Suami Nyebelin

Thursday, June 1, 2017



Halo ibu-ibu dimanapun kalian berada.

Kalian pernah sebel ngga sama kelakuan suami. Sebel level males ngomong sama blio sampe level sebel dan pengen nyanyi lagu Betharia Sonata " Pulangkan saajaaaa aku pada ibuku atau ayahku, uwo uwo uwo "

Kalau saya?

Pernah banget 

Adaaa aja gitu hal yang menyebalkan dari suami yang pas saat kejadian bikin pengen teriak di kuping dia, tapi ya sebel-sebel gitu tetep cinta sih, aku lemah.

Mungkin kalian juga mengalaminya. apa sajakah itu?

Baca Punya Mereka Juga Ya :

Gesi



TIDAK PEKA

Ada satu hal yang saya sadari tentang kenyataan dalam pernikahan dan mungkin kalian juga menyadarinya. 

Ternyata, segala hal yang terjadi , prinsip atau kondisi apapun yang berlaku umum saat sebelum menikah, maka setelah menikah menjadi kebalikannya, literally, bukan cuma slogan, tapi nyata dan terjadi hampir di seluruh pernikahan.


Dulu sebelum menikah, posisi perempuan itu ada di atas angin. Okelah bukan di atas angin tapi di atas pria. Mau ngambek ya ngambek aja, mau marah ya marah aja, males nerima telfon ya tinggal matiin, males ketemu ya tinggal bilang ngga ada saat didatengin, pokoke bargaining positionnya setingkat lebih tinggilah dibanding si pria.

Karena ntar pasti ujung-ujungnya si pria minta maaf, kalau masih cinta ya.

Karena pasti toh ntar tetep nyoba nelfon balik sejam kemudian.

Ini saya ngomong yang berlaku umum, bukan untuk special case. 

Yang pasti saat sebelum menikah, pria itu bisa menekan egonya sampai ke titik dasar, sekali lagi if he loves her . 

Namun setelah menikah, sedikit banyak keadaan berbalik. Pokoke mereka tuh ya kadang jadi makhluk yang paling menyebalkan.

Entahlah, setelah menikah kok rasanya perempuan itu lebih banyak ngalahnya, lebih besar pengertiannya, lebih mudah memaafkan. Ngga bisa lagi ngambek-ngambek ngga penting, karena suami kadang ya ngga seheboh dulu mau minta maaf. Boro-boro, kadang merasa salah aja ngga. Kita udah sewot seharian, eh dia lempeng kayak ngga terjadi apa-apa, kitanya malah jadi gondok setengah mati.


Pernah dengar kan kalimat ini.

 " Setelah menikah, perempuan selalu berharap suaminya berubah, sebaliknya laki-laki berharap istrinya tidak pernah berubah"

Ini maksudnya, perempuan tuh selalu berharap setelah menikah, suaminya itu yang dulu kekanak-kanakan bisa berubah lebih wise, lebih mature, lebih segalanya lah, Sedangkan laki-laki pengen istrinya ga berubah, tetap langsing, awet muda, singset selalu, wahahahah, maumu.

Nah, menurut saya kalimat itu justru terbalik. 

Harusnya " Setelah menikah, perempuan selalu berharap suaminya ngga berubah, tetep aja kayak jaman sebelum nikah dulu, suka manjain, salah ngga salah pokoknya minta maaf, penyabar, dan mau melakukan everything untuk kita". 

Kan gitu kan ya sebelum menikah. Makanya kita ((KITA)), saya sih maksudnya suka kan mengulang-ngulang kata " KAMU BERUBAH UDAH NGGA KAYAK DULU LAGI"

Huhuhu bagian ini sungguh paling sering bikin saya dan suami diem-dieman seharian. 


Kadang saya heran, muka udah nyureng-nyureng, nada suara udah ketus, tetap aja ngga peka kalau saya lagi marah, lagi ngambek, pengennya disayang-sayang, dibujuk-bujuk, eh dia lempeng tetep nonton bola kayak biasa, lempeng tetep sok ngajak kita ngomong, ngajak becanda. Bikin sebel.

Masa ya mereka ini para suami ngga ngerti, bahwa kalau udah level istri cerewet tiba-tiba jadi pendiem, maka itu alarm bahwa ada yang salah, ada yang bikin dia kesal, maka harusnya ya hai para suami, " TANYA DONG, TANYA ISTRINYA KENAPA", bukannya malah dicuekin.

( Baca : Istri Cerewet )

Aduh sungguhlah saya tak mengerti otak pria, kok bisa ngga sensitif sama sekali, huuuft. Aku kesel kalau diginiin.


SOLUSI :

Akhirnya berdasar pengalaman bertahun-tahun, saya jadi mengerti memang yang namanya pria itu sepertinya ngga bisa menagkap hal-hal berupa kode, atau isyarat. Mereka adalah makhluk yang tidak bisa membaca tanda-tanda, mereka makhluk permukaan, alias harus terang benderang jelas terpampang dilihat dan jelas clear dikatakan baru ngeh.

Makanya ya, kalau saya lagi bete sama suami, sekarang saya ngga main kode-kode, langsung aja ngomong " Mas aku tuh lagi marah sama kamu karena lalalalalala"

Kadang walau udah dibilangin begini masih aja ngga peka, tetep merasa mungkin " Ah paling ntar baik sendiri", maka saya akan tetap mengingatkan dia " Mas aku masih marah lo sama kamu, kenapa kamu ngga minta maaf sama aku" kemudian nangis , LOL.

Apakah ini berhasil?

Biasanya berhasil.

Tau ngga sih, kenapa perlu mengkomunikasikan perasaan kita ke pasangan?

Mungkin kelihatan lebay, " Ih apaan sih, masa aku minta-minta supaya suami minta maaf, gengsi dong"

Perasaan negatif yang ditumpuk terus menerus akan membuat bibit-bibit ketidaksukaan dengan pasangan. Kalau ngga dikomunikasikan dan kita merasa bahwa perasaan kita diabaikan, maka jangan heran suatu saat akan meledak berupa pengungkitan-pengungkitan kesalahan di masa lampau.

Makanya ya perempuan itu butuh apology yang tersurat, permintaan maaf yang dikatakan, bukan sekedar gestur.

Jadi, para suami, tolong yah tolong, kalau istrinya lagi marah, ngambek, even karena hal yang mungkin di mata kalian terlihat remeh, tolong kembali menjadi sosok seperti sebelum menikah dulu, yang suka meminta maaf, karena saat kamu minta maaf, istri tuh merasa kalau perasaannya dihargai, merasa bahwa suaminya sayang sama dia.


LUPA

Hal menyebalkan kedua yang paling sering dilakukan suami adalah, mereka sering lupa.

Iya, pria itu makhluk yang paling pelupa di dunia.

Mereka lupa kalau istrinya ini adalah dulu putri kesayangan di keluarga, mereka lupa kalau istrinya ini sebelum menikah dulu adalah gadis yang suka dipuji.



Iya, jadi terkadang suami tuh mikirnya istri itu adalah ibu dari anak-anaknya sekaligus merangkap jadi ibunya dia juga.

Makanya mereka tuh mikirnya kalau kita ingin pastilah wanita yang dewasa, yang bisa menyelesaikan segalanya sendiri. Masalah anak, masalah keuangan, masalah urusan rumah, semuanya dikira kita bisa handle.

Walaupun kita bisa melakukannya, alangkah senangnya kalau suami ikut turun tangan, ikut andil.


Suami-suami seperti ini memang bukan suami yang tidak pengertian, mungkin saja ia malah suami yang sangat mempercayai istrinya. Tapi mungkin mereka perlu disadarkan bahwa istri itu pengennya dia itu care. Ikut peduli atas apapun yang terjadi di rumah, minimal nanyalah.

Pulang ke rumah, kan ga ada salahnya nanya istri 

" Dek tadi anak-anak gimana"

Ini sungguhlah pertanyaan basa-basi tapi bisa bikin istri bahagia.

" Dek, uang belanja yang mas kasih, cukup ngga"

" Dek, rencana uang sekolah anak gimana yah, kita bikin planning apa?'

Pertanyaan seperti ini membuat istri tahu, bahwa dia ngga sendiri mikirin semua.


Kalau ada yang bilang istri adalah manager keluarga, maka harus diingat bahwa suami adalah kepalanya. ya masak semua diserahin ke istri.

Jadi para suami, tolong yah tolong jangan sampai lupa kalau istrimu itu di depan anak mungkin ia bersikap sebagai wonder woman, super mom, tapi di depanmu, dia tetap ingin diperlakukan ya seperti gadis yang dulu kau lamar bertahun-tahun yang lalu.

Yang buka botol aqua aja kadang minta tolong dirimu, walau di rumah emaknya ngangkat galon aja sanggup.




Iya, dia masih perempuan yang sama yang masih ingin diperlakukan seperti kala gadis dulu.

Jangan lupa puji dia saat pakai baju merah dan wajahnya terlihat cerah, atau saat pakai baju hitam dan ia terlihat langsing. Puji...puji... puji kami.



SOLUSI :

Jika suamimu lupa, jangan segan ingatkan dia. Mungkin dia memang lupa atau pura-pura lupa, Bilang ke doi, kalau kita pengen dipuji, kalau kita pengen dia nanya kondisi kita, nanya perasaan kita, kalau kita pengen dikasi kado, lol




Hmm apa lagi yaa.

Kalau bagi saya, dua hal itu sih yang paling bikin saya sebel sama mas Teguh. Dua hal yang kelihatan sepele tapi beneran kalau pas doi melakukannya saya tuh sebel banget, sebel level maleslah lihat dia. 

Saya sadar sih sebenernya yang namanya karakter orang itu ga bisa diubah. Kayak saya yang memang karakternya suka ngomong blak-blakan ketemu sama Mas Teguh yang karakternya tertutup, maka memang harus ada usaha dari kedua belah pihak biar bisa ketemu.


Usaha itu ngga bisa tunggu-tungguan. Harus ada yang mau dengan sukarela memulai.

Sebenernya di dalam hati pengen sih sebodo amat " Enak aja masa aku terus yang usaha buat buka percakapan, masa aku terus yang harus mikirin gimana biar tetap mesra", tapi kemudian saya mikir, lha kan yang karakternya suka ngomong memang saya, yang karakternya blak-blakan kan saya, bagi saya mungkin ngomong " Mas aku mau disayang dong" itu biasa aja, bagi masteg mungkin mau mengungkapkan sayang dengan kata-kata butuh waktu sampai Roro Jonggrang nikah sama Jaka Tarub dulu kali (plis ini ga usah ditelusuri ceritanya, saya asal nulis aja kok), makanya di banyak kesempatan, ya udah saya ngalah, ngomel-ngomel dah, sambil mengungkapkan apa yang saya mau, apa yang saya rasakan.

Menikah memang ngga mudah ya bu ibu. Saya merasakan benar bahwa menyatukan dua karakter yang sama aja masih akan banyak terjadi perselisihan, apalagi yang jelas-jelas beda. makanya KOMUNIKASI dan PENGERTIAN mutlak harus dibangun tanpa pernah merasa bosan.

Gagal, coba lagi, gagal coba lagi.

Dia nyebelin, kesel sih, tapi jangan lupa bahwa kalau kita sebelnya kelamaan tanpa berusaha mengkomunikasikan apa yang kita rasakan, maka kita sendiri yang rugi. 

Dia nyebelin sih,tapi jangan lupa juga akan kebaikan-kebaikannya.

Dia mungkin ga pintar bilang i love you dengan gamblang tapi dengan dia selalu menjaga kesetiaan dan kepercayanmu, mungkin itu cara ia mengungkapkan kata i love you.

Kembali lagi, saat suami lagi nyebelin, komunikasikan dan tetap ingat kebaikan-kebaikannya #ngomongsamacermin

Karena menikah itu memang harus diperjuangkan.

Kalian apa nih yang paling bisa bikin kalian sebel ke pasangan, sama ngga kayak saya?


Mau baca soal pernikahan lainnya, klik label Marriage ya 







Mahalnya Mengasuh Anak

Tuesday, May 30, 2017



Dear para ortu millenial

Apakah kalian pernah berfikir bahwa memiliki anak itu ternyata biayanya muahal banget?.

Kalau iya, mari kita pelukan dulu, lol.

Dulu banget pas masih gadis, setiap denger ibu-ibu di kantor cerita soal uang susu, uang pampers, sampe uang imunisasi yang katanya bikin kantong panas, saya ngga percaya. Ngga percaya level,

"Hah masa sih, punya anak sampe segitunya, emang susu berapa sih, diapers berapa sih, dan imunisasi? bukannya gratis ya dipuskesmas?"

Iya, bu ibu, mungkin kalian juga seperti saya ya dulu. Namun ternyata saat sang jabang bayi hadir di rahim kita, hati ini bersorak bahagia. Dengan penuh sukacita langsung daftar ke dokter kandungan ternama seantereo kota tempat tinggal. Rasa bahagia yang membuncah sampai tidak bertanya lagi berapakah biaya konsul per kedatangan.

Dan wow, siapa yang mengira di masa kehamilan, uang lima ratus ribu itu cuma numpang lewat dompet doang. Periksa Torch sekian juta, USG sekian ratus ribu, beli vitamin ina inu, susu kehamilan biar sehat, plus pengen makan segala macem dengan alasan ngidam, tau-tau gaji sebulan sekedipan mata saja lewat di depan mata.

( Baca : Pilih-Pilih Dokter Kandungan )

Saat waktu kelahiran tiba  hati pun deg-degan tak karuan.

Memikirkan kesalamatan sang bayi sekaligus memikirkan biaya rumah sakit yang harus ditebus. " Ah ngga papa, diganti kantor ini", maka fasilitas kelas satu pun masih diupgrade ke VIP demi kenyamanan selama persalinan. Keluar rumah sakit dompet kembali kosong karena biaya selisih upgrade kamar ternyata bangke banget ya bu ibu, huhuhuhu.

( Baca : Perlengkapan Ibu Menjelang Persalinan )

Hari-hari menjadi ibu pun dimulai.

Anak sekecil mungil begitu siapa sangka printilannya sungguhlah bikin saldo tabungan terkena virus wannacry selalu.

Melihat baju lucu-lucu, segala sepatu, kaos kaki, topi harus matching head to toe hanya untuk kepuasan batin mama baru yang berpotensi baby blues. Ada feed instagram yang sudah ready untuk diserbu foto unyu-unyu bayi.

( Baca : Serba-Serbi Perlengkapan bayi baru Lahir )

Oh siapa sangka diapers yang dulu kata orang bisa membuat kantong panas ternyata juga berimbas membuatnya menjadi kering.

Satu pack diapers hanya bisa bertahan dalam tujuh hari saja, membuat mata kita begitu awas setiap ada kata PROMO di rak diapers dan di lembar  koran di akhir minggu. Yup harapan satu-satunya untuk membuat kantong yang kering ngga berlanjut jadi kerontang.



Dear orangtua millenial

Mengasuh anak sungguhlah mahal

Pernahkan kalian berfikir bahwa ada masanya tissue basah menjadi barang yang akan kalian pedulikan ketersediannya di rumah. Dan sepanjang setahun dua tahun ke depan, tasmu yang bagus itu isinya tak lebih dari 3 T, tissue, telon dan termos dan 2 D diapers, dodot, serta baju bayi, maksa.. biarin.

( Baca : Membawa Bayi Ke Mall )

Apakah hanya sampai disitu?

Eits tunggu dulu. Itu baru permulaan

Dengan begitu banyak ilmu parenting yang didapat, semua ingin yang terbaik untuk si buah hati.

Demi ASI eksklusive maka ibu perlu perangkat pendukung yang mumpuni. Breast pump jutaan rupiah masuk keranjang belanja, jangan lupa cooler bag, apron menyusui, sterilizer . dan tentu saja botol warna warni yang sungguhlah tak semurah kelihatannya.

( Baca : Pilih-Pilih Breastpump )

Huuft, tarik nafas dulu bu pak, perjalanan masih panjang.



Kau takkan mungkin melewatkan jadwal imunisasi yang harus didapatnya kan?

Ini semua demi kekebalan tubuhnya.

Haaah imunisasi  di puskesmas?

Tidak, kau selalu ingin memberi yang terbaik. Hatimu resah kalau kesayanganmu harus demam setelah imunisasi, maka dokter spesialis pun kembali rutin kau jambangi setiap bulan.

Kakimu mungkin sedikit berat setiap melangkah menuju kasir. Kesehatan mahal kan ya?

( Baca : Pilih-Pilih Dokter Anak )


Tapi perjuangan belum berakhir

Begitu si kecil mulai bisa makan, peralatan mpasi ala ibu-ibu pinterest menari-nari di timelinemu. Duh, anakku pasti akan lebih semangat makannya dengan aneka piring dan sendok bergambar Hello Kitty, Sofia, Doraemon, Cars, or Thomas.

Menu Mpasi?

Tentu saja yang bergizi tinggi. Omega 3 omega 6 harus tercukupi, mana itu ikan salmon, dori, hati ayam, alpukat, segala biskuit Heinz dkk.

( Baca : Makanan Instan Anak, Yay or nay ?)

Jangan lupa masih ada segabruk support tools yang tentu akan mempermudah segalanya.

Si kecil butuh tempat untuk duduk-duduk manis begoyang dikala sore, bouncher unyu is a must.

Mau pergi jalan-jalan gimana?

Harus beli car seat biar anaknya anteng di dalam mobil, stroller demi bahu dan punggung aman dari pegal, dan tentu saja carrier biar bonding antara ibu dan anak makin dekat. Semua itu duh ngga akan kebayang harganya. Puk puk kantong pak suami.

( Baca : Pilih-Pilih Gendongan Bayi )

Berakhir?

No

Ibarat komputer , ini kita masih ngomongin hardware, belum ke software.

Anak tersayang kita tumbuh menggemaskan, sudah saatnya ia berinteraksi dengan lingkungan luar. Maka saatnya pengeluaran sesungguhnya dimulai.

APAAAAA? YANG TADI MASIH BOONGAN?

Iya, becanda kamu ah. Itu mah masih remah-remah.

( Baca : Ekspektasi vs Kenyataan Setelah Jadi Ibu )

Biaya sekolah mulai jadi alokasi yang memakan anggaran rumah tangga. Mulai dari playgroup, TK dan seterusnya yang harus sudah dipikirkan dari sekarang. karena biaya pendidikan ngga murah sis, nyiapin harus dari bayi, biar tujuan tercapai #goals.

Dilema melanda antara beli skin care atau buku edukasi, buku dongeng, ensiklopedia, buku sibuk, buku sticker, crayon, ya ampuuun itu kenapa unyu-unyu gitu kok harganya bikin nangis.T___________T.

Eh iya, si kecil sekarang sudah bisa main sama anak lain, sepeda mana sepeda, dia butuh sepeda, butuh diajak ke kebun binatang, mandi di kolam renang, field trip ke kebun sayur, dan cencu saja ulang tahun ala pinterst. Blah.

( Baca : 6 Tips Praktis Merayakan Ulang Tahun Anak )



Dan semuanya itu belum termasuk daycare dan gaji mba di rumah.

Mamaaaaaaaaa..........................................

Sanggupkah kita?

Cukupkah gaji kita?


Dear orangtua millenial

Ada masanya kelak, kau akan lebih sering mampir ke toko bayi dibanding ngopi di kafe kesayanganmu. Toko bayi seolah menjadi rumah keduamu. Bersabarlah, toko bayi juga asik lho jadi tempat hang out.

( Baca : 10 Merk Baju Bayi Bagus dengan Harga Terjangkau )

Ada masanya, saat sepatu putih bunga-bunga tak bisa hilang dari ingatan, kau harus menguatkan diri untuk tidak kembali hanya untuk melihatnya dipakai di kaki orang lain, ingat ada dana darurat yang mesti tercapai check pointnya agar hati ini tenang, saat kejadian terburuk mungkin melanda keluarga.

Ada masanya kau harus menahan hasrat membeli tas lucu yang memanggil-manggil di departement store, ingat ada biaya pendidikan yang harus kita penuhi. Ini demi cita-cita agar si kesayangan mendapat pendidikan terbaik kelak.

( Baca : Mengelola Keuangan Ala Ibu Bekerja )

Bersabarlah

Dear orangtua millenial

Memiliki anak memang  membuat pengeluaran kita seribu kali lebih banyak dibanding saat single dahulu.

Mungkin kita akan kaget, penambahan satu anggota keluarga tapi kebutuhannya kok melebihi kebutuhan kita dan pasangan.

Iyes, memang seperti itu kenyataannya.

Tapi yakinlah, kebahagiaan yang menyertai kehadirannya, senyum lucunya, wangi nafasnya dan bahkan bau pesingnya pun tak sanggup digantikan oleh lembaran rupiah yang mungkin keluar tak terbendung.

Karena itu para orangtua millenials, nikmati saja saat ini, nikmati setiap momen yang mungkin dalam pikiranmu terbersit " Gila, ini mau merawat anak atau merawat mobil sih, kok banyak amat biayanya"

Bersyukurlah atas kehadirannya. Jangan galau kalau tak bisa memenuhi hasrat sesuai ekspektasi merawat bayi ala ibu-ibu millenilas,lho apa inih kok ngga nyambung.

Bersyukurlah atas kesempatan berpusing ria memikirkan biayanya, karena banyak di luar sana orangtua yang dengan senang hati ingin menggantikan posisi kita jika memang bisa dilakukan .

( Baca : Saat Si Buah Hati tak Kunjung Hadir )

Jalani saja, percaya kita sanggup memenuhinya. Lagian ngga semua yang saya sebut diatas harus dipenuhi atau dibeli kok, hahahaha.

Karena setiap anak lahir dengan membawa rezekinya masing-masing yang dititipkan melalui tangan kita orangtuanya.

Yuk mari pelukan dulu, kita bisa kita pasti bisa.



Oya fren, saya suka cerita juga lho di Instagram . Jangan lupa Follow Intagram saya yaaah @winditeguh



Hal-Hal Remeh Yang Membuat Gagal Pergi

Monday, May 29, 2017
Hal-Hal Remeh Yang Membuat Gagal Pergi

Pembaca disini siapa nih yang kadang telat ngantor atau ngga jadi pergi gara-gara alasan yang zzzzz zzzzz banget. Alias ngga penting tapi ngeselin sampe bikin telat.

Saya beberapa kali.

Terakhir ya kemarin. Saya telat ngantor karena........................ ngga nemu jilbab yang matching dengan baju saya, LOL.

Sungguhlah alasan telat yang ngehe bin annoying.

Nah ternyata setelah saya pikir-pikir ngga cuma masalah jilbab ngga matching aja yang bikin saya kadang telat ngga penting gitu, ada juga beberapa hal.




1. Jilbab Susah Dipakai

Ini hanya bisa dimengerti oleh perempuan berjilbab.

Bagaimana saat kita udah ready, udah pakain lengkap, wajah juga udah oke, eh pas giliran pakai jilbab, jilbabnya pletat pletot.

Yang ga berjilbab bisa bayangin ngga sih.

Jadi gini lho, kalau mau pakai jilbab itu, paling enak jilbabnya itu dalam kondisi abis tersetrika, licin, ngga ada lipatan, biar jatuhnya di kepala pas.

Kalau jilbabnya yang model segi empat, maunya tuh posisinya pas yang bagian tengah melengkung sempurna di kepala, ngga ada lipatan yang ngga pada tempatnya.

Kalau jilbabnya yang model pashmina, maunya juga gitu, saat diputar ke atas kepala, ngga ada yang nyempil sendiri di atas.

Pokoke maunya muluslah pendaratannya di kepala.

Tapi kadang pas lagi buru-buru, duh adaaa aja salahnya. Yang ada jejak lipatanlah, yang ngga bisa simetrislah, sampe yang digeser-geser pun kok ngga bisa bagus ya, pipi kok jadi tembem, panjangnya kok ngga pas, kok susah nyelipin jarum pentulnya.

contoh jilbab ngga oke oce. Kerut-kerut di atas, sebel


Aaaaak, kalau udah begini, mood pun langsung ancur, jadi bete, jadi males, akhirnya telat deh atau malah ngga usah berangkat sekalian, xixixi.




2. Kunci Mobil Ngga Keliatan

Ini pernah banget terjadi pada saya.

Udah bangun pagi-pagi, Senin pula yang artinya biasanya always terburu-buru. Entahlah mengapa hawanya Senin itu sepertinya kok kayak maunya cepet cepet cepet gitu.

Gitu mau berangkat, Lho, kunci mobil ngga ketemu, aaaaak.

Cari sana sini, bongkar laci, bongkar tas, tetep ngga nemu. Padahal inget banget kemarin malam ditaruh di tempat biasa.

Mulai deh nyalah-nyalahin si mba, nginterogasi suami, sampai frustasi.

Kalau ini beneran bawaannya dah mau makan orang aja, malesin banget.

Mau mesen taksi udah mefet waktunya. ya kan mesen taksi pakai waktu ngga bisa saat itu pesen langsung ada taksinya, harus nunggu minimal 10 menitanlah, itu pun kalau beruntung.

Akhirnya maksa suami ngantar dengan risiko doi ikutan telat, karena kantor saya dan dia jauhan kantor saya.

Hadeeeh.

Malamnya gitu pulang nyari lagi.

Ini kejadian bikin heboh rumah deh, sampai 3 hari 3 malam, kunci mobil ngga kelihatan rimbanya. Sampai pakai reka adegan ulang segala. Dari mulai terakhir saya turun mobil, masuk rumah, diinget-inget saya kemana aja. tetep ngga nemu.

Akhirnya entah gimana tiba-tiba kepikiran, " Gimana kalau lihat CCTV, siapa tahu kelihatan dimana selipnya"


Ya elaaah kok ngga kepikiran ya dari kemarin.

Akhirnya CCTV diputar, dan you know what?

Coba tebak dimana si kunci berada atau siapa nih yang menyembunyikannya.

Di CCTV terlihatlah, neng Tara mondar mandir di ruang tamu, trus ambil kunci mobil yang terletak di samping TV dan .......................................... doi memasukkan itu kunci ke dalam bolongan speaker tivi T_______________T.



Jadi di samping tivi tuh ada speaker TV ukuran sedeng yang tengahnya bolong. Sama Tara dimasukin kuncinya kesitu.

Langsung deh lihat ke speaker, karena lubangnya kecil, tangan saya ngga masuk, cuma tangan Tara yang bisa masuk, tapi mana ngerti tuh anak kalau disuruh ambil. Akhirnya digoyang-goyang muncullah bunyi kemerincing kunci. Dengan berbagai cara, akhirnya tangan saya yang termasuk imut dipaksain masuk, dapet deh tuh kunci. Dan ternyata di dalam speaker itu ada tissu, kep rambut, bross jilbab saya, dan barang-barang printilan yang selama ini dikira hilang, Hadeeeeeh, Tara Tara


3. Kunci Rumah Ngga Kelihatan

Ini 11 -12 lah sama kunci mobil ketelingsut. Tapi ini biasanya terjadi di hari libur saat mau jalan-jalan serombongan, alias rumah bakal kosong jadi perlu dikunci.

Udah siap semua, pas mau pergi, eh kunci rumah ngga kelihatan. Cari seisi rumah, laci-laci diperiksa, si mba disuruh inget-inget pas beresin rumah ada lihat kunci ngga.

Pokoke jadi sebel banget. Dari yang tadi udah kece siap jalan-jalan, sampe keringetan karena sebel. Akhirnya mutung, males pergi dan ngga jadi berangkat.

Ini pernah juga, pas weekend saya mau ngantor. Biar Tara ngga minta ikut, saya suruh mba nya bawa Tara jalan-jalan keliling komplek sekalian sama adeknya. Eh mereka udah pergi, saya udah siap, kunci ngga kelihatan, zzzz zzzzz. Lha gimana mau berangkat, masa rumah ngga dikunci. Kalau manggil mereka dulu, atau nunggu mbanya balik, lha ya sami mawon ngga bisa pergi juga.

Usut punya usut ternyata kunci rumah dimana cobaaaaa...... dimana sodara-sodara?

Yup, di dalam kulkas.

Duh sungguh random.


4. Ada Tamu

HAHAHAHAHAHAHAHAHA

Ini paling serba salah. Tamu itu kan rezeki ya. Tapi kalau pas udah siap-siap mau pergi eh tiba-tiba ada tamu, kan jadi pusing yah. Apalagi tamunya dari jauh, huhuhu.

Ya udahlah biasanya batallah pergi, jadi ngobrol. Atau ya perginya diundur, tunggu tamunya pulang dulu.


5. Berantem Dengan Suami

Hayooo siapa yang sering begini.

Udah pas banget mau pergi eh karena suatu hal jadi berantem?

Saya saya.

Iyaaa, saya pernah bangetlah ngga jadi pergi karena berantem sama suami. Tapi itu dulu sih, jaman masih berdua, masih alay bin lebay. Egoisnya ampun-ampunan, tersinggung dikit mutung, sakit hati dikit ngambek, hahaha.

Pernah ya jadi kan mau liburan ke Berastagi, niatnya nginep di Hotel The Hills. Pas di jalan mah baik-baik aja. Sepanjang jalan saya bikin video sama Tara, seru-seruan.

Nyampe di hotel, saya males turun, minta pak suami aja yang check-in karena kan saya udah booking dan bayar jadi tinggal nyerahin KTP doanglah. Eh blio ngga mau, karena memang dia jarang banget ngurus beginian, biasanya ya saya. Tapi entahlah saat itu saya lagi males aja turun mobil, karena masih......................... ngedit foto mau aplod IG, lol.



Trus, ya udah doi marah, " Ya udah kalo ade ngga mau check-in kita pulang aja ngga jadi nginep"

zzzzz....zzzzz

Penting ngga sih marah karena masalah remeh gitu.

Kalau ngikutin ego pengen banget bilang " Ya udah balik aja, siapa ngana kok marah-marahin eikeh"

Tapi untunglah saya adalah istri solehah yang langsung kepikiran sayang banget duit hotelnya udah booking dua kamar, masa hangus.



Ya udin akhirnya saya turun, check-in dan bujuk-bujuk pak suami biar ngga jadi ngambek.

Sungguhlah pernikahan itu memang dibutuhkan orang yang harus tau kapan berperan sebagai si pengambek kapan sebagai si penyabar.



Kalau kalian pernah ngga gagal pergi atau jadi terlambat gara-gara sesuatu kayak saya di atas?


Aplikasi di Hape Untuk Ramadhan

Sunday, May 28, 2017
Halooo, hari kedua di bulan puasa nih. Semoga tadi sahurnya lancar jaya ya, ngga kesiangan, ngga kekenyangan dan ngga tidur lagi sehingga kelewatan waktu subuh.



Bulan ramadhan itu kan bulan pengampunan dan juga bulan dimana semua amal ibadah pahalanya dilipatgandakan. Makanya di bulan ini harus kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk banyakin ibadah. Bukan berarti ibadah cuma di bulan ramadhan lho, tapi selagi punya kesempatan menjalankan ibadah puasa, maka disinilah kita jangan menyia-nyiakan ladang pahala yang tersebar luas di sepanjang waktu.


Salah satu hal ringan yang bisa dilakukan adalah memperbanyak sholat sunat dan memperbanyak tilawah.

Nah, karena saya bekerja dan mobile pula, kadang ngga bisa dong bawa Qur'an kemana-mana. Bisa sih, tapi rempong. Tapi untungnya yah sejak gadget merajalela, sekarang semua-mua gampang. Ngga hanya soal nyari ilmu or informasi yang bisa tersedia dimanapun, masalah ibadah pun ternyata bisa banget terbantu dengan gadget. Karena semua sekarang udah ada format digitalnya. Termasuk Al-Quran.

Ada beberapa aplikasi yang saya donlot di hape untuk mempermudah ibadah di bulan ramadhan ini, siapa tau ada yang mau ikutan.

1. Quranesia

Ini aplikasi Qur'an yang menurut saya wokeh bokeh. 

Disini kita ngga hanya bisa baca Qur'an tapi ada terjemahan, dan ada petunjuk-petunjuk yang memudahkan kita mengerti cara membacanya.

Misal tanda surat sajadah. Trus dilengkapi juga dengan kolom catatan, misal saat kita ikut pengajian trus pengen nyatat sesuatu.

Di menunya juga ada menu untuk baca tiap hari atau untuk program hapal Al Quran. jadi kita bisa set, jam berapa kita mau baca Qur'an setiap hari sesuai jadwal kosong kita, trus ntar dia akan kasih semacam alarm, dan kita bakal dikasih ayat yang berbeda-beda tiap hari.

Kalau kita mau program khatam Quran, juga bisa di set, berapa hari mau selesai, dan jam berapa waktu kita baca. Jadi lebih terjadwal. maklum yah kadang kan kita ngga tau nih, niatnya pengen khatam Al Quran saat ramadhan tapi karena ngga rutin sehari itu berapa juz , malah ngga tercapai.

Trus yang paling gampangnya itu, penyajian Qur'annya persis kayak qur'an versi cetak, jadi ada halamannya gitu. Misal subuh ini kita baca sampe halaman 10 trus selesai baca, kita tutup. Ntar siang mau baca lagi, halamannya ga balik ke awal, tapi langsung terbuka di halaman terakhir kita baca tadi, jadi gampang kan buat orang pelupa kayak saya.



Iyaaaa, saya tau yang namanya membaca Quran itu seharusnya dimaknai juga artinya, ngga hanya dibaca doang. Karena saat ini saya kadang baca qur'an aja masih ngga rutin, maka di ramadhan ini targetnya ya dari yang mudah dulu, baca tiap hari dulu.


2. Muslim Pro ramadhan 2017

Ini untuk mengetahui jadwal sholat, jadwal Imsyak dan waktu buka. Bisa sekalian pasang reminder, jadi ngga akan kelewatan.





Jadi tiap waktu sholat langsung ada azannya. Tapi bukan azan keras gitu, dia cuma sebentar doang sebagai pengingat aja.


3. Gojek

Lho kok gojek. Lha iyaaa, ini penting pake banget. Yang belum install segera install, karena ini sangat dibutuhkan untuk pesen makanan, atau ya buat ngojek, xixixi.

Saya pelanggan setia go food sih ya dari dulu, jadi di bulan puasa ini aplikasi Gojek ini pun jadi penyelamat hidup dikala pengen bukaan yang asoy geboy tapi males mikirin macet di jalan.

Nah di bulan puasa ini di menu Go Food itu udah ada pilihan Buka puasa atau sahur, jadi kalo kita klik disitu langsung kelihatan resto apa aja yang buka pas sahur dan resto mana yang buka pas menjelang buka. Jadi bagi anak kos jangan takut sahurnya makan indomie terus ya, hahaha.



Oya jangan lupa bayarnya pakai Go Pay, karena ada banyak resto atau tempat makan yang menerapkan fee delivery kalo bayar pake Go Pay, mayan kan. 

Ga tau cara top up Go Pay?

Pakai mobile banking BRI aja, pilih menu isi ulang, pilih go pay, isi deh nominal sesuai yang kamu mau.




Oya, di bulan ramadhan ini, menggunakan jasa go food beginian bisa jadi ladang pahala juga lho. Misal nih kamu pesen beliin bakso, lebihinlah satu porsi buat si abang, udah membuat abangnya seneng, sukur-sukur blio lagi puasa juga eh ketiban pahala memberi makan orang puasa. Oke sip.

Sebenarnya ga hanya bulan puasa sih, hari-hari biasa juga usahain seperti itu. tapi ini karena tulisannya soal puasa jadi ya memang pas.

4. Web Kupon Atau Potongan Harga

Aduh ini penting banget, lol. Biar bisa dapet harga miring kalau mau makan atau belanja.

Ada banyak web untuk penawaran kupon seperti ini. Yang saya tau, ada groupon.com, dealoka.com. Kalau di Medan ada yang khusus namanya dealmedan.com

Ini web sih ya bukan aplikasi, tapi ga apalah saya masukin.

Dealmedan itu website untuk dapetin kupon potongan harga atau diskon di berbagai merchant khusus di Medan. Nah kalau ramadhan ini mereka banyak ngeluarin voucher diskon untuk menu berbuka di resto-resto atau di hotel. Kalau di hotel itu yang pilihannya all you can eat. Jadi bisalah sebagai pilihan kalau mau buka bareng sahabat.




Itu dulu deh, 3 aplikasi plus 1 web yang di bulan Ramadhan ini membantu banget untuk kelancaran ibadah ( buka puasa termasuk ibadah juga kan ya?).

kalau ada yang mau nambahin silahkan ya, ntar saya masukin.

Selamat puasa semuanya, semoga sukses sampai hari lebaran yaaa.

8 Persiapan Menjelang Puasa dan Lebaran

Thursday, May 25, 2017



Waaa waaaaa lebaran sebentar lagi....

Yaelah sis, puasa aja belum, udah mikirin lebaran ajah, xixixi.

#GesiWindiTalk minggu ini kita mau bahas hal-hal apa aja nih yang udah rame dibicarain menjelang puasa dan lebaran.

Baca punya Gesi :


Ngga cuma temlen fesbuk lho, di Tivi juga udah mulai rame iklan sirup, biskuit, sampai iklan sarung. Pokoke menjelang ramadhan rasanya semua orang jadi banyak persiapan, dan banyak yang direncanain.

Kalau saya pribadi , ada beberapa hal yang memang selalu jadi rutinitas yang saya pikirin dan persiapkan menjelang ramadhan.

1. Waktu

Ah elaaaah, sok iye banget. kok persiapan waktu sih menjelang ramadhan?

Iyaaa, soalnya saat ramadhan semua jadwal itu harus disesuaikan. Karena waktu ngantor aja berubah lho. Yang biasanya masuk jam 07.30 sekarang dipercepat jadi 07.15, trus waktu istirahat juga dipercepat setengah jam, karena kan ngga ada makan siang, dengan adanya pemotongan waktu tersebut, maka jam pulang kantor jadi lebih cepat, yang biasanya 16.30 sudah boleh pulang sekarang maju jadi 15.45 wib, Yippiiiiie.

Btw tau ngga sih, itu penyesuaian waktu kerja menurut pengalaman saya bertahun-tahun, cuma di seminggu pertama doang berlaku. Setelah itu ritme kerja jadi biasa, eh pulangnya jadi tetep ke jam kantor biasa T__________T.

( Baca : Puasa Dari Masa Ke Masa )

Jadi, karena ada perubahan jam kerja, dan harus memikirkan waktu sahur, jadwal berbuka dan waktu tarawih makanya saya harus ngeset jadwal harian menyesuaikan itu semua.

2. Persiapan Isi Kulkas

Yoi, sebagai ibu bekerja yang hidupnya sangatlah bergantung pada si emba di rumah, maka saya harus mempermudah segalanya biar roda kehidupan di keluarga tetap berjalan stabil.

Salah satunya dengan persiapan makanan selama puasa ntar.

Jadi saya bakal belanja banyak dan nyetok makanan di kulkas yang bisa diolah secara gampang buat sahur.

Misalnya, ayam goreng lengkuas, bikin bakso (beli ding bukan bikin xixixi), minta bikinin rendang sama oma, trus nyetok aneka bumbu giling, segala sayur mayur,daging, buah, biar ngga rempong kalo masak untuk sahur.

( Baca : 7 Makanan Yang Harus Ada Di Kulkas )


3. Tiket Mudik

Yup, walau puasa aja belum dijalani, tapi tiket mudik udah harus di tangan. Lebaran itu salah satu waktu yang paling kami tunggu, karena itu adalah saatnya pulang kampung ke rumah mas teguh di Kutoarjo. jarak Kutoarjo-Jogja itu cuma sekitar 1,5 jam-an , jadi pulkam ke Kutoarjo sama aja dengan jalan-jalan ke Jogja, yipppieeeee.

Kemarin udah beli tiketnya, udah aman. Rencana mau berangkat hari Jumat sebelum sebelum lebaran, biar bisa sholat idul fitri disana.

Kalau tahun lalu, pulkamnya bareng oma, tahun ini kami sekeluarga doang. Masih deg-degan nih mikirin sanggup ngga ya saya bawa dua bocah pulkam. Bukan soal takut rewel sih, tapi takut saya ngga bisa nikmati liburan tanpa mba, hahahahahaha. Haish. Makanya dari sekarang udah buat perjanjian dengan suami, bagi tugas ntar siapa menghandle siapa selama di sana. Penting.

( Baca : Tips Mudik dengan bayi dan Todler Menggunakan Pesawat )


4. Pesen Kue

Ini nih , dari sekarang udah ada ditelfonin tukang kue. Ditanya-tanya mau pesen kue berapa. Lhaaa padahal saya mah jarang banget pesen kue, soalnya abis pulang dari Jojga biasanya lebarannya juga udah basi, dan biasanya juga jarang ada tamu, yo wis, palingan beli ajalah, ngga usah pesen-pesen segala.


5. Baju Baru

Hahaha ini kebiasaan dari dulu. Prinsip saya dan adek-adek, kalau mau puasa beli baju baru dulu.

Kenapa?

Biar ibadahnya khusuk, halah.

Tapi sampai detik saya nulis ini saya belum ada sih beli baju baru untuk saya ataupun untuk anak-anak. Jadi yah ntarlah nunggu mood saya bagus buat belanja. kalau moodnya ngga datang ya udah belanjanya di Jogja aja, biar kopernya ringan, xixi.

Apakah lebaran harus selalu baju baru?

Ya ngga harus sih. Tapi kalau ada rezeki ya kenapa ngga beli?

Selalu ada alasan untuk belanja ya sis.

( Baca : Merk Baju Bayi Berkualitas dan Terjangkau )

Tapi, walau baju baru belum beli, saya udah beli mukena kembaran sama Tara, yeyeyeyeye, biar ntar tarawihnya semangat anak sama bundanya.


6. Jadwal Buka Puasa Bareng

Jujur aja, in deep deep my heart saya ngga terlalu suka dengan berbuka puasa bersama saat ramadhan. Banyak alasannya. Diantaranya jadi ngga bisa bukber di rumah sama keluarga, trus karena kalau buka bareng di luar itu ntar rempong banget pas waktu sholat. Kalau dipikir-pikir banyakan susahnya, makanya mikirinnya aja males.

Tapi yah namanya juga hidup, apalagi saya bekerja, pasti ada aja tawaran bukber yang ngga bisa dihindari, misalnya buka sama teman satu bagian, sama atasan, atau malah sama nasabah?

Jadi, kalaupun ada acara buka bareng gitu, saya sebisa mungkin milih tempat yang ngga bikin riweh lah. Hotel, rumah teman atau resto yang lumayan gede bisa jadi pilihan. Karena ketiga tempat di atas pasti menyediakan mushola yang nyaman, dan ngga berebut dengan pengunjung lain saat mau sholat.

Ya kan ngga lucu, gara-gara buka puasa bareng malah sholat maghribnya lewat.

( Baca : Buka Puasa Bareng Yuuks )


7. Nyiapin Parcel Lebaran

Wah bagian ini saya suka banget nih. Tiap tahun kegiatan nyiapin parcel itu selalu bikin hepi. Biasanya saya bikin parcel ala-ala gitu, bukan yang dibikin cantik-cantik gitu sih, cuma parcel yang dikotakin buat handai tolan yang berhak mendapat sedekah dan zakat.

Isinya juga ngga macem-macem, sembako doang, beras, minyak, gula, teh, sirup, kue.

Percaya ngga percaya, kita yang ngasih aja bahagia banget lho, bayangkan yang nerima gimana bahagianya.

Makanya bagian ini saya suka banget, karena membuat saya bahagia dengan membahagiakan orang.



8. Persiapan Ibadah

Uwuwuwuwuw. The last but not the least, ini yang paling penting. Menjelang puasa harus persiapan dulu nih ibadahnya. Iyalah ya kita mau ujian aja persiapan dulu, apalagi mau ramadhan. Kan puasa ini termasuk ujian dari menahan hawa nafsu.

Jadi yang saya lakukan, bersihin hati dulu, caranya dengan memaafkan semua orang tanpa terkecuali baik yang minta maaf maupun yang tidak, pokoknya dimaafin semua.

Kemudian, searching lagi di internet tentang amalan-amalan penambah pahala di bulan ramadhan. Sebenarnya udah tau sih, tarawih, tadarus, banyak baca qur'an, banyakin sholat sunah, banyakin sedekah, banyakin berbuat baiklah pokoknya.

Wadaw memanglah ya bulan ramadhan itu bulan penuh berkah, semua orang mau berlomba-lomba berbuat kebaikan di bulan itu.

Trus persiapan lain, ya mengkondisikan diri supaya lebih adem hatinya, ngga mudah terpancing emosi. Mungkin saya bakal mengurangi bersosmed kali yah, ntar mau ngurangi bikin-bikin status ngga penting, palingan banyakin share-share blogpostnya aja, eeeaaaaa. Selain biar nambah PV juga ngurangi kepeleset sama dosa tak penting karena sosmed.

Semoga penghuni dunia maya juga berhenti perang-perangannya, aamiin.

(Baca : Afi, Iman dan Ilmu )

Oya persiapan ibadah ini termasuk juga udah nyiapin alokasi buat zakat fitrah, jangan lupa ini, biar ngga kelupaan.


Hmmm, aduh baru ngomongin aja saya udah semangat banget nih, hahahaha. Pokoknya setiap tahun, menjelang puasa gini bawaannya hepi banget, apalagi di tahun ini saya udah ngga nyusui jadi puasanya semoga lebih mudah, aamiin.

( Baca : Tips Puasa Bagi Ibu Menyusui )


Kalau kalian persiapannya apa aja nih atau udah mikirin apaaaaaa untuk puasa dan lebaran?


Iman dan Ilmu

Monday, May 22, 2017



Belakangan saya jadi sering kepikiran soal cara berfikir orang-orang yang saya kenal di dunia maya. Hmmm mungkin sekitar setahun atau dua tahunan ini kali ya.

Saya melihat saat ini begitu gampang orang melabeli seseorang dengan kata liberal, hanya karena ia menulis atau berpendapat sesuatu yang tidak seperti orang kebanyakan.

Padahal apa sih sebenarnya arti liberal itu sendiri? Kok seolah- olah setiap orang yang ga ga gampang percaya terhadap sesuatu atau yang gunain logikanya dalam mencerna hal-hal tertentu langsung dicap liberal, dicap terlalu menuhankan logika, sehingga hatinya mati. hak dezing.

( Baca : Catatan Aksi Bela Islam )

Apa yang salah dengan memikirkan dan mempertanyakan hal-hal dalam rangka untuk proses berfikir, berdiskusi. Masa kita ngga boleh berfikir?

Ya kan di agama juga ada dibilang " Aku dengar dan aku taat" Udah lakukan saja sesuai perintah Allah.

Nah, ini saya masih ngga ngerti kenapa bisa muncul orang-orang yang mengatakan kalimat ini. seolah-olah, orang yang berfikir dianggap membangkang. Padahal kalau kita mau menelaah, dan ngomongin asal muasal ajaran Islam, itu dimulai dari satu kata " Iqra' baca.


Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5).

Baca.... baca.....

Iqra, membaca, menganalisa, mendalami, merenungi, menyampaikan, meneliti tidak sebatas pada membaca ayat-ayat yang bersumber dari Tuhan, kitab suci, tapi juga membaca dan merenungkan alam semesta.

Jelas kita dituntut untuk memiliki ilmu, mempelajari apa yang diciptakannya. Lha terus ngapain kalau kita disuruh belajar tapi ngga boleh berfikir.

Sialnya saya melihat suatu paradoks disini. Ngga suka dengan orang yang apa-apa pake logika, yang banyak berfikir tapi bangga banget saat ada seorang muslim yang berprestasi atau saat ada sebuah penemuan yang ternyata penemunya adalah seorang muslim.

Bangga yang sampai pada ngeshare disertai caption ' Subhanallah, seorang muslim ternyata yang menemukan lalalalalala."

Saat Zidan si pemain sepak bola dunia ternyata beragama Islam, kita dengan bangga bakal bilang " Wow Zidan ternyata muslim lho"

Ya ngga.

Atau saya salah? Kalau saya salah mohon koreksi.

Artinya apa?

Artinya, di dalam hati kita, kita ingin kan bahwa pemeluk agama Islam itu banyak yang punya prestasi, berilmu. Prestasi apa saja, boleh dalam sains, dalam bidang keartisan, perdamaian dunia, seni, olahraga, apapun.

Kita senang, saat ada ilmu baru di dunia kedokteran, atau di dunia antariksa yang ternyata telah diceritakan di Al Qur'an sebelumnya, yang ternyata berasal dari mempelajari Al Qur'an.

Seneng kan? Bangga kan?

Ya wajar-wajar saja, karena tentu itu akan menjadi sterotype positif terhadap pemeluk agama tersebut secara keseluruhan.

Nah, tapi kenapa, di saat yang bersamaan kita ketakutan saat ada orang yang sedikit aja berfikir, menunjukkan kepintarannya, atau menunjukkan bahwa ia memiliki ilmu yang mungkin tidak dimiliki kebanyakan orang, kalau dia membaca lebih banyak dibanding yang dibaca orang lain.

Kenapa?

Kenapa?

Atau jangan-jangan kita sendiri ketakutan, kalau orang terlalu pintar maka akan mempertanyakan segalanya dan berujung bisa mempengaruhi cara berfikir orang lain ?

Bahkan ada yang mengatakan, jangan terlalu banyak berfikir ah, jangan apa-apa dilogikain ntar malah jadi atheis lho?

Nah lho, berarti disini sebenarnya yang meragukan keimanan sendiri siapa? yang meragukan agamanya sendiri siapa?

Buya hamka pernah berkata, bahwa ilmu tanpa iman ibarat lentera di tangan pencuri.

Bisa digunakan untuk kejahatan. Bisa digunakan untuk memperkaya diri sendiri, untuk menyengsarakan orang, untuk merugikan orang, dan untuk membuat orang tidak tenang.

Persis seperti pencuri.

Yak benar, makanya orang-orang yang berilmu perlu ditundukkan dengan keimanan, agar ilmunya terpagari.

Namun, jangan lupa iman tanpa ilmu juga ibarat lentera yang dipegang oleh bayi.

Tahu kan bagaimana lentera di tangan bayi. Bisa jadi malah ngga bermanfaat, bisa pecah, mudah diambil, mudah diombang-ambing, dan mudah dikendalikan oleh siapapun.

Makanya saya ngga setuju banget jika ada orang atau siapapun yang banyak berfikir, mempertanyakan sesuatu, even yang dipertanyakannya adalah tentang agama, trus langsung dicap liberal. langsung dicap tidak sami'na wa ato'na.

Kok bisa seperti itu?

Kebayang ngga sih, lama-lama orang akan malas berfikir. ya udahlah, daripada dicap liberal, diberangus ya udah iyain aja. Ngga usah didebat. dengerin aja. Ngga usah dipikirin. Singkirkan semua buku-buku , bisa berbahaya, jangan kasih baca buku sastra nanti sok puitis, ngga usah baca buku filsafat ntar jadi mempertanyakan segalanya.

Pokoknya saya melihat orang-orang yang ada di sekitar saya terutama yang mengaku sebagai kaum agamais, maka mereka akan menolak saat ilmu pengetahuan bertentangan dengan dogma tapi di satu sisi bersorak saat dogma pas dengan ilmu pengetahuan.

Bukankah itu lucu.

Sebenarnya adalah sangat wajar jika ada beberapa hal antara ilmu pengetahuan dan agama/dogma bertentangan, ya karena dasarnya memang udah beda.

Kita harus menyadari dulu, yang namanya ilmu pengetahuan itu ya basisnya adalah keragu-raguan sedangkan agama dasarnya adalah iman-kepercayaan. 

Iman artinya percaya, percaya artinya tidak ragu, Ya uwis sampai kapanpun ngga akan ketemu kalau selalu dibentur-benturkan. Wong yang satu karena ragu-ragu, yang satu karena haqqul yakin.

Padahal ya bisa saja kalau ditelaah dan dipelajari lebih lanjut, mungkin memang tidak saling bertentangan, hanya yang namanya pengetahuan manusia kan terbatas ya, sesuatu yang saat ini diyakini benar bisa jadi akan ada penelitian ke depan yang menentangnya. Demikian pula yang saat ini dianggap salah, bisa jadi bertahun kemudian baru ditemukan bukti kebenarannya.

Lha iya, dulu bumi dianggap sentral alam semesta, sekarang ganti toh jadi matahari.

Dulu, kita taunya bumi satu-satunya planet yang ada, ternyata hanya setitik debu di alam semesta. Makanya kita dituntut untuk terus belajar, berfikir. Ngga ada yang salah dengan itu.

Mempertanyakan sesuatu bahkan mempertanyakan agama itu sendiri bukan berarti tidak percaya Tuhan, tidak percaya apa yang dikatakan kitabnya, ya bagaimanapun kembali ke kalimat tadi, iman tanpa ilmu akan mudah terombang-ambing, makanya kita harus berlimu biar semua ada dasarnya, biar keyakinan tidak sekedar ikut orangtua, tidak sekedar warisan tapi merupakan hasil berfikir, dan hasil meyakini dari hati yang telah melalui saringan logika.

Nah sekarang coba tanya ke diri masing-masing, agama yang kita anut saat ini beneran hasil rekonstruksi cara berfikir kita setelah dewasa atau memang masih bawaan warisan orangtua?

Jangan marah dulu, dan jangan langsung semena-mena mengatakan yang mempertanyakan ini liberal.

Pertanyaan ini perlu kita tanyakan ke diri masing-masing, bukan untuk meragukan keimanan sendiri, tapi lebih kepada mempertanyakan benarkah kita memang meyakini agama yang kita anut sekarang ini berdasarkan keihklasan kita?, berdasarkan proses berfikir kita?

Coba ini ditanyakan dulu dan dijawab dengan jujur.

" I'm not what happenned to me, I'm what i choose to become"

Kalau ini ditanyakan ke saya.

Tentu saya akan menjawab bahwa agama saya saat ini memang agama yang diwariskan orangtua saya. Makanya ngapain marah kalo dibilang bahwa agama yang kita peluk adalah agama warisan.  Namun seiring saya bisa berifikir, saya yakin bahwa Islam ini agama yang saya yakini.

Namun itu tak membuat saya merasa superior dan menganggap bahwa pemeluk agama lain kecil.

Karena saat kita yakin terhadap agama sendiri, kita sama sekali tidak perlu mengkerdilkan agama lain.

Saaf kita yakin dengan agama kita, maka kita  juga ga akan terombang-ambing dan parno sendiri saat rumah ibadah agama lain, berdiri di samping mesjid kita misalnya.

Lha kenapa harus takut, kenapa harus terusik? Kan udah yakin.

Namun kalau kita bisanya cuma teriak-teriak bahwa " Aku percaya apa yang dikatakan guru ngajiku, aku percaya apa yang dikatakan oleh ulama kami, aku percaya apa yang dikatakan kitabku" tanpa pernah berusaha miimal mempertanyakan dan mencari taulah sedikit itulah yang disebut dengan lentera di tangan bayi.

Kamu hanya percaya atas apa yang dikatakan orang. Makanya kamu berang saat ulama dihina, makanya kamu marah saat agamamu dihina.

Ngga, kalau kamu paham dengan baik, kamu akan berfikir ulang saat berang melihat ulamamu dihina, atau agamamu dilecehkan. Kamu akan mungkin berfikir, bahwa mereka yang menghina, mereka yang melecehkan, adalah orang-orang yang tidak tahu. Netijen sering menyebutnya sebagai " belum mendapat hidayah"

Kamu percaya hal ini, tapi sekaligus kamu mengingkarinya.

Bagaimana mungkin kita bisa marah kepada orang yang ngga tau apa-apa tentang agama kita.

Bagaimana mungkin kita akan terbakar emosi pada orang yang melecehkan Tuhan kita, padahal mereka ya memang belum kenal pada apa yang kita yakini.

Maka seharusnya, alih-alih terjadi perpecahan saling menghina atau saling mencap yang tidak sepemikiran dengan kata liberal, mungkin kita perlu baca sejarah tentang akhlak rasul yang kita junjung.

Nabi Muhammad sendiri banyak mencontohkan bagaimana lemah lembutnya ia terhadap umat beragama lain, bagaimana santunnya beliau terhadap orang yang tidak sepemahaman.

Ia tidak marah saat seorang Badui mengencingi mesjid. Karena ia tahu, si badui hanya tidak tau kalau itu salah. Alih-alih langsung menghardiknya, nabi malah membiarkan ia menyelesaikan hajatnya kemudian baru memberitahukannya, dan sekalian pula membersihkannya.

Kalau mau kita telaah lagi, kenapa rasul ngga langsung menghardiknya?, Karena alih-alih bikin orang mengerti bahwa mesjid bukan untuk dikencingi, malah mudharat yang ada. Si Badui bisa terkejut, malah bisa kelihatan auratnya, bisa malah pakaiannya kena najis, malah bisa saja karena kaget, kencingnya berhenti mendadak dan bisa jadi penyakit.

Ya ngga sih?

Pernah denger ngga, kalimat ini " Jika kita menghilangkan suatu kemungkaran, namun malah mendatangkan kemungkaran yang lebih besar maka sama saja kita melakukan kemungkaran yang pertama tadi plus ditambah kemungkaran yang datang karena perbuatan kita tadi. Dan tambahan kemungkaran itu sudah jelas maksiat.

Jadi mikirnya itu panjang, ngga cuma soal kemungkaran itu tapi rentetan di belakangnya juga harus dipikirin.

Kecuali kita dalam kondisi berperang, dan salah satu melanggar perjanjian,yang akibatnya bisa membahayakan nyawa pemeluk agama kita, tentu kita boleh berlaku tegas, angkat senjata pun jadi.

Tapi coba lihat kembali ke kondisi negara ini, apakah kita sedang perang?

Apakah keselamatan kita terancam?

Kita dianugerahi jumlah yang banyak, mayoritas, seharusnya kita yang menjadi change agent terhadap perwakilan diri seorang muslim bagi lingkungan kita.

Muslim tidak pemarah
Muslim tidak pengumpat
Muslim tidak pencaci
Muslim tidak rasis

Karena agama kita adalah agama pembawa kedamaian, rahmatan lil alamin.

Bukankah itu yang selalu kita katakan? Karena memang demikian seharusnya.

Bagaimana kita bisa menjadi rahamatan lila alamin, kalau saudara kita yang berbeda agama kita hindari.Bagaimana kita mau rahmatan lil alamin, kalau sesama muslim saja kita saling menghujat?

Jangan terlalu picik menganggap hidup ini cuma soal pilkada, atau cuma soal siapa yang lantang bersuara berada di pihak mana. Gsyfhchdgsh

Ngga sehitam putih itulah hidup ini.

Karena seharusnya memang benar ilmu itu bukan membuat orang hanya pintar berkata-kata, tapi ilmu itu seharusnya bisa membuat orang makin lembut hatinya.

Tapi tunggu dulu, kalau bagi kalian sekufu itu saat kita sama-sama membela Habib Rizieq, tentu itu keliru.

Atau kita sekufu saat kita sama-sama ingin negeri ini menjadi negara khilafah, ya mungkin memang  ngga sepaham.

" Tapi selama ini umat muslim sudah dizolimi, kita dibungkam, difitnah"

Coba dipikir lagi, apa iya seperti itu? Jangan-jangan kita kemakan pihak-pihak yang memang kerjaannya memecah belah bangsa ini.

Kita kurang berpengaruh di negeri sendiri?

Ya ayo bikin supaya punya pengaruh. Ngga usah jauh-jauh, ayo anak-anak muda muslim, ayo belajar lebih giat. Pelajaran ilmu agama penting tapi kalau kita ingin membuat perubahan nyata di negara ini, ya ilmu pengetahuan lain perlu dipelajari juga.

Jangan takut pada filsafat. Filsafat bukan membuat orang jadi sesat, tapi membuat orang lebih bijak, lebih bisa melihat dari sudut pandang yang lebih luas.

Orang dengan sudut pandang lebih luas, maka akan memiliki penglihatan lebih jernih, bisa melihat segala sisi, dan bisa melihat apa-yang mungkin tidak kelihatan saat jarak terlalu dekat.



Jangan ketakutan dengan ilmu di luar agama. Lha gimana mau bersaing di kancah politik kalau anak-anak kita hanya boleh bergaul sesama muslim, bagaimana bisa punya skill untuk berbaur dengan bangsa kita yang majemuk kalo dari kecil udah ditanam doktrin " Temenannya sama yang muslim aja ya" . Gimana atuh

Sudahilah dengan memberi pelabelan kepada sesama kita.

" Tapi mereka kadang suka duluan sih, memancing-mancing agar kita terbakar, menertawai agama kita"

Ya makanya jangan bikin jadi bahan tertawaan. Kalo baca berita sesuatu dicerna dulu, jangan asal senggol bacok ngga jelas. Dan biarin aja sih. Kalau mereka seperti itu ya jangan ikutan. kalau kita juga membalasnya, apa bedanya kita dengan mereka.

Harus ada yang memutus rantai itu. Dan kitalah yang harus memutusnya.

Ingat, apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain itu bukan tanggung jawab kita.

Tapi bagaimana kita bereaksi atas perlakuan mereka, maka itulah tanggung jawab kita.

" Kalau mereka terus menghina"

Kenapa sih selalu merasa terhina?

Mungkin saat ini ada yang merasa terzalimi, mungkin saat ini ada yang begitu bersemangat ingin menegakkan agama di tanah air tercinta ini, ghirahnya lagi meletup-letup. Tapi ingat, kita tidak tinggal sendiri, ada saudara-saudara kita yang beragama lain yang juga punya keinginan untuk aman damai disini, Yang ingin negeri ini lebih baik lagi.

" Lha siapa bilang mereka terancam? kapan kita mengancam, sudah beratus tahun Muslim mayoritas disini tapi ngga ada kok pernah terjadi pemaksaan, mereka aman selama ini"

Ya udah bagus kalau gitu, pertahankan. Namun itu kan perasaan kita, lha iya kitanya mayoritas, mereka belum tentu merasa demikian.

Kalau kita ingin dimengerti saat agama kita dihina, ya kita juga harus mau mengerti saat mereka merasa terancam. Karena ini sama-sama perasaan masing-masing yang mungkin pihak lain ngga meras.

( Baca : Alasan Saya Memahami Ketakutan Kaum Minoritas )

Makanya sama-sama membuktikan, bahwa satu sama lain tidak seperti yang selama ini dibayangkan.

Udah panjang banget nih, daripada saya ntar ngalor ngidul, balik lagi ke awal kenapa saya nulis ini.

Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang punya iman tapi tak berilmu sehingga malah layaknya lentera di tangan bayi

Bukan pula termasuk orang yang punya ilmu tapi tak beriman layaknya lentera di tangan pencuri.

Kebenaran hanya milik Allah, kita ini apalah, ngetik aja kadang typo, masih sok pula merasa yang paling mengerti segalanya. Lebih parah lagi, masih pula ngga mau berfikir, kemudian merasa paling mengerti tentang agamanya dan ngambil peran jadi Tuhan plus pemegang stempel pintu surga dan neraka. Halah










Working Mom's Story: Antara Pekerjaan dan Keluarga



Dalam sebulan ini, saya ngalamin apa yang disebut pepatah bahwa “ Hidup adalah pilihan”

Beeeugh dalem banget nih kayaknya postingan, hahahah.

Yup, sering denger kan yah kata-kata mutiara tentang kehidupan.

Bahwa hidup adalah pilihan

Dalam hidup kita harus memilih

Bahwa hidup adalah bukan sebuah kebetulan

Bahwa yang namanya hidup ada setiap konsekuensi dari setiap pilihan, halah.

Sampai khatam dengernya.

Sebagai ibu bekerja, ya gitu, tiap hari dari mulai bangun pagi sudah dihadapkan oleh pilihan-pilihan. Mau pilih ngelonin anak sambil cium-cium aroma tengkuknya yang surgawi banget atau bangkit dari tempat tidur, segera mandi dan dandan sebelum si mungil keburu bangun dan malah telat ngantor.

Sampai di kantor, kerja, pas mau pulang pun kembali di hadapkan ke pilihan, mau tetep stay di depan computer sankin asiknya kerja, atau segera beresin meja dan bergegas capcus biar masih sempet main sama anak di rumah.

( Baca : Hidup Ini harus Memilih )

Iyes, kedengerannya sederhana banget kan yah.

Ya iyalah, kalau ada pertanyaan pilih kerjaan atau keluarga, pastilah jawaban semua orang lazimnya bakal pilih keluargalah. Keluarga is numero uno. Ngga ada yang memenangkan pilihan kalau ada keluarga di antaranya

Namun, ternyata jawaban semudah itu ngga selalu terjadi di setiap kondisi.

Ada kalanya keluarga memang harus di pihak yang harus dinomorduakan. Bukan berarti posisinya jadi tidak lebih penting di banding kerjaan, tapi memang ada saat-saat karena pertimbangan tertentu, pekerjaan menjadi prioritas.

Kalau di saya ini sudah terjadi beberapa kali.


Antara keluarga dan kesempatan


Tepat 4 tahun lalu, saya dihadapkan langsung ke pilihan keluarga atau pekerjaan.

Saat itu saya baru melahirkan anak pertama saya Tara. Anak yang sudah dinanti selama 5 tahun lamanya. Baru 3 hari keluar dari rumah sakit, saya ditelepon kantor, pemanggilan assesment untuk naik ke level manajer.

Tentu saja itu tawaran yang menggiurkan, naik grade, naik gaji, perubahan status plus tambahan fasilitas bakal mengikuti di belakangnya.

Namun tentu saja nantinya ada konsekuensi yang harus saya jalani. Yup, terdapat kemungkinan saya bakal mutasi. Namanya bekerja, mutasi kemana itu kan seperti bola liar, ngga ada yang tahu kemana tembakannya. Padahal, saya baru saja berkumpul dengan suami saya setelah LDR-an selama 3 tahun. Ditambah baru saja menikmati peran sebagai ibu baru.

Hadeeeeh, kala itu bener-bener dilemma deh buat saya.

Namun akhirnya saya putuskan untuk merelakan kesempatan itu berlalu. Yup, saya memilih tetap stay bersama keluarga. Ah kesempatan, walau katanya tak mungkin datang dua kali, tapi masih ada peluang untuk datang kembali kan?. Sedangkan kesempatan berkumpul bersama keluarga tidak akan bisa tergantikan.



Antara Pekerjaan dan Pengabdian


Hasek, judulnya ngeri.

Yup, kembali saya dihadapkan pada pilihan antara keluarga dan pekerjaan.

Sebulanan lalu, saya dapat panggilan pendidikan ke Jakarta. Duh seneng bangetlah pastinya. Pokoke selalu seneng kalau ada panggilan pendidikan or training karena ada kesempatan jalan-jalan ke Jakarta hahahaha. Bisa ketemuan sama temen dan bisa seminggu bebas dari rutinitas kerjaan, Cuma makan minum di diklat sambil belajarlah ya pastinya, LOL.

Udah persiapan dong, pakaian udah dipacking, tiket udah dipesan. Rencana pergi hari Minggu, dari Sabtu udah nelfon omanya Tara biar bisa jemput anak-anak. Diungsikan ke rumah oma dulu selama saya di Jakrta rencananya.

Namun, namanya manusia berencana , Tuhan juga yang menentukan. Besok pagi mau berangkat, eh malamnya mas Teguh sakit. Demam tinggi dan mulutnya sakit sampai level ngga bisa dibuka sehingga ngga ada makanan dan minuman yang bisa masuk.

Keesokan paginya saya paksa mas Teguh ke rumah sakit. Awalnya Mas Teguh nyuruh saya tetap berangkat, karena dia pikir dia bisa mengurus diri sendiri. Namun, namanya juga istri manalah tenang membiarkan suaminya ke rumah sakit sendiri.

Jadi pagi itu saya bawa Mas Teguh ke RS, setelah diperiksa segala macam ternyata harus opname karena memang suhu tubuhnya tinggi banget, 39’C dan karena sudah dua hari ngga makan apa-apa jadi kondisi tubuhnya lemes banget. Hasil pemeriksaan sementara sepertinya amandel dan disarankan untuk operasi.

Yha dhalah langsung nelfon kantor, batalin training, dan telfon ke maskapai penerbangan, batalin tiket.

Kali ini saya masih tetap memilih keluarga dibanding pekerjaan. Toh training masih bisa diikuti lain kali, namun kesehatan suami, bisa memburuk atau membaik saat itu saya tidak tau. Ngga pengen aja menyesal jika sesuatu terjadi saat saya lebih memilih kerjaan dibanding menemani suami.

Dan Alhamdulillah saya ngga pernah menyesalinya.

( Baca : Dear Rekan Kerja, Maafkan kami Para Working Mom )



Antara Pekerjaan dan Anak

Saya pikir, hal-hal seperti itu bakal membuat saya gampanglah ntar-ntar kalau ada kejadian serupa.

Namun ternyata saya salah.

Semingguan yang lalu, anak saya Tara sibuk minta ulang tahunnya agar dirayakan di sekolah. Sebenarnya ulang tahunnya sendiri tanggal 28 Mei ini, tapi karena tanggal 20 merupakan hari terakhir sekolah, maka acara ulangtahun dimajukan jadi hari kamis tanggal 19 Mei 2017.

Saya ngga ambil cuti, karena minggu sebelumnya saya sudah cuti dan tentu saja karena saat ini kondisi kerjaan di kantor lagi lumayan hectic. Jadi rencana saya, saya bakal datang menjelang jam istirahat kantor, merayakan ultah, selesai acara balik lagi ke kantor. Saya perkirakan palingan cuma 2 jam-an.

Biar ngga rempong, segala sesuatu sudah saya siapkan. Mulai dari kue ultah, balon, dekor, makanan sampai gudie bag untuk teman-teman Tara.

Yha dhalah, di hari H ultahnya, tiba-tiba ada pemberitahuan undangan meeting karena ada Kepala Divisi datang dari Kantor Pusat. Saya masih tenang karena saya pikir palingan menjelang makan siang rapat sudah selesai dan saya bisa langsung ke sekolah Tara.

Namun ternyata sampai menjelang jam makan siang belum ada tanda-tanda selesai, padahal anak TK nya juga udah mau pulang.

Sempat terfikir untuk ijin sebentar dari meeting, pergi ke sekolah Tara , ikut acaranya bentar kemudian balik lagi meeting. Namun setelah saya hitung jarak dan waktunya sepertinya ngga memungkinkan. Saya malah bakal ngga dapet dua-duanya. Dengan jarak yang lumayan jauh, kalau saya ke sekolah pasti acara sudah selesai, ntar saya balik lagi ke kantor, pasti meeting juga udah selesai.

Akhirnya dengan berat hati, saya telpon bu gurunya Tara, meminta blio untuk memulai acara tanpa menunggu saya.

Sedih?

Bangetlah.

Udah kebayang mau nyanyi-nyanyi sama Tara, potong kue, hepi-hepilah.

Mana sempet ngobrol lagi sama Tara

“ Tara, kalau bunda ngga ikut acara ulang tahunnya gimana sayang”

“ Ngga apa bunda, Tara kan anak pintar, Tara bisa ulangtahun sama kawan-kawan”


Ngga tau deh gimana menggambarkan perasaan saya. Kecewa pastinya.

Saya ngga kecewa atau marah sama kantor sih, hanya ya kecewa saja, karena semua memang di luar kuasa saya.

Nah kali ini keluarga saya kalahkan. Ultah anak saya, saya relakan berjalan tanpa saya dan saya memilih stay di ruangan meeting. Bukan berarti meeting lebih penting dari ulang tahun anak. Tapi memang ada kalanya pilihan yang terlihat gampang begini pun memerlukan pertimbangan dulu.



Yah begitulah, terkadang menjadi ibu bekerja itu memang kita dituntut untuk berani memilih diantara keluarga dan pekerjaan. Karena yang namanya seorang perempuan yang sudah menikah, pasti punya tanggung jawab di keluarga. Namun karena ia bekerja ia pun memiliki kewajiban dan tanggung jawab di kantor.

Memilih salah satu, tak berarti membuat yang lain menjadi kurang penting. Ini hanya masalah skala prioritas di waktu tertentu.

( Baca : Profesionalisme Ibu Bekerja )

Yup menjadi ibu bekerja, pasti kita akan sering dihadapkan dengan tantangan rasa bersalah bila harus mengutamakan pekerjaan di waktu tertentu, ga apa kok itu wajar saja. Namun jangan dibawa berlarut-larut karena memang harus kita sadari saat kita memilih bekerja ada konsekuensi yang harus kita jalani.

Nah menurut pengalaman nih, ada beberapa hal yang biasa saya lakukan sebelum memutuskan sesuatu, saya pengen share kepada pembaca saya siapa tau bermanfaat.

Saat kita dihadapkan pada pilihan kerjaan atau keluarga , segera ajukan beberapa pertanyaan ke diri sendiri.

Apakah bisa ditunda atau digantikan?

Ini misalnya pilihan antara pendidikan atau menemani suami sakit, kayak yang saya alami. 

Saya langsung tanyakan ini ke diri saya. 

Bisakah pendidikan ditunda atau digantikan teman?

Jawabnya bisa. Pendidikan akan ada batch lain.

Bisakah kehadiran saya disamping suami digantikan orang?

Jawabnya tidak, karena suami saya type orang yang hanya mau diurus sama istrinya, dan disini dia tidak memiliki keluarga selain keluarga saya.

Maka ya udah , saya pilih membatalkan pendidikan dan stay disamping suami.


Apakah ada kemungkinan kesempatan lain?


Ini saat kejadian pemanggilan assesment saat saya baru melahirkan dan baru ngumpul bersama suami setelah 3 tahun LDR.

Apakah assesment akan ada di lain kali?

Yes ada, karena ini perusahaan besar akan selalu ada job opening,namun paling saya akan tertinggal dibanding teman seangkatan saya. 

Apakah saya siap untuk mutasi pada saat ini?

Jawabannya tidak. Saya ngga siap jika berpisah lagi dengan suami saat anak saya masih bayi banget. dan saya masih enjoy dengan jabatan saat itu.

Maka saya pilih tidak ikut assesment


Namun berbeda saat pilihannya ultah atau meeting kantor.

Kembali saya ajukan pertanyaan ke diri sendiri


Apakah bakal ada lain kali?

Jawabannya tidak. Tidak setiap saat kepala divisi datang untuk memberi pengarahan. Apa yang disampaikannya adakah yang saya butuhkan untuk melakukan pekerjaan saya ke depan. Jika saya tidak ikut meeting, saya mungkin tidak bisa menyampaikan ke anggota saya apa yang seharusnya saya sampaikan berdasarkan evaluasi kantor pusat.

Kemudian saya tanya juga pertanyaan itu untuk bagian ultah anak.

Apakah kalau saya tidak ada acara bakal tetap berlangsung?

Ya, ulang tahun akan tetap terlaksana karena acara di sekolah dan semua sudah saya siapkan.

Apakah anak saya bakal sedih?

Tentu saja,pasti lebih bahagia kalau saya ada disitu. Tapi saya bisa mengulang ultahnya kalau mau atau membuat acara sekali lagi bersama saya dan papanya di rumah. 

Maka akhirnya saya pilih meeting dibanding ultah Tara.

Jadi keputusan yang diambil tidak berdasarkan perasaan semata tapi keputusan yang diambil dengan pertimbangan logis. Dengan cara ini ,mudah-mudahan akan meminimalisir perasaan bersalah atau perasaan ngga enak misalnya.

Jadi, ibu-ibu bekerja tetap semangat yaaaa, hahah ini sebenarnya lagi menyemangati diri sendiri ceritanya. 

Jangan jadikan pilihan antara pekerjaan atau keluarga menjadi hal yang menimbulkan perasaan bersalah, sedih atau  penyesalan. Karena semua sudah melalui pertimbangan logis terbaik.

Prioritas itu ga stuck. karena prioritas selalu bergantung pada situasi, kondisi dan urgensi.

Yuk tetap semangat semuaaaa. muuah mmuah



Custom Post Signature