Menikah Dengan Yang Selevel

Thursday, January 4, 2018



Dulu pas mas Teguh melamar saya, saya sempet ngajuin pertanyaan

" Mas sebelum sama aku, pernah pacaran ngga? atau pernah dikenalin dengan cewek lain?"

Kenapa saya nanya begini?. Karena di lingkungan pekerjaan mas Teguh tuh lumrah banget proses perjodohan. Maklum di tempat kerjanya banyak perantau jadi biasanya atasannya suka membantu ngenalin ke orang yang dirasa pantas gitu buat dijodohin.

" Pernahlah dek, beberapa kali "

" Trus? Kok ngga lanjut?"

" Ya gimana, yang dikenalin ke mas itu anak-anak pejabat, ngga mau ah, mas bukan level mereka"

Hahahahaha, saya langsung cembetut.

 " Jadi maksudnya levelku itu di bawah ya, makanya mas niat banget nikah sama aku, mau menjajah ya?" Tetiba sewot, wakakakaka.

( Baca : How I Met My Hubby )

Setelah ngobrol panjang lebar dengan mas Teg, ternyata maksudnya itu  saya dan doi itu sekufu.

Sekufu itu maksudnya kurleb samalah level keluarganya. Baik dari segi ekonomi, gaya hidup, pendidikan, agama. Menurut mas Teguh, keluarga dia dan keluarga saya dalam banyak hal itu mirip. Kami sama-sama berasal dari kota kecil, background kerjaan ortu kami sama. Bapak mas Teguh itu guru, ibu saya juga guru. Pendidikan kami juga sama, ngga njomplang, selevellah dalam banyak hal..

Hmm, saya jadi mikirin perkataan mas Teguh itu lagi sekarang, gegara ngobrol sama Gesi soal pernikahan. Dan saya mengaminkan banget apa yang dibilang mas Teguh.



Menikah itu memang bukan perkara mudah sih ya. Dalam pernikahan itu ada dua sosok yang niatnya hidup bersama. Maka memang jauh lebih mudah kalau latar belakang kehidupannya ngga njomplang-njomplang amat.

( Baca : Menikah Atau Tidak )

Saya terkesan banget dengan sebuah pecakapan di film Sabtu Bersama Bapak. Bunyinya kira-kira begini

“Membangun sebuah hubungan itu butuh dua orang yang solid. Yang sama-sama kuat. Bukan yang saling ngisi kelemahan. Karena untuk menjadi kuat adalah tanggung jawab masing-masing orang. Bukan tanggung jawab orang lain”

Walau di sini arah quote itu lebih ke soal finansial, tapi relate juga ke masalah sekufu tadi. Karena pernikahan itu akan jauh lebih mudah saat effort untuk beradaptasi dengan kehidupan pasangan dialihkan untuk maju bersama.

Intinya, ya kalau kita tuh nyari pasangan hidup yang pas awal start bisa sama-sama gandengan mencapai tujuan keluarga. Energinya difokuskan kesitu, bukan ke hal lain.

Saya ngga bilang kalau ngga selevel atau sekufu pernikahan bakal ngga berhasil lho. Karena yang namanya jodoh kan bukan kita yang atur. Siapa yang bisa nolak kalo Cinderella dilamar pangeran ye kan?. Tapi perlu usaha lebih keras untuk bisa menyatukan dua orang yang ngga sekufu atau selevel.

( Baca : Tentang Jodoh )

Gimana coba maksudny?

Level Ekonomi, Gaya Hidup dan Background Keluarga

Saya bayanginnya gini. Misal yah ada perempuan anak pejabat yang terbiasa hidup mudah. Kemana-mana diantar supir, pembantu di rumah 13 belas orang, beda nyuci, masak, nyetrika, beresin rumah, bersihin WC,terbiasa semua dibatuinlah, trus jajan aja sehari dikasi 300 ribu, ngopi harus di Starbak. Kemudian menikah dengan seorang pria yang orangtuanya guru, hidup sederhana, apa-apa dikerjain sendiri, ke sekolah ngangkot, jajan di kantin, 300 ribu buat sebulan.

Saat mereka menikah, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah adaptasi gaya hidup dulu. Kemungkinan yang akan terjadi, si istri bakal minta fasilitas hidup layaknya yang diberikan orangtuanya selama ini kepadanya. Even gaji suaminya mungkin gede pun, kemungkinan tetap akan ada penyesuaian di sini.

Misal bagi si suami, ngasih uang bulanan 10 juta itu udah gede, ekspektasi dia uang segitu cukup untuk makan, make up dan tetek bengek rumah tangga sehari-hari. Si istri yang biasa jajan 300 ribu sehari, ya uang segitu mungkin cukup tapi untuk belanja doang. Kebutuhan ngafe, pulsa, make-up harusnya di luar itu.

Atau sesederhana, bagi si suami belanja baju itu ya di Matahari aja udah oke. Bagi si istri, baju itu yang paling penting nyaman dan harus bermerk, yang sebiji aja harganya sejutaan.

Dalam hal ini saja, perlu usaha saling  mengerti banget. Karena sebenernya ngga ada yang salah. Soalnya gaya hidup selama ini memang beda.

Si suami harus maklum bahwa si istri mungkin ngga ngerti bahwa ngopi itu ada lho yang enak cuma 15 rebuan, ngga harus keluar 50 ribu untuk secangkir doang. Sementara si istri juga harus ngerti bahwa suami yang terbiasa hidup sederhana pengen setiap rupiah yang dikeluarkan itu dipikirin banget manfaat dan peruntukannya.

Jadi bahkan pengertian hemat dan boros mereka bisa beda.

Masih inget sinetron Pernikahan Dini ngga?

Di situ ceritanya kan si Dini anak orkay, trus si Gunawannya anak kampung gitu yang akhirnya jadi supir taksi. Pas si Gunawan gajian pertama kali, dengan gembiranya ngajak si Dini belanja ke supermarket dan ngomong " Aku baru gajian, kamu bisa belanja sesukamu"

Dan wow, gaji sebulan abis buat belanja yang bahkan ga cukup untuk seminggu. Karena bagi si Dini, belanja itu ya jajan Coca Cola, coklat, roti. Di bayangan si Gunawan, belanja itu ya beras, minyak gula. Pulang-pulang mereka bertengkar.

Ini bakal terjadi di soal belanja apa aja. Mulai dari beliin makanan untuk anak, beli perlengkapan bayi, milih rumah, beli kendaraan. Huuuft. Munkin butuh waktu bertahun sampe keduanya bisa berada di level yang sama.




Level Pendidikan

Level pendidikan ini ngga melulu soal gelar, tapi memang paling mudah dilihat ya dari pendidikan yang sudah dtempuh.

Kalau yang satu S2, yah minimal pasangannya kalo bisa S1. Biar obrolannya masih nyambung. Kalo yang satu S2, trus pasangannya tamatan SMA. Ntar diajak ngomongin ekonomi global eh istrinya cengok. Diajak ngobrol politik, istrinya cuma tau dari share-share-an grup WA dan facebook, kan susyeh ya. Mungkin awal-awal bisa menyesuaikan, dengan si suami, ngobrolnya yang ringan-ringan, tapi namanya orang kan butuh temen ngobrol, dan sebaik-baik temen ngobrol itu seharusnya pasangan kita.

Ngga heran kan, banyak kejadian perselingkuhan karena salah satu menemukan temen ngobrol yang pas di tempat kerja. Karena di rumah istrinya lebih hapal sama berita Jejedun dan sepak terjangnya. Diajak becanda soal politik ngga ketawa, karena ngga ngerti dimana lucunya. Huhuhu kan ngga asik yah.



Level Agama

Ini agak sulit dilihat kalau menilainya hanya berdasar penampilan. Harus dari proses mengenal sampai ke cara berfikir.

Misal si istri berjilbab, pakaian tertutup, sopan tapi cara berfikir agamanya cenderung liberal, dalam arti menganggap semua agama tujuannya baik, maka ngga perlu membeda-bedakan teman.

Dapat suami yang level agamanya sebenernya juga ngga jauh-jauh amat bedanya dengan dia. Tapi  dulunya full ikutan liqo, mabit, kajian islami dengan cara berfikir " pokoknya apa kata ustadz kita harus ikuti saja"

Ini imbasnya ngga hanya ke soal pandangan terhadap pergaulan ke orang lain tapi bisa sampe ke ngambil keputusan cara membesarkan anak,  nyekolahin anak, milih tempat tinggal, milih merencanakan keuangan keluarga segala.

Ngga menutup kemungkinan masalah sekolah anak aja bisa berantem. Si istri maunya anaknya sekolah internasionallah, si suami pengen pokoknya sekolah Islam.

Si istri maunya untuk planning keuangan pake cara investasi. Si suami anti dengan segala bau-bau investasi dan segala hal yang berhubungan dengan bank.


Waaah banyaklah hal yang bener-bener harus disesuaikan saat memutuskan menikah dengan orang yang berbeda level.

( Baca : Faktor Kebahagiaan Keluarga )

Itu baru antara si suami dan istri. Belum ke soal keluarga.

Mungkin pas mengunjungi rumah ortu. Dia yang biasa tidur di spring bed King Koil, tetiba pulkam ke rumah ortu kita yang kamarnya aja cuma dua, mana tempat tidurnya pake kapuk lagi. Bisa-bisa tiap lebaran, demi menjaga kenyamanan pasangan kita lebih milih nginep di hotel. Bukan karena malu atau apa, tapi ya karena faktor kebiasaan.

Belum soal rikuhnya ortu pas ketemu besan.

Dan yang terpenting dari semua itu, kita punya hak bicara ngga ntar baik di keluarga sendiri ataupun di keluarga besar dia? Bakal diremehin ngga sama om, tante, oma, opanya.

Kalau kita siap sih ya no problema

Hahaha mungkin saya overthinking. Tapi melihat pengalaman orang-orang sekitar yang menikah dengan level yang sungguh jauh berbeda, saya bisa ambil kesimpulan. Bahwa perlu usaha ekstra keras agar bisa bertahan di pernikahan seperti itu. Korban perasaan udahlah pasti, plus harus memiliki kemauan keras untuk mengimbangi pasangan jika ngga mau ketinggalan di belakang atau di bawah.

To sum up postingan ini, dari sudut pandang saya pribadi, menikah dengan siapapun baik selevel atau beda level, idealnya lakukan wawancara terfokus (astaga istilahnya) pra nikah agar tau hal-hal yang bisa kita tolerir atau tidak dan untuk mengukur seperti apa perbedaan level tersebut bisa kita hadapi.

Apakah kita tidak akan minder?

Apakah kita bisa cuek dengan perbedaan tersebut?

Apakah pasangan adalah orang yang akan mau menurunkan levelnya untuk mencapai posisi square?

Atau sebaliknya apakah kita atau pasangan mau sama-sama berusaha mengupgrade diri untuk menyesuaikan level pasangan kita?

Apakah kita dan pasangan mau berubah satu sama lain agar bisa sesuai kehidupannya?

( Baca : Segabruk Pertanyaan Sebelum Menikah )

So untuk pasangan yang jodohnya orang yang berbeda level.

Jika dirimu yang levelnya lebih tinggi.


  • Ingat-ingat bahwa keputusanmu menikahinya bukan soal status ekonomi, pendidikan atau gaya hidupnya. Tapi kamu menikahinya karena sesuatu di dirinya yang membuatmu mencintainya.
  • Maklumi jika dia akan kaget, shock, mungkin ga seide denganmu 
  • Jangan sekali-kali meremehkan pilihannya, meremehkan keluarganya. Bersikaplah seolah kau biasa melakukan apapun yang biasa dilakukannya.
  • Tanya pendapatnya saat akan memutuskan sesuatu. Kasih tau alasannya dan jelaskan jika ia tidak menangkap maksud baikmu. Karena saat kalian berbeda pendapat bisa jadi itu hanya karena ia tidak tahu.
  • Karena lebih gampang menurunkan level dibanding menaikkan, maka dirimu adalah orang yang seharusnya paling bisa menyesuaikan adaptasi di keluarga.
  • Jika, kamu si istri, sesuaikan gaya hidupmu dengan penghasilannya, atau berbuatlah sesuatu agar gaya hidupmu tidak bergeser jauh.
Jika dirimu level yang lebih rendah

  • Tanya apa kebiasaan dia di keluarga, cari tahu, kalau masih bisa diikuti lakukan, kalau ngga bisa - kompromikan.
  • Jangan paksakan dia hidup dengan caramu, tapi kenalkan bagaimana hidup caramu, lihat apa pendapatnya. 
  • Jika kamu si suami, pastikan saja dengan hidup caramu pun akan fun juga.
  • Tetap jadi diri sendiri namun lakukan penyesuaian-penyesuaian seperlunya.
Dan yang pasti, lepaslah bayang-bayang keluarga masing-masing. Muailah hidup sebagai diri kalian yang memiliki tujuan sama dalam pernikahan.

Duile gw sok iye banget ngomongnya. Ya gw ngomong gini mah enak yah, karena pada kenyataannya saya sama suami sekufu banget, jadi memasuki dunia pernikahan masalah perbedaaan model di atas ngga ngalami. Ini semata berdasar cerita orang-orang yang punya pengalaman Cinderella nikah dengan si pangeran atau si rakyat jelata nikah sama si putri kesayangan.


Karena banyak pernikahan kandas bukan soal cocok atau tidak cocok, cinta atau tidak cinta, tapi lebih ke hilangnya perasaan pride pada salah satu sehingga memutuskan untuk pergi mencari seseorang dimana ia bisa menjadi diri sendiri.






Review Ayat-Ayat Cinta 2

Wednesday, December 27, 2017




Siapa yang udah nonton ayat-ayat cinta 2?

Gimana-gimana? Gemez ngga nonton filmnya. Wahahahaha.

Saya gemez banget, terutama sama Fahri dan cencu saja sama penulisnya. Antara pengen nyipok sama pengen nyantet  ngga sih pas nonton?. Yang pengen nyipok tentu saja ciwi-ciwi jomblo yang lagi merindukan sosok imam nan soleh, kaya raya, tampan, pintar, dermawan, pintar berdebat hanya saja kurang peka.

Kenapa kurang peka? Nanti saya kasih tau di bawah.

Yang pengen nyantet tentu saja para cowo-cowo jomblo yang satu istri aja belum dapet, eh lihat si Fahri kayak laler dirubungin cewek-cewek cantik yang ngebet pengen dikimpoi-in. Nikahin aku Fahri.... nikahin aku.

Buset dah, untung Fahri cuma satu di dunia ini, dan cuma ada di AAC, kalo ngga kebayang kan, Laudya Cintya Bella, Shafira, Raline Shah, Caterine, Melanie, Zaskia Mecca bakal ngerubung Fahri semua. Bisa-bisa pasar oleh-oleh kekinian Nusantara dikuasai Fahri dan istri-istrinya ini, xixixi



Satu pertanyaan pembuka

Kenapa para sineas ngga bisa cari orang lain selain Ferdi Nuril? Makanya saya ketuker-tuker antara Pras-nya Arini dengan Fahri-nya Aisha, huuuft #masalahhidup

Fahri atau Pras. Kubingung


Oke, marilah kita review film AAC 2 ini . Yang ngga suka spoiler silahkan tutup tulisan ini, karena saya ngga jamin isinya bakal aman dari spoiler.

Film AAC2 ini sebenernya ngga terlalu saya tunggu-tunggu, karena menurut saya di AAC 1 semuanya sudah selesai, cerita ngga menggantung, dan ngga ada yang harus diselesaikan lagi. Fahri-Aisha sudah bahagia, Maria udah maniknat. Jadi pas tau ada sambungan AAC 2 saya malah bertanya-tanya. Cerita yang mau diangkat apa lagi nih?

Beda dengan Surga Yang Tak Dirindukan yang memang cerita bag 1 nya menyisakan plot terbuka. Tapi ya sudahlah ya, namanyanya juga fiksi, suka-suka penulisnya lah. Emang Raam Punjabi aja yang bisa nyari-nyari masalah? Habiburrahman juga bisa cuy.

Oke, mari kita lihat, apa masalah yang dicari-carinya.

Saya ngga baca novelnya yang kedua jadi pure cerita dari isi filmnya aja.

Ternyata orang yang nyari-nyari masalah di AAC 2 adalah .......................

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


Aisha.

Ngingetin dulu yang mana Aishaa

Duh, gemez, saya sebenernya udah curiga dari AAC satu versi film kalo Aisha ini orangnya reaktif (kayak saya). Ya gimana coba, pas di AAC 1 kalo kalian masih inget, lihat Fahri ngutek-ngutek komputernya yang rusak, eh doi reaktif banget, besoknya langsung beli Macbook gantiin komputer jadul Fahri, sampe bikin si Fahri kesel.

Lihat sms dari Sohibnya Fahri tentang Maria, langsung ngambek " Ada apa lagi dengan Maria?"

Denger ada orang ngetok rumah malem-malem langsung sewot " Siapa lagi yang minta kamu nikahin "

Pas Maria dibawa ke rumah , trus sok-sok nanya " Kamu mau tidur di mana Fahri", eh pas Fahri milih bobo sama Maria dianya ngambek besoknya angkat koper ninggalin rumah dengan alasan butuh sendiri.

Hufft, zzz zzzz

Sayup-sayup terdengar Fahri menggerutu di dalam hati " Yang nyuruh nikah lagi siapaaaa yang ngambek siapa, duh wanita "

Ni Aisha, ukhti salehah keturunan Jerman kok sifatnya mirips dengan #perempuanIndonesia yang sempet viral beberapa waktu lalu sih atau bukan sih?



*Mulai... mulai cari gadoh * #sungkem dulu

Tapi beneran lho, Aisha versi film tuh beda banget dengan Aisha versi Novel. Kalo di Novel, Aisha beneran kayak perempuan yang ngga akan mungkin ada di dunia (kaya, cantik kayak bidadari, bermata jeli, pintar, solehah, tidak tersentuh, sabar, rela berbagi ,persis gambaran bidadari surga ).

Aisha versi film itu baperan, mudah marah, agak ngga menghargai suami.

Di AAC 2 lebih absurd lagi.  Bukan hanya si Aishaa, tapi jalan ceritanya bikin pengen nggeremet-nggeremet kursi. Sankin gemeznya pulang nonton saya memborbardir grup WA dengan ngedumel sepanjang jalan kenangan.

FYI, Pas Dewi Sandra main biola, itu tangannya adalah tangan sohib saya Nahla. Proud











Maaf kakaaaa, penontonnya emosi duluan lihat jalan ceritanya, wakakakak.

Okelah, mari kita perjelas.

Jadi di film diceritakan ternyata Aisha dua kali keguguran, dan akhirnya divonis tidak bisa punya anak oleh dokter. Untuk menghibur diri maka Aisha berlibur mengunjungi sahabatnya di Yordania. Saat lagi main ke Yordania, dia memutuskan untuk menjadi relawan di Palestina.

Gila ngga sih, masa mau jadi relawan di Palestina langsung pergi-pergi aja. Ngga pulang dulu kek pamit ke suami.

See, reaktif banget kan kayak saya bilang.

Oke, kita abaikan, karena memang pada kenyataannya wanita yang divonis ga bisa punya anak itu pasti lagi dalam kondisi galau-segalaunya. Tapi ya ngga dibiarin ke Palestina juga ah.

Ini ngga diceritain sih Aisha sempet pulang atau ngga ke Edinburgh, tempat Fahri dan Aisha bermukim  saat ini, di film langsung diceritain bahwa Fahri kehilangan kontak dengan Aisha makanya Fahri ga tau Aisha masih hidup atau udah tiada.

Yang bikin kzl, saat kehilangan kontak sama Aisha, diceritain Fahri sempet nyusul ke Palestina, tapi kemudian ngga bisa lanjut karena terhalang serangan di jalur Gaza. Makanya Fahri ngga berhasil masuk ke Palestina, dan menghentikan pencariannya.




Tanya Melly Guslow kakaaaa *sayup-sayup terdengar suara follower teh Melly




z

Mungkin Fahri lupa gimana perjuangan Aisha dulu pas dia dipenjara? Sampe hamil-hamil pergi ke Urgandah untuk nemui Maria?

Hah, lupa ya Fahri? Kamu lupa?

#Penontonmulaiemosi

Long story short, hidup Fahri berjalan biasa saja seperti yang ngga punya istri ( masih emosi penontonnya). Ngajar di universitas Edinburgh sebagai dosen dan udah jadi pengusaha sukses.Tinggal di rumah mewah, punya usaha minimarket dan butik, dan kesemuanya itu diceritain adalah milik Aisha.

*Bagus ya Fahri, enak banget emang punya istri kaya #sirik*

Keanehan pertama terpampang bahkan di awal cerita. Jadi di adegan awal itu ceritanya Fahri si dosen sholat di depan seluruh mahasiwanya. Iya sholat di depan kelas gitu, jadi diliatin. Wajarlah ada mahasiwa yang nyinyir.

Sampe sini saya masih kalem, " Ah okelah, mungkin mau nunjukin bahwa sankin taatnya sampe sholat harus tepat waktu jadi di kelas pun hana masyalah"

Yang bikin geli, jadi dosen di Edinburgh tapi bahasa pengantar bahasa Indonesia.

Engggg



Soal bahasa Indonesia ini sepanjang film saya yang mengernyit-ngernyit, xixixix.

Lha gimana yah, settingan di Skotlandia, tapi semua orang bisa bahasa Indonesia. Emang sih mungkin maksudnya biar gampang gitu, tapi jadi ngeganggu banget, karena harusnya adegan percakapannya bisa banget diinggriskan.

Oke, baiklah kita maklumi bersama, ini hanya karena si penulis naskah ingin memanjakan penonton saja, wakakakaka.

Lanjut.

Fahri yang muda, ganteng, dosen pintar yang mana sangat bijaksana (ada adegan yang membuat dia bijaksana, nonton sendiri deh, apa itu ), membuat ciwi-ciwi cantik dedek mahasiswa berbinar-binar. Langsung klepek-klepek penasaran pengen tau Fahri udah nikah atau belum.

Yang kemudian langsung dijawab sendiri oleh mereka, karena ada cincin di jari manis Fahri. Ntap.



Kemudian muncullah satu sosok wanita bernama Hulya. Di sini adegan udah mulai tercium aroma sinetron Indonesia, Hulya adalah sepupunya Aisha yang kemudian naksir Fahri dan ngebet juga pengen dinikahin.



* Sepupu macam apah kamooo, menggunting dalam lipatan* cih

Ini kenapa saya emosi terus ya nontonnya. Abis nyebelin sih, porsi pencarian Aisha itu dikit banget diceritain, padahal menurut saya ini bagian penting, karena bisa banget di sini diceritain Fahri yang berjuang mati-matian nyari Aisha di Palestina, babak belur kek, ketimpuk batu kek, jatuh bangun dikejar tank Israel.

Tapi yah begitulah, penonton harus puas dengan cerita versi Fahri doang *dasarlelaki.

Ceritanya Hulya ini sering datang ke rumah Fahri dan semakin dekat karena Hulya membantu Fahri dalam rangka menghadapi debat terbuka di Universitas Edinburgh.

Lho kok ada debat segala? Nah untuk menjelaskan ini mundur dulu deh, hahaha. Saya nyeritainnya lompat-lompat karena di film ini menurut saya terlalu banyak hal yang mau disampein, sampe semua kayak kejar-kejaran ceritanya.

Oke ulang, urut lagi hahaha.

Jadi si Fahri ini tinggal di lingkungan yang multietnis dan multi agama. Tetangganya ada Nenek-nenek beragama Yahudi  ( oma Katerina ) ,punya anak tiri jahat bekas tentara Israel. Ada Gadis Malaysia beragama Kristen bernama Brenda, dan ada sekeluarga yang ayahnya meninggal karena serangan teroris Alqaeda (Chelsea Island ).

Seperti Fahri yang kita tahu di AAC 1 yang suka menolong, maka Fahri di AAC2 pun tetap tidak berubah. Baik budinya ngga ketulungan. Semua orang ditolongnya tanpa mengenal suku, ras, agama, pilox, bola, selimut, pokoke semua ditolong. Pokoke kalo ada sosok Goblin bersatu dengan malaikat, maka Fahrilah sosok itu

Goblin

eh salah





Sosok Goblin 1


Keira (Chelsea Island ) yang dari awal udah benci sama Fahri setengah mati, ditawarin nebeng pulang dengan mobil Fahri yang super mewah. Keira ngga mau, nolak, sambil ketus (pake bahasa Indonesia).

Ini adegannya di tengah jalan yang ngga sepi-sepi amat sebenernya tapi digambarin jadi serem karena ada preman yang lewat-lewat. Melihat ada preman, maka si Keira brb merubah keputusannya, akhirnya ikutan nebeng bersama Fahri dan Hulusi ( Hulusi ini asisten merangkap supirnya Fahri atau bahasa kerennya ART sih sebenernya).

Nyampe lingkungan rumah, si Keira dengan tidak tau terima kasih langsung turun dari mobil dan lari masuk rumah, membuat adeknya (lupa namanya Jason atau siapa) marah " Ngapain lu nebeng sama dia"

Oh wow kurang sopan santun nih anak.


Sosok Goblin 2

Tetangganya yang yang Malaysia Brenda  pulang malam karena abis mabok. Fahri ngintip dari jendela dan langsung turun nolong. Pas dia lagi ngerebahin Brenda di kursi taman, eh nenek Katerina ngeliat dari rumah sebelah. Dan samalah ya kayak adegan sinetron Indonesia, nenek Katerina jadi salah sangka (suudzon aja ye nek jadi orang ).

Besoknya pas oma Katerina papasan sama Fahri di halaman, si nenek buang muka. Saat si oma mau marah sekonyong-konyong datanglah Brenda membawa selimut dan bantal , ngembaliin ke Fahri dan ngucain makasi.

Oma Katerin langsung nyesel dan minta maaf karena udah salah sangka.

* Moral : Ngga perlu menjelaskan, biar waktu yang bicara, tsaaaah * daleeeem.


Sosok Goblin 3

Si Jason (adeknya Chelsea Island ) ketauan nyolong di mini market Fahri. Alih-alih membawa ke polisi, Fahri malah ngajak dia minum milkshake (aduh gw lupa, minum apa yah mereka). Saat itulah Fahri baru tau kenapa keluarga Keira sangat membencinya. Ternyata ayah mereka tewas saat bom bunuh diri Al Qaeda , makanya dia nganggap semua muslim jahat. *hwoooo rasis amat sih mba.

Sosok Goblin 4

Gegara ayahnya mati maka Keira ngga bisa ngelanjutin sekolah biolanya. Akhirnya doi jual diri via internet. And yaaaah siapa lagi yang nolong sodara-sodaraaaa..............?

FAHRIL LAh.

Doi, bayar orang buat menangin lelang perawan si Keira, tapi cuma ecek-ecek cuy, ngga mungkinlah Fahri seperti itu, dia kan malaikat . 

Trus si Fahri bayarin kursus biola Keira diem-diem bersama pemain biola tersohorlah di sana (plis jangan suruh gw sebut namanya, ngga inget samsek).

Singkat cerita, Keira jadi pemain biola terkenal, dan masuk tivi.

Nah, saat wawancara ada adegan meh banget.

Jadi si Keira ditanya " Kalau malaikat penolongmu melihat acara ini, apa yang akan kau sampaikan padanya"

Dan sekonyong-konyong , muncullah kalimat ala dongeng putri yang menjatuhkan benang dari atas menara (plis googling kisah dongeng ini )

" Hai malaikatku, kalau kamu perempuan akan kujadikan sodara, kalau kau laki-laki, aku akan menikahimu berapapun usiamu "

Wadepak.



Sosok Goblin 5

Ini ter meh dari yang meh meh

Jadi si oma Katerina diusir dari rumah oleh anak tirinya, karena rumahnya udah dijual oleh si anak tiri. *Makanya nek, nyimpen sertifikat rumah tuh di Safe Deposit Box BRI biar aman.

Dan tau dong yah apa yang dilakukan Fahri?

Oh yes, dia langsung beli rumah si oma dan si oma bisa tinggal di situ lagi.

HORANG KAYAAAAAAH.


Sosok Goblin 6

Ada seorang tuna wisma namanya Sabina.Sabina ini sempet dibentak-bentak di depan mesjid oleh beberapa orang pria. Alasannya karena dia jualan di depan mesjid *xixixixix, maaf saya ngikik di sini. Alasan yang lucu banget.

Fahri datang membelanya.

Beberapa waktu kemudian, entah bagaimana caranya, saat Fahri lagi duduk-duduk di taman, si gelandangan Sabina ini lagi dikejar-kejar aparat , Fahri pun menyelematkannya dan mengajak Sabina ke rumah dan ditawarkan jadi ART di rumahnya.

Siapa Sabina?

Sabar, ntar kalian bakal pengen nampol Fahri kalo tau, wahahahaha.

See, lihat kan bagaimana goblin bersatu dengan malaikat itu jadinya meh banget.


Apakah cerita sampai di situ saja?

Cencu tidak.

Di suatu siang, Fahri lagi duduk-duduk di kede kopi bersama Hulusi dan Brenda. Tiba-tiba datang anaknya nenek Katerina nyari perkara. Doi kzl karena Fahri udah membantu ibunya membeli rumah yang mau disikatnya. Sekonyong-konyong muncul percakapan yang oh so wow banget

" Hei Indonesia, kamu dosen di Edinburgh ya? saya punya banyak teman di sana. Kalau kamu berani, kau saya tantang debat, biar membuktikan bahwa kamu bukan idiot kayak muslim lain " (lupa kalimat aslinya intinya mah gitu)

Dan debat terbuka pun terjadi.

Ya ampuuuuuun, dari semua adegan, ini adegan paling la terkatakenlah kalo saya bilang.

Gimana absurdnya ada orang ngga jelas nantang debat ilmiah, dan para dosen mau aja gitu?.

Nah di sinilah peran Hulya si sepupu Aisha yang tukang nelikung berperan.

Demi mempersiapkan debat terbuka soal Perselisihan Timur Tengah Palestina-Israel, mereka pun bergadang dengan setumpuk buku sebagi literatur.

Yang akan kalian bayangkan adalah debat seru ala film Philadelphia yang membeberkan fakta-fakta dan agumen-argumen di persidangan.



Yang kalian dapat adalah ....................

" Quote cinta"

*Ingin ku datangkan Reza Rahardian Habibie ke sana"



Jadi isi debatnya itu sampis banget. Ngga ada sedikitpun bahas soal Palestina-Israel, tapi si Fahri cuma bilang gini

" Yang harus kita cintai adalah Cinta itu sendiri, dan yang harus kita benci adalah kebencian itu sendiri"

Baeklah Fahri #stress.

Cukup?

Beluuuum

Kita balik ke Sabina.

Jadi si Sabina ini, pas mau diuruskan ijin tinggalnya ealah malah membakar jari-jari tangannya sendiri agar ngga bisa didetect sidik jarinya. melihat hal ini, Brenda si tetangga yang tadinya mau membantu ngurus kewarganegaraan Sabina jadi curiga. Ada yang aneh dengan Sabina.

Apakah itu?

Atau lebih tepatnya siapakah Sabina?

YUP gw yakin semua penonton dan seluruh muka bumi tau bahwa SABINA adalah AISHA kecuali Fahri tentunya.

Karena dibalik sifat malaikatnya, Fahri ternyata punya kekurangan sodara-sodara.

yaitu RABUN DEKAT.

Ntap, ganteng-ganteng kok rabun.

Ini aneh banget, kenapa?

Karena ya elah, si Aisha mah pas jadi istrinya kan bercadar yah, jadi harusnya ya ketemu Fahri lagi langsung tau dong itu istrinya.

Okelah di situ ceritanya si Aisha wajahnya ancur karena doi pas perang di palestina ketangkep tentara Israel dan mau diperkosa. Karena itu dia ngerusak wajahnya sendiri dan merusak kemaluannya, biar ga diperkosa.

Tapi ya kale, gesture, suara, gerak-gerik, ngga tau kalo itu istrinye. Ye kan???

Mba nya emosi banget


Gw positif thinking ini pasti karena dulu kan pemerannya Rianty sekarang diganti Dewi Sandra, jadi agak gemuk Aishanya. Kita maklumi yah...

Aisha Dulu

Aisha sekarang

Fine

Singkat cerita. Karena Fahri terlalu lama menjomblo, maka ayah Hulya melamar Fahri untuk Hulya anaknya. Awalnya Fahri nolak, tapi akhirnya doi nerima juga. #yaiyalaaaah.

Nah adegan di sini sedih banget sih, saya sampe nangis banget. Saat Fahri nikah disaksikan Sabina aka Aisha.

Jujur aja saya jadi curiga Aisha ini punya penyakit suka menyakiti diri sendiri. Karena di AAC 1 juga dia kan minta Fahri nikahin Maria kan yah, nah di sini juga dia biarin aja Fahri nikah dengan Hulya, padahal doi serumah . Oh my.

Dan gw juga jadi suujon jangan-jangan emang Fahri udah dikutuk untuk selalu nikah lagi, nikah lagi. Cobaan hidup ya ri #plak.

Tapi okelah, ini adegannya sedih bangeeeet, Sabina lari dari pesta nikahan, trus langsung balik ke rumah dan main biola. Huhuhuhu, sedih.

Selanjutnya, yah Hulya hamil, dan adegan si Keira di tivi itu muncul.

Baca lagi ke atas cuy, aing capek ngulang ceritanya.

Jadi akhirnya Keira tau siapa malaikat penolongnya, dia dapet alamatnya dari si guru les. Pas diketuk pintu rumahnya, ealah yang muncul Fahri dan Hulya yang lagi hamil gede.

Trus di Keira nyesel udah jahat sama Fahri selama ini dan dia mohon agar Hulya merestui dia menikahi Fahri.

Wadepak again

Mungkin dipikir si Keira dinikahin Fahri itu bentuk pengabdian . *Enak aja kata Hulya, tau aje lu Fahri kaya, xxiixixi.

Adegan selanjutnya, makin ngga masuk akal. Udahlah.

Di suatu hari Hulya-Fahri dan Sabina jalan-jalan ke luar kota. Di pom bensin si Hulya mau pipis-ditemanin Sabina. Pas keluar dari kamar mandi, meraka berpapasan dengan Badrur ( tonton lagi AAC 1), dan sekonyong-konyong Aisha teriak

" Badrur, Hulya cepat lari,kasih tau Fahri ada Badrur disini. "

Astagaaaa, Cari penyakit ya bu #jewer. Padahal kalo dia ga teriak ya mana taulah si Badrur kalo itu Aishaa (kan pake cadar dan tambah ndut)

Penonton masih kzl

Akhirnya terjadi gelut, saat itulah cadar Aisha terbuka dan Hulya tahu bahwa Sabina adalah Aisha. kemudian jleb, Hulya ketusuk pisau Badrur.

TAMAT.



Ngga ding, hahahahaha

Yah endingnya, tonton sendiri lah.

Untuk ending, saya bilang si penulis niru Pearl Habour. Tau kan ending Pearl Habour?, dimana si cewek yang awalnya pacaran sama Rafe, trus Rafe ilang, dikira mati, lalu doi, pacaran sama Danni, sagabat Rafe , gitu-gitu trus tek dung. Saat doi tau dia hamil, eh si Rafe datang. Pusing tujuh keliling, thanka to God, Danni koit di medan juang, Rafe selamat, anaknya lahir dikasih nama Danni, happy ending.

Si cewek menang banyak, dapet dua-duanya. Anak dari Danni, suami cinta pertama, hasek.

Nah gitu jugalah AAC 2 ini.

Endingnya, Hulya dipatenin kayak Maria, anaknya lahir, Aisha operasi Face Off atas permintaan Hulya. Wajah Hulya ditaroh ke wajah Aisha. Adegannya wajahnya Hulya dikerok, utuh trus ditemplok ke wajah Aishaa. Dun no ini beneran kayak gitu ato ngarang.

Jadi Fahri menang banyak deeeeh.

Dapet Hulya rasa Aisha. Atau Aisha serasa Hulya, serah deh.Win.

Akhirnya, gw keluar bioskop dengan perasaan gamang.

Ini film apaaaaaaaa?

Tapi ya sudahlah. Gw terima ini sebagai cobaan hidup yang harus gw hadapi.

Anyway, walau ceritanya agak memusingkan kalau ngga mau dibilang bikin gw merasa hampa, tapi ada hal-hal yang gw apresiasi.


  1. Pengambilan gambarnya bagus-bagus. Pemandangan kota Skotlandia keren banget, bangunan bagus, alam bagus. Baguslah pokoke, saya suka.
  2. Acting pemainnya mayan bagus, yang harusnya sedih ya gw sedih, yang bikin nyesek ya nyesek. Beneran gw nangis .
  3. Pemainnya cantik-cantik, menghibur banget.
  4. Apresiatif sama si penulis yang masih takut digolok emak-emak. Pokoke istri pertama akan selalu di hati, pelakor dihilangkan saja.
Moral dari film ini :

Ehhhm, ya sudahlah, kita doakan saja semoga ngga ada AAC 3. Dakuh ngga sanggup bayangin adegan Aisha dimadu lagi. Masih ada sisa 1 kali lagi soale biar genep istri Fahri jadi 4. Oh Noooooooooooooooo.






2017 Dalam Cerita

Monday, December 25, 2017

Tahun 2017 ini bagi saya adalah tahun yang up and down banget. Payah cakaplah kata orang Medan. Ada saat-saat saya merasa begitu bersemangat tapi ada juga saat-saat saya berada di titik terendah, nano-nano banget.




Baca Punya Gesi :


Hmmm mau cerita dari mana dulu yah. Dari yang gampang aja dulu, :)

Dari dunia blogging, bisa saya katakan ini bukan tahun terbaik dalam perjalanan ngeblog saya. Sampai saat ini hanya ada 105 postingan sepanjang tahun. Jumlah yang menurun drastis dibanding tahun lalu.  Ngga ada satu lomba blog pun yang saya ikutin, banyak job yang saya tolak karena bener-bener mending istirahat deh daripada ngerjain pesanan tulisan.

Namun saya ngga nyesel atau gimana sih karena memang tahun ini fokus saya bukan ngeblog. Saya merasa malah sudah melakukan yang namanya keseimbangan hidup. Kapan butuh ngeblog ya saya ngeblog namun kegiatan utama tetep kerjaan. Makanya walau jumlah postinganmenurun dibanding tahun lalu tapi bagi saya tetep jumlah yang lumayan kalau melihat betapa hecticnya kantor di tahun ini hahahah.


Pokoknya di tahun ini, kalau ada pilihan ngeblog atau bobo maka saya akan pilih bobo. Kalau dulu di jalan menuju rumah nasabah saya manfaatkan dengan ngeblog, kali ini ngga, saya beneran milih bobo, karena saya kurang tidur banget. Tahun ini benar- benar tahun yang melelahkan untuk saya. Mungkin bagi semua perusahaan seperti itu, tahun ini tuh kayak masa-masa sulitlah makanya kerja harus extra lebih keras. Bayangkan bahkan di akhir tahun begini jumlah cuti saya dari jatah 15 hari masih nyisa 12 hari. Bukti nyata kalo saya ngga pernah liburan, syedih.

Cuti  terpakai itu cuma saya gunakan untuk liburan bareng Gesi dan Icha ke Singapura, yup 3 hari doang. 

( Baca : Tiga Hari Di Singapura )

Hmmm ngga heran emosi saya di tahun ini kayak roller coaster banget. 

Iya kayak roller coaster. 

Ada saatnya di satu hari saya semangat banget menghadapi hidup, memotivasi orang untuk " Ayo lakukan yang terbaik, sisanya biar Allah yang nilai, lalalala" namun tiba-tiba di suatu pagi saya bangun dan memutuskan untuk mengajukan resign di hari itu juga, LOL


Karena emang di kerjaan lagi kampret banget tahun ini.

Di bulan-bulan pertama kemarin saya sempet yang muak banget sama kerjaan. Rasanya semua yang saya lakukan salah. Saya bikin kebijakan ini ada yang tidak puas, saya bikin kebijakan itu ada yang merasa dirugikan. Untuk hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang atau nasib orang, saya memang bisa kepikiran banget. Bisa ngga tidur dan melek sepanjang malam tiap ada anggota tim yang curhat dan merasa belum bisa berbuat adil.

Saya sebenernya harus berbahagia karena di akhir tahun lalu dapat promosi jabatan. Promosi jabatan artinya tanggung jawab baru , fasilitas baru, gaji baru dan oh yeah risiko baru tentunya.

Sebenernya soal kerjaan saya no problema banget. Ngejar target, dan edebre-edebre kerjaan mah biasa yak, udah sepaketlah namanya juga kerja. Tapi hal-hal di luar kegiatan formal kantor itu yang membuat saya merasa hidup kok ngehe banget yah,  yang membuat saya harus exhale inhale setiap hari. Keliatan aja di luar saya ketawa ketiwi, padahal tiap sore ngerecokin sohib saya buat menumpahkan isi hati. Tiap saat memborbardir grup WA dengan cerita-cerita yang mengganjal di hati.

Saya sempet marah sama perusahaan dan ngerasa apa yang saya lakukan ini sampah banget.

Entahlah , di awal-awal kemarin saya lumayan terkejut badan kalo kata orang, Saya sempet yang pergi anak masih tidur, pulang anak sudah tidur kembali. Sampe pernah saya masih di luar rumah, jam 10 malam karena ada meeting dengan orang kantor pusat. Sambil ngobrol pikiran saya entah kemana-kemana, saya merasa salah tempat, salah kondisi, salah semua.

Ulang tahun Tara ngga bisa saya hadiri di sekolah, karena saya ngga bisa ninggalin meeting dadakan di luar rencana. Saat itu saya merasa ibu paling bangsat di dunia. Walau yah saya besar-besarin hati sendiri. " Tenang Windi, anakmu ga apa, anakmu mah kuat, anakmu pasti mengerti", tapi ya tetep saya merasa sedih.

( Baca : Antara Pekerjaan dan Keluarga )

Pulang-pulang saya nangis parah ke suami. Saya marah tapi ngga tau marah sama siapa. 



Gila lah saya sempet ga selera makan dan timbangan turun drastis dalam beberapa bulan gegara mikirin banyak hal. Saya bener-bener takut kalau apa yang saya lakukan atau putuskan membuat orang dirugikan. Sampe lupa bahwa saya ini pasti tidak akan bisa memuaskan semua orang.

Sampe akhirnya sohib saya bilang " Win, kamu tuh sebenernya ngga ada masalah, asal kamu lebih santai. Jangan terlalu mikirin apa kata orang, jangan baper kalau dimarahin atasan. kalo kamu lagi kesel ya udah tinggal cerita ke aku, aku siap kok jadi tempat nyampah"

Hahahaha, kalau dipikir sekarang kok lucu yah. Kayak yang saya lebay banget gitu.

Suami juga sempet nasehatin gitu " Udah relax dek. Kalo emang mau resign ya ga apa, mas dukung kok, tapi pikirin dulu. Adek ini sebenernya beneren pengen resign karena pengen berhenti kerja atau cuma karena terlalu mikirin semua-muanya. Santai dikit, kalo perlu ambil cuti sana liburan dulu tapi mas ngga bisa nemenin".

Namun syukurnya itu ngga berlangsung lama. Akhirnya saya bisa lebih santai di kerjaan, saya bisa menemukan ritme kerja yang bikin saya relaks dan hepi. Dan saya malah beneran enjoy. Walau tetep ada saat-saat bete tapi masih kalah oleh keenjoy-an saya. sampe bikin temen kantor saya komen 

" Win lu bikin jijay deh belakangan, kayak yang bener aja kerja, sampe ngga keliatan di kantor kemana aja lu"

Wahahahahaha. Salah lagiiiiiii.

Tahun ini juga, saya merasa emosi dan kewarasan saya diuji oleh orang-orang di luar circle yang sebenernya ngga harus saya pikirkan tapi kok malah ngaruh banget ke diri saya.

Sepertinya saya punya masalah kepercayaan diri akut nih tahun ini hahahahaha. Saya yang biasa percaya diri banget , rasanya di tahun ini mudah banget merasa inferior dan mudah merasa sakit hati. Yang biasanya dikatain gendut kek, kayak hamil kek, makin itemlah, atau apapun yang menyangkut fisik, saya bisa cuek, kali ini ngga. Malah sempet jadi satu postingan sendiri.

Sebenernya bukan karena terkait rasa percaya diri tapi kayak sudah saatnya saya bilang " Cukuplah. Cukup bagi kalian yang suka ngomentarin fisik orang, saya mau bilang itu ngga pantas". Itu doang sih tapi ya tetep aja nyampenya mungkin keliatan kayak ga pede, But i don't care, yang penting saya udah nyampein apa yang seharusnya saya sampein dari dulu.


Bahkan saya sempet puasa bersosmed ria selama beberapa minggu gegara ga kuat lihat prestasi orang-orang seliweran di timeline. Oh so annoying.



Iya saya sendiri sebel sama diri saya. Kok lemah banget, tapi makin sebel saat ada yang bilang saya kurang bersyukur. Hahahaha. Karena kadang inferioty itu ngga ada hubungan samsek sih sama rasa syukur. Karena merasa inferior itu bukan karena ngga bersyukur. Saya ngga mau bahas lagi karena udah pernah nulis panjang lebar soal ini.

( Baca : Inferiority )

Sempet ada orang-orang yang berbicara buruk tentang saya, ngeremehin kemampuan saya, bahkan bener-bener di depan muka saya literally secara langsung menganggap saya cuma pinter teori doang. Dan itu sempet membuat saya down.

Makanyalah gitu ada ide liburan bareng sama Gesi dan Icha saya langsung oke " i'm join " ga pake mikir, dan mas Teguh ngga pake nanya langsung ngijinin. Karena kayaknya saya memang butuh piknik.

Huuuft, itu deh cerita menye-menye dan fase down di tahun 2017 yang bikin saya tambah dewasa, halah. Bikin saya makin ngerti dan kenal diri sendiri. bahwa saya ngga sekuat dan ngga se-pede yang saya kira. Jadi bikin saya merenung lagi mungkin sebagai pengingat diri sendiri.

Namun di 2017 ini banyak juga hal-hal yang patut banget saya sebut sebagai fase Up-nya saya, hahaha.

Saya jadi salah satu pemenang Best Innovator BRI. Hepi banget, bukan karena dapat hadiahnya saja, tapi juga hepi karena award ini bener-bener jadi balancing atas perasaan inferior yang sempet melanda beberapa bulan sebelumnya. Kayak yang dapat suntikan semangat baru.




Kemudian di tengah ke-ngehe-an kerjaan yang bikin saya kadang jadi heartless ke orang-orang, ternyata grade saya naik. Sebenernya ini hal yang lumrah dan biasa sih di kantor, tapi ya tetep bahagia, iyalah siapa sih pekerja yang ngga seneng kalo gaji naik hahahaha.

Trus, sehari sebelum ulangtahun BRI malah saya memang undian, dapat emas, xixixi. I don't know gimana cara rezeki bekerja. 

Di keluarga juga alhamdulillah dua krucil kesayangan makin pinter, makin menjadi penyejuk kalbu dalam arti sebenernya. Bener-bener yang membuat segala masalah di luar rumah itu cuma remah-remah kalo udah melihat ketawa renyah mereka.

Oiya, satu lagi baru inget, ternyata di dunia blogging tahun ini ngga jelek-jelek amat sih. Saya kemarin dapat kontrak eksklusive dari sebuah brand susu anak. Dikontrak selama setahun full sebagai kontributor, dan seminggu yang lalu semua kewajiban dan tulisan udah kelar saya setorin hahahaha, proud. Tinggal nunggu bayaran, wink wink. Alhamdulillah.

Kesimpulannya, tahun 2017 ini memang banyak hal yang bikin saya sedih, bikin saya down, bikin saya kehilangan semangat,tapi juga ada hal-hal yang yang membuat saya bahagia, membuat saya flying in the air. Dan untuk itu saya nobatkan 2017 ini sebagai tahun penerimaan diri, halah. 

Dan yes, tahun 2018, saya udah ngga sabar mau memulai hal baru. Mungkin 2018 akan ada hal-hal seru yang bakal saya lakukan. Berharap di tahun 2018 saya dan masteg bisa sama-sama bangkit. Karena yup, ngga cuma saya, tahun 2017 ini juga mas Teg mengalami hal yang sama dengan saya. Untung yah, jadi malah bisa saling menyemangati walau juga jadi sering diem-dieman karena sama-sama lagi di fase rendah. But hey, kami survive kok.

Jadi ayoklah kita sambut 2018 dengan semangat dan harapan baru. Mungkin bisa dimulai dari liburan sekeluarga dulu, yeyeyeyeyeyeye.



Kalian gimana nih, cerita 2017nya. Kayak aku yang up and down, atau gimana?






Saat Kau dan Ibumu Tak Saling Mengucap Kata I Love You

Friday, December 22, 2017


Hubungan saya dan ibu itu agak susah dideskripsikan.

Kata bapak , kami terlalu mirip. Sama-sama si pekerja keras, sama-sama di pembelajar dan sama-sama gigih kalau udah punya keinginan. Kalau mau dipanjangin lagi masih banyak kesamaannya.

Sama-sama wanita karir.
Sama-sama suka ikut ajang lomba-lombaan.
Sama-sama suka bicara, sama-sama suka tampil.
Sama-sama to the point kalau bicara

Mungkin sangkin miripnya, malah jadi sering bergesekan. Saya si anak blak-blakan dibesarkan ibu yang berkarakter keras. Bisa dibayangkan gimana jadinya kan?

Ngga sekali dua kali saya dan ibu beradu mulut, mulai dari masalah sepele sampai masalah maha penting. Ibu yang begitu peduli detail, saya yang apa-apa maunya simple. 

Kayak saat saya nikah dulu. Saya pengennya pesta pernikahan yang ngga ribet. Kalau bisa acara adat yang sederhana , ngga usah komplit, kalau bisa yang kasih-kasih nasehat keluarga inti aja biar cepet. Ibu maunya kebalikannya. Makanya acara adat nikahan saya lama sekali rasanya, yang nasehatin juga banyak, padahal saya ngga ngerti apa yang diucapkan.

Ibu yang begitu peduli omongan orang, saya yang berprinsip “ Memuaskan orang ngga akan ada habisnya”.

Masih saat nikah, saat acara tepung tawar biasanya memang para pengantin akan menangis. Menangis haru karena akan meninggalkan keluarga. Saya saat itu entah terlalu gembira atau gimana, malah senyum-senyum. Bukan karena saya ngga sedih, tapi karena toh saya ngga kemana-mana, masih di Medan juga, jadi saat itu belum kepikiran bahwa saya akan jauh meninggalkan rumah, ditambah kenyataan ya emang sejak SMA saya toh udah ngga di rumah.

Wah ibu marah sama saya. Blio bilang ngga enak dilihat orang, karena kesannya saya kok ngga ada haru birunya. Duh.

Sering banget saya berfikir “ Aku ngga akan seperti ibu kelak” kalo lagi di puncak kesebalan pada blio. 

Ngga akan kayak ibu yang kadang ngga mau ngerti maunya saya. Ngga mau kayak ibu yang kadang ribet banget untuk masalah sepele.

Iya, kadang kekesalan itu membuat kalimat di atas berulang-ulang saya ucapkan dalam hati.

Mungkin hubungan saya dan ibu memang sedikit unik. Kami terlalu mirip sekaligus terlalu berbeda. 

Entahlah.

Karena seberapa seringnya pun kami saling teriak, saling banting telpon, nyatanya ibu tetap menjadi perempuan idola saya. Saya mengagumi semangat beliau yang seperti tidak ada matinya. Masih mau belaja di usia senja, begitu peduli sama orang lain, mudah menolong. Ah ngga tau lagi mau bilang apa, karena di luar ketidakcocokan beberapa sifat kami, ibu adalah orang yang akan saya ceritakan ke anak-anak saya tentang kebaikan-kebaikan dalam hidup.

Semua hal-hal baik di diri saya diturunkan dari dirinya.

Seberapa seringnya saya menahan kata maaf di mulut, dengan mudahnya keesokan hari ibu akan siap membantu saat saya butuhkan. Tak peduli, malamnya saya habis bersitegang dengannya.

Begitulah saya dan ibu.

Hubungan ibu dan anak mungkin tidak selalu seperti gambaran di status-status yang berseliweran di timeline. Tidak selalu mengharu biru, penuh kasih, dan penuh kelembutan. Ada keluarga-keluarga dengan berbagai latar belakang yang membentuk pola-pola yang mungkin berbeda dari kebanyakan orang.

Jika kalian terlalu susah mengumbar kata sayang, cinta, maaf ke orangtua. Percayalah kalian tidak sendiri. Ada banyak anak yang seperti itu. Ada banyak anak yang bahkan tidak pernah mengucapkan i love you pada ibunya.

Sebanyak ibu yang mungkin tidak pandai berlemah lembut penuh peluk dan cium.

Apakah karena tidak sayang?

Hmm terlalu naif kalau menyimpulkan seperti itu.

Saya percaya, bagaimanapun hubungan seorang ibu dan anak, tentunya jauh lebih istimewa dari sekedar kata cinta.


Happy mother’s day mom. I Love you to the moon and back.

Membanding-bandingkan dan Inferiority Anak Negeri

Wednesday, December 20, 2017



Sebenarnya masalah banding membandingkan memang seperti kecenderungan sebagian besar manusia. Namun karena saya orang Indonesia, saya mau bahasa orang Indonesia aja, khususnya saya.

Kita suka membandingkan apa yang kita lakukan dengan apa yang dilakukan orang lain. Membandingkan anak sendiri dengan anak orang.
Membandingkan siapa yang lebih hebat. 
Membandingkan pilihan hidup kita dengan pilihan hidup orang lain.

Nah lucunya, dalam hal-hal seperti di atas yang saya sebut, kecenderungan kita adalah kita merasa lebih hebat. Makanya mom war ngga kunjung usai. Karena beberapa mom merasa keputusan-keputusan yang diambilnya lebih benar dari yang lain.

Namun, kalau udah soal membandingkan negeri sendiri dengan negeri orang, entah kenapa sebagian orang-orang Indonesia, langsung merasa inferior. Merasa bahwa negerinya tidak lebih baik dari negeri orang. Pokoke Indonesia semua-muanya lebih jeleklah. Sedih ya jadi orang Indonesia

Sungguh tanpa kita sadari kita memang mudah takjub dengan negeri orang.

Ngga usah jauh-jauh, rata-rata (saya bilang rata-rata berarti ngga semua ya) putra putri Indonesia yang berkesempatan kuliah ke luar negeri, ke Eropa, Inggris, Mesir, Belanda, Jerman, pun tak lepas dari syndrome ini. Syndrom membandingkan dan inferior parah. Baru beberapa bulan di luar negeri semua dibandingkan dan langsunglah terlihat betapa menyedihkan negeri sendiri.

Saya juga kemarin norak pas ke Singapura. Sepanjang jalan isinya membandingkan terus.

“ Wah bandara Changi keren ya ada air keran siap minum dimana-mana, di Indonesia ngga ada”

“ Wah disini bersih banget, ngga ada orang yang buang sampah, ngga kayak di Indonesia, orang naik mobil aja kalem ngelempar sampah ke jalan”

“ Wow transportasinya keren banget, kemana-mana gampang tinggal tempel doang pake kartu, ngga kayak di Indonesia harus panas-panasan kalau mau murah. Bisa nyaman sih tapi mahal”.


Dsb dsb

Coba deh tanya ibu-ibu yang suaminya kerja di luar negeri. Minimal pasti pernahlah membandingkan negara yang ia tinggali sekarang dengan Indonesia. Tahun-tahun pertama kemungkinan besar kelihatan negeri baru pasti jauh lebih bersinar dibanding Indonesia. Baru setelah rindu nasi padang, rindu bakso, rindu sate kacang dan rindu indomie, tempe, tahu, pete, jengkol , terasalah begitu nikmatnya tinggal di Indonesia.

Itu masih perkara lingkungan, infrastruktur, belum ke orang-orangnya.

Melihat orang-orang luar negeri juga banyak nih yang langsung mengagung-agungkan.

“ Wah di Eropa asik, orangnya berpikiran terbuka, open minded, selow terhadap segala perbedaan”

“ Wow di Mekah luar biasa , semua orang suka bersedekah, ngga ada orang pelit di sana”

“ Duh pengen tinggal di Singapura deh, mau pakai rok mini, mau pake tank top ngga ada yang ngeliatin, tenang rasanya”

“ Aduh di Islandia itu asik banget, orang-orangnya baik-baik, ngga ada tuh kejadian perampokan, pelecehan seksual, grepe-grepe di angkutan umum, aman banget karena orang-orangnya lebih beradap”

Dan kalimat-kalimat di atas akan ditutup dengan kalimat pamungkas “ Ngga kayak di Indonesia, lalalalalaal”

Begitulah. Mungkin memang mental kita ((KITA??? ELU KALI)) kelasnya masih seperti itu. Masih merasa inferior dengan negara lain. Walau ngga dipungkiri banyak benernya sih. Masalah keamanan, kemudahan transportasi, kebersihan, pendidikan, mungkin kita masih jauh tertinggal. 

Ini ada hubungannya dengan kelamaan dijajah orang Belanda kali ya. Dijajah ratusan tahun sama bule-bule yang badannya lebih gede itu mungkin membuat persepsi kita terhadap diri sendiri begitu kecil.

Makanya jangan heran, lihat bule di jalan , langsung minta foto bareng. Lihat bule naik angkot, kagum, lihat bule naik sepeda, keren, lihat bule makan di emperan salut. Padahal ya emang ada juga bule yang kere. xixixi

Masalah inferior ini mungkin jadi peer kita bersama, bagaimana menumbuhkan rasa cinta dan rasa bangga berIndonesia. Saat ini yang bisa kita lakukan ya menjadikan kelebihan-kelebihan negara lain, orang-orangnya, fasilitasnya sebagai goals, kalo kita juga bisa seperti yang kita anggap bagus itu.Haduh saya udah kayak guru PPKN aja yah hahahaha.






Mengatur Keuangan Dengan Bantuan Financial Planner

Wednesday, December 13, 2017


Dari awal nikah, saya dan Mas Teguh udah yang ngatur keuangan bangetlah. Perkara ngatur duit pas masih cuma berdua doang, kami bisa dibanggakanlah. Makanya beli mobil ngga pernah pake kredit, karena nunggu duitnya ada dulu. Beli rumah pertama juga ngga pake KPR, nunggu duit terkumpul juga, walau akhirnya dijual dan beli KPR rumah yang sekarang, hahaha failed. Masa-masa itu, tiap dapet bonus langsung tabung, dapat IJP tabung, semua ditabung.

Pokoke intinya, saat belum punya anak, kami lumayan sukseslah planning keuangannya. Berhasil membeli barang konsumtif dengan cara tunai tanpa membuka kredit. Kompensasinya ya ngga liburan kemana-mana kecuali mudik doang. Karena mudik doang udah abis 30an juta ya ceu, saya selalu nyesek tiap masa mudik, hahahah.

Gitu punya anak 1 masih slow juga soal keuangan. Paling ditambahin dana pendidikan Tara, rutin nabung per bulan, pake rekening khusus dengan nama Tara. Nah sejak punya anak kedua, saya mulai keteteran. Mulai ada kekhawatiran-kekhawatiran. Trus baca-bacalah artikel keuangan, dapet nama Ligwina Hananto dari Icha. Ya udin langsung baca semua artikel keuangannya doi. Dan kemudian sadar, OMG keuangan saya sepertinya kacau banget.



Jadi, abis baca tweet dan artikelnya si Ligwina, saya jadi nyadar, ternyata selama ini tuh saya nabung tanpa tau tujuannya apa. Nabung-nabung doang, ikut asuransi ikut asuransi doang tanpa tahu tujuan keuangannya apa?

Tujuan keuangan bagaimana?

Jadi ya menurut Ligwina, dalam merencanakan keuangan yang pertama harus ditanyakan itu adalah tujuan lo apa?. Jadi biar nabung atau investasi, atau asuransi, apapunlah lebih jelas, terukur dan punya timeline untuk mencapainya.

Tujuan keuangan itu, kayak kita mau menyiapkan dana sekolah anak, dana haji, beli rumah, liburan, pensiun.

Contohnya nih, saya dulu udah nabung untuk dana pendidikan Tara 500 ribu sebulan. Tapi saya tuh sebenernya ngga tau, goals saya untuk dana pendidikan Tara berapa?

Nah itu cara yang salah. Karena kita harus tau dulu, tujuan kita nabung atau invest itu apa. Jadi misal tujuannya dana pendidikan sekolah. Tingkat apa dulu nih? SD, SMP, SMA, atau kuliah?

Tujuannya biar kita tau berapa lama waktu yang kita punya untuk ngumpulinnya. Karena jangka waktu duitnya dibutuhkan untuk SMA tentu beda dong yah dengan kebutuhan untuk masuk SD. Semakin panjang waktu duitnya mau dipakai ya berarti semakin ringan cicilannya. Begicu.

Trus saya mulai deh itung-itung. Mulai survey sekolah untuk perkiraan dana yang dibutuhin, eh trus saya kepikiran, " Lha iya sekarang misal masuk SD Namira Rp 12 juta, lha jangan-jangan saat Tara masuk udah jadi 20 juta". Akhirnya pusing sendiri wahahahaha.

Makanya akhirnyaya udahlah, hire Financial palnner aja, biar lebih terarah, hahaha. Pakai financial planner bukan buat gaya-gayaan. Dih apaan sih pake financial planner segala, kayak yang mau diurus harta milyaran rupiah aja. Ngga gitu sih, tapi biar sekalian tau ilmunya, sekalian belajar juga. Begitulah tujuan mulianya.

Saya pake Financial planner dari QM Quanta Magnum punyanya Ligwina. Karena apa? Karena jujur aja saya taunya cuma itu, udah banyak yang merekom, jadi males cari yang lain.

Saya kirim email ke mereka, trus mereka WA ke saya. Saya tanya-tanya dululah mengenai biayanya. Kebetulan kemarin lagi ada promo, jadi dapet diskonan 20 persen, mayan yah.

Biayanya berapa?


Yang pasti ngga semahal nginep di Marina Bay, wakakakaka. 

Eh serius. Pokoke, menurut saya masih worthlah ngeluarin duit beberapa juta tapi kita diaturin dan diarahin untuk masa depan keuangan kita, halah. Namun inget yah, mereka tuh cuma nyaranin, selanjutnya terserah dan tergantung kita. Kalo ngga mau ikutin ya monggo.

Nah setelah fixed, saya transfer pembayarannya dan arrange waktu untuk konsultasi.

Oya, QM financial itu kan kantornya di Jakarta, jadi karena saya di Medan, konsultasinya via Skype. Untuk paket pembuatan plan yang ekonomis ini, saya dapat jatah 4 kali skype. Masing-masing selama 2 jam. Kalau yang di Jakarta, bisa ketemu langsung sama Financial Plannernya, malah asik banget ya. But menurut pengalaman, via skype aja jelas banget kok pemaparannya.

Apa saja yang bakal kita dapat untuk pembuatan plan ini?

Paket komplit sih mulai dari analisa keuangan, edukasi reksadana, perhitungan tujuan keuangan, cara mencapai target keuangan, perhitungan kebutuhan asuransi, sampe implementasi rencana keuangan kita.

Nanti di akhir sesi kita dapet bundel rencana keuangan kita lengkap berdasar hasil diskusi yang telah dilakukan.


Alurnya gimana?

Kita kirim email dulu ke QM, menginfokan kalau kita mau bikin plan pakai jasa mereka. Trus mereka ntar kirim surat konfirmasi pembuatan plan. Tanda tangani trus kirim balik. Ini sebelumnya mereka akan hubungi kita via WA, jelasin dulu apa-apa isi paketannya biar menyesuaikan dengan kebutuhan kita.

Kalau udah setuju, ntar kita dikirimin invoice, bayar deh . Abis itu ntar kita diaturin dengan planner siapa, dan nanti plannernya menghubungi kita untuk arrange waktu konsultasi.

Planner 

Oleh planner ntar kita dikirimin semacam form data keuangan yang ada field-field untuk isi pemasukan dan pengeluaran kita, termasuk juga aset-aset yang dimiliki baik aset lancar maupun aset tetap. Kita isi deh segala pengeluaran dan pemasukan sampe printilan terkecil. Jadi mulai pengeluaran belanja bulanan, belanja baju, listrik, air, sampe kayak kondangan, ngasih orangtua, bantuan ke keluarga, arisan, semua kita masukin. Udah ada disitu daftarnya tinggal isi doang.

Ada juga isian untuk profil risiko kita. Kita masuk type yang moderat atau konvensional.

Kalo saya mah moderat ya, tapi suami saya type konvensional, ngga papa, tuliskan aja di situ, biar si planner tau apa yang harus disarankannya.

Moderat itu maksudnya, kita yang lebih berani ambil risiko gitu lho. Jadi ntar saran investasinya bisa diarahin ke reksadana saham atau campuran. Kalo type konvensional kayak suami mungkin nyaraninnya ke reksadana model pasar uang atau pendapatan tetap gitu.

Lalu isi juga segala pemasukan kita. Baik gaji bulanan, uang cuti tahunan, bonus, hasil kontrakan, hasil panen sawah, harta warisan jika ada. Lalu isi juga form untuk aset, baik yang sudah lunas maupun masih nyicil, kayak rumah, kendaraan, mobil, motor, deposito, emas, reksadana. Semuuuuuuaaaaa dimasukin.

Ini ngisinya harus jujur, jangan ada yang ditutup-tutupin, biar ntar mereka ngga salah juga ngasi advice dan membuatkan plannya untuk kita.

Ntar kalian bakal ter wow wow deh dengan isian sendiri, hahahaha.

Maksudnya terwow wow dengan " Wow betapa borosnya aku selama ini"

Atau ngga  "Wow, ini aku punya uang segini yah harusnya, kenapa kok bisa ngga punya apa-apa?"

*Masalah hidup banget ya bu



Pokoke tahan mental deh pas lihatnya. Karena agak nyesek memang. 

Trus selain pemasukan dan pengeluaran, kita juga harus isi daftar sekolah beserta uang masuk sekolah yang mau kita tuju.

Jadi, karena salah satu tujuan keuangannya adalah dana pendidikan anak, maka kita cari-cari dulu berapa biaya masuk sekolah inceran kita. Gampanglah itu yah, tinggal tanya info via telepon aja ke sekolah yang kita mau. Atau kalau ngga, ya tulis aja nama sekolahnya. Kalo sekolahnya mayan terkenal ntar mba planner akan bantuin kok nyariin perkiraan uang masuknya.

Semua ngga harus fixed kita tuangkan di form awal ini. Ini untuk ancer-ancer dulu, biar secara garis besar si planner tau maunya kita apa. Ntar di sesi konsultasi bakal dibahas lebih dalam.

Setelah form lengkap diisi. Ntar akan dianalisa oleh plannernya. Analisanya bersama-sama kok pas sesi konsultasi

Gimana Konsultasinya?

Konsultasinya itu bisa bertatap muka langsung kalau domisili di Jakarta. Atau melalui skype. Saya kemarin melalui skype. Satu kali pertemuan 2 jam. Jadi cukup bangetlah waktunya. Biar ngga bertele-tele, makanya sebelum skype-an kita janjian dulu, biar sama-sama mengkondisikan suasana dan tempat yang tenang (padahal saya mah di dapur doang wahahahah dengan Divya yang gelendotan dan Tara yang lari-lari sambil jejeritan).

Di sesi konsultasi pertama itu keuangan kita akan dianalisa dulu.

Analisanya itu meliputi cek kondisi keuangan kita sehat atau ngga. Kalau ada yang perlu diperbaiki ntar dikasih tau. Misal utang kegedean, atau pengeluaran ngga penting terlalu banyak. Trus menyamakan persepsi soal tujuan keuangan. Dijelasinlah semuanya.

Jangan ragu untuk bertanya jika memang kita ngga mengerti. Misal kita nih sebenernya ngga tau apa aja yang harus dicapai dulu, ya gpp, kasih tau aja, ntar mbanya pinter kok ngarahin pertanyaan. Kayak saya pas awal tuh, malah ngga tau yang mau diisi di form, tapi saya paparkan saja kondisi keuangan keluarga kami, dan minta pendapatnya mba planner.

Selanjutnya?

Ya ntar pembicaraan berkembang deh, sesuai apa yang kita tulis. Sesuai tujuan keuangan kita.

4 sesi apa cukup?

Cukup banget. Karena satu sesinya kan 2 jam yah. Dan krn pake skype, jadi bisa lihat data langsung, mbanya ntar share power point, jadi kita sama-sama lihat apa yang diobrolin dan dipaparkan, ngga cuma lihat muka doang. 

Abis analisa keuangan, baru deh ntar dibedah satu-satu tujuan keuangan kita. kemana harus investasinya, berapa perbulan yang harus kita sisihkan.

Dan yeaaah ntar hasilnya bikin kita puyeng sendiri wahahahaha. Karena mak dudul keluar angka milyar milyar.

Jangan cemas dulu, angka itu adalah angka perkiraan present value gitu lho. Jadi misal kita planning untuk biaya kuliah anak. Misal mau ke UGM nih planningnya atau mau kuliah luar negeri. Cek berapa uang pangkalnya, berapa uang semesterannya. Sama mbanya diitungin nilai present valuenya. Makanya dapat milyar-milyar.

Masuk akal, karena kan penggunaan dananya memang untuk beberapa tahun ke depan.

Ntar di postingan berikutnya aku jemberingn lebih rinci yah. 

Di sesi ketiga ntar, kita dapat edukasi tentang reksadana, pemilihan asuransi. Trus dijelasin juga cara mencapai tujuan keuangan kita yang kemarin udah di bahas di sesi 1 dan 2.

Ini ngga kaku sih, bisa dibolak balik jika misal kita ada pertanyaan mundur lagi.

Makanya setiap sesi, dipastikan data-data sudah fixed, biar mba planner ngitungnya juga udah di angka pasti, ngga mengira-ngira. Karena kan sayang kalau udah bayar planner tapi itungannya tetap ngga sesuai kondisi real.

Sesi keempat, udah final. Dibikinin resume sama plannernya. Dijelasin lagi dari awal sampe akhir. Berapa yang harus kita sisihkan, Kemana aja pos pos keuangan kita. Apa yang harus dihemat, apa yang boleh tetap dilakukan.

Tapi intinya sih, mereka sama sekali ngga intervensi gaya hidup kita yang sekarang. Pokoke mana yang buat kita nyaman, mereka nyesuain plan nya dengan habbitnya kita. 

Kalau semua sesi udah rampung. Nanti kita akan dikirimi bundel kayak laporan keuangan kita. Yang isinya mulai dari aset kita, rasio keuangan keluarga, pemasukan, pengeluaran, tujuan-tujuan keuangan, perhitungan asuransi, reksadana pilihan yang bisa kita pilih (cuma jenisnya bukan merknya). 

Udaaaah selesai deh. Tinggal tanya diri kitanya, mau dijalanin atau ngga. Kalau mau dijalanin ya ikutin saran-saran si planner.

Karena ini paket hemat, maka ya hanya sampai pembuatan plan aja. Masalah ke banknya, buka rek, beli reksadananya kita lakukan sendiri. 

Gimana menurut kalian? Seru lho. Jadi lebih ngerti keuangan sendiri setelah dijembreng.

Next aku tulis saran-saran dan gambaran plan keuanganku ya. Mungkin ngga rinci sampai angkanya tapi minimal step-step dan pos-posnya. Sabar yah, karena saya nulisnya bener-bener curcurwak, alias curi-curi waktu hahahaha.

Bhay







Tentang Bakat Yang Tak Dimiliki

Friday, December 8, 2017





Kalau melihat orang-orang di IG maupun di Pinterest yang bisa menggambar gitu, kadang saya iri banget. Seperti Nahla, misalnya, duh masih muda kok udah bisa menggambar-menggambar gitu sih. atau si Maghfirare tuh yang suka bikin komik-komik lucu, atau ngga anaknya mba Sary Melati yang gambarnya itu udah smooth gitu mirip asli orang, hwaaaa kagum banget sama orang-orang kayak mereka. Jadi sering mikir, kok aku ngga punya talenta seperti mereka yah, hahahaha.


Betewe ini colab sama Ges Ges , Icha maricha, dan Nahla juarak. Baca punya mereka juga yah
Gesi | Icha | Nahla

Iya, kadang suka merasa kecil gegara kok rasa-rasanya ngga memiliki keahlian yang bisa dibanggakan. Nulis ya segini-segini doang, menggambar ngga bisa, main musik, udahlah jangan ditanya. Kadang iri sama orang yang dari kecil udah punya kesempatan buat mengasah minat dan bakatnya, makanya ngga heran kan yah kalo lihat anak-anak yang udah gape main piano atau balet atau silat meski masih piyik. Karena ya memang namanya keahlian itu semakin dini diajarkan katanya sih semakin gampang jadi ahlinya. Dan makin iri lagi, sama orang yang dari kecil udah tau apa yang diinginkannya, tau apa yang menjadi passionnya. Karena itu ngga gampang kan taunya.


Saya jadi inget, dulu punya temen waktu SMA yang sukaaa banget dengan design. Jadi kerjaannya tiap hari tuh kalo istirahat atau guru kosong ya menggambar design baju gitu. Coret-coret di kertas. Sampai pas ada kegiatan perpisahan di sekolah dan kami bikin acara fashion show gitu, ya yang merancang pakaiannya dia semua.

Fashion shownya sih bukan yang kece-kece gitu, tapi fashion show ala anak asrama, yang memanfaatkan seprai, handuk, dan semua perlengkapan asrama termasuk ember mandi, sendok, dan tempat nasi, hwaahhahahaha. tapi dia sukses banget lho, bikin untel-untelan pakaian dari spreilah, dari handuklah jadi kece gitu. Mungkin karena memang bakat ya.

Dan sekarang, dia beneran jadi designer. Saya ngga kaget melihatnya, karena memang udah kelihatan dari dulu.

Saya jadi mikir lagi, coba ya pas kecil dulu saya menekuni satu bidang tertentu, pasti sekarang saya minimal punya keahlianlah yang khusus gitu, ngga model-model general yang setengah-setengah.

Sebenernya ada lho satu passion saya selain menulis, yang gagal saya kembangin, padahal pas kecil udah pernah serius nekuninnya. yaitu MENARI.

Hwaa jadi inget gimana sukanya saya sama tari-tarian.

Jadi dulu pas kecil tuh saya sukaaa banget joged. Pokoknya denger musik pasti goyang deh, pecicilan banget. Sama ibu saya, langsung deh saya dimasukin ke sanggar tari. Latihan tiap sore sepulang ngaji madrasah. Duh saya hepi banget. Mau secapek apapun , kalau disuruh latihan nari pasti saya jabanin.

Tapi ada yang agak miss sih saat itu. Sebenernya saya kan sukanya lebih ke tari kreasi baru, yang pencilakan gitulah, tapi ibu masukin saya malah ke sanggar tari daerah. Jadilah saya belajarnya malah tari melayulah, tari bali, tari jawa, sampe tari sunda. saya ngga keberatan tapi kurang kena di hati. Makanya saya malah latihan-latihan nari kreasi baru sendiri sama temen-temen lain di luar sanggar.

Sempet beberapa kali ikut lomba nari. Pernah menang, pernah kalah.

Sampai saat SMA, pemilihan ekstrakurikuler pun ya saya ngikutin kata hati banget. Kalau jamannya saya SMA itu yang lagi booming adalah ekstrakurikuler Marching band, wah saya ngga tertarik samsek, Gitu dikasi form pendaftaran ekskul ya langsung isi tari. Tapi lagi-lagi ternyata narinya, nari daerah huhuhu.

Saya suka nari sih, tapi pengennya yang jingkark-jingkrak, bukan yang lemah lembut luwes gitu. Makanya walau dijalanin tapi ngga sepenuh hati gitu. apalagi kemudian saya berjilbab, ya udah akhirnya berhenti nari. karena waktu itu belum banyak sih orang berjilbab nari, kesannya ngga pantes gitu. Ngga kayak sekarang yah dimana pake jilbab mau kegiatan apapun fine-fine aja.

Hmm jadi berandai-andai, kalo dulu saya serius ikut sanggar tari kayak model-model yang Guruh Sukano Putra gitu, mungkin saya udah go internesyonel ya nari-nari kemana-mana.

Tapi saya ngga nyesel kok, setidaknya ibu saya dulu udah mengusahakan memfasilitasi apa kesukaan saya, walau pada akhirnya ya ngga ditekuni dengan serius. Mungkin memang jalan hidupnya begini.

Kesini-sini walau saya ngga punya keahlian seni kayak orang-orang yang saya kagumi, setidaknya saya jadi nyadar kalo memang seni itu memang bukan untuk semua orang. Ini memang semacam kalimat penghibur diri banget.

Tapi kata mas Teguh, saya punya bakat yang ngga semua orang miliki, yaitu BERBICARA, wahahahaha. Iyaaa, saya suka banget bicara. Kalau di rumah, sepanjang mas Teguh masih bangun dan melek, saya bisa bicara non stop sama dia. Hanya karena dia tertidurlah saya berhenti ngomong. Ok ntap, setidaknya punya keahlian ya frends. Makanya ngga heran yah kalo caption instagram saya beneran bisa sepanjang jalan kenangan, kalau ngasih instruksi di WA juga bisa selayar sendiri. Saya syukuri aja, karena artinya saya punya sesuatu yang saya sukai xixixi.




Siapa tau ke depan saya bisa jadi MC atau presenter apaaa gitu, who knows ya.

My point is, sebagai orangtua sepertinya ini peer kita banget nih bu ibu, untuk aware dengan apa yang disukai anak .Karena berdasarkan yang saya baca-baca, para expert di bidangnya itu kayak pebalet, pesepakbola, pembalap, pianis, programmer komputer, pelukis, designer ngga serta merta dilahirkan membawa bakat alaminya. Ada sih yang memang punya bakat alami, tapi kebanyakan ya karena dilatih. Practice makes Perfects bangetlah. Jadi ngga usah risau kalau melihat anakku kok kayaknya ngga punya bakat apa-apa.

Dibalik aja, kalau anaknya pengen jadi sesuatu misal ngga bakat-bakat amatpun ya dilatih aja dari kecil apa yang disukainya atau apa profesi yang diinginkannya. Karena kalo kita udah suka, bisa dipastikan kita bakal hepi melakukannya dan mau bekerja keras supaya bisa. Tapi kalau udah ngga suka, ngga cinta maka males aja kerja keras untuk sampai jadi yang terbaik.

Sembari berdoa semoga dimudahkan rezekinya biar mampu memfasilitasi apa yang diinginkan anak kita.

Untuk kita-kita nih yang udah terlanjur menua dan merasa ngga punya bakat apa-apa, ngga punya talenta yang bisa dibanggakan, belum terlambat lho untuk memulai. Vera Wang tuh contohnya. Siapa yang ga kenal designer yang satu ini. Baju-bajunya dipakai para seleb dunia, bahkan ada semacam anekdot fashion yang berbunyi " Bukan Vera Wang yang nyesuain ukuran baju ke badanmu, tapi badanmu yang harus nyesuaian ke bajunya Vera Wang", sanking sukanya orang dengan design Vera.

And do you know umur berapa Vera menemukan bakatnya ini?.

Usia 40 tahun gengs. Semula dia itu jurnalis kemudian banting setir mewujudkan passionnya di bidang fashion.

See, ngga ada kata terlambat bangetlah. Kita bisa banget mulai saat ini dengan belajar baking, jahit, nulis, menggambar, apa saja yang kita sukai. Practice makes perfect kuncinya. Jangan patah semangat kalo merasa ngga punya bakat, pasti ada sesuatu yang kita sukai, tekuni saja itu.

**

Kemarin tuh saya ngobrol sama Tara sambil tiduran.

" Tara, Tara paling suka menggambar, nyanyi atau nari nak"

Ehmmm si Tara mikir lama banget, kayak yang beneran mempertimbangkan plus minusnya gitu hahahaha. Sampe akhirnya dia jawab

" Tara suka nari bunda"

Hahaha , lho kok sama dengan bundanya nih.

Jadi sekarang mau nyariin Tara sanggar tarilah . Supaya ngga nyesel kayak bundanya dulu.

Kalian gimana? ada ga keinginan atau impian masa kecil yang kandas karena ngga dilatih?

Custom Post Signature