mana toko sepatu yang mau tutup dan ada diskon, dimana tempat makan yag enak tapi murah, sampe di mana letak kamar mandi yang bersih tapi ngga terlalu ramai.

Kesimpulanku, Deps storenya MTA ternyata barangnya udah yang lama-lama yah, kurang memanjakan mata.

Temen2 di KCP Taman Anggrek
OTS ke salah satu usaha nasabah KCP MTA


Di akhir pendidikan ada tugas bikin makalah dan sesi presentasi serta wawancara. Kebetulan aku dapat pasangan yang pinter dan sangat menguasai operasional. Jadi alih-alih di KCP kami belajar, eh doi malah menyelesaikan segala kerjaan yang kurang pas di sana. Mulai dari meperbaiki suspend sampe bantu-bantu ngecek persediaan di situ, wahahaha, sungguh teman yang berdedikasi tinggi.

Giliran presentasi, ya dhalah naseb dapat giliran terakhir. Jadi semua orang udah tenang-tenang (bahkan mereka sempet ngemall), aku masih yang menunggu.... menunggu dan menunggu.

Yah gitulah, ngomong lalalalalalala di depan penguji, kelar deh. Yeaaaaay.

28 hari full terlalui dan saatnya kembali ke pelukan suami dan anak-anak, hasek.

Ini ceritanya pada bilang "Gaya bebas yok gaya bebas" trus ternyata aku doang yang ekspresif. Kzl


Sekarang udah ngantor lagi, kembali ke rutinitas lagi, lama ninggalin kantor jadi berasa anak baru lagi hahaha. Hari pertama kerja langsung lupa password komputer dan semua aplikasi, bagooooooos.


Yang paling hepi dari pendidikan itu, pasti nambah temen. Yang tadinya ngga punya temen di Palopo jadi punya, ada yang dari Luwuk lah, Tanjung Tabalong, dari Kolaka. Pulang pendidikan pasti nambah satu grup WA. Ya udah biar ga mubazir, sekalianlah aku paksa mereka follow instagramku, wahahahaha, rasain kalian. Follow dong kakaaa @winditeguh




Kalian ada yang kayak aku ngga? pernah ninggalin anak lama karena kerjaan atau lingkungan kerjanya mayoritas pria. Sini-sini cerita dong, biar ada temennya hahaha.

Eh betewe kalian tau ngga apa nama grup pendidikanku ini.








Ujian Pernikahan Bernama Kesibukan

Tuesday, April 3, 2018
 Review Film 7/24



Kata Mas Teguh, parameter dia sehat adalah bisa merokok lagi. Kalau aku parameter aku sehat adalah bisa ngopi lagi, hahahaha.

Anyway apa kabar kalian semua, kemarin aku sempet janji mau cerita kenapa bisa dirawat di rumah sakit bareng masteg, tapi ya ketunda-tunda terus nulisnya karena banyak hal yang lebih urgent harus dilakukan, halah.

Jadi ceritanya tuh Selasa sore sebulanan lalu sekitar tanggal 8 Maret-an kalo ga salah, Masteg nelfon, aku masih di kantor, bilangin minta aku pulang agak cepet karena doi merasa ngga enak badan dan minta dianterin ke rumah sakit. Ya sudlah, jarang-jarang yah suami ane punya permintaan, langsunglah tutup laptop, beberes tas dan cus balik ke rumah. Sampe rumah, makan, sholat maghrib, langsung berangkat dong yah ke RS karena masteg ternyata udah demam tinggi banget, badannya panas dan kata blio dadanya  yang agak sesak gitu.

Sampe di RS, langsung ke IGD, periksa ina inu, suruh baringan. Sambil nemenin masteg, aku berdiri-berdiri di samping bednya. Tiba-tiba ealah, kok pandanganku hitam, lemes banget langsung jatuh terkulai. Apa sih ya namanya, hhahaha. buru-burulah disuruh baringan sama mba perawat, samping-sampingan sama bed masteg. Cek tensi, ambil darah, ditanya-tanya kenapa, sampe muncul pertanyaan.

" Ada mual ibu"
" Kapan haid terakhir"

" WHAT"

Langsung waspada. " Hah, apa saya hamil suster" #panikmodeon. Liat-liatan sama masteg. Trus ketawa kecut, " Buset dah kalo sampe hamil sekarang".

Bukan apa-apa , bukan ngga pengen hamil, tapi kalau iya, ya bener-bener di luar planning aja sih #trusmerenung.

Singkat cerita, karena tensiku juga agak rendah, jadi disuruh istirahat dulu sama dokter, dianjurin bed rest karena mungkin aku kecapekan dan bisa jadi typus. Sementara masteg, diagnosa sementara ada infeksi di paru-paru, langsung disuruh rontgen.

Ya sudahlah karena sama-sama harus dirawat, kami dimasukin ke satu kamar barengan, wahahahha. Agak-agak lucu gimanaaaa gitu. Gitu tau aku opname, reaksi masteg pertama kali apa coba " Waduh dek, kalo adek sekamar sama mas, ntar banyak yang jenguk gimana, ngga bisa istirahat dong kita" wahahaha. Iya juga yah. Maka brb hubungi SDM kasih pesen jangan bilang siapa-siapa saya opname. Di samping memang pengen istirahat ya karena akoh maluuuuuuuuu, masa mamak-mamak setrong tepar sih. :(



Waktu aku insta story di IG setelah sembuh, banyak yang DM bilang kok kayak filmnya Disas dan Lukman Sardi yang 7/24, brb nonton di Hooq, penasaran jadinya deh sama ceritanya.

Dan setelah nonton filnya, wow speechless sendiri, karena filmnya ya so kami banget #mulaingaku-ngaku lagi. Bener-bener kebiasaan ya bu, tiap film berasa jadi pemerannya, hahaha.

Soalnya ceritanya tuh emang mirip banget, mulai dari profesi Tania( Dian Sastro) yang sebagai banker sampai adegan-adegan dan percakapan yang terjadi. Seolah-olah kayak nyeritain kisah kami, #blushing. Maka ijinkanlah daku mereview tepatnya menceritakan sih ya film yang walaupun udah basi tapi masih oke buat ditonton, Dan plis jangan jijay kalau aku berasa jadi Tania #TeteupDianSastroWanabe

Jadi, diceritakan di film, kalo Tyo (Lukman Sardi, sutradara film, suami Tania) tiba-tiba ngga sadarkan diri di lokasi syuting dan dibawa ke RS. Hasil pemeriksaan, doi kena Hepatitis A. Oleh dokter ditanyalah ke Tania, apa yang dilakukan si Tyo selama 24 jam terakhir.

Standar kehidupan ortu milenial jaman sekarang, dua-dua pekerja, dengan satu anak perempuan dan ada oma yang tinggal di rumah membantu jaga si anak. Sangkin padatnya kesibukan mereka, sampe kadang Tyo si sutradara ga pulang dan bobo di lokasi syuting, jadi semua komunikasi mereka via hape. Sampe akhirnya saat Tania lagi meeting with her boss yang super charming, wangi dan ganteng (Ary Wibowo) *gwpastibetahbangetkalopunyaboskayakgitudikantor wahahahah dikabarkan si suamik pingsan di lokasi syuting dan diopname di RS.


Gegara si Tyo opname, maka Tania ya harus bolak-balik rumah-kantor-RS setiap hari. Padahal saat itu dia sedang ngerjain permohonan kredit nasabah korporasi sebesar 2 Trilyun cyin. Kebayang gimana excited dan hecticnya. Dan di situ diceritain si Tania yang wanita karir oriented gitu, jadi patang rasanya mengecewakan atasan. Makanya walau ditawarin si boss super charming buat urus suami aja, ngga usah pikirin kerjaan, doi yang " No, i can handle it". Oh mirip siapa yaaaaa (1) hahahaha.

Singkat cerita, doi jadi rutinitasnya, kantor-pulang rumah-dongengin anak-anak bobo-pergi ke RS- nemenin suami-pagi ngantor again. Begitu terus, sampe akhirnya Tania tepar dan masuk RS juga karena typus.

Oh wow, mirip siapa (2)

Nah cerita selanjutnya ya diisi dengan adegan bersama di RS. Mereka diletakin di satu kamar karena dokter yang menangani juga sama. Dan sebelum kepikiran macem-macem, sama si dokter langsung diperingatkan " Kalian harus istrahat, bersikap sopan, jangan macam-macam", Hahahahah kok dokter tau sih yaaaa, di RS berdua sekamar dengan suami itu kan memang ehm banget, *kemudianberfantasinackal, pret.



Selama di RS, sebagai istri , maka Tania memperingatkan keras Tyo untuk ISTIRAHAT TOTAL, ngga boleh kerja samsek. Sama si TYO juga gitu melarang Tania mikirin kerjaan, harus istirahat. Tapi ya dasar workaholic, diem-diem mereka nyuruh bawahannya datang dengan alasan jenguk, padahal kerja, wahahahaha.

Malah bos Tania,yang super wangi dan sepertinya naksir doi, khusus datang membawa bunga sambil meminta Tania untuk tele conference pada saat briefing dengan calon klien 2 T mereka.  Tania excited banget dong yah, secara kalau ini goal dia bakal diangkat jadi Senior Manager CRM. Wow sungguh menggiurkan.

Tyo yang lagi ngeselin malah ngata-ngatain bosnya si Tania, bilang ngga respek karena dia minta Tania kerja saat sakit tapi ngga minta ijin sama dia sebagai suami.

" Bos lu tuh ya, harusnya ijin ke gw dulu. Di sini kamu itu istri aku, bukan bawahan dia"

Anjir nih Tyo, pengen gw ulek pake talenan. Adegan di sini agak lebay sih ya menurut saya. Karena melihat maturenya hubungan Tyo-Taia seharusnya ga ada cerita cemburu buta ngga penting gini sama bos istri.

Akhirnya berantem deh. Nah isi dialognya itu yah persis banget sama omelan saya ke masteg.

Jadi si Tania marah sama Tyo. " Kamu tau mas, aku tuh udah nyiapin segala proyekku ini dari kapan tau. Udah prepare segalanya buat presentasi tapi tiba-tiba kamu sakit, aku jadi harus urus semuanya. Ya antar anak, ngantor, jaga kamu, makanya akhirnya aku typus. So jangan larang aku buat tele conference dengan calon klienku. I want to be a senior Manager".

Hahaha, pas nonton adegan ini aku langsung nunjukin ke masteg. " Nih mas kok persis banget ya sama kamu"

Jadi yah, tahun lalu tuh sekitaran April, persis banget kayak kejadian saat ini, persis kayak kejadian Tyo-Tania. Saya tuh dipanggil pendidikan enhancement Manager ke Jakarta. Udah beli tiket, udah mau berangkat banget. Pesawat jam 3 sore, eh jam 7 pagi masteg demam tinggi, sakit, dan minta dianter ke RS.  Nyampe di RS, opname dong yah, cakeeeep banget dah.

Akhirnya aku batal berangkat pendidikan. Masteg sih ngga minta aku tinggal, dia nyuruh aku tetap berangkat, tapi ya mana  tega kan yah ninggalin suami opname sendirian. Jadi brb nelfon ke bagian SDM memberitahukan pembatalan pendidikan.

Rasanya gimana ya? Kesel tapi ngga bisa marah. Kesel tapi ya memang pilihannya harus itu.

Yang bikin aku ngomel banget saat itu, karena sakitnya masteg itu ya sakit yang dibuat sendiri.

Sebelumnya emang dia udah nunjukin gejala mau sakit. Ya gimanaaa kalau tiap malam pulang di atas jam 9 malam, sarapan males, makan siang ngga tepat waktu, rokok kayak lokomotif. Udah sering banget saya ingetin " Mas jangan pulang malam terus, kasih limit dong untuk kerjaanmu. Ngga lucu aja kantor kok tiap hari pulang malam", makanya kesel banget saat dia sakit.

Lebih kesel lagi saat sakitnya tepatan pula sama hal penting di kantor kita. Beberapa kali masteg sakit , paaas banget saat yang direksi datanglah, pas yang ART kebetulan baru resignlah, pas saya ada meetinglah, atau malah pas akhir bulan. Kan kayak di luar kuasa gitu. Jadi kejadiannya pasti saya yang ujung-ujungnya bakal tepar dan kemudian ikutan sakit.

Persis kayak Tania, saya juga sempet marah banget ke Mas Teguh.

" Kamu tau mas, kalau kamu sakit, maka aku harus wara-wiri rumah-RS, karena aku wara-wiri maka anak-anak aku tinggalin di rumah, malam aku tidur di RS, anak-anak jadi ngga bobo sama aku, padahal kesempatan aku bonding sama mereka ya pas malam. Kamu sadar ngga, kalau gara-gara kamu ngga mau jaga kesehatanmu itu, seisi rumah kita repot. Kamu ngambil hak anak-anak. Itu coba kamu pikirin. Aku marah gini bukan karena ngga kasian kamu sakit, bukan karena ngga sedih kamu sakit, tapi aku kesel banget, gara-gara kamu sepele sama kesehatanmu, berapa waktu yang terbuang anak kita tinggalin di rumah"

Kemudian nangis sesenggukan. Persis bangetlah sama si Tania di film itu.

Kalau udah gitu, masteg pasti langsung diem, trus ngomong " Ya udah, ade pulang aja deh, sana urus anak-anak, mas bisa kok sendiri di sini, kan ada perawat".

Dan akan disambut dengan omelan lebih dahsyat lagi.

" Emangnya mas pikir aku bisa tenang apa, tidur di rumah trus mas sendiri di sini. Duh mikir dong, udah ngga usah ngomong, minum obat, itu laptop plis tutup, gila apa sakit-sakit masih kerja aja, cepet sembuh biar cepet pulang".
 
Yang kemudian berakhir dengan adegan, rebut paksa laptop dari kasurnya dia.



Makanya nonton film 7/24 ini kayak lagi ngaca sama hubungan saya dan Masteg.

Suami istri sama-sama bekerja dengan jam kerja yang dua-duanya ngehe itu memang sungguh cobaan hidup bagi pasangan-pasangan muda. Karena memang di saat itu ya semua lagi masa-masa puncak.

Karir lagi gemilang-gemilangnya, penghasilan lagi oke, bersamaan dengan anak lagi lucu-lucunya, butuh perhatian ekstra, usia pernikahan juga lagi kritis-kritisnya. Kritis untuk saling merasa boring jika ngga disikapi dengan baik.

Ya kadang , kantor terasa lebih mengasyikkan dibanding rumah. Bukan karena di rumah ada masalah atau karena ngga pengen cepet-cepet ketemu anak, tapi karena lagi tune in banget sama kerjaan. " Ah tanggung ah dikit lagi, sejam lagi deh baru pulang". Gitu terus tiba-tiba udah malam. Ketemu di rumah, salah satu udah tidur, atau belum tidur tapi terlalu malas untuk ngobrol. Bahaya kan kalau salah satu ngga ada yang ngingetin. 

Balik ke film tadi, jadi singkat cerita si Tania akhirnya tele conference dengan calon nasabah. Dia di RS dan si nasabah di kantor banknya mereka. Eh ndilalah, kamera malah nyorot ke bagian belakang Tania, di sana si Tyo suami Tania lagi nungging-nungging karena sakit perut. Yha dhalah si nasabah marah, merasa tele conference itu ga serius, ngga profesional, dan deal-dealan 2 T pun tinggal mimpi.

Apa Tania marah?

Off course lah yaw. Impian jadi senior manager pun musnah. Tapi dia ngga mere-mere ke Tyo, malah merenung di taman rumah sakit dan ujug-ujug ngemasin pakaian, mau pulang ajah. Doi kecewa berat sama kelakuan Tyo, karena ngga nganggap penting pekerjaannya.

Duh nyesek sih ya pas bagian ini. Tau banget rasanya, gimana lagi excited banget sama impian naik jabatan , eh gagal gegara hal konyol yang dilakukan suami pulak, combolah keselnya.

Tapi trus saya jadi sedih sendiri abis nonton filmnya. Karena kondisinya tuh kebalik di keluarga saya. Di luar masalah doi yang suka ngga aware sama kesehatan dirinya, Mas Teguh tuh yang support banget sama kerjaan saya.

Kalau saya pulang malam, dia pasti nawarin jemput, karena tau saya rabun kalau malam nyetir. Kalau malamnya saya kurang tidur pasti besok paginya nawarin nganter ke kantor. Bahkan saat saya pernah ngerasa jahat karena abis marahin anggota yang ngga becus kerja, eh mas Teguh malah  menghibur dengan bilang " Bunda ngga jahat ah, kan namanya atasan, sebagian gajinya memang untuk marah, udah jangan nangis", hahahahaha ngingetnya sambil ngetik ini jadi pengen ketawa.

Dia begitu, tapi akunya yang kadang suka ngomel-ngomel ngga menentu kalau dia pulang malam. Suka berisik kalau Sabtu dia ngantor. Sebenernya marahnya bukan karena ngga suka sama kerjaan dia, tapi karena mikirin kesehatannya itu. Karena setelah aku itung-itung, mas Teg seperti punya loop waktu tepar.

Anyho, ini postingan udah panjang banget, dan aku juga udah ngantuk.

Satu quote penting dari film 7/24   

The foundation of everything is a good family

And a good family itu ngga bisa sim salabim abakadabra tercipta gitu aja. Butuh usaha dari masing-masing pihak. Betapa udah berkeluarga selama bertahun-tahun, kelihatan harmonis, ternyata diuji 7 hari 24 jam stuck dalam satu ruangan, malah berantemnya bisa sampe yang saling menuding telunjuk. Saling ngeluarin ketidakpuasan terhadap pasangan. Lyfe.

Dan bagi suami istri yang sama-sama kerja nih, aku mau bilang, bahwa support pasangan itu memang kadang ngga berbentuk tersurat kayak yang nelfon tiap hari pas kita kerja, atau bantuin nyelesaian kerjaan kita. Tapi turut menjaga kesehatan diri sendiri itu juga bentuk support bangetlah untuk pasangan. Sehingga ngga ada cerita, yang lain "Terpaksa" ikutan tepar gegara salah satu sakit.

Ingat-ingatlah, walau segimana pun tubuh ya punya hak untuk istirahat, karena saat kita udah menikah apalagi sudah punya anak, kesehatan kita tuh udah bukan soal kepentingan diri sendiri. Sehat atau sakitnya kita bakal berpengaruh ke seluruh keluarga, bakal ngaruh ke ritme keseharian di rumah.

Perhatikan alarm tubuh. Saat udah kedap-kedip segera recharge jangan gas teroooos.

Oya satu lagi, pesan moral film ini, bahwa yang namanya wanita, sekelas Dian Sastro pun bakal nancep hatinya sama pria yang membiarkan ia menjadi dirinya sendiri even udah menjadi istri si Tyo atau ibu si Nadia.

Trylah try kalau ngga percaya.









Hal-Hal Yang Tidak Pernah Dibayangkan Saat Menjadi Ibu

Friday, March 9, 2018

[SP] Ruam Popok Hal-Hal Yang Tidak Pernah Dibayangkan Saat Menjadi Ibu



Dulu banget yah, saat belum nikah, trus udah nikah tapi belum punya anak, kalau dengerin kakak ipar saya ngobrol sama adek saya yang notabene udah punya anak duluan, saya suka yang jetlag sendiri. Ehmmm gimana yah, omongannya itu kadang yang saya pikir “ Ya elah kayak gitu aja dipusingin”. Tapi ngga saya ucapin sih ya, karena takut dimarahin hahahaha.

Kayak soal menyusui, kalo mereka lagi curhat-curhatan soal puting lecetlah, payudara bengkak, perlekatan bayi, etc,etc, duh sampe mikir “ Ribet amat sih tinggal nenenin doang, buka beha, sorongkan ke mulut bayi”.

Ternyata setelah punya anak, ya ampuuun saya kayak ketulah gitu, segala hal yang dulu keliatan remeh malah bisa banget jadi bahan pikiran, sampe bahan penambah stress huhuhu.



Beberapa hal nih yang mungkin kamu-kamu para wanita muda yang sekarang cuma peduli sama koleksi warna lipstick dan ketahanannya saat makan mie ayam, kalian harus tahu hal-hal remeh ini bisa membuat kalian rela punya lipstick satu warna ajah, wahahahahah #ketawasirik.


1. Masalah PUP


Yow, jangan salah ya para wanita muda. Kalau kalian pikir pup itu Cuma masalah kotoran yang menjijikkan, maka hey hey tunggu dulu.

Setelah punya anak, percaya ngga percaya, pup menjadi hal yang paling aware diperhatikan sama mama baru. Saya dulu juga gitu. Waktu dijelasin sama temen soal macam-macam PUP, sok cuek. Eh ndilalah Tara dari lahir ngga pup-pup sampe berhari-hari, hwaaaa, baru deh googling soal pup .

Baru tau ternyata pup aja ada macam-macamnya dan ada tahapnya. Mulai dari mekonikumlah, pup encer, warna pup, bentuknya. Tiba-tiba saya jadi terobsesi sama pup Tara ahahahahaha. Tiba-tiba pusing kalo anaknya ngga pup. Tiap hari pulang kerja nanya ke ART. “ Udah pup berapa kali hari ini, bentuknya gimana?, warnanya apa”?



Wahahahaha. Sungguh random hidupku. Karena you know mom, dari frekuensi bayi pup kita bisa tahu ASI kita cukup ngga nih, terserap dengan baik ngga. Karena logikanya, jika ada kotoran yang keluar, maka pastilah ada ASI yang bayi telan. Wow amazing.



2. Pipis

Yah sebelas dua belas dengan masalah PUP. Frekuensi bayi pipis juga jadi indicator kecukupan ASI. Gegara ini, saya jadi searching banget normalnya bayi itu pipis berapa kali sehari. Kemudian takjub sendiri. Karena yah beda-beda tiap harinya cuy.

Hari pertama sekali pipis, hari kedua dua kali pipis, makin lama makin banyak. Sampe dicatat segala bok, ya ampuuuun amazing.

Di samping soal jumlahnya ya juga soal warnanya dan aromanya, ah elah, pipis aja sampe saya perhatikan dengan seksama banget lho.

Dua hal tersebut bener-bener kayaknya ngga kepikiranlah menjadi hal maha penting bagi mama muda. Makanya kalo diingat-ingat sekarang sering ketawa sendiri.

Dan karena pentingnya masalah pup dan pee tadi, jadi saya aware banget juga dengan kondisi pantat Tara dan Divya. Ngga mau banget nunggu diapernya penuh baru ganti. Pokoke gitu melihat udah agak gembung aja, ganti.

Milih popoknya pun ngga sembarangan. Pilih yang paling lembut. Bulan-bulan pertama ngga peduli banget sama harga popok, yang penting mana yang paling lembut dan paling nyaman. Sungguh ibu-ibu impulsive.



Trus, khawatir banget sama ruam popok. Karena ya ampuuuun kalian yang pernah ngalamin pasti tau deh rasanya, kalau anak kena ruam popok itu pengen nangis banget. Tara dulu pernah kena ruam popok, sekitaran vagina sampe pantatnya merah-merah gitu dan agak bengkak. Tiap dicebokin abis pup nangis jejeritan, dipakein popok nangis kejer, huhuhuhu saya sampe ngga tega kalo mau makein diapernya lagi. Kelihatan meringis-meringis gitu anaknya. Padahal peralatan tempur perpopokan Tara lengkap banget. Segala cream-creaman komplit.

Ternyata oh ternyata si mba di rumah kadang kelamaan ganti popok Tara. Jadi missal dia pup atau pipis didiemin dulu sampe penuh banget. Padahal kulit bayi kan msih sensitive ya, jadi kalau terlalu bersentuhan dengan kotoran yang mana ada kandungan ammonia, ada bakteri, ya jelaslah meradang.

Padahal saya sediain diaper cream lho untuk pencegahan, tapi mbanya ngga ngerti kalo itu untuk pantat, jadi dikiranya lotion biasa, jadi ya cuma dipakein ke tangan, kaki sama badan Tara aja. Kray. Diriku langsung merasa gagal.



Makanya giliran Divya lahir, ngga mau kecolongan lagi. Dari awal udah wanti-wanti sama mba di rumah, kalau sebelum makein popok harus dipakein diaper cream dulu biar ga ruam popok, biar ga lecet, biar pantatnya lembut, biar ga kesakitan, walah mamaknya udah trauma lihat anak ruam popok. Trus kasih petatah petitih soal ruam popok.


Penyebabnya nih :

1. Kondisi pantat dan daerah sekitar popok lembab, kemudian terlalu lama kontak dengan zat ammonia yang terdapat dalam feses maupun kencing bayi.

2. Pemakaian popok yang terlalu ketat, sehingga terjadi gesekan berlebihan antara kulit bayi dan diaper.

3. Memakai diaper yang terbyat dari plastic atau karet dalam jangka waktu lama sehingga menyebabkan iritasi.

Tuh mam, murah sih boleh murah tapi sering-sering diganti.

Trus ngasi tau juga ke mba nya apa kegunaan diaper cream biar aware dari awal.

1. Daily usage : digunakan setiap kali ganti popok untuk mencegah bakteri penyebab ruam muncul.

2. Curative : membantu mengurangi kemerahan dan iritasi saat ruam popok muncul.


Untuk diaper creamnya sendiri aku pake Sleek Baby. Soale ya dari awal dulu punya anak taunya ya Sleek Baby. Ya untuk nyuci bajuah, nyuci botol. Jadi gitu Sleek ngeluain produk diaper ya udahlah sekalian pake Sleek Baby.

Karena memang kandungan Sleek Baby Diaper Cream sudah teruji secara dermatologis efektif membunuh bakteri penyebab iritasi terutama pada daerah popok, Formulanya aman dan lembut untuk kulit sensitive bayi.




Nih Tips dari saya ya mam agar jangan sampai deh anak kita kena ruam popok, karena itu sungguhlah menyiksa :

1. Pilih popok yang nyaman untuk bayi.


Untuk bayi baru lahir ngga ada salahnya mami-mami muda beli ukura kecil diaper berbagai merk, cobain satu-satu. Tapi kalau mau gampang sih, lihat aja yang ada label premium, atau yah yang harganya mayan mahallalh hahahaha.


2. Gunakan Air Saat Membilas Kotoran Bayi

Nah kadang yah ortu tuh mau praktis jadi pup anak diseka aja pake tissue basah. Padahal banyak tissue basah yang kandungan alkoholnya tinggi, kalau kulit bayinya sensitive malah jadi iritasi, dan tentu saja menurut saya jadi kurang bersih.

Saran saya, beli bola-bola kapas. Taruh air bersih di wadah tertutup gitu. Biar ga rempong, taruh saja di kamar biar ga bolak-balik ke kamar mandi. Saat bayi pup, cara membersihkannya :

- Basahi bola kapas

- Seka pantat bayi

- Ulangi sampai bersih.

- Kapas yang udah kena kotoran jangan dicelup lagi ke wadah air. Jadi celup, seka, buang. Biar arinya tetap bersih.

- Kalau udah selesai, keringkan dengan handuk.

- Bersih men



3. Pakai Diaper Cream




Beneran saya bilang jangan anggap sepele. Selalu mam pakai diaper cream terlebih dahulu sebelum memakai popok. Ini tujuannya menjaga kelembaban pantas bayi, di samping itu biar kulit bayi ngga kering saat bergesekan dengan popok, sehingga mencega iritasi. Lagian diaper cream juga mengandung zat anti bakteri sehingga bisa membasmi sisa-sisa bakteri dari pup atau peenya si bayi.

Cara pakainya. Oleskan di daerah sekitar popok, meliputi pantat, selagkangan, dan paha


4. Ganti Popok Sesering Mungkin

Iyes, jangan nunggu sampe bocor baru diganti. Gitu tahu udah dipipisin ya diganti aja. Jangan nunggu penuh karena baru pipis sekali misalnya. Karena makin ngga diganti berarti pantat bayi kita lebih lama dong bersentuhan dengan pipis atau pupnya sendiri. Seperti yang saya sebut di atas, padahal kotoran kan mengandung ammonia dan mengandung bakteri, jadi memang bikin iritasi.




Kalau dilakukan, mudah-mudahan anaknya bebas ruam popok deh. Alhamdulillah ya DIvya tuh sama sekali ngga pernah kena ruam popok. Soalnya bundanya udah pengalaman, hahahahah.

Hwaaaa, memang pengalaman mengurus bayi itu warbiasyak deh. Hal-hal remeh kayak pup dan pipis aja bisa bikin pusing tujuh keliling, hahaha.

Kalau kalian gimana mam, punya cerita sekitar hal-hal yang ngga pernah kalian pikirkan ngga sebelum punya bayi. Atau samaan nih sama saya, anaknya pernah kena ruam popok. Cerita dong.






Menjelaskan " KERJA" Pada Anak

Wednesday, February 28, 2018




Mommy-mommy yang bekerja pasti pernah dong yah dapet pertanyaan super menohok dari anaknya.

" Bunda kenapa bunda kerja?"

Pertanyaan yang bisa bikin mamak-mamak yang setrong di kantor tiba-tiba harus diem dan mikir mau jawab apa yah, hahahaha.

Saya juga pernah dulu gitu. Usia 3 tahunan gitu, Tara yang udah mulai kritis banget kalo nanya. Dan yadalah pertanyaan sakti itu keluar juga.

" Kok bunda kerja terus sih"

Karena bunda kecenya ini ngga siap sama pertanyaan tiba-tiba, jadi jawab standar ajalah . " Iyalah bunda harus kerja, kan biar dapat duit, buat beli susu Tara, pampers adek, beli mainan"

Kirain bakal aman yah jawab gitu. Ternyata ya ngga dooooog yah. Bukan anak gw namanya kalau dikasih jawaban standar diem, hahahaha.

" Susu Tara masih ada bunda, pampers adek juga masih banyak, Tara ngga minta beli mainan lagi, tapi bunda ga usah kerja, di rumah aja jaga Tara sama adek"

Kraaaaaay.

Bundanya langsung speechless. Gila ya anak kecil itu udah bisa menghubungkan sebab akibat. Bahwa bunda kerja untuk cari duit buat beli susu, maka aku ga perlu minum susu. Oh my.

Makanya abis itu saya mikirin banget soal pertanyaan tadi. Mikirin jawaban apa yang bisa diterima anak seusia Tara. Karena Tara itu anaknya kritis banget. Dia inget banget apa-apa yang saya bilang. Kalau saya bilang saya bakal pulang cepet, dia bakal inget. Ndilalah saya pulang agak malam, gitu buka pintu pasti langsung protes

" Bunda kan tadi pagi bilangnya pulang cepet, kok bunda pulangnya lama. Bunda lamaaaa pulangnya. Kenapa bunda pulang lama".

Gitu terus diulang-ulang, dan ntar bakal diaduin sama papanya. " Papa bunda lama pulangnya papa"

Hahahaha, makanya hati-hati banget kalau jawab pertanyaan Tara.


Baca : 


Akhirnya sekarang kalau doi nanya lagi, saya jawab gini :

" Iya bunda harus berangkat kerja nih, karena bunda harus bantuin orang, dan bunda seneng kerja. Tara senang kan sekolah, ketemu teman, main, sama, bunda juga senang kerja. Jadi bunda berangkat dulu yah. Bunda kerjanya cuma sampe sore kok, ntar malam kita main lagi"

Nah ternyata jawaban begitu tuh masuk akalnya si Tara. Trus dia bakal mikir dan kemudian menjawab

" Oke deh bunda, bunda boleh kerja tapi jangan lama-lama ya pulangnya"

Saya ngga tau sih, jawaban seperti itu benar atau tidak. Tapi untuk anak saya jawaban seperti itu cukup. Message yang ingin saya sampaikan ke Tara, bahwa bekerja itu kegiatan biasa yang saya lakukan, sama kayak dia sekolah, bermain, bertemu teman, jadi bukan hal luar biasa. Gitu sih maksudnya.

( Baca : Bagaimana Rasanya Menjadi Anak Dari Ibu Bekerja )

Makanya kemudian Tara suka juga nanya " Bunda, kalau Sabtu dan Minggu bunda kerja ngga?"

" Ngga sayang, kalau Sabtu Minggu bunda di rumah, main sama Tara"

Nah tapi jika suatu saat memang Sabtu saya harus ngantor, ya tinggal minta ijin sama Tara.

" Tara, bunda kerja ya hari ini, setengah hari aja, ntar sore kita main lagi"

Biasanya mah anaknya bakal nangis dulu." Hwaaaaa ngga boleh, bunda jangan kerja, kan ini Sabtu"

Trus saya bakal tawarin opsi sama dia " Tara mau ikut bunda ke kantor atau Tara mau main warna-warna sama Tete, nanti pulangnya bunda beliin warna-warna yang lain".

Xixixi kayak nyogok yah, tapi ya emang gitu sih biasanya berhasil. Kalau dia pilih ikut, ya saya ajak ke kantor. Kalau pilih mewarnai, ya pulangnya saya beliin pewarna lagi.

Jadi the bottom line is, saya pikir menjelaskan tentang " Kerja" kepada anak itu memang harus disesuain dan direlate-in sama kondisi dia. Jawab dengan kalimat jelas dan yang dimengerti dia. Kalau bagi saya merelatekannya yah dengan menganalogikan seperti kegiatan yang disukai Tara. Dan ngga lupa kita kudu konsisten dan menepati apa yang kita ucapkan.

Kalau bilang pulang sore ya jangan pulang malam. Kalau ngga yakin bisa ya jangan janji.

Jawaban " Kerja untuk cari duit" ini sebenernya memang jawaban paling benar, namun untuk usia tertentu mereka belum bisa mencernanya dengan baik. Apalagi kalau kita hubungkan dengan beli susulah, beli diapers, atau beli mainan. Anak malah jadi merasa bahwa " Oh bunda ninggalin aku karena mau beliin susu. Ya udah aku ngga usah minum susulah"

Tapi misal kita jawab, karena harus bantuin orang. Misal pun dia nanya " Kok harus bantu orang, emang ngga ada orang lain yang bisa bantu?"

Ya tinggal dijawab lagi " Ngga ada, cuma bunda nih yang bisa bantu mereka. Kalau ngga ntar mereka nangis lo". 

Saya pikir jawaban seperti itu masih bisa diterima anak. Ntar kalau dia tambah usia, udah makin mengerti baru deh jelasin dengan sebenernya. Bahwa kita kerja tuh biar punya kehidupan lebih baiklah, atau biar dia bisa sekolah di tempat yang bagus, atau biar bisa liburan atau apapunlah sesuai tujuan kita kerja.

Karena ya jujur aja saya ngga bohong sama Tara, karna saya itu kerja ya karena saya seneng kerja.

Khawatir anak bakal nanya " Emang bunda ngga seneng kalau main sama aku?"

Ngga perlu khawatir sih. Kalau ditanya gitu ya jawab aja " Ngga dong sayang, bunda seneng juga main sama Tara, tapi sekarang bunda kerja dulu, ntar jam 7 bunda balik, kita main lagi. Oke anak pintar"

Hahahaha, auk ah, sampai saat ini jawaban-jawaban saya masih ampuh. Kadang ada saatnya sih Tara lagi mellow, minta anterin ke sekolah, ya saya anter dengan risiko telatlah ngantor. Sekali-sekali saya pikir ga masalah, ijin ke atasan dulu. Yang penting, pastikan kalau selama ini kita kerjanya bener, jadi saat ijin untuk kepentingan pribadi gampang dikasih. Tapi kalau selama ini kerja ngasal ya jangan harap yah diijinin hahahaha.

( Baca : Profesionalisme Ibu Bekerja )


Oke deh mom, semangat yah, ngga usah baper kalau anak ngelarang kerja. Memang ada saatnya kok mereka bakal ngelarang kita hahahah. Yang penting jangan abaikan hak waktu mereka bersama kita di luar jam kantor yak. Mangaaaat.

JATUH CINTA

Wednesday, February 14, 2018


Astagaaaa blog akoh udah berdebu banget yak. Ngga tau, dari awal tahun sampe sekarang kayaknya ngos-ngosan nyesuain ritme antara kerjaan , rumah dan ngeblog. Karena yaaaa masalah saya mah apa yak, sepele banget dan itu-itu aja, ART resign. Jadi yang biasanya ada dua orang yang bantuin saya jaga si kunyil-kunyil, sekarang tinggal satu. Jadi ya salam agak-agak penyesuaian lagi.

( Baca : Drama ART )

Akhirnya setelah berminggu-minggu mau nyuri waktu buat nonton Dilan, kemarin kesampaian juga. Bukan kondisi nonton Dilan yang saya inginkan sih hahaha, pengennya berduaan sama mas Teguh nontonnya, biar lebih menjiwai, tapi ya sudahlah karena memang ngga ada yang jagain anak-anak, maka segambreng pasukan diboyong ke bioskop, xixixi. Untungnya anak-anak lumayan koopertif. Di sepanjang film bisa anteng dikasi yutub.

Tadinya pengen ngereview, tapi ngga jadi karena neng Teppy udah ngereview dan ulasannya pas banget dengan perasaan saya saat nonton kang Dilan dan Milea.  Baca di sini :Revie Suka-Suka: Dilan 1990)

Saya dari kemarin penasaran pengen nonton ya karena trailernya sungguhlah gemas. Gemas pengen tau potongan-potongan rayuan Dilan itu ceritanye gimane. Dan seperti biasa ye, kalau nonton film anak-anak SMA gitu, saya jadi berasa jadi pemerannya, *kebiasaan ya bu*.

Makanya pas masuk bioskop, langsung nulis di instastory, abis nonton pasti saya merasa jadi Milea wahahahaha.

Dan setelah nonton filmnya, emang begitu sih adanya. Kisah Dilan dan Milea itu ya memang kisah-kasih kebanyakan remaja jaman SMA-an. *Kecuali yang SMA nya jomblo saya rasa pasti pernahlah punya sosok Dilan, atau minimal pernah digombalin ala Milea, wahahahaha.

Btw masteg abis keluar bioskop langsung ngomong " Biasa aja ah, kayak sinetron"

" Mas, jomblo ya dulu " xixixixi. *mintadisambit.


Di banding Rangga-Cinta di film AADC, saya lebih relate dengan kisah Dilan-Milea . Karena memang pas jaman saya SMA (1997) kayaknya model-model nyatain cinta dengan puisi belum booming banget. Setidaknya untuk diri saya. Seinget saya, cuma pernah dikasi puisi dua kali. Satu judulnya " Tini dan Tono" , satu lagi lupa wahahaha *dasar ingetan cetek.

Sama-sama Gemas sih


Nah tapi kalo ceritanya Dilan itu ya pas banget. Makanya saya baca-baca review dan pendapat orang abis nonton Dilan, pada ikut kesengsem dan malu-malu waktu Dilan goda-godain Milea, hahahaha.



Btw, film Dilan ini memang mau ngga mau bikin kita jadi nostalgia ke jaman SMA dulu. Adegan-adegannya itu relate banget sama kisah saya waktu SMA. *mulai ngaku-ngaku

Mulai dari soal ramal-ramalan, dikirimin surat sama adek kelas atau temen sebelah kelaslah. Disamperin pas jam pelajaran. Duduk sebelahan di kelas sampe guru masuk, dan adegan telpon-telponan yang uugh co cweet banget. Hahahahaha.

Oke, kepanjangan mukadimahnya. Jadi postingan kali ini sekalian untuk GesiWindiTalk. Gesi mau ngomongin soal merayakan Valentine. Saya ngga bahas, karena saya udah pernah nulis soal itu, Saya mah tim Valentine ya ngga spesial-special amat. Ngga pernah merayakan khusus. Tapi kalo dikasi coklat ya senang, diajak dinner romantis ya hepi, ga diajak ya no problema. Bebas mah bebas. Ngeliat orang merayakan valentine juga saya fine-fine aja. Ngga rese bilang " bukan budaya kita lalalala".  Mau kalian rayakan kek , ngga kek, seraaaaah. Hahahaha

Baca Punya Gesi :

Jadi, saya mau cerita soal jatuh cinta ajalah. Pengen nostalgia gimana rasanya jatuh cinta itu. Masih relate kan yah sama tema valentine dan mumpung lagi terpapar efek Dilan-Milea.

Udah lama soalnya ngga ngerasain perasaan berbunga-bunga digombalin, perasaan kupu-kupu terbang di perut, aaaaaak, muleees aku muleees. Mikirinnya aja udah blushing-blushing duluan.

Maklum yah kalo udah nikah itu, perasaan yang dulu menggebu, entah gimana kok ya perlahan meredup. Butuh usaha banget buat munculin kembali debaran-debaran masa pedekate dulu. Haish. Makanyalah lihat Dilan-Milea, kita bisa mesem-mesem sendiri, teringat masa lalu nih yeee. Keinget gimana saltingnya saat ketemu gebetan, be like

@maghfirare


Kalau kata orang, jatuh cinta itu rasanya dunia milik berdua, ya emang bener banget dah. Saat-saat jatuh cinta itu rasanya bibir kayak ditarik tiang jemuran, PENGEN SENYUM TEROOOOOOOOOS. Tauk dah orang ngobrol apa di depan kita, ya bisa-bisanya gitu kepikiran si doi, mikirin celetukan ngga pentingnya, mikirin marahnya dia, bahkan mikirin cemberutnya dia aja bikin hepi. Oh Co cweet banget.

Dulu saya punya juga tuh sosok Dilan jaman SMA. Bukan gengs motor sih, ya soalnya saya kan sekolah di asrama, ke sekolah aja baris, motor bhaylah.

Dilannya versi saya mah, cowok badung yang sebenernya ngga badung-badung amat, tapi bikin gemes-gemes pengen nampollah.

Ya gimana ngga pengen nampol, kalo pas kita disuit-suitin kakak kelas aja trus doi langsung hajar bleh, bak buk bak buk, berakhir di ruang BP

Percayalah, jaman SMA , kelakukan kayak gitu bisa bikin terbang ke awan, " Wow aku dibelain, hanzir"

Adegan Dilan bilang suka ke Milea persis di depan idung cowok yang suka juga ke Milea itu juga hakdezing banget.

Saya pernah gitu. Ceritanya, di kelas, kelas satu SMA kalo ngga salah inget. Saya lagi duduk sama temen cowoklah sebut saja namanya Budi (ngga kreatip), ngobrol biasa. Trus tiba-tiba, si Dilan yang anak tetangga kelas datang nyamperin.

" Bro, geser dulu bro, gw mau duduk di situ" (nunjuk kursi yang diduduki Budi).

Budi yang cemen pun menyingkir. Trus Dilan duduk di samping saya.

" Eh Budi sini dulu, lu tau ngga siapa pacar gw"
" Siapa?"
" Ya Windilah"


Wahahahahaha.

Percaya deh, kalo lu ngga panas dingin ya berarti lu mati rasa.

.


Adegan Dilan gebukin Anhar pas Anhar nampar Milea?

Aduuuh, itu juga memorable banget. Kejadiannya masih sama Dilan yang sama.

Jadi, ada cowok yang naksir saya, sebutlah namanya Boy. Si Boy ini ngga berani nembak, jadi dia kirim surat ke saya, dititip ke temen. Suratnya belum nyampe ke saya, eh udah nyampe ke tangan Dilan . Udahlah ya, nasebmulah Boy kena bogem tanpa permisi, xixixi.

Aduh ini kenapa saya nulisnya sambil senyam-senyum

Kenapa sosok bad boy begitu susah untuk dilupakan dan gampang banget bikin cewek klepek-klepek?

Ya sebenernya karena alasan simpel sih ya. Yang namanya anak SMA itu memang lagi masa-masanya pengen merasa penting, pengen merasa dipuja, diperjuangkan, halah. Makanya ditaksir bad boy itu beda banget dengan ditaksir cowok alim, pinter, nan baik budi. Ngga heranlah Milea jelas lebih milih Dilan dibanding cowoknya yang super charming dan si siapa itu temen sekelasnya yang berkaca mata.

Karena beda banget rasanya dikasih boneka Panda dengan perasaan saat si bad boy berantem sama cowok tetangga sebelah, GARA GARA KITA, aaaaw.

Beda banget rasanya cuma dilirik-lirik sama cowok pinter di kelas dengan disamperin si bad boy trus doi duduk di samping kita, padahal jam pelajaran udah mulai, padahal bentar lagi guru masuk nih, padahal kalau ketauan guru bakal dimarahi. BODO AMAT, urusan ntar, yang penting perut mules-mules, badan panas dingin karena bahagia, wakakakaka.

Aduh, saya nulis ini aja sambil ketawa cobaaaa.


Beum lagi, adegan Dilan-Mile telpon-telponan. Itu mungkin salah satu adegan masa-masa SMA yang bikin puyeng kalo dipikirin sekarang.

Gimana ngga uyeng, saya dulu pernah telpon-telponan interlokal cuy sama pacar yang tagihannya bikin ortunya pacar nelfon ke rumah.

" Halo, ini rumah siapa ya"

Yang ngangkat ibu saya

" Rumah ibu Tuti, mohon maaf ada apa"

" Ngga bu, begini, saya mau cek aja apakah penghuni rumah ini ada yang kenal dengan keluarga saya, soalnya ada panggilan ke luar ke nomor ini selama berkali-kali dan jumlahnya sungguh fantastis"


Ahahahahaha, jadi yah, sangking seringnya telpon-telponan, tagihan telpon di rumah cowok saya itu sampe hampir jutaan. Wajarlah ya ibunya panik dan nyari tau, siapa nih yang ditelpon penghuni rumahnya dia.

Kenapa bisa sampe jutaan?

Ya gimana, wong pas nelfon kadang berantem. Kalo berantem diem-dieman tho? dan diem-dieman mah pulsa tetap jalan ya ceuuu, jadi ya salam, sama-sama pegang gagang telpon tapi diem-dieman itu sungguhlah bikin pengen nampol diri sendiri sekarang.

@maghfirare

Aduh, masih banyak deh kejadian-kejadian yang ternyata bikin saya sadar bahwa ternyata jatuh cinta itu memang bener-bener membuat dunia berasa warna-warni. Tapi memang jamannya SMA itulah puncak piramidanya, halah.

Namun jangan salah lho ya, setelah dewasa dan semakin bertambah usia, ya kalo lagi jatuh cinta mah ya tetep aja, masih bisa mesem-mesem kayak kucing dielus-elus, xixixix.

Jaman pedekate sama Mas Teguh juga gitu. Tiap hari kayaknya pengen nyeritain mas Teguh ke adek saya. Sampe adek saya sendiri yang ngomong " Kak, kayaknya jatuh cinta ya sama mas Teguh, dari tadi ngomongin mas Teguh aja sih"

Wahahahaha, ternyata saya memang alay dari orok, jadi mau usia remaja, mau pas udah menjelang 25 tahun, ya tetep, kalo lagi jatuh cinta bawaannya ngga bisa ditutupi. Bibir tetep senyum terus.

Dulu orang-orang di kantor juga notice banget saat saya lagi berbunga-bunga dengan mas Teguh.

" Si Windi nih kayaknya lagi jatuh cinta berat, biasanya dikasih laporan dari Unit kalo salah pasti langsung diomelin kita, lha sekarang, salah aja disenyumin"

Hahahahaha.

Kalau diinget sekarang iya juga sih. Saya kan emang defaultnya galak ya, jadi kalau dulu ada unit yang ngirim laporan tapi masih salah-salah biasanya saya judesin, walau kemudian saya perbaiki sih. Tapi pas menjelang nikah sama masteg itu, dikasih laporan salah, mah saya nyantai, saya perbaiki malah, saya bagusin hahaha.

Sungguhlah memang jatuh cinta membuat orang jadi lebih nice.

@maghfirare


Sekarang gimana?

Duh gimana ya. Sekarang mah udah punya anak dua. Debar-debar udah berkurang. Memang defaultnya mas Teg mah ngga romantis, jadi saya juga ngga punya ekspektasi tinggi yang buat digombalin atau diromantisin gimana gitu. Makanya perkara hari Valentine, hari Anniversary, hari ultah, saya mah nyantai sekarang. Ngga mewajibkan untuk dirayakan, karena takut kecewa, trus ntar jadi marah, trus jadi berantem, walah malah berabe.

Kalem mah sekarang.

Tapi ternyata ya mas Teguh juga tetep perhatian kok. Sampai saat ini seingat saya tiap anniversary doi selalu ngajak saya makan di luar atau ngga ya nginep di hotel, atau minimal beli cakelah buat dimakan bersama hahahaha.

Kemarin pas Ultah saya juga masih diajak liburan ke Jogja, masih ngasih hadiah tiap ulang tahun. Hadiah masTeg mah ngga pernah romantis, selalu benda-benda fungsional yang memang saya butuh. Kayak ngasih laptop, hape, hard disk eksternal, sungguhlah suamiku pria yang logis dan ngga mau buang-buang duit, wahahahaha.

But it's okelah, kusenang kok. Walau ngga bikin hati kebat kebit berasa dicubit cubit tapi tetep bikin hati hangat. Karena memang jatuh cinta itu mungkin bentuknya bisa bermetamorfosis sesuai dengan lama saling mengenal, beriteraksi, terbiasa sehingga yang dulu disenggol tangan aja berasa kesetrum mungkin sekarang harus nyenggolnya lebih kenceng lagi kali ya biar ada aliran listriknya, xiixi.

Yang dulu di SMS bilang "hai" aja hati udah berisik banget di dalam, sekarang mesti dapet notifikasi transferan dulu baru hati deg-degan pengen belanja

 Anyway, happy valentine's Day everybody. Selamat berkasih sayang dengan semua orang, dengan pasangan, dengan anak, dengan ortu, dengan siapapun.

Saat sekarang mungkin getar-getar cinta dengan pasangan mulai meredup, ayo rayakan lagi #ngomongsamacermin.

Mungkin dianya kurang peka, ya udah kitanya yang mulai. Balik dari kantor mampir dululah ke Indomart, beli sekotak coklat, kasih pita, kasihkan ke pasangan sambil kecup-kecup mesra, eeeaaaa.

Kalau saya udah dikasih coklat tuh tadi malam, pake pita pula, yang ngasih Tara hahahaha tapi dari papanya " Bunda ini coklat dari papa, biar bunda seneng", xixixi, laaaf.

Ngga ada kata expired buat merayakan cinta. Bisa kapan aja, tapi pas ada momentnya ya ngga salah juga dirayakan. Ngga usah pake kode-kode karena kode-kode sungguhlah bikin emosi kalau sampai yang dikasih kode ngga ngeh.

Udah kepanjangan.

Kalian lagi jatuh cinta atau ngga nih saat ini. Yang bacanya sambil senyum-senyum pipi memerah, ayo-ayo telpon langsung pasangannya. Hasek.

Oya, terakhir, nih siapa yang pernah gini :





@anyahasna




Custom Post Signature