Hal pertama yang terlintas di pikiran saya saat membaca pro kontra soal pelabelan kata Pel***r kepada SNSD adalah soal standar ganda.
Kenapa saya bilang demikian?
Ya karena memang pelabelan itu adalah sebuah sterotype yang kalau ngga bener ya pasti bikin tersinggung.
Kayak gini nih, orang kerja di bank selalu diidentikkan dengan banyak duit, wajah cantik, body cihuy, dan pinter ngitung duit, padahal yang ngga semua kayak gitu.
( Baca : Sterotype Banker )
Banyak kok banker yang bokek.
Jokower diidentikkan dengan kaum liberal, padahal yang ngga liberal pun ya banyak (arti liberalnya apa dulu ya?)
Pendukung Prabowo diidentikkan sebagai muslim yang taat , intoleransi dan fansnya jonru, padahal yang non muslim ya juga banyak, yang ngga suka om Jon ya ada juga.
Pemakai cadar diidentikkan dengan teroris, bah apa pula ini, ngga ada hubungannya.
Nah ya sama dengan soal SNSD ini.
Masa gara-gara pakai rok mini dan seksi-seksi lalu langsung dituduh semena-mena dengan simbol s3x dan pel4cIIr4n. Berarti JKT 48 juta dong, Cherrybelle juga dong. #kemudianfansnyangamuk
Jelaslah ini namanya gegabah dan memancing di air keruh.
Tapi yang lebih ndableg itu yang serta merta komen pokoke bu Elly dari dulu salah, ngga pantes jadi panutan lalalalala. Hwalaaa, padahal ya simpel ya, yang salah bilang salah, bagian yang bener ya jangan disalah-salahin.
Tapi yang lebih ndableg itu yang serta merta komen pokoke bu Elly dari dulu salah, ngga pantes jadi panutan lalalalala. Hwalaaa, padahal ya simpel ya, yang salah bilang salah, bagian yang bener ya jangan disalah-salahin.
Nah biar tidak ada dusta diantara kita, coba yuk kita pilah statement si ibu biar keliatan nih mana yang harus dibilang salah mana yang harus dibilang bener.
1. Pemerintah Mengundang SNSD untuk acara HUT RI
Ini ngga bener ya gengs. Karena nyatanya adalah mereka diundang untuk acara countdown Asian Games.
Ini plis jangan disanggah, jangan dibilang " Yaelah apa bedanya, toh sama-sama ngundang girl band itu"
Ya ngga sama.
Kalau diundangnya untuk acara Asian Games, ya karena sifatnya internasional, anggap aja kayak tampilan hiburan dimana ntar peserta Asian games banyak yang dari negara tetangga. Yang mau dijamu itu beberapa negara, kita aja seneng toh ya kalau bertandang ke rumah orang disuguhin makanan yang kita sukai misalnya. Dan SNSD dianggap sebagai grup musik yang disukai di semua negara.
Kalau diundangnya untuk acara HUT RI, bisa jadi bener protesnya. Protesnya lebih ke "Ngapain ngundang band luar untuk ultah negara, kan mending nampilin tari Jaipong misalnya, atau Grup anak yang menangin lomba di mana itu yang nyanyi Yamko Rambe Yamko.
Beda kan ya?
Jadi dalam hal ini si ibu udah salah tuduh.
2. Pelabelan Negatif
Mengatakan sebuah band sebagai simbol pel4cU12an dan s3x (ini demi ga terindex google ) itu tuduhan sangat serius dan gegabah tentu saja. Apalagi dikeluarkan oleh sosok yang dikenal sebagai ahli parenting.
Nah di bagian ini saya agak bingung.
Di satu sisi, dunia parenting sekarang selalu menggembor-gemborkan bahwa yang namanya anak berprestasi ngga melulu yang nilai akademiknya bagus. Ortu jangan berpatokan pada sekolah lalalalala, ortu harus tau bahwa sukses itu ngga hanya jadi pegawai negeri tapi banyak jalur lain yang bisa ditempuh anak sesuai minat bakatnya, ya musik, ya melukis, ya jadi youtuber, ya penulis, ya ya ya ya .
( Baca : Sekolah Itu Ada Gunanya Ngga Sih?)
Lha, namun di sisi lain, menganggap anak-anak muda kayak SNSD ini sebagai sosok yang menjijikkan, nol prestasi dan merusak moral anak bangsa.
Ayo tutup ajang pencarian bakat yang ujung-ujungnya jadi penghibur. #iniserius.
Kan bikin gemez ngga sih.
3. Mencomot Sumber berita dari portal berita yang ngga kredibel
Disini yang bikin miris sih, kalau orang teredukasi kayak bu Elly aja asal comot berita, gimana kita berharap sama yang jelas-jelas ngga peduli dengan kesahihan sebuah berita.
Jadi jangan sok-sok heran kalau berita hoax masih banyak yang share.
Namun, bu Elly juga ngga salah-salah banget. Doi bener dalam beberapa hal.
1. Menghawatirkan moral anak bangsa
Dalam hal ini, Bu Elly itu ngga bisa kita salahkan kalau khawatir terhadap moral anak-anak sekarang, ya karena kita ngga bisa menutup mata sekarang ini usia anak-anak aja udah terpapar pornografi dan seks bebas.
Sebagai orangtua apalagi yang concern dengan dunia anak tentu ini hal yang patut dirisaukan. Makanya kemungkinan muncullah twit ibu tersebut.
2. Beliau Merasa Bertanggung Jawab Mengingatkan Pemerintah
Ini kaitannya dengan peran beliau selama ini sebagai pakar parenting. Tentu reaksi dari ahli parenting terhadap penolakan SNSD lebih menggaung dibanding yang protes Ariel Noah misalnya.
Maka, mencaci maki bu Elly dan meragukan ilmu beliau selama ini ya sami mawon, sama gedeknya dengan yang menganggap kalau wajar saja si ibu memberi pelabelan negatif terhadap grup band ciwi-ciwi singset itu.
Saya juga gemez sih lihat komen-komen anak-anak yang nauzubillah ya luar biasyak kasarnya. Ni kalau anak saya udah saya jewerin satu-satu.
Nah kembali ke standar ganda yang saya sebut di atas.
Memang tingkat kenakalan anak remaja kita sekarang begitu mengkhawatirkan. Pornografi bisa diakses dengan mudahnya.
But, apa iya, cikal bakal pornografi itu dari rok mini?, coba cari data akurat soal pengaruh rok mini dengan tingkat pemerkosaan di suatu negara.
Jangan-jangan karena kita yang ngga memberi sex education sejak dini kepada anak?. Jangan-jangan karena kita selalu merasa sungkan ngomongin sex ke anak?.
( Baca : Sex Education Untuk Anak)
Coba dipikirkan lagi statement ini.
Kenapa?
Karena seperti yang saya bilang, jangan standar ganda.
Jangan ntar pas ada statement bahwa rohis adalah pintu masuk teroris, kita langsung ngamuk.
( Baca : Siapa Yang Teroris, Siapa Yang Dituduh )
Kenapa?
Karena memang ngga bener. Ngga mutlak kebenarannya. Sama dengan yang dengan gegabah bilang grup musik ini cikal bakal pornografi, duh.
Makanya saya bilang, membela boleh-boleh saja tapi jangan grasa grusu.
Sayang boleh sayang tapi jangan berle. Berlebihan maksudnya xixix.
Sama juga benci jangan benci banget, karena bisa bikin ngga objektif.
Nah, trus dikait-kaitkan deh , dengan tuduhan upaya pencemaran nama baik, pembunuhan karakter lalalala.
Terkadang ya kita ini gitu. Suka bias kalau udah nyerempet hal-hal yang sensitif kayak gini.
Suka menggiring opini bahwa saat seseorang salah di satu hal maka ia akan salah dalam semua hal.
Doooooh, padahal yo opo rek, emangnya ada manusia sempurna apa?
Memangnya ada manusia yang bener terus, atau apa ada manusia yang salah terus?
Adaaaaaaa.
Ada lho.
Yang benar terus namanya Jo**u
Yang salah terus namanya Jo**wi
Xixixixi, guyonan garing abad ini.
Makanya sebaiknya , sebaiknya ya, apalah daku ini yang masih suka nyerempet kalo ngomong di sosmed. Sebaiknya jangan langsung reaktif saat ada isu tertentu. Dan biasakan meletakkan sesuatu itu ya pada tempatnya.
Yang benar dibilang benar, yang salah ya dibilang salah.
Karena yang bertanggung jawab terhadap moral dan perilaku anak-anak kita bukan bu Elly, bukan SNSD tapi ya kita ini orangtuanya. Kalau memilah mana yang benar mana yang salah aja kita ngga bisa gimana kita mau kasih arahan ke anak kita.
Kalau mengatakan mana yang salah mana yang bener aja kita ngga sanggup, ya gimana kita bisa mengajarkan keadilan dalam berfikir kepada anak kita.
So, mungkin sebagai orangtua yang giat menggunakan sosmed, kita perlu mengajari diri sendiri dulu nih untuk melakukan hal-hal sebagi berikut :
1. Tidak Reaktif
*Ngomong sama cermin
*Ngomong sama cermin
Iyes, tidak reaktif terhadap isu-isu terkini. Kalau ada berita baru yang seru banget nih, apalagi terkait dengan sosok yang ngga kita sukai, diemin dulu. Baca dulu, amati, pelajari, jangan buru-buru bikin status. Tahaaaaan... tahaaan. Ingat gimana latihan pernafasan saat mau melahirkan dulu?, yak lakukan seperti itu. Niscaya kita akan terhindar dari godaan share judul provokatif.
( Baca : Things I hate About Me )
( Baca : Things I hate About Me )
2. Cari Tau Sumber Yang Jelas
Nah kalau ngga tahan juga nih mau bikin status, mau komen, mau nyinyir, mau protes, apalah, ingat untuk selalu mencari sumber berita yang kredibel .
Sumber berita kredibel ini bisa jadi pro kontra juga tergantung ada di kubu mana xixixi. Namun minimal cari beberapa sumber berita deh sebelum ngasih statement.
Misal kayak kasus SNSD ini. Beritanya ada di Tempo, CNN, Kompas. Nah bagi sebagian orang mungkin menganggap berita dari portal ini ngga bisa dipercaya, no problema, cari sumber beritanya lagi. Dalam hal ini, ya cari ke situsnya SNSD.
Ini berlaku juga, untuk berita-berita lain. Misal soal garam, kalau ngga percaya dengan portal berita mainstream ya cari ke website yang bersangkutan. Ke website kementrian kelautan misalnya, atau ke website kementrian perdagangan.
Soal beras juga gitu. Pastikan kita tau dulu apa yang mau kita komenin. Jangan blunder.
Sukur-sukur lagi nyari-nyari eh dapat pengetahuan baru yang selama ini kita ngga dong.
3. Hati-Hati Menulis Status
Ini juga masih peer banget bagi saya yang suka gatelan pengen komenin sesuatu atau bikin status kalau ada yang lagi hot.
Hati-hati ya gengs nulis status. Karena, isi statusmu itu menggambarkan seberapa luas atau seberapa cetek isi otakmu. Seberapa lugu cara berfikirmu dan seberapa banyak yang kamu ketahui.
Ngga peduli?
Hohohoho yakin?
Yakin ngga peduli sama penilaian brand?
Yakin ngga peduli sama penilaian teman kerja?
Yakin ngga peduli sama penilaian mertua, tetangga, aa, teteh, kakak?
Ya kalau ngga peduli, go ahead, sukak sukakmulah.
Ya emang kita hidup mah ngga tergantung penilaian orang yah, bisa cepet ubanan kalau semua-semua mikirin orang. Tapi coba dipikir, apa ngga rugi gara-gara ngga cari tau dulu trus keliatan begonya, trus batal deh direkrut perusahaan anu, trus batal deh dijadiin menantu, batal deh jadi blogger ambasador susu cap duren . Hayooo.
Plis plis ingetin saya yah kalau nulis status kebablasan, Ini juga reminder banget nih sama diri sendiri.
Wah udah panjang aja nih tulisan. daripada makin kemana-mana, kita sudahi sajalah tulisan ini.
Point saya banyak banget nih di postingan kali ini
→ Jangan suka standar ganda dalam melihat masalah apapun
→ Tempatkan segala sesuatu sesuai porsinya. Benar ya bilang benar, salah ya bilang salah
→ Bijak-bijak menggunakan sosmed (note to myself)
→ Kalau benci jangan sampe dendam kesumat ah, kayak nyi pelet lho. Kalau cinta juga jangan membabi buta
→ Kalau benci jangan sampe dendam kesumat ah, kayak nyi pelet lho. Kalau cinta juga jangan membabi buta
→ Rajin menabung dan taat bayar angsuran yes.