Vaksin dan Cinta Ibu

Thursday, June 15, 2017
Tampaknya minggu-minggu ini bahasan soal vaksin masih menjadi trending topik sosial media.

Setelah peristiwa Jupe, orang langsung aware terhadap pentingnya vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Saya juga langsung berencana nih mau divaksin HPV, tapi belum bisa dilaksanakan saat ini karena kata dokter sebaiknya sebelum vaksin HPV, kita lakukan pap smear dulu. Dan pap smear bisa dilakukann setelah mens. Dan saya belum mens, jadi ya nunggulah beberapa hari ke depan. 

Nah kemarin, seorang anak artis dikabarkan terkena penyakit campak. Tak hanya seorang bahkan anak yang lainnya dari si artis itu juga tertular campak dari adiknya. Sontak kabar ini memunculkan kembali pro kontra soal vaksin.

Uuu yeah bahasan kesekian soal pro kontra mengasuh anak nih, pro vaksin dan anti vaksin.

Baca punya Gesi :




Sudah sejak lama saya membaca soal pro kontra vaksin ini. Entah sejak kapan tepatnya saya tidak tau, tapi konon katanya memang gerakan anti vaksin ini sudah ada bahkan sejak vaksin pertama kali ditemukan. Karena kan vaksin itu berasal dari kuman yang dilemahkan, jadi pihak anti vaksin khawatir malah vaksin bisa memicu datangnya penyakit.

Alasan kedua yang saya tahu adalah karena golongan anti vaksin menganggap bahwa manusia memiliki daya tahan tubuh alami sendiri, sehingga dengan pola hidup sehat dan makanan bergizi, seharusnya berbagai penyakit bisa dicegah.

Dan alasan ketiga yang mana merupakan alasan yang paling keras adalah karena proses pembuatan vaksin  mengandung zat yang berasal dari babi seperti enzim babi, pankreas babi hingga ginjal babi. Makanya sifatnya haram karena mengandung sesuatu yang haram.

Alasan berikutnya, berkaitan dengan isu-isu soal bawa vaksin malah bisa menyebabkan autis dan bahwa anak yang divaksin juga tidak dijamin bakal bebas dari penyakit.

Alasan selanjutnya ya konspirasilah, dan teori-teori lain yang yah sudahlah.

Yah namanya orang kan memang pemikirannya bisa banget berbeda, jadi saya positif thinking ajalah bahwa alasan-alasan ibu-ibu yang anti vaksin sebenernya ya sama juga seperti golongan ibu-ibu pro vaksin. Semua ujung-ujungnya berpendapat bahwa itu demi kebaikan anaknya.

Kebaikan anak versi orang bisa beda-beda lho, jangan salah.

Kalau saya pribadi?

Saya sendiri sangat pro dengan vaksin.

Dua anak saya, semuanya imunisasi full paket komplit. Tidak hanya 5 imunisasi yang diwajibkan pemerintah, bahkan imunisasi tambahan yang disarankan dokter anak saya juga saya berikan.

Alasannya?

Saya ngga punya alasan macem-macem, tapi saya ngga nemu alasan kenapa kok tidak memberi vaksin?

Ya why why why?

Padahal dengan memberi vaksin ke anak berarti kita sudah memberi hak hidup yang lebih baik padanya.

Gimana? Gimana maksudnya?

Dengan memberikannya hak kesehatan yang lebih baik melalui imunisasi berarti saya sudah melindungi sebagian dari masa depannya.

Memang benar bahwa yang namanya kesehatan itu faktor pendukungnya banyak banget. Ngga hanya karena sudah diimunisasi maka anak kita bakal pasti terhindar dari berbagai penyakit. Ada juga kok anak yang diimunisasi campak misalnya ya tetap terkena campak, diimunisasi influenza ya juga kena influenza. Ada faktor makanan, genetik, gaya hidup, lingkungan, daya tahan tubuh sebagai pendukungnya.

Namun, bagi saya setidaknya dengan memberikan imunisasi kita sudah melakukan pencegahan secara dini.

Bayangkan berapa banyak hal positif yang sudah kita lakukan hanya karena memberi kekebalan tambahan bagi anak kita.

Pertama, kita sudah memberinya kesempatan tumbuh dan berkembang dengan risiko penyakit yang diminimalkan. Jadi di saat-saat ia memang seharusnya menikmati masa kecilnya untuk bermain, dan belajar bersama teman, ya dia bisa menikmatinya.



Pernah lihat anak yang terkena polio kan?

Polio itu adalah penyakit yang menyebabkan kelumpuhan yang biasanya menyerang anak-anak di usia 3-5 tahun.

Bayangkan yah kalau amit-amit ada anak yang terkena polio. Tentu hidupnya tidak akan dilalui seperti kebanyakan anak-anak lain. Dia ngga bisa berlari, ngga bisa main, ngga bisa lompat, guling, dan apalah seperti anak lainnya.


Nah polio ini merupakan salah satu penyakit yang sampai saat ini tidak dapat disembuhkan. Ngeri kan?

Namun walau tidak dapat disembuhkan tapi bisa dicegah dengan pemberian imunisasi , pakai vaksin polio (OPV ). Dengan pemberian berulang kali, maka vaksin ini akan melindungi anak seumur hidup.

Itu baru polio, belum penyakit seperti campak, meningitis, tetanus.

Tuh , percaya kan bahwa dengan pemberian vaksin , kita sebagai orangtua sudah memberi hak hidup yang lebih baik untuk anak.


Alasan kedua, dengan memberi vaksin, kita juga turut memberi kesempatan hidup yang lebih baik untuk anak lain.

Hampir semua penyakit yang ada vaksinnya itu adalah penyakit yang bisa menular dan ditularkan. 

Saya mau ambil contoh virus Rubella aja deh. 

Virus Rubella itu bisa menular melalui butiran liur di udara yang dibawa bersin atau batuk. 

Nah virus ini kalau terkena ibu hamil terutama di semester awal kehamilan bisa menyebabkan anak yang dilahirkan mengalami syndrom rubella kongenital yang menyebabkan cacat lahir pada bayi, seperti tuli, penyakit jantung kongenital, kerusakan otak, organ hati dan paru-paru.

Nah FYI, saya dikasih tau Gesi nih, yang pernah terserang virus Rubella, bahwa anak-anak penting banget divaksin rubella, karena apa?

Karena, misalnya nih ya, seorang anak tidak divaksin rubella, trus dia tertular virus rubella, lalu di sekolah dia main nih sama anak-anak dan guru. Eh ndilalah si guru lagi hamil, dan belum pernah imunisasi Rubella, akhirnya di ibu guru tertular. Akhirnya anak yang dikandungnya pun bisa tertular virus Rubella.

Hiii, gimana coba, perasaan kita kalau ternyata gara-gara anak kita yang tidak kita imunisasi rubella, malah membuat anak ibu guru tertular virus Rubella dan anaknya lair tidak seperti anak-anak lain.

Sedih kan?



Jadi, ngga hanya tentang kesehatan anak kita ini mah. Dengan vaksin juga kita turut serta menyelamatkan hidup anak orang lain.

Ngga tau deh ibu-ibu lain gimana. Kalau saya ya, saya paling menjagaaa banget gimana caranya supaya anak saya itu ngga menyebabkan sesuatu hal buruk ke anak orang lain, semampu saya.

Dulu pas Tara masih di daycare, setiap anak saya sakit flu, Tara pasti ngga saya masukkan ke daycare, dia tinggal di rumah sampai sembuh. Demikian juga pas Tara udah sekolah, saat dia flu atau batuk, saya minta ijin ke bu guru agar dia ngga masuk.

Bukan karena saya manjain anak, tapi semata karena saya ngga mau anak saya nularin flu dan batuk ke anak orang lain. Saya ngga ngejudge ibu lain yang tetap membiarkan anaknya sekolah walau kondisinya lagi sakit. Mungkin ngga ada yang jaga di rumah. Yang pasti, dari diri pribadi saya ngge pengen aja anak-anak lain sakit gara-gara anak saya.

Walau yang katanya anak sakit flu-flu atau batuk mah biasa, ya monggo. Tapi bagi saya, kalau memungkinkan ya sebaiknya di rumah saja sampai sembuh.Kasihan anak lain kalau ketularan.

Saya ngga tau ini berlaku ngga sampai Tara sekolah SD ntar.

Masih banyaklah contoh lain.

Misal ada anak-anak yang mengidap alergi tertentu atau tengah menjalani pengobatan. Nah anak-anak yang lagi sakit ini ngga bisa diimunisasi. Jadi penting bagi anak-anak kita yang sehat untuk diimunisasi, agar anak kita tidak sakit atau terpapar virus, sehingga tidak  menularkan virus tersebut ke anak lain yang sakit dan tidak bisa diimunisasi.

Duh belibet ya.

Ini kayak mata rantai gitu. 

Jadi kita mengimunisasi anak kita untuk menyelamatkan anak yang tidak bisa diimunisasi juga.

Makanya, saya bilang dengan tindakan kecil kita mengimunisasi anak, kita sebenarnya sudah berkontribusi banget untuk kehidupan yang lebih baik, untuk kesehatan anak-anak kita dan anak-anak orang lain.

Makanya saya berpendapat, bahwa imunisasi adalah  salah satu bentuk cinta dan kasih sayang saya kepada anak, ahsek.

Apalah artinya duit yang dikeluarkan untuk imunisasi komplit, dibanding efek jangka panjang yang bisa dicegah dan bisa dihindari.

Karena sebenernya dengan mengeluarkan biaya imunisasi , kita justru sedang berhemat. Hemat uang untuk pengobatan jika dia terkena penyakit seperti yang saya sebut di atas, dan hemat waktu juga. Coba itung aja berapa banyak waktu yang kita harus sediakan saat anak sakit, ngapa-ngapain jadi ngga bisa.

Lagian ada kok imunisasi gratis yang disediakan pemerintah.

Mengenai Keharaman bahannya

Kalau masalah soal keharaman bahan-bahannya, menurut yang saya baca, bagian dari babi itu hanya sebagai katalisator . Dan yang namanya katalisator itu tidak ikut bereeaksi, dia tuh hanya sebagai bahan untuk membantu reaksi terjadi, entah untuk memisahkan zat yang dibutuhkan, atau tujuan lain. Pada hasil akhirnya, enzim yang berasal dari bagian babi tidak akan terdeteksi lagi, karena akan mengalami proses pencucian, pemurian, hingga penyaringan. Wallahu alam.

Ini Kata MUI

“Namun, dalam kondisi tertentu ketika tidak ada bahan atau enzim (halal) lain maka dimungkinkan pembolehan vaksin dari bahan najis atau haram. Ini sama seperti yang dilakukan nabi dalam menggunakan air kencing yang jelas-jelas najis dan haram untuk pengobatan,” katanya, di Jakarta, Senin (20/4). Jika belum ada materi zat vaksin yang tersertifikasi halal maka boleh digunakan semata-mata untuk melindungi jiwa. 
Mengenai imunisasi bisa menyebabkan autisme?

Sampai sekarang belum ada buktinya.Ya kalau ada anak yang diimunisasi terus terkena penyakit autis, mungkin itu hanya satu dari sekian kejadian yang ada. Memang imunisasi kan tidak menjamin bahwa anak kita bakal terbebas penyakit seratus persen. Namun imunisasi mencegah itu terjadi dan kalaupun terkena penyakit terntentu, dengan sudah divaksin maka akibatnya jauh lebih ringan dibanding tidak imunisasi sama sekali.

Mengenai manusia punya daya tahan tubuh sendiri?

Iya, tapi penyakit juga berkembang terus menerus. Lagian apa kita bisa menjamin bahwa gaya hidup kita sehat banget. Mencegah tentu lebih baik dari mengobati.

Makanya saya pikir, tidak ada alasan untuk tidak imunisasi., karena manfaat yang didapat itu jauuuuh lebih banyak dari mudharatnya.

Semoga anak kita sehat-sehat semua yah baik yang diimunisasi maupun yang tidak diimunisasi.

Karena saya percaya semua ibu pastilah akan sedih kalau anaknya sakit.

Buat ibu-ibu yang anti vaksin, coba kita pikirkan ulang setiap keputusan kita. Pikirkan bahwa apa yang terjadi di anak kita, bisa jadi akan berpengaruh kepada anak lain. Iyes kita punya tanggung jawab untuk masa depan anak kita dan masa depan anak orang lho.

Jangan sampai karena keputusan kita yang salah,maka wabab penyakit yang sudah hilang malah bisa muncul lagi. 

Jadi, anak kalian sudah diimunisasi belum?

Ayo imunisasi, karena imunisasi itu bentuk kasih sayang dan cinta kita untuk anak dan untuk generasi mendatang.

Kita punya tanggung jawab bersama terhadap kesehatan anak-anak kita.

Share ya biar ibu-ibu lain baca, siapa tau bisa menggugah untuk segera imunisasi anaknya.




Mengasuh Anak Bukan Untuk Semua Orang ?

Wednesday, June 14, 2017
 

Curhat Alert.

Yes, kamu ngga salah baca judul.

Hampir semua orang mungkin berfikir bahwa yang namanya mengasuh anak itu adalah kodrat semua perempuan, semua ibu, sehingga harusnya semua perempuan bisa melakukannya dan ahli.

Mengasuh anak yang saya maksud disini adalah mengurus mereka mulai dari memandikan, memberi makan, makein baju, bermain seharian, menemani tidur, menemani belajar sampai menidurkan anak.

Kedengerannya yah memang seperti itu kan tugas seorang ibu, apa susahnya?

Tetot, ternyata itu memang susah saudara-saudara, dan ngga semua ibu memiliki keterampilan untuk mengurus anak dengan tangannya sendiri.

Silahkan bagi yang tidak setuju.

( Baca : Nitipin Anak sama ART? )

Ini berdasarkan pengalaman pribadi dan orang-orang di sekitar saya, bahwa yang namanya setiap orang itu memang memiliki skill berbeda-beda.

Tidak selalu seorang perempuan yang sudah menjadi ibu maka akan gape mengurus anak, memiliki skill mengurus anak ,sama halnya dengan tidak semua perempuan memiliki skill untuk bekerja di kantoran misalnya.

Tidak semua laki-laki yang menjadi bapak memiliki skill menjadi hero di rumah, memperbaiki genteng, nambal ban,  sama halnya tidak semua bapak memiliki skill memandikan anak, atau memasak di rumah.

Benar bahwa ala bisa karena terbiasa, namun memang ada hal-hal yang memang sudah dari sononya ngga bakat. kalaupun dipaksanakan hasilnya malah bakal berantakan.

Banyak banget ibu-ibu yang saat ngurus anaknya misalnya yah seharian di rumah, anaknya malah yang kejedutlah, anaknya malah susah makanlah, males mandilah (true story ), karena skill dia bukan untuk jadi ibu-ibu lembut nan penyabar dalam menghadapi anak, tapi bawaannya adalah sebagai magnet bagi anaknya buat nempel dan mendengarkan ceritanya. Ini biasanya kebanyakan adalah ibu bekerja.


Maka alih-alih memaksakan diri ngurus anak, ya mending berkarya di luar, anak diserahin ke tangan pengasuh untuk ngurusin tetek bengek kayak mandi, makan, makein baju. Giliran di rumah anak udah rapi, wangi, kenyang, si ibu tinggal quality time bersama anak sehingga waktu yang ada jadi berkualitas.

Karena bisa jadi untuk ibu-ibu yang tidak memiliki skill mengasuh anak dengan baik, maka yang ada saat bersama anak malah marah-marah, nyubitlah, bentak atau malah cuek. Nah saat tetek bengek pengasuhan diserahkan ke daycare, ke mba, pas saatnya si anak dipegang si ibu , malah dia bisa memberikan yang terbaik, fokus hanya ke anak saja.

( Baca : Antara Pekerjaan dan Keluarga )

Di keluarga saya, kami 4 bersaudara. Abang saya paling besar, dan dua adik saya. Nah kakak ipar dan adik saya yang bungsu memang skillnya itu merawat anak . Mereka telaten banget mengerjakan segala printilan pekerjaan rumah dan merawat anaknya. tapi disuruh berkarir di luar rumah, langsung angkat tangan angkat kaki, ngga sanggup katanya, wahahahah.

Sedangkan saya dan adik saya Dewi kebalikannya. Kami adalah si hard working. Seharian di kantor bisa on terus, giliran di suruh urus anak, kami belingsatan kayak cacing kremi.

Maka kalau ada pilihan disuruh ngerjain laporan segabruk atau urus anak sendirian di rumah kemungkinan besar kami bakal pilih ngerjain laporan or something like that deh.

Ibu saya juga demikian. Doi gape banget ngurus segala hal di kantornya, giliran jaga cucu, ambil bendera putih langsung, hahahahaha.

( Baca : Bagaimana Rasanya Menjadi Anak dari Ibu Bekerja ?)

Apakah ini salah?

Why? Kok bisa salah sih.

Ya nggalah. yaitu tadi sesuai judulnya, karena mengasuh anak itu bukan keterampilan yang dimiliki semua orang, dan kitalah yang tau kemampuan diri masing-masing.

Sama halnya dengan kemampuan memasak dan menulis, ya mengurus anak juga seperti itu.

Asma Nadia dulu pernah suatu hari mencoba memasak makanan kesukaan keluarga. Waktu yang dihabiskannya untuk memasak berapa jam coba? Kalau ngga salah hampir 3 jam sendiri. Saat suaminya mengetahui bahwa untuk memasak makanan keluarga istrinya perlu waktu selama itu, dia langsung komentar " Mending waktu 3 jam itu kamu gunakan untuk menulis"

( Baca : Mengapa Wanita Harus Bisa Masak? )

Iyes, karena memang potensi semua orang berbeda.

Jadi ya ngga perlu juga menyamaratakan keharusan keterampilan semua orang.

Kalau kalian melihat ada ibu-ibu yang ga gape ngurus anaknya, ya ngga usah nganggap si ibu itu ngga sayang anak. Beda, itu dua hal yang berbeda. Sayang anak dengan pintar mengurus anak bisa jadi memang tidak harus dimiliki oleh satu orang.

Pintar mengasuh anak dengan pintar mendidik anak juga merupakan dua hal yang berbeda lagi.

Ini sebenarnya mau curhat sih, kalau saya tuh sering banget kepikiran " OMG kenapa aku kok ga pinter gini ya ngurus anak?"

Kemudian suka tiba-tiba amaze sendiri " Hah kok Tara udah pinter ini itu, kok Divya udah bisa jalan di usia masih 10 bulan, kok Divya usia segini udah ngerti semua omongan saya"

Hal-hal seperti itu yang membuat saya mikir sendiri. " Aku ngapain aja yah mendidik mereka?"

Ternyata ya, mungkin bagi ibu-ibu yang punya pemikiran sama seperti saya ini, ada banyak hal-hal yang secara tidak sadar kita lakukan malah diserap anak kita. Kita merasa ga melakukan apa-apa, ngga merasa mendidik anak, tapi ternyata kita sudah melakukannya secara tidak sadar.

Kita mengucapkan maaf ke suami saat kita salah, bilang terima kasih ke mba, saat anak kita selesai dimandiin, cuci tangan sebelum makan, sikat gigi sebelum tidur,  atau sholat di depan anak, secara ngga sadar ya kita itu sedang mendidiknya. Mendidik dengan kebiasaan.

( Baca : Suami Nyebelin )

Maka sebenarnya yang ada bukan soal pintar ngga pintar mengasuh anak, atau ahli ngga ahli mendidik anak.

Yang ada itu, ada ibu yang secara sadar, passionate gitulah dalam mengurus anaknya, telaten, penyabar, lemah lembut seperti karakternya. Ada juga ibu-ibu yang memang lebih ahli mengerjakan hal-hal lain diluar mengurus anak, namun saat bersama anaknya secara sadar tidak sadar dia gunakan untuk mengajarkan value yang mungkin tidak didapat anak saat si ibu ngga ngurusnya secara langsung.


Menurt kalian gimana?






Reuni

Tuesday, June 13, 2017
Kita ngomongin soal reuni yuuuks gengs.

Kenapa?

Karena ini mau lebaran, dan lebaran entah kenapa selalu dijadikan ajang untuk reunian. Ya reunian SD-lah, SMP, SMA, sampe reuni kuliah.

Soalnya memang kan di saat lebaran kesempatan pulang kampung dan bisa ketemu teman lama.




Kalau ditanya nih, saya tim nay atau yay untuk reuni?

Jawabnya, saya tim Nay, wahahahahaha.

Kecuali reunian teman kerja ya, saya semangat bener pengen reunian sama temen-temen satu batch pas masuk PPS BRI. Soalnya dulu pas masih pendidikan saya ngga ramah banget anaknya, jutek terus selama pendidikan karena saya sedih banget LDR-an sama suami. Bisa dibilang saya kurang berbaurlah saat-saat pendidikan dulu, jadi pengen reuni karena ternyata mereka semua baik-baik banget gengs, suka banget membantu saya di kerjaan. makanya pengen menebus masa lalu yang kurang oke oce. Plus saya beneran kangen sama sahabat-sahabat sekamar pas pendidikan, huhuhu jadi mellow.

Nah beda dengan reuni teman sekolah.

Saya pas SMA deketnya mah cuma sama segelintir orang, dan yang segelintir itu tiap bulan juga udah sering ketemu di Medan, ya makan doang sih sambil chit-chat seputar masa lalu dan masa kini. Jadi menurut saya sudah mewakili reunilah itu.

Pokoknya kalau diajak reunian teman sekolah, saya jawabnya harus bertapa dulu ke gunung kidul ntar pas lebaran, lol, beraaat beraaaat.

Sebenernya reunian itu, entah pas lebaran ataupun tidak, penting ngga sih?

Kan udah ada facebook dan group WA? Udah tau kabar teman-teman semua, bahkan tiap hari bisa liat insta story dia?

Penting ngga penting sih menurut saya. Karena manusia itu sebenernya adalah makhluk nostalgia.

In the deep deep inside our heart pastilah ya ada kenangan-kenangan di masa lalu yang kadang ingin diulang lagi.

Inget masa-masa sekolah gimana jahilnya dulu sama temen-temen cewek, trus jadi pengen ngumpul lagi sambil ocip-ocip seru.

dulu sebel sama mereka, sekarang kangen


Inget masa-masa sekolah yang banyakan dihukum sama guru daripada dipujinya, trus pengen deh cerita-cerita sama teman masa lalu.

Inget mantan pas SMA dulu, trus pengen nampolin orangnya kalau ketemu #eh.

( Baca : Alumni Hati )

Makanya reuni itu bisa dikatakan salah satu ajang ngumpul paling seru sekaligus paling riskan menurut saya pribadi.



Seru karena kita bisa ketemu orang-orang dari masa lalu sekaligus tanpa harus nemui satu persatu. Mungkin yang jobless malah bisa dapat kerjaan saat ketemu temen yang udah jadi bos. Yang jomblo bisa ketemu jodoh karena ketemu temen yang masih sama-sama ngejomblo. Geng gonk jaman sekolah bisa cekakak cekikik lagi macem belum punya anak aja, wah hepilah.

Tapi riskan karena berpotensi menjadi ajang saling pamer, atau menguak cerita yang tak pernah terungkap, halah.

Nah, soal mengadiri reuni ini, hasil survey abal-abal ternyata terbagi jadi dua tim. Tim "oke oce" hadir di reunian dan tim "ntar ntarlah" kalo diajak reuni.

Ada kok memang orang-orang yang anti sama reunian mungkin karena pertimbangan " Ih aku belum sukses nih" atau malu aja mau ketemu seseorang di sana.

Ada juga orang yang semangat banget mau reuni, karena dia sudah jadi seseorang dan pengen berkontribusi nyata bagi almamater misalnya. Jadi ngga semata mau pamer atau mau apa, tapi memang dianya pengen berbuat sesuatulah gitu ke almamater. Yang ini nih biasanya ada di reunian model serius yang bikin acara di sekolah gitu.

( Baca : Warna Warni Sekolah Kenangan )

Sah-sah ajalah, mau reuniannya tujuannya apa, ngga ada yang larang.

Jadi kita simpulkan sajalah ya bahwa reuni itu asyik, dan boleh banget dihadiri kalau memang kamu pengen datang. Tapi ya kalau kamu ngga pengen datang, juga ngga membuat kamu berarti sombong atau anti sosial, bebaaaslah ya bebaaas.

Nah, kemarin saya dapat share-sharean gitu di grup WA tentang reuni. Isinya bagus deh menurut saya, tentang etika dalam bereuni biar reuninya sukses, bermanfaat dan jauh dari nilai unfaedah.. Sumbernya entah dari mana, pokoke saya dapet aja dari grup keluarga.

Pokoke kalau mau reuni, jangan sampai lupakan aturan reuni berikut :


1. Kita hadir dalam reuni sebagai teman yang sederajat, seperti waktu kita masih bersama-sama doeloe. 


Ingaaa-ingaaa, ini aturan reuni nomor satu. Kita itu mau reunian cuy, bukan mau gathering nasabah prioritas, jadi posisi kita semua adalah setara di mata mantan peserta reuni. Lu lu pade yang udah jadi bos besar perusahaan anulah, Kepala Kesatuan Militer apalah, atau kepala dinas instansi abakadabra, even istri presiden pun, di saat reuni semua gelar dan jabatan elu-elu itu WAJIB ditinggalin di kantor wae.

Ya hadirlah sebagai Budi,Wati,Siti,Yuni,Sri, siapalah itu tanpa embel-embel Direktur, Manager, Supervisor, Komandan atau apapun.

Kenapa?

Karena biar tidak ada sekat diantara kita.

Ya masaaa, misalnya di kantor kita udah sengak lihat bos-bos, trus di reuni eh ketemu bos-bos besar lagi, teman sendiri pula, alamaak.

Makanya diperlukan jiwa besar, toleran dan mampu menahan diri saat datang ke reuni.



2. Legowo, bersedia dipanggil dan memanggil nama teman seperti waktu masih bersama-sama (sekolah / kuliah), tidak memakai embel-embel Pak, Bu ,komandan, boss mas, aden, juragan dst.

Haseeeek. Kadang kan udah kebiasaan ya dipanggil bapak, ibu, komadan, boss, juragan di profesi kita sehari-hari. Nah pas reuni atuhlah ngga usah ada panggil-panggilan begitu, kurang mesra jadinya. Panggil ajalah dengan nama seperti jaman sekolahan dulu

Saya dengan teman SMA sampe sekarang masing manggil dengan pangsay jaman SMA dulu.

Ika ---> Ikong
Fati ---> Fatot
Manna ---> Manuk
Windi ---> Windot
Elyn ----> Eplin
Friska ----> Milly

Wahahahaha

Berasanya malah lebih akrab dan jadi kebawa suasana jaman dulu kala lho.

Tapi ada juga sih beberapa teman yang ngotot mau dipanggil dengan bapak atau boss, zzzzz. Untuk orang-orang kayak gini, saya no comment. Mungkin itu bisa membuat dia bahagia, yo wis mari kita panggil dengan Bapak, bos, komandan, juragan sekalian.

Padahal yaaa, kapan lagi coba manggil istri presiden dengan nama jelek masa SMA nya misalnya. Atau manggil direktur perusahaan Angin Ribut dengan julukan aneh jaman SMA. Kapan lagi cuuuuy?


Ya pas reunilah kesempatannya.




3. Jangan membuat teman lain bad mood, minder.

Ini peraturan terpenting nomor berikutnya. jangan pernah membuat teman lain bad mood, apalagi sampai minder, HARAM HUKUMNYA.

Maka, hindari deh ngomongin soal saham kita di PT GEMAH RIPAH LOH JINAWI yang perkiraannya kalau dijual besok bakal tembus sekian milyar.

Hindari juga membicarakan pekerjaan kita yang cuma ongkang-ongkang kaki di meja aja gaji ngga habis-habis dipakai sebulan, sampe bingung mau dikemanain.

Apalagi nyeritain bahwa kemarin baru beli property Agung Podomoro dan Agung Sedayu grup buat investasi, " Tabungan hari tua cuy, sayang kalau apartemen di Bukit Angkasa sana ngga dibeli, pas lagi murah-murahnya tuh".

Ngga hanya kerjaan, soal anak dan keluarga juga ceritakan sekedarnya saja. Soalnya bukannya ngga bangga atau bahagia dengan keluarga kita, tapi jaga-jaga siapa tahu ada teman yang baru broke, atau belum punya anak sampai saat ini, atau malah yang belum nikah. Ini bisa jadi bikin bad mood.

Jangan juga cerita soal kegagalan-kegagalan kita. Soalnya yang mendengarkan ntar jadi salting, mau hepi-hepi kok malah denger cerita sedih. Kalaupun mau cerita ya sama temen dekat aja, berdua, ngga didengar orang.

Lha kok ribet ya?

Ya iyalah, siapa bilang reuni itu simpel. No no no, ribet mah. Ada banyak banget perasaan yang harus dijaga.




4.Jangan bergunjing


Karena elu ngga akan tau yang digunjingkan itu ada temennya ngga disitu. Lagian ya masa iya, udah bertahun-tahun ngga ketemu trus isinya bergunjing sih. Gunjingnya di grup ajalah, lol.

Trus harus cerita apaaaaa ini, kok semua dilarang?

Waahahaha, sabar bu, namanya juga kembali ke masa lalu ya harus hati-hati banget.

Biar aman, berceritalah soal kenangan-kenangan masa lalu. Cerita "Dulu pas di kelas, kok bisa yah kita berantem sama kelas sebelah, siapa tuh pemicunya dulu?"

Atau ngga " Eh pas jaman sekolah dulu, beneran ngga sih kamu pernah naksir si Anu trus ditolak, hayoooo?"

Kalau cerita yang begini-begini dijamin reunian ngga bakal ngebosenin, bakal rame dan bakal seru.

Tapi perlu diingat aturan berikutnya.


5. Jangan cemburu, jika cowok/cewek yg doeloe anda incar tampak lebih dekat dan akrab dengan teman yg lain nya. 


Iyes, ngomongin masa lalu sih ngomongin masa lalu, tapi jangan sampai ada yang baper.

Baper pas tahu kalau ternyata si yayang dulu selingkuh sama temen sendiri.

Baper pas tahu kalau yang dulu ditaksir tapi ngga berani ditembak ternyata naksir juga, trus nyesel.

Atau malah cemburu saat kisah kasih inceran dulu terungkap pas di reuni. Atau malah mantan kok sekarang jadian sama musuh bebuyutan misalnya.

Jadikan itu lelucon doang, jangan diambil hati apalagi masuk ke pikiran. Dibawa santai aja. Toh semua sudah berlalu.

( Baca :Perlu Ngga Berteman Mantan Di Sosmed?)

Dia berubah, kamu berubah, yang lain berubah, ngga ada asik-asiknya kok kalau harus mengulang yang udah lalu-lalu.

Kan kita udah memiliki keluarga sendiri ya gengs, jadi bapernya coba dibuang jauh-jauh dulu, hahahah.

Yes 5 aturan reuni itu harus kamu tanyakan dulu nih ke masing-masing diri dan teman yang mau reunian. Kalau kira-kira semua sepakat baru deh lanjut rencana reuniannya.

Kalau ternyata kira-kira nih kita ngga bakal sanggup ketemu seseorang disana. Ngga sanggup bukan karena masih ada rasa ya. Bisa jadi karena sankin marahnya dulu, atau karena ya males aja, males level ngapain juga ketemuan lagi, ya udah ngga usah maksa buat datang reuni.

Karena reuni itu harusnya hepi-hepi dan bikin ikatan kita dengan teman-teman di masa lalu jadi lebih lengket. kalau malah berpotensi bakal bikin renggang apalagi sampai menghancurkan keluarga, yo wis ditunda dulu reuniannya sampai dragon ball ketujuh terkumpul.



Nah, kalau reuni sudah terlaksana, maka ada indikasinya juga gengs, reuni yang seperti apa yang dianggap sukses. Ini saya comot dari grup WA juga, hahahaha (jangan bilang aku seperti dedek gemesh ya ).


1. Akan terjalin persahabatan lebih akrab & langgeng.
2. Tidak kapok datang lagi dalam reuni berikutnya..
3. Merasa bangga memiliki teman lama yg masih ramah bersahabat dan merasa dihargai sebagai teman/sahabat
4. Menumbuhkan kepedulian karena merasa satu alumni

Nah, ntu indikasinya.

Kalau perasaan-perasaan keempat di atas muncul di masing-masing pada peserta reuni, berarti reuninya sukses cuuuy, Yeaaaaay, Dan Mareeee lanjut reuni 10 tahun lagi, ahsek.

Namun kalau ternyata setelah reuni perasaan malah resah dan gelisah, malah sebel sama si Mawar yang kemarin kecentilan, atau iri dengan cerita keberhasilan si pak Bos Harimukti Jayaningrat, maka yo wis sampai disitu saja acara reuniannya, ngga usah dilanjut. Perbaiki lagi niatnya yah.

Jadi sebenarnya reuni itu banyak sih nilai positifnya, ya networkinglah, ya menjalin persahabatan kembali, dan kembali merasa muda serta mencegah pikun juga lho. Lha iya karena kan disitu kita mengingat-ngingat yang telah lalu.

Reuni juga bisa jadi ajang saling meaafkan tanpa baper atas kesalahpahaman yang mungkin dulu pernah muncul.

Namun jangan diabaikan, bahwa reuni juga punya potensi negatif, kalau para peserta reuninya tidak mematuhi 5 aturan reuni di atas.

Jadi, kalau kalian masih ragu nemukan alasan untuk reuni. Coba lihat gambar ini.

Maksa?. Biarin weee



Gambar dari Shutter Stock

The Best Things After Turning 30

Wednesday, June 7, 2017
Life Begin After 30

Kata orang hidup itu baru dimulai di usai 30 tahun.

Benarkah?



Dulu saat saya masih usia 20an lah ya, setiap melihat orang-orang usia 30 itu seperti melihat sosok dewasanya manusia. Di usia tersebut sepertinya orang terlihat lebih mature, tenang, dan..... tua.

Iya, kelihatan tua, rasanya kayak udah ibu-ibu bangetlah kalau udah 30 tahun.

Makanya saat ultah ke 30, tiga tahun yang lalu, saya panik. Oh, shit i turned to 30 years old, damn, what should i do.

Hwaaa aku dah 30 tahun, apa yang sudah kulakukan sepanjang 30 tahun ini, dan aku TUAAAAAAAAAAAAAA, AAAAAAAAk.

Baca Punya Gesi :


Iyes, hal yang paling menakutkan bagi saya adalah menjadi tua dan tidak berfaedah. Alias tua-tua sendiri ngga ada manfaat dan pencapaian.

Setelah 3 tahun melewati usia yang bisa dibilang mendebarkan ini, banyak hal yang bisa saya pelajari.

Saya lebih dewasa

Ciyeee ciyeee

Iyalah lebih dewasa. usia 30 itu seperti garis start menapaki hidup ke tingkat lebih tinggi. Kalau main games, kita tuh udah naik level. Ini pembandingnya diri sendiri, bukan orang lain.

Hal yang paling saya sadari perubahannya adalah, cara saya memandang orang lain.

Iya, dulu tuh kalau melihat orang yang entah gaya hidupnya, cara berpakaiannya, cara fikirnya berbeda dari saya, atau berbeda dari orang pada umumnya, saya pasti bakal ngedumel dalam hati, dan sibuk menilai si orang tersebut.

Misal ya saat melihat teman kantor selingkuh, saya pasti yang sok mau jadi penasehat gitu, dan sok mau jadi penyelamat hidupnya. Merasa dia salah dan harus diluruskan, lalalalalala. Pokoknya merasa dia salah, dan harus diingatkan. Tanpa sadar saya ngejudge dia dalam hati., " Jadi orang kok ngga bisa setia sih"

Biasanya dulu saya akan otomatis menjauhinya. Maleslah deket-deket sama orang selingkuh, ya masa orang ngga setia ditemani sih.


Kalau sekarang, udah beda banget saya memandangnya.

Saya tetap berpendapat selingkuh itu salah, tapi saya udah ngga ngejudge lagi. Dalam pikiran saya yang ada malah, " Hmmm mungkin dia punya masalah yang aku ngga tahu", Saya jadi bersikap bahwa itu adalah urusan pribadinya, who i am to judge her or him.Biarkan ia menyelesaikan masalahnya, toh ia sudah dewasa.  Sebagai teman , ya saya tetap berteman seperti biasa. Alih-alih menyudutkan dia, saya malah memilih untuk lebih sering jalan bareng mungkin dengan dia. Ya kali dengan begitu dia jadi males selingkuh, kan udah ada teman ngobrol dan main, lol.


Keusilan Berkurang

Ini masih berkaitan dengan soal dewasa.

Mungkin karena udah makin banyak orang-orang yang ditemui, makin banyak mikir dan makin banyak pengalaman, membuat keusilan saya untuk ngurusin hidup orang lain jauh berkurang.

Dulu kalau lihat teman yang gajinya sama dengan saya kok gaya hidupnya mewah sekali, nongkrong di cafe keren tiap weekend, beli barang always bermerk, tapi kok pas jam makan siang kantor irit bener, pasti dalam hati udah ribut sendiri, nyinyir.


" Ih kalo aku ngga akan mau gitu, ngapain demi gaya, gaji kok malah abis gitu"

Iya seusil itu.

Kalau sekarang mah woles. 

Sekarang tuh mikirnya lebih ke, ya setiap orang pasti udah taulah konsekuensi apapun yang dilakukannya. Dan menyadari bahwa setiap orang punya standard hidup yang diyakininya, lha ngapain saya rese.

Teman beli tas bermerk misalnya walau kita tau gajinya sama, ya ngapain diusilin, biarin aja mah, duit-duit dia, ngga ganggu hidup gue juga. 

Dia mau sok nggaya nongkrong di cafe keren demi update di path or Instagram, ya apa jadi  masyalah buat gw. Kalau memang itu membuat hidupnya bahagia, so what?, kok saya harus rese.

Beneran, usia 30 tahun ternyata membuat saya suka yang mikir " Ah elah hidup udah ribet, ngapa gw harus diribetin dengan meribetkan hidup orang, dengan pilihan orang"

Cenderung selfish sih, tapi versi dewasa, bahwa setiap orang punya cara hidup masing-masing.

Kalau saya nyaman dengan gaya hidup biasa-biasa aja, ya ngga berarti orang lain harus begitu.


Gambar dari Sini


Ngga Terlalu Peduli Dengan Omongan Orang

Gambar dari Sini


Jujur aja, point ini adalah hal yang paling saya syukuri dari usia 30 tahunan. 

Ternyata waktu hidup berbanding lurus dengan space otak dan perasaan, lol.

Iya, semakin tua, ternyata kapasitas otak dan hati kita dalam merespon lingkungan semakin luas sekaligus semakin sempit.

Iya, jadi cara pandang kita makin luas, sekaligus kita mikirin space otak yang terbatas, ngga boleh disia-siain untuk mikirin hal ngga penting.

Jadi, kalau dulu, mau melakukan apa-apa, yang terfikir duluan itu, apa ya pendapat orang.

" Ih kalau aku ngga ikut karakoen bareng teman, apa ya kata mereka, jangan-jangan mereka nganggap aku sombong"

" Kalau ntar ada yang bertamu ke rumah, trus lihat rumahku ngga punya perabot, apa ya kata mereka, masa percuma suami istri kerja, rumahnya ngga ada isinya"

Sekarang boro-boro mikirin isi rumah, yang lebih dipikirin malah gimana biar di rumah bisa istirahat dengan tenag aja, hahaha




Lebih Simpel

Percaya ngga percaya, after turning thirty hidup itu kok malah jadi lebih simpel.

Berpakaian jadi lebih simpel. beneran, dulu saya ribet banget lho soal pakaian. Ribetnya bukan berarti pakai baju macem-macem yang gimana gitu. Tapi ribet mikirin, eh kalau aku pakai baju ini, ngga cocok ah sama acaranya, pakai baju itu ngga pas sama udaranya, sama cuacanya. Pokoke ribet. Karena ini masih ada hubungannya dengan point di atas, masih mikirin omongan orang.

Kalau sekarang ya pakaiannya simpel. Yang mana yang buat saya nyaman ya saya pakai, ngga mikirin orang ntar mikirnya saya sok abege, atau ih udah tua kok sok masih pake jeans, kok jilbabnya ngga syar'i.

Bukan berarti hidup mengalami kemunduran, tapi ya itu, udah males ribet sama hal begituan. Kalau kata kasarnya, " Serah deh orang mau lihatnya gimana, yang tau gimana-gimananya mah guwe"

Jadi lebih mikir ke esensinya. Misal darpada ngeribetin pakaian, gimana kalu berusaha lebih ramah sama orang lain aja. Daripada ribet mikirin panjang pendek jilbab, gimana kalau lebih banyak melakukan hal yang berfaedah aja.



Lebih Woles

Dalam berhubungan dengan orang lain atau bereaksi dengan hal-hal di luar diri saya, saya merasa juga jadi lebih woles.

Kayak misalnya lagi pergi sama suami recananya mau memperbaiki laptop yang rusak, eh sampai di tempat reparasi ternyata ....laptopnya ngga dibawa. Lol.

Kalau dulu, wah udah pasti perang badar lah ini, bisa ngamuk saya. Sekarang mah woles, dibawa ketawa aja, trus lanjut ngadem ke mall.

( Baca : Suami Nyebelin )

Imbasnya juga kebawa di pekerjaan. Dulu mah sama rekan kerja aja, kalau ada kerjan yang ngga beres, saya bisa berapi-api marahnya.

Ia saya kan defaultnya sebenernya pemarah ya. Jadi dulu misal, dikasih kerjaan yang sama sama atasan, trus saya selesai ngerjain, sementara rekan kerja ngga selesai. Waaah bisa terjadi perang dingin, bisa saya diemin tuh orang sampe beberapa hari.

Sekarang mah woles. 

Saya kasih kerjaan ke bawahan, suruh sediain data untuk periode akhir Mei, doi kasih data Juni, karena mungkin dia mikirnya mending ngasih data terakhir aja biar update, padahal memang ada yang mau saya lihat di data bulan Mei. Mungkin kalau ini kejadiannya beberapa tahun yang lalu, udah pasti say bakal langsung ngomel sambil bersungut-sungut bilang " Gimana sih, tadi kan ibu minta data Mei, kok kamu improvisasi sendiri kasih data Juni ", pasti ini mah, saya udah bayangin.

Kalau sekarang, palingan lihat datanya trus bergumam " Yah kok salah sih", udah gitu saya bakal melakukan opsi, cari data sendiri kalau memang butuh banget saat itu juga, atau nunggu besok, minta dia kerjain lagi.

Ternyata woles itu bikin hidup tenang yah dan ngga kemrungsung.

Carpe Diem Seize The Day

Naini.

Sebenernya kesimpulan dari turning thirty itu ya ini

Di usia segini, masa-masa pencaian jati diri udah lewat. karir udah lumayan, rencana masa depan mau ngapain-mau ngapain udah terlihat titik terangnya, walau tentu masih diwarnai sedikit kekhawatiran, bisa ngga ya mencapai goals dana pendidkan anak, dan haji, dana pensiun, namun minimal udah on the track ke arah situ.

Karena less worries, jadinya menimati hidup saat ini itu lebih terasa penting.

Alih-alih sedih mikirin ngga bisa datang ke ultah anak yang sudah direncakan, saya memilih lebih fokus ke apa yang saya kerjakan saat itu biar cepat selesai, kemudian memikirkan ulang tahun susulan.


Alih-alih mikirin kok bisa bulan ini pengeluaran gila banget, saya lebih mikirin ya udah nikmati aja sisa duit yang ada.

Alih-alih mikirin gimana kalau suami macem-macem di masa datang, mending nikmati kebersamaan saat ini.

Live the moment




Wah masih banyaklah perubahan positif yang saya rasakan setelah usia 30 tahun, mungkin ada pengaruhnya juga dengan tingkat kemapanan hidup kali yah.

Kalau dulu mungkin pikiran banyak bercabang. ya mikirin gaji yang belum sesuai keinginan, mikirin kerjaan, mikirin anak yang masih butuh banget perhatian, mikirin eksistensi, lalalala.

Sekarang di kerjaan juga udah mayan settle dan mapan, meski konversinya adalah tanggung jawab lebih gede, tapi jadi lebih tenang aja jalani hidup.




Lihat orang beda pendapat, " Ah biasa itu, namanya manusia, kalau seragam semua apa enaknya"

Lihat orang berbuat salah, " Ah, aku juga dulu pernah salah, mungkin dia lagi diuji biar lebih baik lagi "

Lihat orang norak di sosmed "Ah mungkin itu yang membuatnya bahagia, happy for you juga yah"

Lihat mantan?. " Mantan? Siapa ya, sudah lupa tuh? " wahahahahah




Jadi kalian yang mau memasuki usia 30, jangan khawatir dan jangan panik. 30 memang angka yang mengerikan. It's old, it's scary, remember 10 years from now, YOU WILL BE 40. OMG. but it's chalenging.

Life begins at 30 and you will become a better human being. Trust Me.



Btw kalian tau ngga sih usia saya berapa, wahahahahah

Perlengkapan Bayi Yang Sebenarnya Tidak Dibutuhkan

Monday, June 5, 2017
Gara-gara postingan saya kemarin yang berjudul Mahalnya Mengasuh Anak (baca dulu ya ), jadi ada beberapa teman yang tsurhat. Curhat betapa memang mengurus dan membesarkan anak itu sungguhlah babi, alias banyak biaya, Lol.



Saya ngerti bangetlah perasaan ibu-ibu masa kini yang punya anak lagi lucu-lucunya, pasti kantongnya berasa panas selalu.

Namun nih ya setelah punya anak kedua, saya jadi lebih piawai dalam mengakali pengeluaran untuk segala kebutuhan bayi.

Setelah saya pikir-pikir ternyata kebutuhan anak bayi masa kini itu makin mahal dan menggila karena ya ibu-ibunya juga yang orangnya kalapan.

Betul apa betul bu ibu?

Iyalah, coba lihat betapa kompetitifnya ibu-ibu masa kini.

Lihat temen beli gendongan carrier kece dan terlihat nyaman dipakai ngga mau kalah, langsung cari tau ke google mereknya apa, harganya berapa.

Ini true storynya saya sih.

Jadi dulu pas lagi imunisasi Tara, saya lihat cici-cici gendong anaknya pake carrier. Lha kok anaknya itu nemploknya enak banget di gendongan. Kalau imunisasi itu biasa kan yah, anaknya ditimbang, nah saya yang pake jarik, ribetlah pas mau nimbang.

Jarik dilepas dulu, trus taruh Tara di timbangan, abis itu pake jariknya belibet maning, karena saya ngga ahli-ahli banget ngejarik. Nah lihat si cici itu kok enak banget, pake gendongan kayak ransel di depan, cuma cetek lepas cekrekan di punggung, lepasin anaknya, udah selesai, masukin anaknya lagi, cekrek lagi strap di punggung, udah selesai.

Hwaaa langsung lirik-lirik gendongannya, dan kepo mau baca merknya. pas kebaca ada tulisan boba, langsung searching di internet. Hahahahaha, beli seminggu kemudian.

( Baca : Tak Gendong kemana-mana )

Sungguh ibu-ibu reaktif.

Ga cuma gendongan aja, lihat ibu-ibu dorong stroller kok cakep banget di mall, langsung ngintilin si ibu sambil intip-intip merknya. Lihat temen posting anaknya lagi duduk sambil goyang-goyang, langsung nanya itu apa. Wahahaha, sampahlah.

Padahal ternyata, ada banyak banget barang-barang "kebutuhan " bayi yang ternyata ngga butuh-butuh amat. Kalau ada oke, ngga ada ya juga ngga apa. Ini berdasar pengalaman pribadi aja yah, pengalaman setelah punya dua anak.

(Baca : Serba Serbi Perlengkapan Bayi Baru Lahir)

Makanya sekarang saya kasih tau, buat ibu-ibu yang baru mau punya anak, biar budget segala barang ini bisa dialokasikan ke kebutuhan lain.

Box Bayi




Box bayi itu cuma kece buat pajangan doang bu ibu. Saya udah punya dua anak, dan berdasar wawancara dengan teman-teman, hampir semua sepakat bahwa box bayi ini ngga ada ya ngga masyalah.

Dulu pas abag saya punya anak pertama, saya yang paling duluan ngasih kado box bayi, tante idaman ceritanya, pengen lihat ponakan unyu bobo nyaman di box. Eaaalah ternyata si box lebih sering jadi tempat menaruh segala macam barang dibanding naruh si dede bayi.

kalaupun butuh box bayi misal untuk acara akikahan atau untuk di bulan-bulan pertama, sewa aja deh. Beneran itu ngga terlalu penting, malah bikin rumah sesak.

Baca : Perlengkapan Bayi, Sewa atau Beli? )

Harga box berapa bu ibu?

Min 700 ribu  sampai dengan jutaan.

Hemat 700 ribu nih.


Bouncher

Tau kan bouncher yang mana?

Itu lho yang buat duduk-duduk si bayi sambil goyang-goyang. Persis kayak kursi goyang aki-aki.

Saya dulu sempet mau beli bouncher yang merk Nuna, lucu banget kan yah itu, mana bisa muter-muter lagi. Kebayang ntar sore-sore abis mandi si dede ditaruh di bouncher, trus emaknya bisa melakukan hal lain.




Ternyata sampai anak kedua, ngga pakai bouncher juga anaknya baik-baik aja, hahahaha.

Saya mengakalinya, ya udah kalo sore taruh aja bed cover di lantai, lapis beberapa biji gitu, trus anaknya dibiarin ngelesot kesana kesini, sekalian belajar merangkap, malah aman dan ngga khawatir jatuh.

So, bouncher, coret dari list belanja kebutuhan bayi.

Berapa harga bouncher ?

Kalau merek Nuna sekitar 2 jutaan, merk Baby Does gitu 500 ribu-sejuta.

Hemat 500 ribu (asumsi paling murah )



Baby Chair

Peer terbesar bagi ibu-ibu, baik ibu baru atau ibu senior adalah memberi makan anak. Duh sampe keringetan ya bu ibu nungguin anak makan. Makanya beli baby chair ajalah, biar anaknya anteng makan.



Saya ngga pernah punya baby chair. Jadi kalau ngasih makan anak, cukup anaknya didudukin di lantai, alasnya kasih karpet plastik warna-warni, biarin dia makan disitu. Pas kecil kita suapin, udah gedean dikit dia mau makan sendiri, ya udah biarin aja. Segala nasi, sayur bakal berantakan di karpet. Udah selesai tinggal kibas karpetnya di luar, Horeee, rumah bersih kembali.

Berapa harga baby chair?

Sekitar 300 ribu ke 1,5 juta.

Kalau itu diskip, mayan hemat kan, bisa beli diapers, Lol.


Stroller Fancy

Saya bukan tim stroller. Saat Tara bayi sampai saat ini dia hanya pernah menggunakan stroller beberapa kali doang, karena doi suka digendong, dan maklum karena anak pertama, jadi dulu posesifnya minta ampun, maunya anaknya didekep terus.

( Baca : Pilih Pilih Gendongan Bayi )

Namun bagi sebagian orangtua, stroller ini jadi kebutuhan utama, karena kemana-mana bawa anak pake stroller, ngemall misalnya.

Nah, saat Divya lahir ternyata dia getol banget di stroller, kenapa? karena saya ngga bisa gendong Divya sekaligus mengawasi Tara, makanya mending anaknya ditaruh di stroller. Jadi stroller itu memang masalah kebiasaan sih, kalau dari kecil dibiasasin di stroller ya jadi butuh, kalau ngga dibiasasin ya ngga butuh. Ini berdasar pengalaman pribadi terhadap Tara dan Divya.

Oke, jadi, kalaupun kita butuh stroller, biasanya ibu-ibu pasti ngiler sama stroller yang tampilannya fancy ala Stokke lah. Saya dulu ngiler banget sama stroller ini, sampe niat banget pengen beli, nabung deh nabung biar punya Stokke. Lihat di internet harganya sekitar 10-25 juta. Masih ngiler, diem-diem nabung mau beli sendiri, karena kalo bilang suami pasti ngga dikasi.




 Tapi untung saya ngga khilaf hahaha, akhirnya malah cuma beli stroller merk chocolate seharga 1,5 juta, yeaaaay.



Jadi, buat ibu-ibu kalau mau berhemat, belilah stroller dengan merk yang sedeng-sedeng aja, maksimal 2 jutalah udah oke kok. Merk Nuna gitu mungkin dapet 5 jutaan dan kece juga sih agak mirip Stokke, tapi bayangkan duit 3 juta yang bisa dihemat, wahahahahahaha.

Saya milih berhemat. Oke sip.



Baju Karakter

Ini juga pengeluaran ibu-ibu masa kini yang bisa diskip. Biasalah ya, ibu baru pasti suka bereksplorasi dengan bayi unyunya. Pengennya difoto-foto trus masukin Instagram. Biar kelihatan lucu belilah baju karakter kayak binatang, buah, atau malah pesawat?

Padahal baju beginian cuma kece buat difoto doang, kan ngga mungkin juga dipake sehari-hari, jadi mubazir.

Namun kalau memang pengen banget, bisa lho disiasati dengan sewa aja, malah bisa dapet macem-macem modelnya.

( Baca : 10 Merk Baju Anak Yang Berkualitas dan Terjangkau )


Sepatu Bayi

Kerjaannya saya saat jadi ibu baru dulu adalah stalking akun IG Dian Sastro, terus kebayang-bayang sama sepatu -sepatu kerennya si Ishana. Duh lucu-lucu banget, langsung mupeng pengen beli. tapi karena harga sepatu anaknya Disas di atas 2 jutaan, bhay lah yau, mending beli sepatu saya wahahah.

Nah, demi hasrat ibu baru, saya tetep dong beli sepatu untuk Tara, dari yang gambar Minnie Mouselah, pita-pita, yang ada lampu, yang sporty, semua saya punya. Satu rak sepatu sendiri tuh punya Tara.

Padahal itu semua cuma dipakai sekali-sekali doang dan unfaedahlah.

Jadi bu ibu, anak bayi itu ngga butuh samsek sepatu. Mereka mah dipakein kaos kaki ajalah, wong belum bisa jalan ini. Kalaupun ntar mau beli sepatu, belilah saat dia udah umur setahun lebih. bahkan saat baru belajar jalan mending dipakein kaos kaki yang nyambung sepatu yang tapaknya berduri-duri itu lho (aduh apa ya namanya)

Harga sepatu bayi berapa?

80 ribu sd 250 ribuan.

Mayan untuk beli lipen.


Peralatan Mpasi 


Ooh ini juga nih salah satu barang yang ngga ada ya juga ga apa-apa.

Kalau kalian ke toko perlengkapan bayi, itu peralatan Mpasi banyak banget lho, mulai dari food processor, slow cooker, pembejek makanan bayi, sampai sendok khusu, dan piring ,mangkuk, serta cangkirnya yang serasi dan harganya ngga murah samsek.

Emang sih kalau punya satu set gitu seneng ya, lucu lagi, tapi ini bisa banget di skip, karena anak bayi mah belum bisa melihat betapa lucunya peralatan mpasi dia, yang penting disodorin ke mulut ya makan, gitu doang.

Slow cooker ini fungsinya untuk membuat bubur atau makanan bayi, bisa ditinggal semalaman, trus besok paginya udah jadi gitu. Kelebihannya dengan masak secara slow maka nutrisi yang ada di bahan makanan diharap ngga hilang. Ngga punya ini ga apa-apa lho bu ibu, masak buburnya ya di kompor biasa aja dengan peralatan masak yang kita punya, sama aja kok, tetap perhatikan aja bahannya yang memang bergizi biar anaknya sehat.



Food processor juga ngga butuh-butuh amat. Ngga tau sih saya sampai hari ini ngga pernah punya food processor.

Harganya berapa itu semua?

Food Processor : sekitar 500 ribuan
Slow Cooker : 350 ribuan

Kalau di skip? bisa buat biaya imunisasi.


Sterilezer Botol Bayi

Memang yah itu para produsen peralatan bayi pinter banget mencari celah apa yang bisa dijual, padahal ngga butuh-butuh amat.



Dulu sempet bolak balik ke toko perlengkapan bayi untuk melihat sterilizer ini, beli ngga ya, beli ngga ya, soalnya harganya lumayan banget cuy, 600 ribuan, kan hatiku galau ya. Kebayang kalau ngga dibeli ntar botol susu anak ngga steril gimana dong.

Tapi ternyata ya ngga perlu juga ah pake sterilizer, cukup siram aja pake air panas setelah dicuci (jangan direbus ), udah matilah itu kuman.


Botol Bayi 

Ini khusus ibu-ibu yang anaknya minum susu formula, atau pake botol karena ibunya kerja.Pasti di awal-awal khawatir banget dan pusing pas milih botol susu.Segala merk dicoba. Anggapannya makin mahal makin bagus.

Merk-merek botol dengan harga di atas 100 ribu sebotol,seperti Tommee Tippee, Dr.Brown, Avent, Mimijumi, sampai Medela Calma yang sebijinya 300 ribu, biasanya jadi pilihan ibu-ibu nih.



Padahal kalau diitung-itung kan kita butuhnya ngga cuma 1 botol yah, wah bisa banyak nih biayanya untuk botol susu aja.

Kalau menurut saya, sepanjang bayinya ngga punya masalah, cobain dari botol susu paling murah ajalah. Pigeon is the best, cuma 40 ribuan. Mana gampang lagi bersihinnya.

Botol bayi pas Tara dulu masih pake Dr Brown, Medela, dan Avent. Giliran Divya pake Pigeon aja, sama Aventlah maksimal, xixixi.



Hemat ratusan ribu nih jadinya.

Perlengkapan Menyusui

Baju menyusui ----> ga perlu samsek, cukup pake baju kancing depan aja.Yang penting itu malah Bra menyusuinya.

Apron menyusui -----> gunakan jilbab untuk nutupin atau kain selimut si dede atau kain jariknya, apa ajalah asal nutupin.Kalau ada nursing room ya ke nursing room aja.

Nah, coba sekarang dihitung berapa tuh penghematan yang bisa dilakukan.

Tapi perlu diingat ya kebutuhan masing-masing bayi mah beda-beda. Ada teman yang saya yang anaknya harus banget pake baby chair biar dia bisa nyapu rumah saat anaknya makan misalnya. Ada juga yang harus banget pake bouncher karena kalu ngga gitu dia ngga bisa mandi. Disesuainlah ya sama kondisi anaknya.

Tapi yang pasti sebenernya nih, barang-barang di atas walau ngga ada ya ngga membuat anak kita bakal terganggu tumbuh kembangnya, karena semua itu hanya support.

Cara gampangnya kalau mau berhemat lagi, ya nunggu dikadoin atau nunggu diendors, hahahaha

Semoga bu ibu bisa menemukan cara berhemat ya.

Kalau menurut kalian apa nih yang bisa dihemat dari perlengkapan bayi yang biasa ada








Tempat Berbuka Puasa Yang Ramah Anak di Medan

Saturday, June 3, 2017
Tempat berbuka Puasa Ramah Anak di Medan



Sudah hari ke tujuh nih di bulan puasa. Udah buka bersama ke mana aja gengs.

Saya sampai hari ini buka puasanya masih di rumah aja lho, belum ada buka yang bareng-bareng keluar. Kemarin sore buka bersama dengan keluarga saya, sama oma, dan adik-adik, tapi di rumah doang. Lauknya beli di resto favorit biar ngga rempong masak, tapi makannya di rumah. Jadi tetep makan enak tapi suasana homie. 

Karena yah seperti yang  pernah saya bilang di blog ini, kalau saya tuh sebenarnya males buka puasa bareng di luar karena rempong, dan ngga nyaman pas waktu sholatnya.


Nah, bagi kita nih para orangtua, terkadang pengen juga yah buka di luar sama anak, tapi trus pusing mikirin ntar anaknya rewel ngga ya, ntar dia boring di resto, ntar dia malah ngerecokin pengunjung lain, duh.

Sini sini saya kasih tau beberapa tempat makan yang oke banget untuk buka puasa sekaligus anak kita bisa bebas main. 

1. Lembur Kuring


sumber:lemburkuring.com


Ini tempat makan paling sering saya kunjungi kalau ngga puasa. Kalau puasa ya apalagi, enaklah bukber disini. Tempatnya luas dan terbuka, jadi segar dan ngga penat.

Sajiannya masih sajian nusantara, hampir sama dengan ayam kalasan. Tapi di lembur kuring ini, makanannya lebih banyak seafoodnya. Mulai dari aneka ikan, udang, cumi, kepiting yang bisa dimasak segala macem, mau bakar, goreng, asam manis, asam pedas, tauco, serah deh.

Harganya kalau menurut saya lumayan sih, tapi karena dia porsinya gede maka paling asik kalau makan rame-rame, jadi satu porsi bisa dimakan bareng.

Disini juga ada taman bermain yang gede banget, satu halaman sendiri. Ada perosotan, ayunan, jungkat-jungkit yang jumlahnya ngga satu lho tapi buanyak.

Tara sama Divya paling suka makan disini, sebab bebas banget mau lari-lari kesana-kesini.

Kalau bosen main, bisa juga anak-anak diajak lihat ikan, karena disini ada kolam ikan yang ikannya ya ampuuun gede-gede bangeeeet, sampe kayak manusia panjangnya, Gueeede.

sumber:lemburkuring.com


Jamin deh, anak-anak pasti hepi kesini.

Untuk mushola jangan khawatir, di bagian belakang samping resto ada bangunan sendiri khusus untuk mushola yang ukurannya lumayan luas. Jadi ngga berdesakanlah kalau mau sholat.

Ini Lokasinya yah :

Jl. T. Amir Hamzah No.85, Helvetia Tim., Medan Helvetia, Kota Medan, Sumatera Utara 20124
(061) 8465515


2. Istana Koki




Istana koki ini beda dengan koki sunda ya walau mereka satu management.

Yang baru pertama kesini pasti bakal kaget, karena tempat makannya ya beneran kayak istana, guedeeee banget bangunananya. Saya pertama kesini dulu sempet membatin " Haaah resto segede ini apa ada yang makan ya". Ternyata penuh banget booook, padahal udah dibuat bertingkat juga lho.

Beda dengan lembur kuring yang konsepnya terbuka, istana koki memang tertutur karena ya restonya di dalam bangunan istana. kamu bisa pilih mau duduk di kursi dan meja ala meja makan di rumah atau mau duduk lesehan biar santai.

sumber:www.tripadvisor.com


Menu disini, lagi-lagi makanan rumahan, Iyaaa saya suka makanan rumahan soalnya hahahaha. Rekomended gulai kepala ikannya dan gulai udangnya, aduuuuh sedap betul rek. Nah disini juga biasanya ada diskon kalau makan min 500 ribu, diskonnya bukan potongan harga sih, tapi berupa lauk. Jadi misal transaksi min 500 ribu gratis kepala ikan satu porsi gitu, mayanlah.

Lauknya enak semua, saya suka semua lauk disini.

Trus istimewanya, disini ada bar untuk buah-buah rujak beserta bumbunya dan aneka sayur lalapan beserta sambalnya yang boleh kamu ambil sepuasnya alias GRATIS. Anak kos pasti hepi nih, hahahaha.

Untuk anak-anak, ada disediakan satu ruangan khusus tempat bermain. Jadi ngga khwatir anaknya bete.

sumber:tripadvisor.com


Musholanya juga lumayan luas dengan kamar mandi yang jumlahnya sangat cukup untuk digunakan orang segambreng.

Rekomended banget buat buka puasa bersama keluarga, teman dan handai tolan, halah.

bukber tahun berapa ya ini


Lokasi :

Address: Jl. Teuku Cik Ditiro, Madras Hulu, Medan Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara 20151
Phone: (061) 4561756
Hours: 
Open today · 11AM–10PM


3. Ayam Kalasan




Lokasinya di samping Medan Plaza, di jalan Iskandar Muda.

Saya suka banget buka puasa disini, karena makanannya memang makanan rumahan, bukan makanan ala cafe. Jadi disini lauk pauknya ya seperti yang disajikan di rumah. Ada ayam goreng kalasan, ayam bakar, segala ikan, udang, sate, dengan pilihan sayur yang banyak banget, mulai dari sayur asem, urap, sayur bunga pepaya, daun ubi gulai, tumis jamur, oseng kikil, hwaaaaa semua ada.

Kalau berbuka, kita disedian takjil gratis. Menu yang lain juga ada buah-buahan segar .

Tempatnya yang luas membuat daya tampungnya juga gede, jadi walau rame tapi ngga kelihatan crowded, karena dia terdiri dari dua lantai. 

Kalau mau bukber sama temen-temen atau keluarga dalam jumlah banyakan, disedaian juga dua ruangan tertutup yang terpisah, jadi bisa lebih private. So nyamanlah untuk makan.

Untuk sholat, disini selama bulan puasa, disedian tempat sholat tambahan selain mushola yang memang sudah ada. Jadi ngga khawatir, sholatnya desak-desakan.

Harganya?

Lumayanlah, ngga mahal banget tapi ya ngga murah juga, tapi sebanding sama rasanya.

Kalau mau bukber yang ramean, jangan lupa reservasi tempat terlebih dulu ya biar kebagian.

Nah, yang bawa anak jangan khawatir, di lantai satunya ada disedian playground mini untuk anak kita main. Ada perosotan, kuda-kuda, dan mainan lain disitu. Jadi anaknya bisa anteng, hepi, sementara emak bapaknya nyaman makan.




Address: Jl. Iskandar Muda No. 292-294, Petisah Tengah, Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara 20112
Hours: 
Open today · 10:30AM–10PM
Phone: (061) 4521622

4. Mie Aceh Titi Bobrok

Kalau ngga suka masakan rumahan dan pengen makan mie-miean doang atau nasi goreng untuk buka puasa, maka Mie Aceh Titit Bobrok bisa banget jadi pilihan.

Disini menunya ya sekitaran mielah, dan nasi goreng.

Kenapa saya rekomendasiin untuk bukber bersama anak?

karena di lantai duanya ada tempat bermain juga untuk anaknya, dan musholanya gede, jadi sik asiklah buat buka bareng.

Alamat : Jl. Setia Budi No. 17 D, Sei Sikambing B, Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara 20122
Jam Buka: · 11AM–10PM
Telp : 0821-6374-7015


Itu nih empat tepat berbuka puasa yang ramah anak di Medan, udah bisa bangetlah itu jadi pilihan. jangan lupa booking tempat dulu sebelum berbuka yah biar lebih tenang pas datang.

Selamat berpuasa semuanyaaaa.

Di Kota kalian, ada ngga tempat buka puasa yang bagus, yang ramah anak dan ramah sholat, share dooong.


Custom Post Signature